Anda di halaman 1dari 26

1

Rumah Sakit Nindhita


Alamat Jl. Syamsul Arifin No. 87
Kel. Polagan Kec. Sampang Kab. Sampang
Madura Jawa Timur
No. Tlp/Fax : 0323 3325078. Cell :081331617110
Website : www.rsnindhitasampang.com

PEDOMAN KOMUNIKASI EFEKTIF


DI RUMAH SAKIT NINDHITA SAMPANG

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting. Bukan hanya
dalam kehidupan organisasi, namun dalam kehidupan manusia secara umum.
Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita. Kita semua
berinteraksi dengan sesama dengan cara melakukan komunikasi. Komunikasi
dapat dilakukan dengan cara yang sederhana sampai yang kompleks, dan
teknologi kini telah merubah cara manusia berkomunikasi secara drastis.
Komunikasi tidak terbatas pada kata-kata yang terucap belaka, melainkan
bentuk dari apa saja interaksi, senyuman, anggukan kepala yang membenarkan hati,
sikap badan, ungkapan minat, sikap dan perasaan yang sama. Diterimanya pengertian
yang sama adalah merupakan kunci dalam komunikasi. Tanpa penerimaan sesuatu
dengan pengertian yang sama, maka yang terjadi adalah “dialog antara orang satu”.
proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak
lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya. Pada umumnya, komunikasi
dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua
belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya,
komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan,
menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat
bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.

Pedoman komunikasi efektif


2

B. Tujuan
Mencapai suatu komunikasi yang efektif dalam pemenuhan kebutuhan pelayanan di
Rumah Sakit yang mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan komunikasi efektif
pada masyarakat, pasien dan keluarga, serta antar staf klinis di Rumah Sakit Nindhita.

C. Ruang Lingkup
Rumah sakit mendukung hak pasien dan keluarga berpartisipasi dalam proses
pelayanan, Pasien dan keluarga berpartisipasi dalam proses pelayanan melalui pembuatan
keputusan tentang pelayanan, bertanya tentang pelayanan, dan bahkan menolak prosedur
diagnostik dan pengobatan. Rumah sakit mendukung dan meningkatkan keterlibatan pasien
dan keluarganya dalam semua aspek pelayanan dengan mengembangkan dan
mengimplementasikan kebijakan dan prosedur yang terkait.
Komunikasi efektif yang dilakukan adalah mengenai penjelasan dokter atau petugas
pelayanan kepada pasien dan keluarga, sehingga pasien dan keluarga berpartisipasi untuk
terlibat dalam proses pelayanan melalui pembuatan keputusan tentang pelayanan, sehingga
tercapainya kepuasan pasien/keluarga atas pelayanan kesehatan di RS Nindhita.
Komunikasi Efektif juga untuk Kepuasan Pasien sebagai pelanggan, kepuasan pasien
secara umum mengandung pengertian :
1. Respons emosional yang menyenangkan pasien/pelanggan berdasarkan penilaian
terhadap apa yang telah diterima/dirasakan.
2. Pelayanan yang diterima dibandingkan harapannya, atau pengalamannya terdahulu
terhadap suatu produk/jasa maupun pelayanan di tempat lain lebih baik. Memahami
harapan pasien sebagai pelanggan adalah kunci karena:
a. Pasien akan memiliki beberapa harapan yang mendasar atau utama, yakni:
1) Kesopanan yang wajar.
2) Pengetahuan tentang produk atau jasa
3) Waktu untuk menjawab yang memadai
4) Harga yang wajar
5) Kejujuran.
b. Harapan Pasien adalah mendapatkan nilai kepuasan terhadap pelayanan anda yang
diharapkan akan diterimanya.
c. Harapan pasien dapat berubah-ubah berdasarkan tempat pelanggan melakukan
bisnis dan sangat dipengaruhi oleh faktor Emosional.

Pedoman komunikasi efektif


3

D. Batasan Operasional
1. Komunikasi dengan masyarakat
2. Komunikasi dengan Pasien dan Keluarga
a. Asuhan pelayanan yang di sediakan di Rumah Sakit Nindhita;
b. Akses terhadap pelayanan yang disediakan di Rumah Sakit Nindhita;
c. Assesmen kemampuan dan pelayanan;
d. Penjelasan hasil Assesmen, diagnosis, dan rencana asuhan;
e. Penjelasan hasil asuhan dan pengobatan termasuk yang tidak diharapkan;
f. Persetujuan tindakan kedokteran;
g. Penjelasan hak dan kewajiban untuk berpartisipasi dalam proses asuhan;
3. Komunikasi efektif antar staf klinis
a. Pelaporan hasil nilai kritis laboratorium
b. Hal-hal kritikal di komunikasikan di antara professional pemberi asuhan pada waktu
serah terima pasien.
4. Informasi yang harus disampaikan secara akurat dan tepat waktu ke seluruh Rumah
Sakit.
5. Penetapan pertemuan disetiap dan antar tingkat Rumah Sakit.

E. Landasan Hukum
1. PMK (Peraturan Menteri Kesehatan) 004 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Promosi
Kesehatan Rumah Sakit;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan;

Pedoman komunikasi efektif


4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari
seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut
mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi.
(Komaruddin, 1994; Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz &Weihrich,1988).
Menurut Hovland dalam Effendy (2005:10) komunikasi adalah proses mengubah
perilaku orang lain. Seseorang dapat mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku orang
lain apabila terjalin komunikasi yang komunikatif. Paradigma Lasswell dalam Effendy
(2005) menjelaskan komunikasi meliputi unsur-unsur sebagai jawaban dari pertanyaan
yang diajukan (Who says, what in, which channel, to whom, with what effect?)
diantaranya: komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek.
Adapun makna komunikasi yang efektif menurut Effendy (2005) adalah
komunikasi yang berhasil menyampaikan pikiran dengan menggunakan perasaan yang
disadari. Sedangkan menurut Walter Lippman dalam Effendy (2005) bahwa komunikasi
yang efektif adalah komunikasi yang berusaha memilih cara yang tepat agar gambaran
dalam benak dan isi kesadaran dari komunikator dapat dimengerti, diterima bahkan
dilakukan oleh komunikan. Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan
dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan
sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana,
2003).

