Anda di halaman 1dari 15

1

DAYA SAING DALAM PERDAGANGAN


INTERNASIONAL
Konsep Daya Saing

 Daya saing merupakan kemampuan suatu komoditi untuk memasuki pasar luar
negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan di dalam pasar tersebut, dalam
artian jika suatu produk mempunyai daya saing maka produk tersebutlah yang
banyak diminati konsumen (Tambunan, 2001).
 Pendekatan yang sering digunakan sebagai indikator untuk mengukur daya
saing suatu komoditi, yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif.

Teori Keunggulan Komparatif


 Teori keunggulan komparatif (theory of comparative advantage)
merupakan teori yang dikemukakan oleh David Ricardo. Dalam teori
ini, Ricardo menyatakan bahwa perdagangan internasional terjadi
bila ada perbedaan keunggulan komparatif antarnegara.
 Keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara mampu
memproduksi barang dan jasa lebih banyak dengan biaya yang lebih
murah daripada negara lainnya.

 Hukum keunggulan komparatif (law of comparative advantage)


menyatakan bahwa perdagangan dapat dilakukan oleh negara yang
tidak memiliki keunggulan absolut pada kedua komoditi yang
diperdagangkan dengan melakukan spesialisasi produk yang
kerugian absolutnya lebih kecil atau memiliki keunggulan komparatif.

 Keunggulan komparatif tersebut dibedakan atas cost comparative


advantage (labor efficiency) dan production comparative advantage
(labor productivity).

 Menurut teori cost comparative advantage (labor efficiency), suatu


Negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional
jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang di mana
negara tersebut dapat berproduksi lebih efisien serta mengimpor
2

barang di mana negara tersebut berproduksi relatif kurang atau tidak


efisien.

 Sementara itu, pada production comparative advantage (labor


productivity) dapat dikatakan bahwa suatu Negara akan memperoleh
manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi
produksi dan mengekspor barang di mana negara tersebut
berproduksi lebih produktif serta mengimpor barang di mana negara
tersebut berproduksi relatif kurang atau tidak produktif.

 Dengan kata lain, cost comparative menekankan bahwa keunggulan


komparatif akan tercapai jika suatu Negara memproduksi suatu
barang yang membutuhkan sedikit jumlah jam tenaga kerja
dibandingkan negara lain sehingga terjadi efisiensi produksi.

 Sedangkan production comparative menekankan bahwa keunggulan


komparatif akan tercapai jika seorang tenaga kerja di suatu negara
dapat memproduksi lebih banyak suatu barang atau jasa
dibandingkan negara lain sehingga tidak memerlukan tenaga kerja
yang lebih banyak. Dengan demikian keuntungan perdagangan
diperoleh jika negara melakukan spesialisasi pada barang yang
memiliki cost comparative advantage dan production advantage atau
dengan mengekspor barang yang keunggulan komparatifnya tinggi
dan mengimpor barang yang keunggulan komparatifnya rendah.

 Dengan kata lain, dalam teori keunggulan komparatif, suatu bangsa


dapat meningkatkan standar kehidupan dan pendapatannya jika
negara tersebut melakukan spesialisasi produksi barang dan jasa yang
memiliki produktivitas dan efisiensi tinggi.

Teori Keunggulan Kompetitif


3

 Keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki oleh suatu


Negara untuk dapat bersaing di pasar internasional.
 Berbeda dengan konsep keunggulan komparatif yang menyatakan
bahwa suatu negara tidak perlu menghasilkan suatu produk apabila
produk tersebut telah dapat dihasilkan oleh negara lain dengan lebih
baik, unggul, dan efisien secara alami, konsep keunggulan kompetitif
adalah sebuah konsep yang menyatakan bahwa kondisi alami
tidaklah perlu untuk dijadikan penghambat karena keunggulan pada
dasarnya dapat diperjuangkan dan dikompetisikan dengan berbagai
perjuangan atau usaha.
 Keunggulan suatu Negara bergantung pada kemampuan perusahaan-
perusahaan di dalam negara tersebut untuk berkompetisi dalam
menghasilkan produk yang dapat bersaing di pasar.

