Anda di halaman 1dari 9

PROSEDUR

IDENTIFIKASI IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN


RISIKO (IBPR)

Nomor
Dokumen Revisi 0.2

Hari, Tanggal Halaman 1/9


Diajukan Disetujui

I. TUJUAN
1. Sebagai dasar utama dalam pengembangan dan Implementasi Sistem Manajemen K3 untuk
mengendalikan risiko yang terjadi di area kerja.
2. Sebagai referensi dalam membuat kebijakan K3 Perusahaan, Sasaran K3, Program Kerja serta semua
prosedur, Instruksi kerja dan peraturan peraturan K3.

II. RUANG LINGKUP


1. Ruang Lingkup SOP ini meliputi semua area fasilitas, pekerjaan dan proses kerja di area PT. Aneka
Sumberbumi Jaya baik di area luar maupun area pertambangan PT. Aneka Sumberbumi Jaya termasuk
semua aktifitas yang di kerjakan oleh kontraktor.

III. REFERENSI
1. Undang – Undang No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja, Bab V Pasal 9.
2. Undang – Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
3. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
4. Permen ESDM 26 Tahun 2018 Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang baik.
5. Kepmen ESDM 1827 Tahun 2018 Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang baik.
6. SOP-HSE-PTA-01 Proses Manajemen Risiko.

IV. DEFINISI
1. IBPR dibuat oleh orang yang memang melakukan pekerjaan tersebut`
2. Pengawas lapangan bertanggung jawab atas IBPR yang dibuat pada area dibawah tanggung jawabnya
3. Level menengah organisasi memeriksa, mengkaji IBPR yang telah disusun
4. Level manajemen keatas mengevaluasi dan menyetujui IBPR sesuai departemen / Section.
5. Departemen HSE bertindak sebagai fasilitator dan kordinator pembuatan IBPR disemua area kerja PT.
Aneka Sumberbumi Jayax
PROSEDUR
IDENTIFIKASI IDENTIFIKASI BAHAYA
DAN PENILAIAN RISIKO (IBPR)
Nomor
Dokumen Revisi 0.2

Hari, Tanggal Halaman 2/9

V. TANGGUNG
JAWAB
1. Sub Section Head & Supervisor.

VI. PROSEDUR
6.1 Persiapan
Sebelum melakukan identifikasi bahaya dan pengendalian resiko di suatu lokasi kerja maka setiap
departemen harus menyiapkan formulir IBPR standar yang telah disediakan dan SOP pembuatan
IBPR milik PT xxxxxx

6.2 Penetapan Lokasi


1. Seluruh departemen dan mitra kerja melakukan identifikasi terhadap seluruh kerja dan
memeriksa apakah kegiatan dan peralatan dilokasi tersebut mengandung bahaya yang dapat
mengancam keselamatan orang, lingkungan dan peralatan kerja.
2. Penetapan harus dilakukan secara menyeluruh disetiap lokasi kerja yang meliputi semua
bidang kegiatan baik yang bersifat rutin ataupun tidak rutin termasuk semua proses, orang,
lingkungan, infrastruktur & fasilitasnya, kontraktor dan tamu.
3. Penetapan lokasi dilakukan oleh setiap departemen dan dapat berkonsultasi dengan HSE PT.
Aneka Sumberbumi Jaya
4. Penetapan lokasi ini dapat ditinjau kembali jika ada perubahan pada proses, cara, dan area
kerja, atau minimum satu kali setahun.

