Anda di halaman 1dari 11

ALIRAN MATURIDIYAH

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ilmu Kalam

Oleh: YUDIANA RIKSA SAPUTRA 1123060084 Hukum Pidana Islam/I/B

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN Maturidiyah merupakan salah satu sekte Ahl al-Sunnah wal al-Jamaah, yang tampil bersamaan dengan Asyariah. Maturidiyah dan Asyariah dilahirkan oleh kondisi sosial dan pemikiran sama. Kedua aliran ini datang untuk memenuhi kebutuhan mendesak yang menyerukan untuk menyelamatkan diri dari ekstrimitas kaum rasionalis di mana yang berada di barisan paling depan adalah Mutazilah, maupun ekstrimitas kaum tektualis di mana yang berada di barisan paling depan adalah kaum Hanabilah (para pengikut Imam Ibnu Hambali). Maturidiyah dan Asyariyah berusaha mengambil sikap tengah di antara kedua aliran ekstrim itu. Memberikan banyak sendi dan sarana bagi sikap hal yang menyangkut masalah cabang dan detailitas. Pada awalnya antara kedua aliran ini dipisahkan oleh jarak, aliran Asyariyah di Irak dan Syam (Suriah) kemudian meluas ke Mesir, sedangkan aliran Maturidiyah di Samarkand dan di daerah-daerah di seberang sungai Oxus. Kedua aliran ini bisa hidup dalam lingkungan yang kompleks dan membentuk satu mazhab. Namun jelas bahwa perbedaan sudut pandang mengenai masalah-masalah fiqih mendorong kedua aliran ini untuk berlomba membuat ijtihad-ijtihad baru. Orang-orang Hanafiah (para pengikut Hanafi) membentengi aliran Maturidiyyah, dan mereka kaitkan akarnya sampai pada Imam Abu Hanifah sendiri. Sementara itu para pengikut Imam al-Syafii dan Imam al-Malik mendukung kaum Asyariyah, dan mereka berjuang keras untuk menyebarkannya, sehingga aliran ini bisa meluas ke Andulusia dan Afrika Utara, yang segera menjadi akidah resmi bagi semua Ahl al-Sunnah wal al-Jamaah bahwa persaingan antara kedua aliran ini tidak memberi ruang gerak kepada salah satu syeikh dari kalangan pengikut Abu Hanifah di Mesir, yakni al-Imam al-Tahawal (321H/933M) yang hidup semasa dengan al-Maturidi dan al-Asyari, yang juga merasakan kebutuhan yang dirasakan oleh kedua tokoh ini untuk menyatukan barisan, menghilangkan sebab-sebab yang membuat mereka bertikai dan mengambil sikap tengah antara kaum tektualis dan kaum rasionalis.

