0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
4 tayangan4 halaman
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan Plasmodium Vivax dan Plasmodium Falciparum dengan sediaan apusan darah tebal di Puskesmas Marauw, Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua, serta hubungan faktor lingkungan dengan kasus malaria. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi tentang malaria bagi masyarakat, puskesmas, institusi, dan peneliti.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan Plasmodium Vivax dan Plasmodium Falciparum dengan sediaan apusan darah tebal di Puskesmas Marauw, Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua, serta hubungan faktor lingkungan dengan kasus malaria. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi tentang malaria bagi masyarakat, puskesmas, institusi, dan peneliti.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan Plasmodium Vivax dan Plasmodium Falciparum dengan sediaan apusan darah tebal di Puskesmas Marauw, Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua, serta hubungan faktor lingkungan dengan kasus malaria. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi tentang malaria bagi masyarakat, puskesmas, institusi, dan peneliti.
DAN PLASMODIUM FALCIPARUM DENGAN SEDIAAN APUSAN DARAH TEBAL DI PUSKESMAS MARAUW, DISTRIK ORIDEK, KAB. BIAK NUMFOR PROVINSI PAPUA
Di Ajukan Oleh :
ARNISA CHARISMA EKAYANTI
NIM : AKM1218150
POLITEKNIK KESEHATAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK TAHUN 2021 BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Malaria merupakan penyakit infeksi menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan di Negara tropis dan subtropis di dunia sampai saat ini. Di Indonesia yang tergolong daerah tropis, malaria merupakan penyakit yang cukup banyak penderitanya. Penyakit menular ini disebabkan oleh protozoa bernama plasmodium sp, ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Saat ini ada 5 jenis plasmodium yaitu Plasmodium Vivax yang menyebabkan malaria tertiana, Plasmodium Malariae menyebabkan malaria quartana, Plasmodium Falciparum menyebabkan malaria tropika dan Plasmodium Ovale yang menyebabkan malaria ovale, ( Kemenkes, 2015 ). Munculnya penyakit malaria di sebabkan oleh berbagai faktor yang menunjang vektor nyamuk Anopheles bisa tetap bertahan karena penyesuaian terhadap lingkungan yang ada sehingga faktor yang pertama adalah lingkungan, kemudian individu. Nyamuk berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan oleh nyamuk untuk berkembang biak. Kondisi lingkungan yang mendukung perkembangan nyamuk tidak sama tiap jenis / spesies nyamuk ( Kemenkes, 2015 ). Berdasarkan data, tercatat keseluruhan kasus malaria tahun 2018 di Indonesia sebanyak 250.644 kasus, kasus tertinggi yaitu 86% atau 216.380 kasus terjadi di Provinsi Papua, ( Kemenkes, 2019 ). Tingginya kasus malaria di Papua disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kondisi geografis papua yang sebagian besar masih berupa hutan dan terdapat banyak rawa yang merupakan lingkungan ideal bagi nyamuk Anopheles serta hygiene dan sanitasi masyarakat yang cenderung masih kurang memenuhi syarat, ( Kompas, 2020 ). Sedangkan berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua, seluruh kabupaten di wilayah papua masih menjadi epidemi terutama Kabupaten Keerom, Kabupaten Mimika, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Boven Digoel dan Kabupaten Sarmi. Jenis penyaki infeksi malaria paling tinggi di Provinsi Papua yaitu Malaria Tertiana dan Malaria Tropika. Transmisi malaria di papua dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yaitu parasit yang masih tinggi, vektor malaria, manusia dan kondisi lingkungan, ketika seekor Nyamuk Anopheles menusuk bagian kulit seseorang maka parasit Plasmodium akan masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi organ hati dan limpa. Vektor infeksius penyakit malaria adalah nyamuk Anopheles Sp, habitat nyamuk ini berada di tempat genangan air dengan temperatur yang tinggi, daya tahan / imunitas dan pola hidup bersih dari manusia turut berpengaruh terhadap infeksi malaria, faktor lingkungan yang mempengaruhi antara lain : Fisika ( suhu udara, kelembaban, hujan angin, sinar matahari, arus air, dan iklim ), biologi ( vegetasi, predator, hewan ternak ) dan sosial budaya ( perilaku masyarakat, pariwisata, imigrasi penduduk, pertanian, pertambangan, perumahan, dan pembangunan infrastruktur ), (Dinkes Papua, 2020 ). Penanganan terhadap penyakit malaria di Indonesia khususnya di Provinsi Papua harus secara serius dilakukan oleh pemerintah Pusat, pemerintah daerah serta masyarakat karena selain menimbulkan masalah kesehatan yang serius juga dapat menimbulkan penurunan produktivitas kerja dan kualitas belajar dari masyarakat Papua, ( Tuhumury, 2020 ).
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis ingin mengetahui perbedaan gambaran hasil pemeriksaan Plasmodium Vivax dan Plasmodium Falciparum dengan sediaan apusan darah tebal di Puskesmas Marauw, Distrik Oridek, Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua.
1.3. TUJUAN PENELITIAN
1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan Plasmodium Vivax dan Plasmodium Falciparum dengan sediaan apusan darah tebal di Puskesmas Marauw, Distrik Oridek, Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan Plasmodium Vivax dan Plasmodium Falciparum dengan sediaan apusan darah tebal di Puskesmas Marauw, Distrik Oridek, Kabupaten Biak Numfor, Propinsi Papua. 2. Untuk hubungan faktor lingkungan dengan kasus penyakit malaria di Kabupaten Biak Numfor.
1.4. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi masyarakat Menambah dan memberikan informasi dan wawasan pengetahuan di bidang kesehatan khususnya tentang penyakit malaria. 2. Bagi Puskesmas Menambah informasi bagi Puskesmas Marauw, Distrik Oridek, Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua tentang penyakit malaria. 3. Bagi Institusi Bagi pengembangan pendidikan dalam ilmu kesehatan terutama bidang penelitian tentang malaria. 4. Bagi Peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan tentang penyakit malaria dengan terjun langsung ke fasilitas kesehatan, sekaligus sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.