ABSTRACT
This research was conducted by using primary data and secondary data at
Kabukarudi community health center (puskesmas), Lamboya district. The
purpose of this study is to determine what factors affect the occurrence of malaria
incidence in infants in West Sumba regency. The analysis logistic regression
result six variables that influence to the incidence of malaria of the toddler such
as wall type of house with the value of odds ratio equal to 6,029, mosquito
breeding place with value of odds ratio equal to 3,501, existence of livestock with
value of odds ratio 4,263, The use of mosquito net with the value of odds ratio of
7,768, the history of malaria with the value of odds ratio of 3,074, and contacts
to health services with the value of odds ratio of 3, 975. The most determining
factor of malaria incidence is type of house walls and use of mosquito because it
has the largest odds ratio. The logit model obtained, the chances of toddlers
experiencing the incidence of malaria if the six factors occurred that is 97.0%.
Keywords : Logistic Regression, Malaria Occurrence, Toddler, Odds Ratio
2
Jurnal MIPA FST UNDANA, Volume 20, Nomor 1, April 2016
3
Jurnal MIPA FST UNDANA, Volume 20, Nomor 1, April 2016
Kabukarudi dan Posyandu di wilayah kerja (tidak ada pengaruh antara variabel
Puskemas Kabukarudi. Data sekunder bebas dengan penyakit malaria pada
diambil dari data statistik dan buku rekap balita)
medis Puskesmas Kabukarudi. H1 : minimal ada satu βj ≠ 0 (minimal
ada satu variabel bebas yang
Kajian Dan Analisis Data
berpengaruh terhadap penyakit malaria
Analisis Regresi Logistik
pada balita.
Adapun langkah-langkah prosedur
Statistik G2 ini mengikuti sebaran
penelitian dengan analisis regresi logistik
Chi-square dengan derajat bebas p.
dalam penelitian ini sebagai berikut :
Tolak H0 jika nilai signifikan kurang
1. Dengan menggunakan variabel bebas
dari α =0,05 atau nilai G2 > χ2a,p yang
antara lain faktor dinding rumah, tempat
dapat disimpulkan bahwa paling
perindukan nyamuk, keberadaan ternak,
sedikit satu dari beberapa variabel
pendidikan ibu, penghasilan orang tua,
bebas mempengaruhi penyakit malaria
penggunaan kelambu, riwayat malaria,
pada balita.
kontak ke pelayanan kesehatan dapat
b. Statistik Uji Wald (Uji Parsial)
disusun model peluang regresi logistik
Pengujian keberartian parameter
sebagai berikut :
(koefesien β) secara parsial dapat
exp 0 1 x1 2 x2 ... 19 x19
digunakan uji Wald (Wj ;j =1,2,…,p)
1 exp 0 1 x1 2 x2 ... 19 x19
dengan hipotesis sebagai berikut :
Model transformasi logitnya adalah
H0 : βj = 0 (tidak ada pengaruh antara
g x 0 1 x1 2 x2 ... 19 x19 variabel bebas ke-j terhadap penyakit
2. Dari model tersebut dilakukan pengujian malaria pada balita).
paremeter secara simultan dan parsial H1 : βj ≠ 0 (ada pengaruh antara
untuk mengetahui variabel bebas apa variabel bebas ke-j terhadap penyakit
saja yang masuk dalam model malaria pada balita).
a. Statistik uji G2/ Likelihood Ratio Test Wj diasumsikan mengikuti sebaran
(Uji Simultan ) Chi-square. H0 akan ditolak apabila Wj
Statistik uji G2 digunakan untuk > χ2a,p atau nilai dari p-value kurang
mengetahui pengaruh seluruh dari α =0,05. Jika H0 dapat disimpulkan
variabel bebas didalam model secara bahwa variabel bebas ke-j
bersama-sama. Hipotesis pengujian : mempengaruhi penyakit malaria pada
H0 : 1 2 j p 0, balita.