BAB II PEMBAHASAN 1.SejarahTimbulnyaAliran Maturidiyah Abu Mansur Al-Maturidi dilahirkan, sebuah kota kecil di daerah Samarkand, wilayah Trmsoxiana di Asia Tengah, daerah yang sekarang yang disebut Uzbekistan. Tahun kelahirannya tidak diketahui secara pasti, hanya diperkirakan sekitar pertengahan abad ke-3 H. Ia wafat pada tahun 333 H/994 M. Gurunya dalam bidang fiqih dan teologi bernama Nasyr bin Yahya Al-Balakhi. Ia wafat pada tahun 268 H. Al-Maturidi hidup pada masa khalifah Al-Mutawakil yang pemerintah tahun 232-274 H/847-861 M. Aliran Maturidiyyah berdiri atas prakarsa al-Maturidi pada tahun pertama abad ke- 4 H. Nampak jelas bahwa kehidupan pendiri aliran ini tidak begitu dikenal. Para sejarawan tentang aliran dan generasi Islam setelah beliau wafat tidak menelitinya. Sebagai bukti Ibnu al-Nadim (379 H/987 M) yang wafat kirakira setengah abad sesudah al-Maturidi tidak mengindahkannya, padahal ia tidak melupakan al-Asyaari walaupun ia cenderung fanatik membela kaum Maturidiyyah. Ibnu Hazm tidak menguraikan tentang al-Maturidi, padahal ia memaparkan tentang Abu Hanifah. Al-Bagdadi pun, mengabaikannya. Ibnu Khaldu yang membicarakan tentang ilmu kalam dalam buku al-Muqaddimah, juga tidak menyebutkan para mutakallimin (teologi Islam) secara panjang lebar. Ia dilewatkan oleh para penulis tentang tokoh-tokoh aliran Hanafiah. Ia tidak punya murid dan pengikut seperti para tokoh cendekiawan beruntun yang diraih oleh alAsyari. Ada pandangan yang kuat bahwa hubungan aliran Maturidiyyah dengan fiqih Hanafiah yang menyebabkan Abu Hanifah menonjolkan ciri khas teologi Islam, dan memperbesar porsi pengaitan sebagai buku dan risalah kepadanya, padahal tidak mustahil jika dalam hal itu aliran Maturidiyyah punya andil. Memang tidak semua teolog dari aliran Hanafiah seperti Najm al-Din al-Nasafi (537 H/1143 M) antusias mendukung Abu Mansur. Sebaliknya, para pengikut

Abu Hanifah lainnya seperti Abu al-Muin al-Nasafi (503 H/ 114 M) justru antusias mendukung Abu Mansur. Dalam sejarah, salah satu pengikut Maturidiyyah yang berpengaruh Abu al-Yusr Muhammad al-Bazdawi (421-439 H), yang mengenak ajaran-ajaran Maturidiyyah dari orang tuanya. Sebagaimana al-Baqillah dan al-Juwaini di kalangan Asyariyah, maka al-Bazdawi tidak pula selalu sepaham dengan alMaturidi. Di antara kedua tokoh Maturidiyyah ini terdapat perbedaan paham, sehingga dalam aliran Maturidiyyah terdapat dua golongan, yakni; pertama, golongan Samarkand (pengikut Abu Musa al-Maturidi) yang mempunyai paham lebih dekat dengan paham Mutazilah; kedua, golongan Bukhara (pengikut Maturidiyyah versi al-Bazdawi) mempunyai pendapat yang lebih dekat kepada Asyariyah. Karir pendidikan al-Maturidi lebih dikonsentrasikan untuk menekuni bidang teologi dari pada fiqih. Pemikiran-pemikiran beliau yang dituangkan dalam bentuk karya tulis, di antaranya ialah Kitab Tauhid, Tawil Al-Quran, Makhaz Asa-Syarai, al-Jadl, Ushul fi Usul ad-Din, Maqalat fi ak-Ahkam Radd Awail al-Abdillah li al-Kabi, Radd al-Ushul al-Khamisah li Aby Muhammad alBahili, Radd al-Imamah li al-Baad ar-Rawafid, dan Kitab Radd ala alQaramatah. 2. Paham yang Mendekati Mutazilah a. Perbuatan Tuhan Mengenai perbuatan Tuhan Maturidiyyah pada umumnya sepaham dengan Mutazilah, yaitu perbuatan Tuhan hanya terbatas pada hal-hal yang dikatakan baik. Namun, ini tidak berarti bahwa tuhan tidak mampu melakukan perbuatan buruk. Tuhan tidak melakukan perbuatan buruk karena ia mengetahui keburukan dari perbuatan buruk itu. Di dalam Al-Quran pun jelas dikatakan bahwa tuhan tidaklah berbuat zalim.