Teori Revealed Comparative Advantage (RCA)

 Revealed Comparative Advantage (RCA) digunakan untuk


menganalisis keunggulan komparatif suatu komoditi dalam suatu
negara.
 RCA merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengukur
kinerja ekspor suatu komoditi dari suatu negara dengan mengevaluasi
peranan ekspor komoditi tertentu dalam ekspor total suatu negara
dibandingkan dengan pangsa komoditi tersebut dalam perdagangan
dunia.
 Konsep RCA ini pertama kali diperkenalkan oleh Ballasa pada tahun
1965, yang menganggap bahwa keunggulan komparatif suatu Negara
direfleksikan atau terungkap dalam ekspornya.
 Pada saat itu, konsep RCA banyak digunakan dalam laporan
penelitian dan studi empiris yang dijadikan sebagai indikator
keunggulan komparatif suatu produk dan dipergunakan sebagai
acuan spesialisasi perdagangan internasional.
 Dari nilai RCA dapat diketahui bagaimana daya saing suatu produk
apakah daya saingnya rendah atau tinggi. Jika semakin tinggi nilai
RCA, berarti daya saingnya semakin tinggi, dan sebaliknya.
4

 Adapun metode perhitungan RCA adalah sebagai berikut:

RCA = (Xij/Xj) / (Xiw/Xw)

Di mana :
Xij : Nilai ekspor komoditi mutiara Indonesia ke negara importir
mutiara Indonesia
Xj : Nilai total ekspor Indonesia ke negara importir mutiara
Indonesia
Xiw : Nilai ekspor komoditi mutiara dunia ke negara importir
mutiara Indonesia
Xw : Nilai total ekspor dunia ke negara importir mutiara Indonesia

 Jika nilai RCA>1, menyatakan bahwa produk-produk tersebut


memiliki keunggulan komparatif atau berdaya saing kuat.
 Jika nilai RCA<1, menyatakan bahwa produk-produk tersebut tidak
memiliki keunggulan komparatif atau berdaya saing lemah.

 Batasan nilai daya saing, yaitu:


RCA > 1 = daya saing tinggi
RCA< 1 = daya saing rendah

Teori Export Product Dynamics (EPD)

 Untuk mengetahui posisi pangsa pasar dapat dilakukan menggunakan


alat analisis Export Product Dynamics (EPD) berdasarkan dua
indikator utama, yaitu peningkatan pangsa pasar ekspor negara dan
peningkatan pangsa pasar produk.
 Pendekatan Export Product Dynamics (EPD) digunakan untuk
mengidentifikasi keunggulan kompetitif atau daya saing suatu
komoditi dan juga untuk mengetahui suatu komoditi dengan
performa yang dinamis atau tidak.
 Ukuran ini mempunyai kemampuan untuk membandingkan kinerja
ekspor diantara negara-negara di seluruh dunia.
5

 Sebuah matriks EPD terdiri dari daya tarik pasar dan informasi
kekuatan bisnis.
 Daya tarik pasar dihitung berdasarkan pertumbuhan dari permintaan
sebuah produk untuk tujuan pasar tertentu, di mana informasi
kekuatan bisnis diukur berdasarkan pertumbuhan dari perolehan
pasar (market share) sebuah negara pada tujuan pasar tertentu.
 Kombinasi dari daya tarik pasar dan kekuatan bisnis ini
menghasilkan karakter posisi dari produk yang ingin dianalisis ke
dalam empat kategori. Keempat kategori itu adalah “Rising Star”,
“Falling Star”, “Lost Opportunity”, dan
“Retreat” (Bappenas, 2009).
 Melalui analisis ini diperoleh empat posisi pangsa pasar yang
berbeda, yaitu:
- Rising Star: terjadi peningkatan pangsa pasar ekspor negara dan
pangsa pasar produk tertentu di perdagangan dunia. Posisi pasar yang
ideal adalah yang mempunyai pangsa pasar tertinggi pada ekspornya
sebagai “Rising Star” atau “bintang terang”, yang menunjukkan
bahwa negara tersebut memperoleh tambahan pangsa pasar pada
produk mereka yang bertumbuh cepat (fast-growing products)
- Lost Opportunity: terjadi penurunan pangsa pasar ekspor negara,
tapi terjadi peningkatan pangsa pasar produk tertentu di perdagangan
dunia. Lost Opportunity atau “kesempatan yang hilang”, terkait
dengan penurunan pangsa pasar pada produk produk yang dinamis,
adalah posisi yang paling tidak diinginkan
- Falling Star: terjadi peningkatan pangsa pasar ekspor negara, tapi
terjadi penurunan pangsa produk tertentu di perdagangan dunia.
Falling Star” atau “bintang jatuh” juga tidak disukai, meskipun
masih lebih baik jika dibandingkan dengan “Lost Opportunity” atau
“kesempatan yang hilang”, karena pangsa pasarnya tetap meningkat
- Retreat: terjadi penurunan pangsa pasar ekspor negara dan pangsa
pasar produk tertentu di perdagangan dunia. “Retreat” atau
“kemunduran” biasanya tidak diinginkan, tetapi pada kasus tertentu
'mungkin' diinginkan jika pergerakannya menjauhi produk-produk
yang stagnan dan menuju produk-produk yang dinamik.
6

Tabel matriks Posisi daya saing

Share of country’s Share of product in world trade (y)


export in world trade (x) Rising (dynamic) Falling (stagnant)
Rising (competitive) Rising star Falling star
Falling (non Lost opportunity retreat
competitive)

Keterangan :
 Sumbu x menggambarkan peningkatan pangsa pasar ekspor negara
tertentu di perdagangan dunia.
 Sumbu y menggambarkan peningkatan pangsa pasar produk
tertentu di perdagangan dunia.