B. Proses Komunikasi
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana
dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindak lanjuti dengan sebuah perbuatan oleh
penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003).

C. Unsur komunikasi
1. Sumber/ komunikator (dokter, perawat, apoteker, analis, radiographer, admission,
administrasi irna, kasir, dll
2. Isi pesan
3. Media/saluran (Elektronic, Lisan, dan Tulisan).

Pedoman komunikasi efektif


5

4. Penerima/komunikan (pasien, keluarga pasien, perawat, dokter, apoteker, analis,


radiographer, admission, administrasi irna).

D. Sumber/ Komunikator

Sumber (yang menyampaikan informasi) : adalah orang yang menyampaikan isi


pernyataannya kepada penerima. Hal – hal yang menjadi tanggung jawab pengirim pesan
adalah mengirim pesan dengan jelas, memilih media yang sesuai, dan meminta kejelasan
apakah pesan tersebut sudah di terima dengan baik (konsil kedokteran Indonesia, hal.8).

Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai materi,


pengetahuannya luas dan dalam tentang informasi yang yang disampaikan, cara
berbicaranya jelas dan menjadi pendengar yang baik saat dikonfirmasi oleh si penerima
pesan (komunikan).

E. Isi Pesan (Apa yang disampaikan)


Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan komunikasi,
media penyampaian, penerimanya.

F. Media
Media berperan sebagai jalan atau saluran yang dilalui isi pernyataan yang
disampaikan pengirim atau umpan balik yang disampaikan penerima. Berita dapat berupa
berita lisan, tertulis, atau keduanya sekaligus.Pada kesempatan tertentu, media dapat tidak
digunakan oleh pengirimya itu saat komunikasi berlangsung atau tatap muka dengan efek
yang mungkin terjadi berupa perubahan sikap. (konsil kedokteran Indonesia, hal 8).

Media yang dapat digunakan: Melalui telepon, menggunakan lembar lipat, buklet,
vcd, (peraga).

G. Penerima / Komunikan

Penerima berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi, peran pengirim


dan penerima bergantian sepanjang pembicaraan. Tanggung jawab adalah berkonsentrasi
untuk menerima pesan dengan baik dan memberikan umpan baik kepada pengirim. Umpan
balik sangat penting sehingga proses komunikasi berlangsung dua arah. (konsil kedokteran
Indonesia, hal.8).

Pedoman komunikasi efektif


6

H. Pemberi / Komunikator Yang Baik Adalah:

Pada saat melakukan proses umpan balik, diperlukan kemampuan dalam hal-hal
berikut (konsil kedokteran Indonesia, hal 42):

1. Cara berbicara (talking) termasuk cara bertanya (kapan menggunakan pertanyaan


tertutup dan kapan memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan, klarifikasi, paraphrase,
intonasi;

2. Mendengar (listening), termasuk memotong kalimat;

3. Cara mengamati (observation) agar dapat memahami yang tersirat di balik yang tersurat
(bahasa non verbal di balik ungkapan kata / kalimatnya, gerak tubuh);

4. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa tubuh) agar tidak
mengganggu komunikasi, misalnya karena komunikan keliru mengartikan gerak tubuh,
raut tubuh, raut muka, dan sikap komunikator.

I. Komunikasi yang Efektif

Komunikasi efektif adalah: tepat waktu, akurat, jelas dan mudah dipahami oleh penerima,
sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan (kesalahpahaman).

Pedoman komunikasi efektif


7

Prosesnya adalah:

1. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, setelah itu dituliskan secara lengkap isi
pesan tersebut oleh si penerima pesan

2. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima pesan

3. Penerima pesan mengkonfirmasi isi pesan kepada pemberi pesan.

J. Komunikasi Dengan Masyarakat


Masyarakat memiliki struktur dan lapisan yang berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya, hal ini tergantung pada komplektifitas masyarakat itu sendiri. Semakin besar
perbedaan kebudayaan yang mereka miliki, maka semakin rumit proses-proses sosial yang
dapat dilakukan. Oleh karena itu komunikasi yang baik, sangat diperlukan untuk
mempermudah proses sosialisasi dalam lingkungan masyarakat.
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi baik berupa pesan, ide,
maupun gagasan dari suatu pihak kepada pihak yang lain. Komunikasi dapat dilakukan
dengan cara verbal/lisan seperti berbicara secara langsung denga menggunakan bahasa
yang dimengerti oleh kedua pihak, maupun dengan cara non verbal apabila tidak ada
bahasa verbal yang dapat dimengerti dengan cara menggunakan bahasa tubuh atau gerak
badan seperti menganggukan kepala, menggelengkan kepala dan menunjukan ekspresi
wajah dengan tersenyum. Subtansi dalam komunikasi ditentukan oleh:
1. Pihak yang terlibat komunikasi
2. Cara yang digunakan dalam berkomunikasi
3. Kepentingan dan tujuan komunikasi
4. Ruang lingkup
5. Media informasi
Oleh karena itu, komunikasi yang terjadi pada masyarakat dapat berupa komunikasi
secara langsung, seperti yang terjadi di lingkungan masyarakat atau dalam komunikasi
interpersonal dan kelompok. Selain itu masyarakat juga biasa melakukan komunikasi
secara tidak langsung seperti yang terjadi pada komunikasi massa
a. Komunikasi Langsung
Komunikasi langsung adalah komunikasi yang dilakukan secara lisan dan
bertatap muka antara individu satu dengan yang lain maupun kelompok dengan
Pedoman komunikasi efektif
8

kelompok. Dimana mereka saling bertukar pikiran atau informasi yang mereka
miliki.
Dalam komunikasi langsung komunikator dan komunikan harus bertemu dan
proses komunikasi yang terjadi akan dipengaruhi oleh perasaan, maupun emosi
kedua belah pihak.
b. Komunikasi Masa
Komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan melalui media massa
dengan maksud dan tujuan tertentu untuk disampaikan.
Unsur-unsur penting dalam komunikasi masa adalah :
 Komunikator
Komunikator dalam media masa adalah:
 Pihak yang mengandalkan media masa dengan teknologi
telematika modern sehingga dapat menyebarkan informasi,
maka informasi ini akan cepat ditangkap oleh publik.
 Komunikasi dalam penyebaran informasi mencoba berbagi
informasi, pemahaman, wawasan dan solusi.
 Media Masa
 Informasi (pesan) masa
 Umpan balik