b. Makna Sifat Tuhan Mengenai makna sifat Tuhan Maturidiyyah cenderung mendekati paham Mutazilah, walaupun Tuhan mempunyai sifat Maturidiyyah cenderung dengan Asyariyah. Maturidiyyah berpendapat bahwa sifat Tuhan itu tidak dikatakan sebagai esensi-Nya dan bukan pula lain dari esensi-Nya. Sifat-sifat Tuhan itu Mulzamah (ada bersama) dzat tanpa terpisah. Bedanya, Maturidiyyah mengakui adanya sifat-sifat Tuhan, sedangkan Mutazilah menolak adanya sifat-sifat Tuhan. c. Pengutusan Rasul Mengenai pengutusan rasul di tengah-tengah umatnya secara umum Maturidiyyah sepaham dengan Mutazilah, yaitu Maturidiyyah berpendapat bahwa pengutusan rasul ke tengah-tengah umatnya adalah kewajiban Tuhan agar manusia dapat berbuat baik dan terbaik dalam kehidupannya. d. Kehendak Mutlak dan Keadilan Tuhan Dalam memahami kehendak mutlak dan keadilan Tuhan Maturidiyyah terpisah menjadi dua, yaitu Maturidiyyah Samarkand, dan Maturidiyyah Bukhara. Perbedaan ini terletak porsi penggunaan akal dan pemberian batas terhadap kekuasaan mutlak Tuhan. Maturidiyyah Samarkand mempunyai posisi sepaham dengan lebih dekat dengan Mutazilah, sedangkan Maturidiyyah Bukhara lebih dekat dengan Asyariyah. Maturidiyyah Samarkand berpendapat bahwa kehendak mutlak Tuhan dibatasi oleh keadilan-Nya. Tuhan adil mengandung arti bahwa segala perbuatan-Nya adalah baik dan tidak mampu berbuat buruk serta tidak mengabaikan kewajiban-kewajiban-Nya terhadap manusia. Oleh karena itu, Tuhan tidak akan memberi beban yang terlalu berat kepada manusia dan tidak sewenang-wenang dalam memberi hukum. Karena Tuhan tidak berbuat zalim. Tuhan akan memberikan upah atau hukuman kepada manusia sesuai dengan perbuatannya.

e. Akal Mengenai akal dalam mengetahui kebaikan dan keburukan, Maturidiyyah sepaham dengan Mutazilah. Maturidiyyah berpendapat bahwa akal dibagi menjadi tiga macam, yaitu: 1. Akal dengan sendirinya hanya mengetahui kebaikan sesuatu itu. 2. Akal dengan sendirinya hanya mengetahui keburukan sesuatu itu. 3. Akal tidak mengetahui kebaikan dan keburukan sesuatu, kecuali dengan petunjuk ajaran dengan wahyu. f. Kalam Tuhan Kalam Tuhan bagi Maturidiyyah mempunyai kedudukan yang sama dengan Mutazilah. Maturidiyyah memandang bahwa Al-Quran sebagai kalamullah yang tersusun dari huruf-huruf dan kata-kata. Al-Quran sebagai firman Tuhan bukan merupakan sifatnya, dan bukan pula dzatnya. Al-Quran sebagai firman Tuhan bukan sifat, tetapi perbuatan yang diciptakan Tuhan dan tidak bersifat kekal. g. Perbuatan Manusia Maturidiyyah Samarkand berpendapat sama dengan Mutazilah mengenai perbuatan manusia. Maturidiyyah Samarkand berpendapat bahwa kehendak dan daya berbuat pada diri manusia adalah kehendak dan daya manusia dalam arti kata sebenarnya, bukan dalam arti kiasan Artinya adalah daya untuk berbuat tidak diciptakan sebelumnya, tetapi bersama-sama dengan perbuatannya. 3. Paham yang Mendekati Asyariyah a. Perbuatan Manusia Maturidiyyah Bukhara mengenai perbuatan manusia lebih dekat dengan Asyariyah. Maturidiyyah Bukhara berpendapat bahwa untuk perbuatan manusia diciptakan oleh Tuhan, sedangkan manusia tidak mempunyai efek untuk mewujudkannya. Tuhan menciptakan perbuatan untuk manusia dan menciptakan

