PROPOSAL
Oleh :
QOHAR MAULANA MUNTAHA
15310185
BAB I
PENDAHULUAN
spesies Anopheles spp. Infeksi sel darah merah oleh Plasmodium dapat
2017, diperkirakan ada 219 juta kasus malaria di 90 negara dan kematian
malaria mencapai 435.000. Pada 2017, hampir setengah dari populasi dunia
berisiko terserang malaria. Sebagian besar kasus malaria dan kematian terjadi
Pasifik Barat, dan Amerika juga berisiko. Pada 2017, 90 negara dan wilayah
1
2
tempat bagi 92% kasus malaria dan 93% kematian malaria. Persentase terbesar
terjadi di wilayah Afrika (92%), Asia Tenggara (6%), dan Wilayah Timur
dari tahun 2010-2015, selain itu angka kematian akibat malaria pun menurun
cukup signifikan, yaitu 58% di Kawasan Pasifik Barat, 46% di Wilayah Asia
mengalami penurunan yaitu 1,4% pada tahun 2013 menjadi 0,4% pada tahun
2018.
nyamuk Anopheles yang diukur dengan indikator Man Biting Rate (MBR) =
Pesawaran selama rentang waktu 5 tahun (2011- 2015) telah tercatat dengan
hasil fluktuatif. Pada tahun 2011, angka API tercatat 4,76 per 1.000 penduduk,
menurun menjadi 1 per 1.000 penduduk pada tahun 2012. Meningkat kembali
menjadi 4,77 per 1.000 penduduk - pada tahun 2013, tahun 2014 meningkat
menjadi 7,26 per 1.000 penduduk, dan pada tahun 2015 menurun menjadi 6,36
tropis sebagaimana iklim provinsi lampung pada umumnya, curah hujan per
tahun berkisar antara 2.264 mm sampai dengan 2.868 mm dan jumlah hari
hujan antara 90 sampai dengan 176 hari/tahun. Desa Batu Menyan sangat
vektor penular penyakit malaria karena sebagian wilayahnya berupa rawa dan
bakau, lumut, ikan pemakan larva), dan lingkungan kimia (pH air, salinitas air)
(Hermawan, 2016).
oleh lingkungan fisik yang terdiri dari tempat perindukan (breeding site), suhu,
malaria yaitu suhu air, curah hujan, kedalaman air, kelembaban, sinar matahari.
seperti tambak yang terlantar, selokan yang tergenang dan daerah pantai (hutan
bakau).
1. Bagaimanakah faktor fisik (suhu air, dan kedalaman air) tempat perindukan
2. Bagaimanakah faktor kimia (pH air, salinitas air, oksigen terlarut) tempat
jenis hewan yang hidup di daerah perindukan nyamuk) di Desa Batu Menyan
4. Bagaimana korelasi faktor fisik, kimia, dan biologi dengan kepadatan larva
2. Mengetahui faktor kimia (pH air, salinitas air, oksigen terlarut) tempat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Malaria
2.1.1 Definisi
ditentukan oleh tiga faktor yang dikenal sebagai host, agent, dan
7
8
Filum : Apicomplexa
Kelas : Sporozoa
Ordo : Eucoccidiidae
Famili : Plasmodiidae
Genus : Plasmodium
1. Bentuk tropozoit
Bentuk seperti cincin dengan inti yang kecil dan sitoplasma halus,
2. Bentuk skizon
20.
3. Bentuk gametosit
1. Bentuk tropozoit
pada sebagian sitoplasma dan bila bentuknya bulat tanpa vakuola akan
2. Bentuk skizon
3. Bentuk gametosit
1. Bentuk tropozoit
Bentuk seperti cincin dengan sitoplasma tebal dengan inti yang besar.
2. Bentuk skizon
3. Bentuk gametosit
sedang tumbuh.