6.3 Identifikasi Bahaya


1. Seluruh departemen dan mitra kerja melakukan identifikasi bahaya dan risiko terhadap
seluruh lokasi kerja yang meliputi semua kegiatan PT. Aneka Sumberbumi Jaya
2. Identifikasi bahaya harus dilakukan secara berkala minimum setahun sekali atau kurang dari
waktu yang ditentukan karena adanya perubahan yang dapat mendatangkan bahaya baik
perubahan area kerja, cara kerja dan fasilitas kerja.
3. Yang perlu diketahui dalam melakukan identifikasi bahaya adalah melihat bahaya yang
mungkin dapat terjadi dari kondisi tempat kerja baik untuk tempat kerja yang sudah ada
pengendaliannya ataupun yang belum.
4. Dalam melakukan identifikasi bahaya harus melihat aspek 4M + 1E (Man, Machine, Method,
Material, Environment).
5. Pada saat melakukan identifikasi bahaya setiap departemen / kontraktor dapat berkonsultasi
dengan HSE, semua section harus melakukan IBPR, minimum merujuk pada standar IBPR
PT. Aneka Sumberbumi Jaya
6. Pembuatan IBPR untuk setia divisi menjadi tanggung jawab section yang menangani
pekerjaan / proyek tersebut.
7. Untuk mengidentifikasi bahaya dan menilai resiko harus memperhatikan : Aktifitas Normal,
Abnormal, Emergency, Rutin & tidak rutin.
8. Aktifitas seluruh personil yang mempunyai akses ketempat kerja (termasuk kontraktor dan
tamu).
PROSEDUR
IDENTIFIKASI IDENTIFIKASI BAHAYA
DAN PENILAIAN RISIKO (IBPR)
Nomor
Dokumen Revisi 0.2

Hari, Tanggal Halaman 3/9

9. Perilaku manusia, kemampuan dan faktor – faktor manusia lainnya.


10. Untuk setiap bahaya yang sudah diidentifikasi harus juga dilihat faktor – faktor perilaku
manusia yang menyebabkan bahaya tersebut dapat terjadi.
11. Bahaya - bahaya yang timbul dari luar tempat kerja yang berdampak pada kesehatan dan
keselamatan personel didalam kendali organisasi dilingkungan tempat kerja.
12. Bahaya - bahaya yang terjadi disekitar kerja hasil aktifitas kerja yang terkait didalam kendali
organisasi.
13. Prasarana, peralatan dan materi di tempat kerja yang disediakan oleh Perusahaan.
14. Perubahan atau usulan perubahan didalam organisasi, aktifitas atau material.
15. Modifikasi system manajemen K3, termasuk perubahan sementara, dan dampaknya terhadap
operasional, proses - proses dan aktifitas - aktifitas.
16. Adanya kewajiban peraturan perundang - undangan dan persyaratan lainnya, yang relevan
terkait dengan penilaian resiko dan penerapan pengendalian yang diperlukan.
17. Rancangan area - area kerja, proses - proses, instalasi - instalasi, mesin/peralatan, prosedur
dan organisasi kerja, termasuk adaptasinyakepada kemampuan manusia.
6.4 Penilaian Resiko
1. Yang perlu diketahui dalam melakukan penilaian bahaya adalah melihat potensi bahaya yang
mungkin dapat terjadi dari kondisi ditempat kerja baik untuk tempat kerja yang sudah ada
pengendalian maupun yang belum terfasilitasi.
2. Pada saat melakukan penilaian resiko, setiap departemen dapat berkonsultasi dengan HSE .
3. Resiko suatu lokasi atau objek akan mengalami perubahan (akan turun) bila sudah ada
tindakan pengendalian.
4. Apabila setelah ada pengendalian ditemukan resikonya belum turun maka penanganan yang
dilakukan evaluasi tambahan untuk menurunkan nilai resiko, Bahaya yang timbul di tempat
kerja, meliputi :

a. Infrastruktur, peralatan dan material, baik yang disediakan perusahaan maupun pihak
lain yang berhubungan dengan perusahaan
b. Perubahan pada organisasi, aktivitas atau material yang digunakan
c. Perubahan pada sistem manajemen K3 termasuk perubahan yang bersifat sementara dan
berdampak terhadap operasi, proses, dan aktivitas kerja
d. Kewajiban perundangan-undangan terkait penilaian risiko dan tindakan pengendalian
e. Design tempat kerja, proses, instalasi mesin/peralatan, prosedur operasional, dan
organisasi kerja.
f. Dan jenis-jenis risiko yang dapat terjadi meliputi :