pula daya untuk melahirkan perbuatan tersebut. Jadi perbuatan manusia adalah ciptaan Tuhan dan merupakan perolehan bagi manusia. b. Akal dan Wahyu Dalam pemikiran teologi, Maturidiyyah mendasarkan pada Al-Quran dan Akal. Dalam hal ini, Maturidiyyah sama dengan Asyariyah. Namun porsi yang diberikan kepada akal lebih besar daripada yang diberikan oleh Asyariyah. Maturidiyyah berpendapat bahwa mengetahui Tuhan dan kewajiban pengetahuan Tuhan dapat diketahui dengan akal. Kemampuan akal dalam mengetahui kedua hal tersebut sesuai dengan ayat-ayat Al-Quran dalam usaha memperoleh pengetahuan dan keimanannya terhadap Tuhan melalui pengamatan dan pemikiran yang dalam tentang makhluk ciptaannya. Kalau akal tidak mempunyai kemampuan memperoleh pengetahuan tersebut, tentunya tuhan tidak akan memerintahkan manusia untuk melakukannya. Dan orang yang tidak mau menggunakan akal untuk memperoleh iman dan pengetahuan mengenai tuhan berarti meninggalkan kewajiban yang diperintahkan ayat-ayat tersebut. Namun akal, tidak mampu mengetahui kewajiban-kewajiban lainnya. c. Kehendak Mutlak dan Keadilan Tuhan Maturidiyyah Bukhara sepaham dengan Asyariyah. Maturidiyyah Bukhara berpendapat bahwa Tuhan mempunyai kekuasaan mutlak. Tuhan berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya dan menentukan segala-galanya. Tidak ada yang dapat menentang atau memaksa Tuhan dan tidak ada larangan bagi Tuhan. Ketidakadilan Tuhan harus dipahami dalam konteks kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan Maturidiyyah Bukhara berpendapat Tuhan tidak mempunyai tujuan dan tidak mempunyai unsur pendorong untuk menciptakan alam dan isinya. Tuhan berbuat sekehendak-Nya sendiri. Ini berarti, bahwa alam tidak diciptakan Tuhan untuk kepentingan manusia atau dengan kata lain, konsep keadilan Tuhan bukan diletakkan untuk kepentingan manusia, tetapi pada Tuhan sebagai pemilik mutlak.

d. Sifat Tuhan Berkaitan dengan permasalahan sifat Tuhan, terdapat persamaan antara pemikiran Maturidiyyah dan Asyariyah. Maturidiyyah berpendapat bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat, seperti sama, bashar, dan sebagainya. Maturidiyyah memandang bahwa sifat Tuhan itu tidak dikatakan sebagai esensi-Nya dan bukan pula lain dari esensi-Nya. Sifat-sifat Tuhan itu Mulzamah (ada bersama) dzat tanpa terpisah. e. Melihat Tuhan Maturidiyyah sependapat dengan Asyariyah mengenai melihat Tuhan di akhirat nanti. Maturidiyyah berpendapat bahwa manusia dapat melihat Tuhan. Tuhan kelak di akhirat dapat dilihat dengan mata, karena Tuhan mempunyai wujud walaupun ia immaterial. Namun melihat Tuhan, kelak di akhirat tidak dalam bentuknya, karena keadaan di akhirat tidak sama dengan keadaan di dunia. Tuhan dapat dilihat di akhirat, tetapi tidak dapat digambarkan. Kemungkinan dapat terjadi manakala Tuhan sendiri yang menyebabkan dapat dilihat atau bilamana ia menciptakan kemampuan penglihatan manusia untuk melihatnya. f. Kalam Tuhan Maturidiyyah sepaham dengan Asyariyah mengenai kalam Tuhan. Maturidiyyah berpendapat bahwa kalam tuhan tersusun dengan huruf dan bersuara dengan kalam nafsi (sabda yang sebenarnya atau makna abstrak). Kalam nafsi adalah sifat qadim bagi Tuhan, sedangkan kalam yang tersusun dari huruf dan suara adalah baharu (hadits). Al-Quran dalam arti kalam yang tersusun dari huruf dan kata-kata adalah baharu (hadits). Kalam nafsi tidak dapat kita ketahui hakikatnya dan bagaimana Tuhan bersifat dengannya tidak dapat kita ketahui, kecuali dengan suatu perantara.