Adapun rumus yang digunakan dalam perhitungan EPD ini, diantaranya:


7

Keterangan :
 Xij : Nilai ekspor produk i Indonesia ke negara importir mutiara
Indonesia
 Wij : Nilai ekspor produk i Dunia negara importir mutiara
Indonesia
 Xt : Nilai total ekspor Indonesia ke negara importir mutiara
Indonesia
 Wt : Nilai total ekspor Dunia ke negara importir mutiara
Indonesia
 T : Jumlah tahun analisis
 Setelah dilakukan analisis daya saing, dapat diidentifikasi ke
negara tujuan ekspor mana saja komoditi mutiara yang memiliki
daya saing.

Konsep Gravity Model

 Gravity Model adalah model yang digunakan untuk menganalisis


factor-faktor ekonomi yang memengaruhi perdagangan antara dua
negara.
 Model yang dibentuk berdasarkan hukum gravitasi Newton ini
diaplikasikan untuk menganalisis terjadinya aliran perdagangan antar
negara. Selain aplikasi dalam aliran perdagangan, model ini juga
diaplikasikan dalam ilmu sosial lainnya seperti transportasi dan
perpindahan penduduk antar kota bahkan benua.
8

 Menurut model ini, barang ekspor dari negara i ke negara j


diterangkan oleh ukuran ekonomi masing-masing negara (GDP),
populasi masing-masing negara, dan jarak antar Negara.
 Gravity Model pertama kali digunakan oleh Tinberger pada tahun
1962 dan Ponyohen pada tahun 1963 untuk menganalisis aliran
perdagangan antara negara-negara Eropa. Kemudian model ini
dikembangkan oleh Bergstrand pada tahun 1985 yang menerapkan
bahwa model gravitasi ini tidak hanya digunakan untuk menganalisis
perdagangan secara agregat, tetapi dapat diterapkan terhadap aliran
perdagangan suatu komoditas.
 Perumusan gravity model ini diadopsi dari persamaan umum
Gravitasi Newton dalam bidang ilmu fisika yang menyatakan bahwa
“Interaksi antara dua objek adalah sebanding dengan massanya dan
berbanding terbalik dengan jarak masing-masing”.
 Pernyataan tersebut teraplikasi dalam rumus sebagai berikut:

F = (G x Mi x Mj) / Dij
Di mana:
F = Volume interaksi antardua negara (aliran perdagangan bilateral)
M = Ukuran ekonomi untuk kedua negara
D = Jarak ekonomi kedua negara
G = Konstanta

 Kemudian dengan menggunakan persamaan logaritma, persamaan


tersebut diubah kedalam bentuk linear untuk analisis ekonometrik
yang selanjutnya menjadi bentuk umum dari gravity model.
 Dalam hal ini, konstanta G diubah menjadi bagian dari β0 dan
digunakan GDP sebagai ukuran ekonomi untuk kedua negara.

 Log (Aliran perdagangan bilateral) =


β0 + β1 log (GDP negara 1) + β2 log (GDP negara 2) +
β3 log (Jarak) + ε
9

 Dengan demikian, rumus umum dari gravity model menurut


Bergstrand (1985), Koo, et al (1994) dalam Oktaviani (2000) sebagai
berikut:
 Tij = f (Yi, Yj, Fij)

 Keterangan:
Tij = Nilai aliran perdagangan dari negara i ke negara j
Yi = Gross Domestic Product negara i
Yj = Gross Domestic Product negara j
Fij = Faktor-faktor lain yang mempengarhi perdagangan antara
negara I dengan negara j

 Pada dasarnya, model gravitasi ini menjelaskan perdagangan


berdasarkan jarak antar negara dan interaksi antara besarnya ukuran
perekonomian (GDP dan populasi) antar negara.

 Aliran perdagangan antar negara ditentukan oleh:


1. Variabel-variabel yang mewakili total permintaan potensi Negara
pengimpor.
2. Variabel-variabel indikator total penawaran potensial negara
pengekspor.
3. Variabel-variabel pendukung atau penghambat aliran perdagangan
antara negara pengimpor dan negara pengekspor.