Anopheles betina. Nyamuk Anopheles spp hidup didaerah iklim tropis dan
Secara alami penduduk disuatu daerah endemis malaria ada yang mudah
dan ada yang sukar terinfeksi malaria. Perpindahan penduduk dari daerah
endemis malaria hingga kini masih menimbulkan masalah. Hal ini terjadi
karena pekerja yang datang dari daerah lain belum mempunyai kekebalan
2.1.4.4 Lingkungan
Di dalam tubuh manusia dan nyamuk dan Anopheles spp berlangsung daur
sedangkan pada spesies lainnya siklus ini dapat berlangsung berulang kali.
Siklus ini terjadi di dalam sel darah merah ini berlangsung selama 48 jam
4. Tahap gametogoni.
berlangsung selama 96 jam dan hanya gametosit yang sudah matang dapat
menjadi bentuk gamet dan akhirnya menjadi bentuk sporozoit yang infeksi
yang terdapat di antara lapisan epitel dan membran basal dinding lambung,
Ookista yang telah matang akan pecah dindingnya adan sporozoit akan
tubuh seekor nyamuk Anopheles spp betina, dapat hidup lebih dari satu
Selama daur hidupnya (life cycle) terdapat empat stadium perkembangan nyamuk
yaitu telur, larva, pupa, dan nyamuk dewasa (imago). Tiga stadium pertama, yaitu
telur, larva dan pupa hidup didalam air (akuatik) berlangsung selama 5-14 hari
(tergantung pada spesies dan suhu lingkungannya). Nyamuk dewasa betina di alam
umumnya berumur kurang dari 2 minggu, namun nyamuk dewasa yang dipelihara
1. Telur Nyamuk
Seekor nyamuk betina dapat mengeluarkan 50-200 butir telur setiap kali
bertelur. Telur yang mempunyai pelampung dikedua sisinya berukuran 0,5 x 0,2
Larva atau jentik nyamuk Anopheles spp memiliki kepala yang tumbuh
baik dilengkapi sikat mulut untuk makan, dada (thorax) yang besar dan abdomen
yang terdiri dari sembilan segmen perut. Larva tidak mempunyai kaki, larva
menghisap udara melalui spirakel (lubang hawa) yang terdapat pada segmen
abdomen ke-8 sehingga larva Anopheles spp harus sering menuju kepermukaan air
unuk bernapas. Larva akan mengalami metamorfosis dan berubah bentuk menjadi
terdapat pada bagian cephalothorax. Beberapa hari dalam bentuk pupa, kulit
bagian dorsal cephalothorax akan terkelupas dan nyamuk dewasa akan keluar
dari kepompongnya.
18
sekitar 5-14 hari tergantung pada suhu ambien. Di daerah tropis umumnya di
yang langsing, dan terbagi menjadi 3 bagian yaitu kepala, thorax, dan
abdomen. Anopheles spp dewasa dapat dibedakan dari nyamuk lainnya dengan
melihat pulpus nyamuk Anopheles spp yang panjangnya sama dengan panjang
probosis. Selain itu sayap Anopheles spp mempunyai bercak sisik yang
berwarna hitam putih. Nyamuk Anopheles spp dewasa mudah dikenal dari
tempat hinggap yang terjadi pada nyamuk lainnya. Jarak terbang nyamuk ini
tidak lebih dari 0,5-3 km dari tempat perindukannya, jika ada tiupan angin
seluruh tipe perairan, tidak hanya di laguna, tapi juga persawahan, tambak,
Anopheles spp. Jentik nyamuk Anopheles subpictus yang dapat bertahan hidup
di air tawar dan payau terutama pada musim hujan, sering di jumpai di
kubangan kerbau, saluran air dan sawah. Berdasarkan Atlas vektor penyakit di
saluran air, kolam ikan, tempat semen, saluran air di kebun, talang air dan
kadang ditemukan di sawah, parit sumur, tepi danau yang berumput, dan
sungai.
a. Suhu
air yang penting bagi kelangsungan hidup jentik. Semakin tinggi suhu
maka semakin rendah kelarutan oksigen. Pada suhu yang ekstrim jentik
sama sekali bila suhu kurang dari 10°C atau lebih dari 40°C.