K. Penerapan prinsip komunikasi dalam bidang kesehatan masyarakat

Manusia dalam kehidupannya memiliki tiga fungsi, sebagai makhluk Tuhan, individu
dan sosial budaya. Yang saling berkaitan dimana kepada Tuhan memiliki kewajiban
untuk mengabdi pada Tuhan, sebagai individu harus memenuhi segala kebutuhan
pribadinya dan sebagai makhluk sosial budaya harus hidup berdampingan dengan orang
lain dalam kehidupan selaras dan saling membantu. Dalam menjalani kehidupan selaras
dengan manusia lain, diperlukan adanya komunikasi. Komunikasi adalah proses
penyampaian pesan dari sumber ke penerima melalui saluran atau media.
Sehingga terbentuk interaksi dalam masyarakat yang membentuk suatu sistem sosial.
Interaksi yang terjadi dalam masyarakat melibatkan berbagai aspek misalnya
pendidikan, kebudayaan, keagamaan, kesehatan dan lain-lain. Aspek yang akan dibahas
di artikel ini adalah aspek kesehatan.
Khususnya tindakan pencegahan terhadap penyakit yang dapat menimbulkan masalah
Pedoman komunikasi efektif
9

kesehatan di masyarakat. Masalah kesehatan pada dasarnya merupakan masalah semua


manusia. Karena tidak ada satu manusiapun yang dapat terbebas dari penyakit. Namun,
terkadang ada beberapa orang yang kurang memperhatikan kesehatan sehingga
menimbulkan berbagai masalah kesehatan bagi dirinya maupun orang lain disekitarnya.
Masalah kesehatan juga dapat timbul dari faktor penyakit (agent) yang dapat
menyebabkan seseorang menderita sakit. Oleh karena itu, diperlukan tenaga ahli dalam
bidang kesehatan masyarakat, yang dapat membawa masyarakat ke hidup yang lebih
sehat. Tenaga ahli tersebut salah satunya adalah sarjana kesehatan masyarakat atau biasa
disebut SKM.
Prinsip yang kedua menyatakan bahwa setiap perilaku memiliki potensi komunikasi.
Dalam bidang kesehatan masyarakat, seorang SKM harus paham dengan apa yang
dilakukan masyarakat, karena mereka memiliki body language. Misalnya, disaat
menyampaikan informasi kesehatan, seorang SKM harus dapat melihat respon mereka.
Apakah mereka senyum, atau diam saja, atau malah menunjukkan muka yang kurang
sedap. Dengan demikian dapat diketahui tindakan apa yang dapat dilakukan. Misalnya
jika respon audience hanya diam saja atau menunjukkan respon yang kurang baik seperti
menggerutu, bicara sendiri atau memandang dengan tatapan sinis, mungkin cara
penyampaian informasi harus diubah. Menjadi lebih menarik dan menyenangkan
sehingga penyampaian informasi menjadi lebih efektif.
Komunikasi bersifat irreversible yang artinya tidak dapat kembali. Maksudnya, apa
yang telah diucapkan tidak akan bisa ditarik lagi dan dianggap ucapan itu tidak ada.
Mungkin memang kadang terjadi seseorang menarik kembali ucapannya. Namun, ucapan
itu tetaplah pernah diucapkan dan tidak dapat lenyap begitu saja. Sehingga sebagai
seorang SKM, dalam menyampaikan informasi kesehatan kepada masyarakat harus selalu
berhati-hati. Jangan sampai informasi-informasi tersebut disampaikan dengan cara yang
kurang sopan atau mungkin menyakiti hati audience. Sekali hati seseorang terluka, akan
sulit untuk mengobatinya. Dengan demikian untuk mencapai sebuah komunikasi yang
efektif, prinsip yang satu ini juga harus diperhatikan.

L. Komunikasi Dengan Pasien Dan Keluarga

1. Asuhan Pelayanan yang disediakan


Asuhan pelayanan yang disediakan di RS meliputi:
a. UGD 24 jam
Pedoman komunikasi efektif
10

b. Layanan Rawat Inap


c. Layanan Poli, terdiri dari :
1) Poli Penyakit dalam
2) Poli Bedah
3) Poli Radiologi
4) Poli Anak
5) Poli Obgyn
6) Poli THT
7) Poli Saraf
8) Poli Mata
9) Poli Orthopedi
10) Poli Gigi
d. Layanan Laboratorium
e. Layanan Radiologi
f. Layanan Farmasi
2. Akses terhadap pelayanan yang disediakan
Pasien dapat melakukan akses untuk mendapat perawatan :
a. Rawat Jalan – Poliklinik
b. IGD
Pasien dapat mengakses layanan perawatan di Pendaftaran dengan membuat
perjanjian atau dengan datang langsung. Pasien akan dilayani di Rumah Sakit
Nindhita jika tersedia jenis layanan yang di butuhkan. Apabila layanan yang di
butuhkan tidak memadai atau tidak ada, maka pasien harus di rujuk ke rumah sakit
lain yang memiliki kebutuhan jenis layanan yang dibutuhkan pasien saat itu dengan
sebelumnya dilakukan test pemeriksaan penunjang sebagai dasar pengambilan
keputusan sesuai standard pelayanan medis.
Pasien akan dipindahkan ke rumah sakit lain, untuk mendapatkan pelayanan
yang sesuai, ketika tidak tersedianya pelayanan tersebut di Rumah Sakit Nindhita
atau jika pasien ingin untuk dipindahkan ke rumah sakit dikarenakan asuransi atau
masalah lainnya (merujuk kepada kebijakan transfer pasien).
Semua pasien yang mendapatkan pelayanan perawatan kesehatan, atau yang
akan mendapatkan pelayanan kesehatan, harus diregistrasikan di dalam data pasien
dan mendapatkan nomor rekam medis. Ini meliputi pasien rawat inap (termasuk