4
Jurnal MIPA FST UNDANA, Volume 20, Nomor 1, April 2016
3. Setelah dilakukan pengujian parameter H1 : Minimal ada satu βj≠ 0, artinya ada
secara simultan dan parsial akan pengaruh antara variabel bebas dengan
diperoleh model yang paling cocok variabel terikat.
(fitted model). Dari model tersebut b. Statistik Uji :
dilakukan interpretasi koefesien L0
G 2 2 log
regresi logistik yaitu pendugaan L1
5
Jurnal MIPA FST UNDANA, Volume 20, Nomor 1, April 2016
Tampak bahwa hasil perhitungan bahwa nilai koefisien dari sebagian besar
nilai simultan diatas adalah nilai chi- parameter bernilai positif sehingga hampir
square (χ2) pada omnibus test. semua variabel mempunyai peluang untuk
berpengaruh. Pada uji simultan atau
bersamaan melalui rasio likelihood,
diperoleh secara bersama-sama variabel
bebas signifikan.
Walaupun uji secara bersama-sama
Pada Tabel 4, nilai chi-square hitung
memberikan hasil yang signifikan, ternyata
(χ2) = G2 = 103.625 > χ2 tabel pada DF 8
uji koefisien secara parsial atau individu
(jumlah variabel bebas 8) yaitu 15.507 atau
yang dilakukan dengan uji wald
dengan signifikan sebesar 0.000 <
menunjukkan bahwa ada beberapa
0.005 sehingga menolak H0 yang
koefisien yang tidak signifikan.
menunjukkan bahwa ada pengaruh antara
Berikut adalah hasil uji parsial
variabel bebas terhadap variabel terikat.
terhadap setiap variabel bebas dari model
2) Pengujian Parsial yang diperoleh dari persamaan 4.1 dengan
Pengujian secara parsial ini akan
memberikan hasil penaksiran terhadap
parameter, dimana hasil inilah yang akan
6
Jurnal MIPA FST UNDANA, Volume 20, Nomor 1, April 2016
j
menggunakan nilai signifikan dari
4. Nilai W variabel X4 = 24.546 > ditolak yang berarti bahwa ada pengaruh
dari kontak ke pelayanan kesehatan
2 0.05 ,1 = 3.84 atau dengan
terhadap kejadian malaria pada balita.
menggunakan nilai signifikan dari
Dari hasil pengujian secara parsial
variabel X4 = 0.000 < 0.05 sehingga H0
diperoleh bahwa variabel X1 (tipe dinding
ditolak yang berarti bahwa ada pengaruh
rumah), X2 (tempat perindukan nyamuk),
dari penggunaan kelambu terhadap
X3 (keberadaan ternak), X4 (penggunaan
kejadian malaria pada balita.
7
Jurnal MIPA FST UNDANA, Volume 20, Nomor 1, April 2016
perindukan nyamuk adalah sebesar 3.501 beresiko terserang malaria lebih besar
kali dibandingkan dengan balita yang jarak dibandingkan balita yang tidak ada riwayat
rumahnya ≥ 50 meter dari tempat malaria dengan nilai odds ratio
perindukan nyamuk. (perbandingan resiko) sebesar 3.075 artinya
Pada variabel X3 (keberadaan resiko kejadian malaria pada balita yang
ternak) slope bernilai 1.450 (positif) yang adariwayat malaria adalah sebesar 3,075
berarti balita yang jarak rumahnya < 50 kali dibandingkan dengan balita yang tidak
meter dari lokasi keberadaan ternak lebih ada riwayat malaria.
beresiko terserang malaria lebih besar Pada variabel X8 (kontak ke
dibandingkan balita yang jarak rumahnya ≥ pelayanan kesehatan) slope bernilai 1.380
50 meter dengan lokasi keberadaan ternak (positif) yang berarti balita yang tidak rutin
dengan nilai odds ratio (perbandingan ke pelayanan kesehatan saat sakit lebih
resiko) sebesar 4.262 artinya resiko beresiko besar terserang malaria
kejadian malaria pada balita yang jarak dibandingkan balita yang rutin
rumahnya < 50 meter dari lokasi menggunakan kelambu dengan nilai odds
keberadaan ternak adalah sebesar 4.262 kali ratio (perbandingan resiko) sebesar 3.976
dibandingkan dengan balita yang jarak artinya resiko kejadian malaria pada balita
rumahnya ≥ 50 meter dengan lokasi yang tidak rutin melakukan kontak ke pusat
keberadaan ternak. pelayanan kesehatan adalah sebesar 3,976
Pada variabel X4 (penggunaan kali dibandingkan dengan balita yang rutin
kelambu) slope bernilai 2.050 (positif) yang melakukan kontak ke pelayanan kesehatan
berarti balita yang tidak rutin menggunakan saat sakit.