serangga.
akan semakin cepat menetas. Waktu peletakkan telur pun meningkat bila
kelembaban tertentu, aktivitas nyamuk ada yang kurang aktif dan ada
nyamuk akan cepat payah, kering dan cepat mati. Kelembaban udara
nyamuk akan menjadi pendek, nyamuk akan cepat payah, kering dan
c. Hujan
d. Ketinggian
Lokasi setiap ketinggian naik 100 meter maka selisih suhu udara dengan
e. Angin
tidak ditemukan lebih dari 2-3 km dari lokasi tempat perindukan vektor
f. Sinar matahari
g. Arus air
yang deras dan Anopheles letifer menyukai air tergenang (Depkes RI,
1993).
h. Kedalaman air
pH air tergantung kepada suhu air, oksigen terlarut, dan adanya berbagai
anion dan kation serta jenis stadium organisme (Takken dan Knols 2008).
24
bersifat asam. Kadar CO2 dalam suatu perairan dipengaruhi oleh proses
CO2 untuk kegiatan fotosintesis. Oleh sebab itu, nilai pH perairan pada
pagi hari menjadi rendah, meningkat pada siang hari, dan maksimum
b. Salinitas
dalam air.
Anopheles sundaicus serta tumbuh optimal pada air payau dengan kadar
garam antara 12-18 ppm dan tidak berkembang biak pada kadar garam 40
Kazwaini, 2014).
spp. adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari
a. Predator nyamuk
yaitu berudu, ikan, dan udang. Menurut penelitian Zulfahrudin, ikan nila
26
untuk memakan alga daripada benda lain. Dengan demikian, berudu tidak
b. Pengaruh tumbuhan
jentik atau menaungi habitat agar tidak terkena langsung sinar matahari
perkembangbiakan.
27
Agent
Plasmodium falciparum.
Plasmodium vivax.
Plasmodium malariae.
Plasmodium ovale.
Penjamu (Host)
a. Manusia
b. Nyamuk
Lingkungan
1. Lingkungan Fisik Kejadian Malaria
a. Suhu
b. Kelembaban nisbi udara
c. Hujan
d. Ketinggian
e. Angin
f. Sinar matahari
g. Arus air
h. Kedalaman air
2. Lingkungan Kimia
a. Derajat Keasaman (pH air)
b. Salinitas
3. Lingkungan Biologi
a. Jenis tumbuhan yang hidup dalam
perairan
b. Jenis hewan yang hidup dalam
perairan
Sumber : Sucipto (2015) dan Soedarto (2011).
Malaria
Lingkungan Host
Manusia
Larva Nyamuk
Kepadatan larva
Dewasa
Anopheles spp
Keterangan:
= Diteliti
= Tidak diteliti
2.5 Hipotesis
Ada korelasi faktor fisik, kimia, dan biologi dengan kepadatan larva nyamuk
Tahun 2019
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.
Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya
adalah sistematis, terencana dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Desember tahun 2019 di Desa Batu
proposal disetujui.
Cross Sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau
observasi data dalam satu kali pada satu waktu yang dilakukan pada variabel terikat dan
variabel bebas. Pendekatan ini digunakan untuk melihat korelasi antara variabel satu
dengan variabel lainnya, yang bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi ekologi tempat
perindukan vektor malaria di Desa Batu Menyan Kecamatan Padang Cermin Kabupaten
3.4.1 Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua habitat potensial larva
3.4.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti oleh peneliti.
Menurut Sugiyono (2011) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sehingga sampel merupakan bagian dari
populasi yang ada, sehingga untuk pengambilan sampel harus menggunakan cara
adalah habitat potensial larva Anopheles spp. yang terdapat di lokasi penelitian
dengan radius 500 m dari rumah penderita malaria selama 1 tahun terakhir.