Pedoman komunikasi efektif


11

bayi baru lahir), pasien rawat jalan, dan pasien yang hanya memeriksakan spesimen
(contoh: sample darah) diregisterkan sebagai pasien. Keberhasilan mengidentifikasi
pasien menurunkan angka duplikasi registrasi. Jika pasien tidak mempunyai satu
identitas unik dan spesifik maka hal ini dapat mengganggu pelayanan pasien.
1. Proses Penerimaan Pasien Rawat Jalan:
a. Pasien datang di bagian loket pendaftaran dan diterima oleh petugas
pendaftaran.
b. Petugas menanyakan apakah pasien tersebut merupakan pasien baru
(pasien yang baru pertama kali berkunjung, tidak membawa kartu berobat
dan kehilangan kartu) atau pasien lama;
c. Jika pasien tersebut adalah pasien baru, maka petugas pendaftaran
mendaftar pasien sebagai berikut:
Petugas pendaftaran melengkapi formulir rekam medis penerimaan pasien
baru dengan mewawancarai pasien tersebut;
1) Petugas pendaftaran mencetak KIB (Kartu Identitas Berobat)
2) Petugas pendaftaran menyerahkan KIB kepada pasien;
3) Petugas pendaftaran membawa formulir rekam medis pasien kepoli /
unit pelayanan yang dituju;
d. Petugas menerima dan meneliti kartu identitas berobat pasien.
Petugas pendaftaran mendaftar pasien sesuai dengan pelayanan yang akan
dituju dengan mewawancarai pasien tersebut;
1) Petugas membuat tracer berdasarkan KIB pasien.
2) Petugas mengambil berkas rekam medis pasien ke filing sesuai dengan
tracer tersebut.
3) Apakah berkas rekam medis pasien sudah terkumpul
4) Jika berkas belum terkumpul, maka petugas menunggu sampai berkas
terkumpul di bagian admisi.
5) Jika berkas sudah terkumpul, maka petugas mendistribusikan semua
berkas rekam medis pasien ke poliklinik yang dituju.
e. Pelayanan di Instalasi Rawat Jalan
1) Petugas Instalasi Rawat Jalan memberikan pelayanan kesehatan bagi
pasien.
2) Apakah pasien perlu dirujuk ke unit pelayanan penunjang yang lain

Pedoman komunikasi efektif


12

3) Jika Ya petugas, maka petugas membawa formulir rujukan ke unit yang


dituju.
4) Jika tidak, maka pasien / keluarganya dipersilahkan mengambil obat di
bagian farmasi.
5) Kemudian petugas mempersilahkan pasien menyelesaikan administrasi
pembayaran di kasir.
f. Jenis-jenis pendaftaran:
1) Pendaftaran Instalasi Rawat Jalan: Pemesanan kamar bagi pasien rawat
jalan yang akan rawat inap oleh bagian pendaftaran. Dokumen yang
diperlukan akan dikirimkan ke bagian pendaftaran dan pasien akan
mendapatkan kamar perawatan yang sesuai dan tersedia di Instalasi
rawat inap.
2) Pendaftaran dari IGD: Pasien dari IGD yang memerlukan pendaftaran
rawat inap, pemesanan kamar oleh petugas IGD ke rawat inap
kemudian keluarga membawa formulir permintaan rawat inap dari IGD
ke pendaftaran. pasien akan diberikan kamar rawat yang tersedia di
ruang rawat inap.
3) Pendaftaran pasien observasi: Pasien dapat di observasi di emergensi
sesuai kondisi pasien sejak pasien masuk rumah sakit, selanjutnya
dokter harus memutuskan apakah pasien masuk dalam perawatan rumah
sakit, rujuk ke rumah sakit lain atau pasien di pulangkan dan di
informasikan kepada pasien atau keluarga. Selama observasi pasien
dimonitor secara berkala. Ketika pasien diobservasi dan diputuskan
oleh dokter memerlukan perawatan rawat inap, harus melengkapi
formulir dan dikirimkan ke bagian pendaftaran dan pasien akan
diberikan kamar rawat yang tersedia di ruang rawat inap.
4) Pasien transfer dari rumah sakit lain : Ketika permintaan transfer
diterima oleh dokter jaga IGD, selanjutnya pemesanan kamar rawat
inap oleh petugas IGD.
5) Proses Penerimaan Pasien Rawat Inap :
Pasien dapat didaftarkan masuk ke rumah sakit oleh dokter spesialis
yang memiliki Surat Ijin Praktek di Rumah Sakit Nindhita. Dokter
spesialis akan menjabarkan kondisi pasien dan diagnosis sementara

Pedoman komunikasi efektif


13

kepada admission dalam Surat pengantar rawat inap. Surat tersebut


berlaku tidak lebih dari 24 jam. Jika lebih dari masa berlaku tersebut,
pasien harus dikaji ulang. Penerimaan pasien non-emergensi atau pasien
rujukan ke Rumah Sakit Nindhita harus dilakukan verfikasi terlebih
dahulu mengenai kelayakan pasien serta kesediaan unit pelayanan
sesuai kebutuhan pasien untuk dirawat di Rumah Sakit Nindhita.
Semua admission memerlukan kelengkapan lembar kerja admission dari
dokter spesialis atau dokter umum dengan instruksi dari dokter spesialis, yaitu:
lembar admission (Surat Pengantar Rawat Inap), dan diagnosis saat datang.