KATEGORI A KATEGORI B KATEGORI C KATEGORI D


Potensi bahaya yang Potensi bahaya yang Risiko terhadap Potensi bahaya
menimbulkan risiko yang menimbulkan risiko kesejahteraan atau menimbulkan
risiko
PROSEDUR
IDENTIFIKASI IDENTIFIKASI BAHAYA
DAN PENILAIAN RISIKO (IBPR)
Nomor
Dokumen Revisi 0.2

Hari, Tanggal Halaman 4/9


jangka panjang pada langsung pada kesehatan sehari-hari.
kesehatan. pribadi dan psikologis.
keselamatan.
 Bahaya kimia
(debu, uap, gas,
asap)
 Bahaya biologis
(penyakit dan
gangguan oleh
virus, bakteri,  Kebakaran
binatang dsb.)  Listrik  Pelecehan,
 Bahaya fisik  Potensi bahaya termasuk
(kebisingan, mekanik (tidak intimidasi dan
penerangan, adanya  Air Minum pelecehan
getaran, iklim pelindung  Toilet dan fasilitas seksual
kerja, terpeleset, mesin) mencuci  Terinfeksi
tersandung, dan  Tata graha/  Ruang makan atau HIV/AIDS
jatuh) housekeeping kantin  Kekerasan di
 Bahaya ergonomi (penataan dan  P3K di tempat kerja tempat kerja
(posisi duduk, perawatan buruk  Stres
pekerjaan pada peralatan  Narkoba di
 Transportasi
berulang-ulang, dan lingkungan tempat kerja
jam kerja yang kerja)
lama)

 Potensi bahaya
lingkungan yang
diakibatkan oleh
polusi/limbah
yang dihasilkan
perusahaan.

6.5 Penilaian berdasarkan kemungkinan terjadi


Setiap departemen harus melakukan penilaian terhadap resiko berdasarkan tingkat kemungkinan
terjadinya suatu bahaya sesuai tingkatan sebagai berikut :
PROSEDUR
IDENTIFIKASI IDENTIFIKASI BAHAYA
DAN PENILAIAN RISIKO (IBPR)
Nomor
Dokumen Revisi 0.2

Hari, Tanggal Halaman 5/9

6.6 Penilaian berdasarkan tingkat keparahan


Setiap departemen melakukan penilaian terhadap resiko dari suatu bahaya berdasarkan tingkat
keparahan sebagai berikut

6.7 Penetapan Kategori Resiko


Penetapan resiko dibuat berdasarkan matriks yang sudah disusun berdasarkan kajian terhadap
kondisi spesifik kegiatan PT. Aneka Sumberbumi Jayaxxxxxxxxx
Penetapan resiko digolongkan dalam 4 (Empat) Kategori Risiko, antara lain :
PROSEDUR
IDENTIFIKASI IDENTIFIKASI BAHAYA
DAN PENILAIAN RISIKO (IBPR)
Nomor
Dokumen Revisi 0.2

Hari, Tanggal Halaman 6/9

Kategori resiko diklasifikasikan berdasarkan Nilai Risiko dengan skala 1 s/d 16, sebagai berikut :