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
yaitu variabel yang menjelaskan dan memengaruhi variabel lain, dan (2) variabel
dependen (terikat), yaitu variabel yang dijelaskan dan dipengaruhi oleh variabel
independen.
1. Lingkungan fisik (suhu air dan kedalaman air) tempat perindukan vektor
malaria.
2. Lingkungan kimia (pH, oksigen terlarut (DO) dan salinitas air) tempat
Untuk memudahkan pelaksanan penelitian ini dan agar penelitian tidak terlalu
Tabel 3.1
Definisi operasional
2. Salinitas air Ukuran Refrakro- Meneteskan air pada Per mil Numerik
dinyatakan meter kaca refraktometer lalu (‰)
dengan jumlah ditutup dan di arahkan
garam–garam ke sumber cahaya
yang larut matahari
dalam volume
air
3. Kadar Jumlah oksigen DO meter mg/L Numerik
oksigen terlarut dalam
terlarut air yang berasal
dari fotosintesa
dan absorbs
atmosfer/udara
Lingkungan
biologi
1. Tumbuhan Ada atau Pencatatan Pengamatan langsung 1 = Ada Kategori
air tidaknya 0 = Tidak
tumbuhan dan ada
jenis tumbuhan
yang ditemukan
disekitar tempat
positif jentik
2. Hewan air Ada atau Jaring ikan Pencatatan dan 1 = Ada Kategori
tidaknya hewan Pengamatan langsung 0 = Tidak
dan jenis hewan ada
yang ditemukan
disekitar tempat
positif jentik
Kepadatan Jumlah larva Cidukan Perhitungan langsung (ekor/250ml) Kategori
larva pada tempat 1 = > 20 larva
Anopheles spp perindukan 0 = < 20 larva
1. Suhu air
Pengukuran suhu air dapat dilakukan menggunakan termometer air raksa, yaitu
dengan cara mencelupkan bagian ujung yang terdapat bintik perak kedalam air,
2. Kedalaman air
air sampai dasar, kemudian kayu dengan batas kedalaman air ditandai dan
3. pH air
ke dalam air, kemudian ditunggu selama 3 menit sampai terlihat angka yang
4. Salinitas air
dengan cara mengambil satu tetes air sampel yang diteteskan pada kaca
refraktometer dan kemudian ditutup. Skala dibaca lewat lubang pengintai dan
6. Tumbuhan air
7. Hewan air
Jenis hewan air yang terdapat pada tempat perindukan dicatat dan
didokumentasikan.
entomologi (survey larva) Anopheles spp di Desa Desa Batu Menyan Kecamatan
1. Editing
2. Coding
3. Processing
4. Cleaning
diinterprestasikan.
37
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
kuantitatif, yaitu:
a. Analisa Univariat
b. Analisa Bivariat
penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi lingkungan fisik dan kimia
(suhu air, kelembaban udara, kedalaman air, pH, salinitas air) dengan
kepadatan larva nyamuk Anopheles spp. Dalam penelitian ini digunakan Uji
Tahapan Persiapan
38
Tahapan Pelaksanaan
Pengumpulan Data
Tahapan Pengelolahan
Hasil Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
39
Depkes RI. 2001. Epidemiologi Malaria. Jakarta: Ditjen PPM dan PL.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan.Kanisius.Yogyakarta.
Takken, & Knols, B. G. (2008). African water storage pots for the delivery of the
entomopathogenic fungus Metarhizium anisopliae to the malaria vectors
Anopheles gambiae ss and Anopheles funestus. The American journal of
tropical medicine and hygiene, 78(6), 910-916.
Vaughan, A. M., Aly, A. S., & Kappe, S. H. (2008). Malaria parasite pre-
erythrocytic stage infection: gliding and hiding. Cell host & microbe, 4(3),
209-218.
WHO. (2016). Fact Sheet -World Malaria Report 2015. GENEVA: WHO.
Retrieved MAY 23, 2016, from http://www.who.int/malaria/media/world-
malaria-report-2015/en/#