2. Proses penerimaan pasien rawat inap:


1. Pasien datang di bagian pendaftaran dan diterima oleh petugas pendaftaran.
2. Petugas menyerahkan Surat Pengantar Rawat Inap yang berasal dari poliklinik,
IGD maupun rujukan dari dokter swasta.
3. Petugas mengisi berkas rekam medis dengan melakukan wawancara kepada
pasien mengenai tempat/fasilitas dan jaminan kesehatan yang diinginkan.
4. Petugas mengecek / mencarikan tempat / fasilitas yang diinginkan.
5. Petugas menanyakan apakah pasien setuju dengan fasilitas yang sesuai dengan
permintaan pasien,
a) Jika setuju, maka petugas mengisi formulir persetujuan sesuai tempat yang
diinginkan pasien.
b) Jika tidak setuju, maka petugas merujuk pasien ke rumah sakit lain sesuai
permintaan pasien.
c) Petugas mendaftar pasien berdasarkan identifikasi data sosial pasien.
6. Petugas memberitahukan ke pihak ruangan rawat inap akan ada pasien baru
oleh petugas IGD jika pasien dari IGD dan dari petugas pendaftaran jika pasien
berasal dari instalasi rawat jalan ;
a) Petugas memberikan informasi kepada pasien bahwa tempat sudah
disiapkan.
b) Petugas mengantarkan pasien untuk diantar ke ruangan rawat inap.
7. Petugas medis di unit pelayanan rawat inap memberikan pelayanan kesehatan
bagi pasien ;
a) Apakah pasien perlu pemeriksaan penunjang yang lain atau tidak.

Pedoman komunikasi efektif


14

b) Jika perlu pemeriksaan penunjang, maka petugas memberikan formulir ke


unit pemeriksaan yang dituju.
c) Jika tidak, maka pasien tetap mendapatkan pelayanan kesehatan rawat inap.
8. Pengaturan Kamar Rawat
Pengalokasian kamar dikendalikan oleh bagian pendaftaran jika melalui
Instalasi rawat jalan dan dikendalikan oleh bagian IGD jika pasien melalu IGD .
3. Assesmen Kemampuan dan Pelayanan
Kita melakukan Assesmen kemampuan dan pelayanan sesuai dengan tingkat
pendidikan pasien, agama, budaya, status ekonomi.
Jadi, strategi kita dalam memberikan edukasi berdasarkan data dan identitas
pasien dan keluarga.
4. Penjelasan Hasil Assesmen, Diagnosis, dan rencana asuhan
Dokter pemberi perawatan atau pelaku pemeriksaan tindakan untuk
memastikan bahwa persetujuan tersebut diperoleh secara benar dan layak.
Dokter memang dapat mendelegasikan proses pemberian informasi dan
penerimaan persetujuan, namun tanggungjawab tetap berada pada dokter pemberi
delegasi untuk memastikan bahwa persetujuan diperoleh secara benar dan layak.
Jika seorang dokter akan memberikan informasi dan menerima persetujuan
pasien atas nama dokter lain, maka dokter tersebut harus yakin bahwa dirinya
mampu menjawab secara penuh pertanyaan apapun yang diajukan pasien
berkenaan dengan tindakan yang akan dilakukan terhadapnya, untuk memastikan
bahwa persetujuan tersebut dibuat secara benar dan layak.
Kewajiban dalam memberikan informasi penjelasan tentang tindakan yang
dilakukan adalah merupakan kewajiban dari dokter atau dokter gigi atau apabila
berhalangan dapat didelegasikan kepada dokter lain yang memang berkompeten untuk
menjelaskan.
Penjelasan yang diberikan harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
dan dipahami atau cara lain yang dapat dimengerti oleh pasien dan keluarga. Hal – hal
yang disampaikan dalam penjelasan, antara lain:
a. Diagnosa dan tatacara tindakan kedokteran, meliputi :
a) Tindakan klinis dan hasil pemeriksaan medis hingga saat tersebut
b) Diagnosis penyakit, atau dalam hal belum dapat ditegakkan maka sekurang –
kurangnya diagnosis kerja dan diagnosis banding.

Pedoman komunikasi efektif


15

c) Indikasi atau keadaan klinis pasien yang membutuhkan dilakukkannya


tindakan
d) Prognosis apabila dilakukan tindakan dan apabila tidak dilakukan tindakan
b. Tujuan tindakan kedokteran yang akan di lakukan, meliputi :
a) Tujuan tindakan kedokteran yang dapat berupa tujuan preventif, diagnostik,
terapiutik, ataupun rehabilitative.
b) Tatacara pelaksanaan tindakan apa yang akan dialami pasien selama dan
setelah tindakan beserta efek samping dan ketidaknyamanan yang di
timbulkan.
c) alternative tindakan lain berikut kelebihan dan kekurangan dibandingkan
dengan tindakan yang direncanakan
d) resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi pada masing – masing alternative
tindakan
e) perluasan tindakan yang mungkin dilakukan untuk mengatasi keadaan darurat
akibat risiko dan komplikasi tersebut atau keadaan tak terduga lainnya.
f) Perluasan tindakan kedokteran yang tidak terdapat indikasi sebelumnya, hanya
dapat dilakukan untuk menyelamatkan pasien. Setelah perluasan tindakan
kedokteran dilakukan, dokter atau dokter gigi harus memberikan penjelaskan
kepada pasien untuk keluarga terdekat
5. Penjelasan Hasil Asuhan dan Pengobatan termasuk yang tidak diharapkan
- Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi :
a) risiko dan komplikasi yang sudah menjadi pengetahuan umum
b) risiko dan komplikasi yang sangat jarang terjadi atau dampaknya sangat ringan
c) risiko dan komplikasi yang tidak dapat dibayangkan ssebelumnya
(unforeseeable)
- Alternatif tindakan lain dan resikonya
- Prognosis terhadap tindakan yang akan dilakukan
a) prognosis tentang hidup matinya (ad vitam)
b) prognosis tentang fungsinya (ad functionam)
c) prognosis tentang kesembuhan (ad senationam)