BAB III KESIMPULAN - Maturidiyyah merupakan salah satu sekte Ahl al-Sunnah wal al-Jamaah, yang berdiri bersamaan dengan Asyariyah. Aliran dilahirkan oleh suatu kondisi untuk memenuhi kebutuhan mendesak untuk menyelamatkan diri dari ekstrimitas kaum rasionalis (Mutazilah), dan ekstrimitas kaum tektualis ( kaum Hanabilah, para pengikut Imam Ibnu Hambali). - Aliran Maturidiyyah berdiri atas prakarsa al-Maturidi pada tahun pertama abad ke- 4 H. Dalam sejarah, salah satu pengikut Maturidiyyah yang berpengaruh Abu al-Yusr Muhammad al-Bazdawi (421-439 H) tidak selalu sepaham dengan alMaturidi, sehingga dalam aliran Maturidiyyah terdapat dua golongan, yakni; pertama, golongan Samarkand (pengikut Abu Musa al-Maturidi) yang mempunyai paham lebih dekat dengan paham Mutazilah; kedua, golongan Bukhara (pengikut Maturidiyyah versi al-Bazdawi) mempunyai pendapat yang lebih dekat kepada Asyariyah. - Perpecahan dalam aliran Maturidiyyah mempunyai dampak, dan menyebabkan paham-paham yang dihasilkan tidak berdiri sendiri, sehingga secara garis besar paham yang dihasilkan menjadi dua kelompok, yaitu paham yang dipengaruhi oleh cara berpikir Mutazilah, dan paham yang dipengaruhi oleh cara berpikur Asyariyah.

DAFTAR PUSTAKA Madkour, Ibrahim, (2004), Fi al-Falsafah al-Islamiyyah Manhaj wa Tatbiqub alJuzal Sani, Terj. Yudian Wahyudi Asmin, Aliran dan Teori Filsafat Islam, Jakarta:Bumi Aksara. Maraghi, Musthafa, (1974), Al-fath Al-Mubin fi tabaqat Al-Ushulliyyin jilid I, An-Nasyr Muhammad Amin wa Syirkah. Nasution, Harun, (1972), Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta:UI Press. Qasim, Muhammad,(1973), Dirasat Al-Falsafah Al-Islamiyah, Dar Al-Maarif, Mesir. Rozak Abdul, dan Anwar, Rosihan, (Ilmu Kalam, Bandung:Pustaka Setia. Yusuf, M.Yunan , (1990), Alam Pikiran Islam:Pemikiran Kalam, Jakarta:Perkasa. Zahrah, Muhammad Abu, (1996), Aliran Politik dan Aqidah Dalam Islam,Terj. Abdul Rahman dan Ahmad Qarib,Jakarta:Logos. Nata, Abuddin, Ilmu kalam, Filsafat, dan tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995 Rozak, Abdul, dkk . Ilmu kalam. Bandung:CV. Pustaka setia,2006. Zainuddin, H, Ilmu Tauhid, Jakarta:PT Rineka Cipta, 1992 Hanifah Ahmad, MA, Theologi Islam (Ilmu Kalam), 1990, Jakarta: PT. Bulan Bintang Syekh Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, 1963, Jakarta: Bulan Bintang Syukur Amin, MA, Pengantar Studi Islam, 2000, Semarang: CV. Bima Sejati

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Aliran Maturidiyah. Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Ilmu Kalam/Tauhid. Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal Alamiin.

Bandung, Oktober 2012

Penulis

Anda mungkin juga menyukai