kelambu lebih beresiko terserang malaria
lebih besar dibandingkan balita yang rutin Meramalkan Probabilitas Balita Yang
menggunakan kelambu dengan nilai odds Mengalami Malaria Berdasarkan Nilai –
ratio (perbandingan resiko) sebesar 7.772 Nilai Variabel Independen yang
artinya resiko kejadian malaria pada balita Mempengaruhi
yang tidak rutin menggunakan kelambu Akan dihitung besarnya peluang balita
adalah sebesar 7,772 kali dibandingkan mengalami kejadian malaria. Misalnya :
dengan balita yang rutin menggunakan tipe dinding rumah terbuat dari
kelambu saat tidur. bambu/papan, tempat perindukan nyamuk
Pada variabel X7 (riwayat malaria) dekat rumah rumah < 50 meter, lokasi
slope bernilai 1.123 (positif) yang berarti keberdaan ternak dekat rumah < 50 meter,
balita yang ada riwayat malaria lebih penggunaan kelambu secara tidak rutin,
9
Jurnal MIPA FST UNDANA, Volume 20, Nomor 1, April 2016
resiko kejadian malaria pada balita yang balita yang tidak rutin kontak ke
tidak rutin menggunakan kelambu pelayanan kesehatan saat sakit adalah
adalah sebesar 7.772 kali dibandingkan sebesar 3.976 kali dibandingkan dengan
dengan balita yang rutin menggunakan balita yang rutin melakukan kontak ke
kelambu saat tidur, riwayat malaria pelayanan kesehatan saat sakit.
dengan odds rasio 3.075 dan resiko 3. Berdasarkan nilai odds rasio faktor yang
kejadian malaria pada balita yang ada paling dominan mempengaruhi kejadian
riwayat malaria adalah sebesar 3.075 malaria pada balita adalah tipe dinding
kali dibandingkan dengan balita yang rumah dan penggunaan kelambu karena
tidak ada riwayat malaria, kontak ke faktor ini mempunyai nilai odds ratio
pelayanan kesehatan dengan odds rasio yang paling besar.
3.976 dan resiko kejadian malaria pada
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2002). Metodologi Penelitian. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Arsin. A. A. (2012). Malaria Di Indonesia Tinjauan Aspek Epidemiolgi. Makasar:
Masagena Press.
Bani, Matheus. (2015). Aplikasi Regresi Logistik Terhadap Penderita Malaria
Pada Balita di Kabupaten Sumba Timur. Universitas Nusa Cendana : Skripsi
Depkes RI. (2007). Pedoman Surveilans Malaria. Jakarta: Direktorat Pengendalian
Penyakit bersumber binatang PP & PL.
Depkes RI. (1999). Modul Epidemiologi Malaria. Jakarta: Dirjen PPM & PPL
Dinas Kesehatan Provinsi NTT. (2013). Profil Kesehatan Nusa Tenggara Timur.
Dinkes.Kupang.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Barat.(2014). Profil Kesehatan Kabupaten Sumba
Barat. Dinas Kesehatan. Waikabubak. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
2015. Profil Kesehatan Indonesia, Tahun 2015.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf. Diakses pada tanggal 20 Maret 2016
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Profil Kesehatan Indonesia, Tahun 2014.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf. Diakses pada tanggal 20 Maret 2016.
Depkes RI. (2011). Epidemiologi malaria Di Indonesia dalam Buletin Jendela data dan
Informasi Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan
11