Pedoman komunikasi efektif


16

6. Persetujuan Tindakan Kedokteran


Cara Memberikan Informed Concent Pada Pasien
1. Komunikasi 
Komunikasi yang dilakukan adalah yang bisa memberi pencerahan kepada
pasien, yang etis dimana tidak melanggar etika-etika medis. Penggunaan bahasa
komunikasi pun bertujuan agar pasien dapat memahaminya, sehingga dokter harus
menjelaskan dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh pasien.
2.  Kondisi 
Dalam hal ini dokter secara langsung harus memahami bagaimana kondisi klinis
dan kompetensi dari pasien pada saat dokter memberikan informasi tersebut. Jika yang
dihadapi pasien dewasa yang sadar dan kompeten, tentuinformed consent harus terjadi
pada dokter dan pasien. Tetapi untuk pasien anak-anak dan pasien yang tidak
kompeten maka consent diberikan pada pihak ketiga, boleh orang tua, wali atau orang
yang dikuasakan dll. Tentu saja consent diputuskan setelah mereka mendapatkan
informasi yang jelas.
Lalu, apa yang dimaksud dengan pasien yang tidak kompeten? Menurut hukum secara
sederhana yaitu orang yang tidak sadar, keterbelakangan mental, pikun dll.
3. Klarifikasi
Dokter juga harus memberikan clarification (penjelasan). Minimal pasien harus
tahu mengapa perlu dilakukan tindakan medis, apa saja komplikasinya, bagaimana
prosedur tindakan medis yang akan dilakukan, dan seberapa besar keberhasilannya.
Pasien/keluarganya harus mendapatkan masalah-masalah ini dengan jelas. Bila
diperlukan, seorang dokter berhak memberikan kesempatan kepada pasien dan
keluarga untuk meminta second opinion sesuai dengan kompetensi dokter tersebut.
Dari hasil klarifikasi ini diharapkan pemahaman pasien/keluarga akan semakin
tercerahkan(enlightened).
4. Tujuan dari informed consent
Tujuan dari informed consent adalah mendapatkanpersetujuan dari pasien/keluarga.
Dengan pemahaman yang diperoleh setelah mendapatkan klarifikasi, pasien dapat
mengambil keputusan untuk mengabulkan tindakan medis. Consent ini harus murni
benar-benar terjadi karena kesadaran dari pasien.

Pedoman komunikasi efektif


17

7. Penjelasan Hak dan Kewajiban Untuk Partisipasi Proses Asuhan


1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku Rumah
Sakit
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan
yang berlaku di Rumah Sakit
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya
10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi,
dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya
12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu
tidak mengganggu pasien lainnya
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
Rumah Sakit
15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya
17. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana

Pedoman komunikasi efektif


18

18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

M. Komunikasi Efektif Antar Staf Klinis


8. Pelaporan Nilai Kritis
Sebagai bagian dari International Patien Safety Goal (IPSG) yang berhubungan
dengan komunikasi efektif, maka pelaporan hasil dari tes diagnostik yang kritis adalah
bagian dari pokok persoalan keselamatan pasien. Setiap hasil tes yang secara
signifikan berada diluar batas nilai normal atau terjadinya perubahan ekstrim dari nilai
laboratorium sebelumnya sehingga memberi indikasi risiko tinggi atau kondisi yang
membahayakan kehidupan pasien harus segera dilaporkan.
Nilai normal untuk setiap tes pemeriksaan harus dicantumkan pada setiap lembaran
hasil tes yang diminta, nilai normal ini dapat digunakan sebagai acuan untuk
menentukan hasil yang dilaporkan dari pemeriksaan berada dalam batas normal atau
diluar batas normal dan dianggap kritis untuk dapat segera dilaporkan kepada klinisi.
Petugas laboratorium yang bertugas melaporkan hasil kritis kepada dokter/perawat
yang bertugas saat itu. Petugas yang melaporkan adalah analis laboratorium yang jaga
pada shift tersebut.
Apabila nilai kritis dilaporkan ke dokter umum/perawat yang bertugas pada
saat itu, maka dokter/perawat tersebut harus mendokumentasikan hasil pelaporan
tersebut dalam rekam medis pasien dalam catatan terintegrasi pasien.
Petugas laboratorium harus mencatat pelaporan hasil kritis pemeriksaan,
mencakup nama petugas laboratorium yang melaporkan, jam dan tanggal pelaporan,
nama dokter yang meminta laporan dan stempel readback pada formulir pemeriksaan.
Petugas laboratorium yang akan melaporkan nilai kritis kepada dokter yang meminta
pemeriksaan terlebih dahulu harus melakukan verifiksi terhadap hasil pemeriksaan
tersebut antara lain dengan mengecek kelayakan/kondisi sampel, melihat keterangan
klinis pasien, hasil pemeriksaan sebelumnya, pengerjaan in duplo, konfirmasi manual
atau konsultasi dengan dokter penanggung jawab laboratorium (SpPK). Setelah proses
verifikasi selesai dilakukan, maka petugas laboratorium yang melakukan pemeriksaan
wajib melaporkan nilai kritis tersebut kepada dokter yang meminta atau kepada dokter
jaga atau kepada perawat yang dinas saat itu dalam waktu segera mungkin (as soon as

Pedoman komunikasi efektif


19

possible/ASAP) dengan menggunakan prinsip “SBAR” situation, background,


assesment and recommendation. Pelaporan nilai kritis oleh petugas laboratorium
diawali dengan menyebutkan salam dan menyebutkan identitas diri petugas (nama,
jabatan, dari bagian laboratotium) dan menyebutkan nama tes laboratorium yang akan
dilaporkan. Petugas laboratorium menyebutkan nama pasien, umur, nomor RM,
asal/ruangan, keterangan klinis pasien yang signifikan secara singkat dan jelas dan
dilanjutkan dengan pembacaan hasil tes, lengkap dengan satuan dan nilai rujukan.
Petugas laboratorium dan dokter yang menerima laporan melaksanakan prosedur read
back. Read back yaitu membacakan kembali hasil kritis laboratorium yang
mempengaruhi suatu pengobatan. Lakukan stempel readback yang diisi lengkap dan
telah diparaf oleh yang melakukan read back pada hasil laboratorium. Petugas
laboratorium wajib mencatat saran atau rekomendasi yang diberikan oleh dokter yang
menerima laporan di hasil seperti permintaan pengulangan pemeriksaan dengan
sampel baru, pemeriksaan tambahan sebagai lanjutan hasil pemeriksaan atau
permintaan konfirmasi ke laboratorium rujukan.

PRINSIP
1. Semua prosedur komunikasi antar petugas adalah sesuai dengan pedoman
komunikasi efektif.
2. Tujuan utama dari komunikasi efektif adalah untuk mengurangi terjadinya
kesalahan informasi antar tenaga kesehatan
3. Pedoman komunikasi ini digunakan pada proses untuk melakukan pelaporan
melalui telepun, kondisi pasien dan hasil nilai kritis pasien kepada dokter atau
petugas laborat dan petugas radiologi.

KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB


1. Seluruh staf Rumah Sakit
a. Memahami dan menerapkan prosedur komunikasi secara benar.
b. Memastikan komunikasi yang benar dengan pendekatan/metode SBAR, ketika
melakukan pelaporan kondisi pasien dan atau pelaporan hasil nilai kritis pasien.
c. Mencatat dan memberikan cap / stempel SBAR - TBaK pada formulir catatan
terintegrasi
d. Dalam waktu 1x24 jam sudah di tanda tangani oleh pemberi perintah.

Pedoman komunikasi efektif


20

Nilai kritis pemeriksaan laboratorium


Rumah Sakit Nindhita Sampang

NILAI KRITIS PEMERIKSAAN HEMATOLOGI


NILAI AMBANG NILAI AMBANG
TES
RENDAH TINGGI
HEMATOLOGI
DAN
KOAGULASI
WBC < 2 x 103/mm3 > 30 x 103/mm3
Hematokrit < 20 % > 60 %
Hematokrit neonatus < 33 % > 70 %
Hemoglobin < 7.0 g/dL > 20.0 g/dL
Hemoglobin
<9.5 g/dL > 22 g/dL
neonatus
Platelet dewasa < 40 x 103/mm3 > 10.020 x 103/mm3
APTT Tidak ada > 78 detik

Fibrinogen < 102 mg/dL > 702 mg/dL


INR : > 3,6 atau 730
PT Tidak ada detik atau 3 x
kontrol
Waktu perdarahan Tidak ada > 15 menit
Catatan Hematokrit nilai > 60 tidak berlaku
pengecualian : ambang tinggi untuk neonatus
Hemoglobin nilai > 20 tidak berlaku
ambang tinggi untuk neonatus

Pedoman komunikasi efektif


21

NILAI KRITIS PEMERIKSAAN KIMIA

KIMIA KLINIK
Bilirubin, dewasa Tidak ada > 15 mg/dL
Bilirubin, neonatus Tidak ada > 13 mg/dL
BUN 2 mg/dL > 80 mg/dL
Calcium < 6 mg/dL > 13 mg/dL
CO2 < 10 mEq/L > 40 mEq/L
Creatinin 0,4 mg/dL 2,8 mg/dL
Glukosa, dewasa < 70 mg/dL > 302 mg/dL
Glukosa, neonatus < 30 mg/dL > 325 mg/dL
Magnesium < 1,0 mg/dL Tidak ada
Osmolalitas 250 mOsm/kg 325 mOsm/kg
Phospor 1,2 mg/dL 9 mg/dL
Kalium, dewasa < 2,8 mEq/L > 6,7 mg/dL
Kalium. Neonatus < 2,8 mEq/L > 7,0 mg/dL
Natrium < 120 mEq/L > 160 mEq/L

HEMODIALISIS
Calcium < 8 mg/dL > 11 mg/dL
Glukosa < 70 mg/dL > 302 mg/dL
Hematokrit < 20 % Tidak ada
Hemoglobin < 6,0 mg/dL Tidak ada
Phospor < 2,0 mg/dL Tidak ada
Kalium < 2,8 mEq/L > 6,5 mEq/L

ELEKTROLIT
Natrium < 120 mmol/L  160 mmol/L
Kalium, dewasa < 2,8 mmol/L  6,2 mmol/L
Kalium, neonatus < 2,5 mmol/L  7,0 mmol/L

URINALIS
Glukosuria Tidak ada  160 mmol/L
Keton Tidak ada  3+
Albuminuria Tidak ada  3+
Eritrosit uria Tidak ada  3+

Sumber:
- Reference information for the clinical laboratory. In: Burtis CA, Ashwood ER, Bruns
DE, editors. Tietz Textbook of Clinical Chemistry and Molecular Diagnostics. 4 th ed.
Missouri: Elsevier; 2006. p. 2317-8.
- Wallach J. Interpretation of diagnostic test. 8th edition. Philadelphia: Lippincott
Williams-Wilkins. P. 26-29

Daftar nilai kritis diatas adalah hasil rapat bagian laboratorium dengan klinisi (dokter
spesialis penyakit dalam, dokter spesialis anak, dokter spesialis paru, dokter spesialis
Pedoman komunikasi efektif
22

anastesi, dokter spesialis bedah, dokter spesialis saraf, dokter spesialis kebidanan dan
disertai oleh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Mohammad Zyn Sampang.

ALUR PENYAMPAIAN NILAI KRITIS


(VALENSTEINS, ET AL 2008)

HASIL LABORATORIUM NILAI KRITIS

MAKSIMAL 15 MENIT
* Penerima mencatat di
rekam medis
PETUGAS ILK TELPON KE RANAP / mebubuhkan stempel
IGD TERKAIT HASIL LAB KRITIS merah nilai kritis pada
CPPT ditulis :

* Identitas Pasien

MAKSIMAL 15 MENIT DI TERIMA OLEH * Hasil Lab kritis,jam


PERAWAT/DOKTERRUANGAN/DPJP menerima informasi

* Nama penelepon

HASIL LAB KRITIS DISAMPAIKAN


* Petugas melaporkan
OLEH PENERIMA KE DPJP,LAPORAN Identitas pasien,hasil
TRTULIS DIPARAP FERIFIKASI OLEH lab kritis kepada DPJP
DPJP
* Petugas mencatat jam
pelaporan, Nama
penerima dan Read
DPJP MELAKUKAN TIDAKAN Back di Rekam Medis
KOREKSI * Hasil lab Kritis secara
tertulis terdapat
notifikasi

 Informasi klinis saat transfer dan dirujuk


1. Lakukan komunikasi dan pendekatan yang sistematis dalam proses transfer pasien.
2. Awali dengan pengambilan keputusan untuk melakukan transfer, kemudian lakukan
stabilisasi pre-transfer dan manajemen transfer.
3. Hal ini mencakup tahapan: evaluasi, komunikasi, dokumentasi / pencatatan,
pemantauan, penatalaksanaan, penyerahan pasien antar ruangan dalam rumah sakit
maupun ke rumah sakit rujukan / penerima, dan kembali ke RS Nindhita