Berikut adalah keterangan dari pengendalian sesuai dengan formulir IBPR standar :
1. Eliminasi : Menanggulangi bahaya dengan cara menghilangkan / menghapus barang / alat kerja /
cara kerja yang dapat menimbulkan bahaya.
2. Substitusi : Menanggulangi bahaya dengan jalan mengganti barang / alat / cara kerja yang lain
yang tidak berbahaya
3. Rekayasa Enginering / Pengendalian : Menanggulangi potensi bahaya dengan melakukan
rekayasa ulang dan menanggulangi bahaya dengan cara mengurangi pemakaian barang / alat /
atau cara kerja yang dapat menimbulkan bahaya
4. Administrasi Control meliputi:
a. Rambu / Peringatan, SOP / IK / JSA, menanggulangi potensi bahaya dengan membuat
SOP/IK/JSA
b. Peningkatan Kompetensi ; Menanggulangi potensi bahaya dengan cara memberikan
pendidikan atau pelatihan kepada para pekerja
c. Peraturan Khusus : Menanggulangi potensi bahaya dengan cara membuat aturan khusus
5. APD : Meminimalisasi potensi bahaya yang dapat menimbulkan resiko terhadap pekerja dengan
mewajibkan pemakaian APD sesuai dengan jenis pekerjaannya.
6.8 Pertimbangan Lain
1. Apabila dalam penetapan aturan resiko ditemukan bahwa suatu daerah / kegiatan memiliki resiko
ekstrim maka departemen tersebut harus membuat program pengendalian yang sangat khusus dan
bersifat segera untuk mencegah resiko yang mungkin timbul dari kegiatan tersebut.
2. Apabila dalam melakukan penetapan resiko dan ditemukan ada daerah / kegiatan yang memiliki
resiko tinggi maka perlu adanya pengaturan pengendalian yang khusus dan spesifik secepatnya.
PROSEDUR
IDENTIFIKASI IDENTIFIKASI BAHAYA
DAN PENILAIAN RISIKO (IBPR)
Nomor
Dokumen Revisi 0.2

Hari, Tanggal Halaman 7/9

3. Apabila dalam melakukan penetapan resiko dan ditemukan ada daerah / atau kegiatan yang
memiliki resiko moderate / sedang / menengah maka perlu ada pengaturan pengawasan yang lebih
spesifik serta diperlukan adanya prosedur lanjutan
4. Apabila dalam melakukan penetapan resiko ditemukan suatu daerah / kegiatan memiliki resiko
rendah dan dapat diabaikan maka daerah atau kegiatan tersebut memerlukan tindakan perbaikan
yang akan dilakukan jika dapat diperbaiki
5. Apabila tindakan pengendalian yang dilakukan mengandung potensi bahaya yang besar maka
sebelum melakukan tindakan pengendalian tersebut harus dibuat kan IBPR

6.9 Evaluasi
1. Setiap Departemen / kontraktor / sub kontraktor harus melakukan evaluasi atas setiap
penilaian resiko yang sudah dibuat untuk menetapkan prioritas program pengendalian yang
akan dilakukan di departemennya
2. Evaluasi terhadap IBPR mengacu pada peraturan pemerintah dan hokum yang berlaku serta
kebijakan perusahaan
3. Penjelasan pengisian kolom IBPR
1) Lokasi :
Lokasi adalah nama tempat, dimana bahaya itu dapat terjadi. Misalnya Workshop,
Area
Tambang, PIT, Houl Road, Office,
dll..
2) Aktifitas :
Aktifitas disi dengan jenis jenis kegiatan yang dilakukan dan dapat memicu bahaya itu
terjadi, seperti aktifitas pengupasan OB, Pengelasan, aktifitas inspeksi dan aktifitas kerja
lainnya
3) Rincian Bahaya :
Rincian bahaya yang dimaksud disini adalah hal-hal rinci yang dapat menyebabkan
bahaya itu terjadi. Bahaya dapat terjadi karena 2 hal utama yaitu :
Kondisi Tidak Aman
Kolom ini diisi dengan sumber, kondisi atau situasi berbahaya yang memungkinkan
dapat terjadinya inciden di lokasi tersebut, seperti Jalan licin, asap genset, area
loading tanpa tanda bahaya, tikungan jalan yang tajan, tabung gas tanpa pembatas
rantai, kabel terkelupas, power plan tanpa batas pengaman.
Tindakan Tidak Aman
Kolom ini diisi dengan tindakan atau perilaku berbahaya yang dilakukan oleh
seseorang yang dapat mengakibatkan terjadinya inciden, seperti ngebut di jalan,
bekerja menyalahi prosedur, tidak menggunakan seat belt, tidak menggunakan
APD yang sesuai dll.