Pedoman komunikasi efektif


23

4. Tahapan yang penting dalam menerapkan proses transfer yang aman: edukasi,
informed consent dan persiapan.
5. Pengambilan keputusan untuk melakukan transfer harus dipertimbangkan dengan
matang karena transfer berpotensi mengekspos pasien dan personel rumah sakit akan
risiko bahaya tambahan, serta menambah kecemasan keluarga dan kerabat pasien.
6. Pertimbangkan risiko dan keuntungan dilakukannya transfer. Jika risikonya lebih
besar, sebaiknya jangan melakukan transfer.
7. Dalam transfer pasien, diperlukan personel yang terlatih dan kompeten, peralatan dan
kendaraan khusus.
8. Pengambil keputusan harus melibatkan DPJP/ dokter senior (biasanya seorang
konsultan) dan dokter ruangan.
9. Dokumentasi pengambilan keputusan harus mencantumkan nama dokter yang
mengambil keputusan (berikut gelar dan biodata detailnya), tanggal dan waktu
diambilnya keputusan, serta alasan yang mendasari.
 Serah terima/Operan
Didokumentasikan di F.RM 5 (CPPT) , dan F.RM 6.

N. Informasi Harus Disampaikan Secara Akurat Dan Tepat Waktu Diseluruh Rumah
Sakit
Penyampaian informasi yang akurat dan tepat waktu, ini meliputi penyampaian
informasi bila ada code blue, code red, code black.

O. Penetapan Pertemuan Di Setiap Dan Antar Rumah Sakit


1. Rapat Dewan Pengawas
1) Rapat Rutin
Rapat rutin merupakan rapat koordinasi antara dewan pengawas dengan pejabat
pengelola Rumah Sakit dan Komite Medik serta pejabat lain yang dianggap perlu
untuk mendiskusikan, mencari klarifikasi atau alternatif solusi berbagai masalah di
Rumah Sakit Nindhita.
Rapat rutin dilaksanakan paling sedikit sepuluh kali dalam satu tahun dengan
interval tetap pada waktu dan tempat yang ditetapkan Dewan Pengawas.
2) Rapat Khusus
Rapat Khusus adalah rapat yang diselenggarakan oleh Dewan pengawasntuk
menetapkan kebijakan atau hal-hal khusus yang tidak termasuk dalam rapat rutin
maupun rapat tahunan.
3) Rapat Tahunan
Rapat Tahnan adalah rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pengawas setiap
tahun dengan tujuan untuk menetapkan kebijakan tahunan operasional Rumah
Sakit. Rapat Tahunan diselenggarakan sekali dalam satu tahun.

Pedoman komunikasi efektif


24

2. Rapat Komite Medik


1) Rapat rutin bulanan, dilakukan bersama dengan staf medis yang diselenggarakan
setiap 1 bulan sekali
2) Rapat Koordinasi dengan pejabat pengelola Rumah Sakit yang diselenggarakan
minimal 3 blan sekali.
3) Rapat Khusus, dilakukan sewaktu-waktu guna membahas yang sifatnya urgent.
4) Rapat Tahunan, diselenggarakan sekali setiap tahun.

3. Rapat Koordinasi Keperawatan


1) Rapat Kerja Keperawatan, dilaksanakan dalam setahun sekali dan bersifat terbuka.
Rapat Kerja Keperawatan dipimpin oleh Ketua Komite Keperawatan atau
Kauryanwat dan dihadiri oleh sekretaris Komite Keperawatan, sub komite, panitia-
panitia keperawatan dan kepala ruang keperawatan.
Agenda rapat kerja adalah membuat rencana kerja keperawatan dalam 5 tahun.
2) Rapat Rutin Keperawatan, dilaksanakan 3 bulan sekali diikuti oleh Kauryanwat,
komite keperawatan, kepala ruang keperawatan dan seluruh anggota komite
keperawatan. Rapat Rutin dipimpin oleh Kauryanwat atau Ketua Komite
Keperawatan.
Agenda rapat rutin adalah membahas masalah-masalah keperawatan.
3) Rapat Pleno, diadakan sewaktu-waktu bila dibutuhkan, rapat pleno dipimpin oleh
Ketua Komite keperawatan ata Kauryanwat dan dihadiri oleh sekretaris komite
keperawatan, sub komite keperawata, panitia-panitia keperawatandan kepala ruang
keperwatan.
4) Sidang Tahunan
Sidang tahunan keperawatan diadakan satu kali dalam satu tahun.
Agenda siding tahunan membuat rencana kerja keperawatan dalam 1 tahun dan
mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada tahun yang lalu

Pedoman komunikasi efektif


25

BAB III
DOKUMENTASI

Pendokumentasian komunikasi efektif dilakukan di masing-masing unit dan di


dokumentasikan dalam rekam medis pasien, antara lain sebagai berikut :
1. General Consent
2. Rencana Pelayanan pasien
3. Lembar Pemilihan Dokter
4. Penitipan barang berharga
5. Permintaan second opinion
6. Asesmen pasien tahap terminal
7. Catatan Edukasi Terintegrasi
8. Persetujuan Tindakan Medis Khusus
9. Surat Penolakan Tindakan Medis
10. Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi

Pedoman komunikasi efektif


26

BAB IV

PENUTUP

Buku pedoman komunikasi efektif Rumah Sakit Nindhita Sampang ini mempunyai
peranan penting sebagai panduan bagi pelaksananaan kegiatan sehari-hari tenaga medis dan
paramedic serta tenaga lainnya yang bertugas di unit terkait sehingga meningkatkan mutu
pelayanan dan keselamatan pasien. Penyusunan buku panduan komunikasi efektif ini adalah
langkah awal suatu proses yang panjang, sehingga memerlukan dukungan dan kerjasama
berbagai pihak dalam penerapannya untuk mencapai tujuan.

Ditetapkan di : Sampang
pada Tanggal : 10 Januari 2019
DIREKTUR RUMAH SAKIT NINDHITA

dr. Andi Tri Sutrisno Hasanuddin

Pedoman komunikasi efektif

Anda mungkin juga menyukai