4) Resiko
PROSEDUR
IDENTIFIKASI IDENTIFIKASI BAHAYA
DAN PENILAIAN RISIKO (IBPR)
Nomor
Dokumen Revisi 0.2

Hari, Tanggal Halaman 8/9

Akibat dari bahaya yang terjadi dalam inciden di area tersebut. Resiko merupakan suatu
hasil inciden berupa cidera, atau kerugian karena adanya kemungkinan bahaya dengan
paparan keparahan yang terjadi misalnya :
Tertimpa balok, kepala pecah.
Terpeleset, kaki patah.
Dilindas HD, meninggal dunia.
Tabrakan, kendaraan rusak parah.
Tubuh terbakar, cidera berat.
Terjatuh dari ketinggian, meninggal dunia.
5) Peraturan
Hukum, perundangan, aturan internasional, aturan pemerintah dan peraturan lain yang
relevan yang mengatur tentang pengendalian bahaya yang sedang dibahas tersebut.
Jangan hanya mengisi nama dan nomor peraturannya saja, namun harus lebih detail
dengan mencantumkan pasal mana yang mengatur
6) Pengendalian Yang Dilakukan Saat Ini
Pada kolom ini harus diisi tentang pengendalian-pengendalian apa saja yang sudah
dilakukan saat ini, guna mengantisipasi bahaya yang sudah di identifikasi tadi.
Pengendalian bahaya harus mengikuti urutan urutan hirarki yang telah ditentukan
7) Penilaian Resiko
Adalah proses menilai resiko resiko dalam kategori tingkatan kemungkinan dikalikan
dengan keparahan yang menghasilkan Nilai Resiko
8) Usulan Pengendalain Tambahan
Adalah usulan usulan yang diberikan oleh bagian yang bersangkutan, guna lebih
meminimalisir nilai resiko bahaya yang dapat terjadi
9) Penilaian Resiko (Dengan Pengendalian Tambahan)
Dalam hal pengisian kolom ini, maka bagian yang mengisi harus memperhitungkan
harapannya pada nilai resiko berkurang (baik nilai kemungkinan, tingkat keparahan
maupun nilai resikonya) setelah nantinya Pengendalian Tambahan itu dilakukan.
10) PIC
PIC adalah orang yang ditunjuk untuk bertanggung jawab atas dijalankannya usulan-
usulan Pengendalian Tambahan yang diberikan. PIC harus satu orang.
11) Rutin / Non Rutin / Abnormal / Normal / Emergency
Kolom ini harus diisi dengan huruf R (Rutin) atau NR (Non Rutin). Bagian yang mengisi
kolom ini harus melihat apakah kegiatan tersebut bersifat rutin atau tidak.
12) Progress
Kolom ini harus diisi dengan tanggal pada saat pemeriksaan dan tingkat kemajuan dari
pelaksanaan pengendalian tambahan (contoh : sudah selesai, belum dilakukan, dalam
proses pelaksanaan)

6.10. Pemantauan dan Peninjauan


PROSEDUR
IDENTIFIKASI IDENTIFIKASI BAHAYA
DAN PENILAIAN RISIKO (IBPR)
Nomor
Dokumen Revisi 0.2

Hari, Tanggal Halaman 9/9

1. Setiap kepala bagian dari masing-masing departemen PT. xxxxxx harus melakukan
pemantauan dan peninjauan ulang terhadap hasil penilaian resiko jika :

a. Secara berkala minimal 1 tahun sekali untuk menjamin kesesuaian dan kondisi aktual
proses
b. Adanya perubahan proses, lingkungan kerja, metode kerja, kompetensi dan faktor lainnya

2. Hasil evaluasi identifikasi dan penilaian resiko dilakukan pengesahan kembali sesuai dengan
peraturan atau mekanisme yang berlaku

6.10 Laporan
Setiap departemen / kontraktor / sub kontraktor harus menyerahkan laporan hasil IBPR. Laporan
tersebut diserahkan ke dept. HSE PT. Aneka Sumberbumi Jayaxxx untuk untuk di Arsip.

VII. LAMPIRAN
Formulir Identifikasi Bahaya dan Pengendalian

VIII. LAIN-LAIN

Anda mungkin juga menyukai