 Pada penerapan konsep gravity model ini, variabel yang mewakili


total permintaan potensial negara pengimpor dapat digambarkan
dengan GDP Negara importir sedangkan variabel indikator total
penawaran potensial Negara pengekspor dapat digambarkan dengan
GDP negara pengekspor.
 Akan tetapi, dapat pula digunakan GDP per kapita sebagai pengganti
variabel GDP.
 Sementara itu, variabel pendukung atau penghambat aliran
perdagangan antara Negara pengimpor dan negara pengekspor adalah
adanya variabel jarak, harga ekspor komoditi dan nilai tukar
(exchange rate) antar dua negara.
10

GDP Per Kapita

 GDP per kapita merupakan ukuran berapa banyak perolehan


pendapatan setiap individu dalam perekonomian.

 Untuk mengetahui kemampuan daya beli negara tujuan ekspor


terhadap produk yang diekspor digunakan variabel GDP perkapita
riil sebab pada GDP per kapita riil memperhatikan adanya pengaruh
dari harga, sedangkan GDP per kapita nominal merupakan nilai GDP
yang tidak memperhatikan adanya pengaruh dari harga.

 Dengan demikian, tingkat konsumsi atau kemampuan daya beli suatu


negara atas suatu komoditi dapat diukur dari pendapatan per kapita
riil suatu negara.

 Jika pendapatan per kapita suatu Negara dinilai cukup tinggi, maka
dapat dikatakan suatu negara tersebut merupakan pasar potensial bagi
pemasaran suatu komoditi ataupun produk tertentu.

Nilai Tukar

 Nilai tukar (exchange rate) atau kurs diantara dua negara adalah
harga dimana penduduk kedua negara saling melakukan perdagangan.

 Nilai tukar yang digunakan pada pemodelan gravity model ini adalah
nilai tukar riil yang merupakan nilai tukar nominal yang sudah
dikoreksi dengan harga relatif, yaitu harga-harga di dalam negeri
dibandingkan dengan harga-harga di luar negeri.

 Nilai tukar riil = nilai tukar nominal x (IHK AS / IHK Negara tuj.ekspor)

 Kondisi nilai tukar seperti terapresiasinya mata uang domestik negara


11

tujuan ekspor terhadap Dollar Amerika membuat harga suatu produk


relatif lebih murah. Hal ini mendorong terjadinya peningkatan nilai
impor dari negara tujuan karena negara tujuan membutuhkan sedikit
uang untuk membeli barang impor

Populasi

 Jumlah penduduk menjadi salah satu faktor penentu dalam


permintaan ekspor. Semakin banyaknya jumlah penduduk suatu
negara, maka semakin banyak juga permintaan negara tersebut
terhadap suatu barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya
(cateris paribus).
 Kenaikan jumlah penduduk akan menggeser kurva permintaan ke
kanan atas dan memperlihatkan bahwa dengan naiknya jumlah
penduduk maka jumlah komoditi yang diminta pada setiap tingkat
harga akan lebih banyak).

Jarak Ekonomi

 Jarak adalah faktor geografi yang menjadi variabel utama dalam


gravity model untuk analisis aliran perdagangan bilateral.
 Variabel jarak ini merupakan indikasi dari biaya transportasi yang
dihadapi oleh suatu negara dalam melakukan ekspor. Semakin jauh
jarak, semakin besar biaya transportasi dan semakin rendah nilai
ekspornya.
 Jika biaya transportasi terlalu mahal maka nilai perdagangan akan
menurun bersamaan dengan penurunan keuntungan. Adapun jarak
yang digunakan adalah jarak ekonomi dengan perhitungan sebagai
berikut:

����� ��������� ����� �������Ʃ ����� ������ �


����� ������� =
��� ������ �

Teori Model Data Panel


12

 Metode data panel merupakan model ekonometrika yang


menggabungkan informasi yang diperoleh dari data time series dan
data cross section.

 Penggunaan data panel ini memiliki dua keuntungan diantaranya:


a. Jumlah observasi menjadi lebih besar. Marginal effect dari peubah
penjelas dilihat dari dua dimensi (individu dan waktu) sehingga
parameter yang diestimasi akan lebih akurat dibandingkan dengan
model lain. Secara teknis menurut Hsiao (2004), data panel dapat
memberikan data yang informatif, mengurangi kolinearitas
antarpeubah serta meningkatkan derajat kebebasan yang artinya
meningkatkan efisiensi.
b. Keuntungan yang lebih penting dari penggunaan data panel adalah
mengurangi masalah identifikasi. Data panel lebih baik dalam
mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak
dapat diatasi dalam data cross section saja atau time series saja.
Data panel mampu mengontrol heterogenitas individu. Dengan
metode ini estimasi yang dilakukan dapat secara eksplisit
memasukkan unsur heterogenitas individu. Data panel juga lebih
baik untuk studi dynamics of adjustment. Hal ini berkaitan dengan
observasi pada cross section yang sama secara berulang, sehingga
data panel lebih baik dalam mempelajari perubahan dinamis.

 Dalam analisis data panel, terdapat tiga pendekatan yang terdiri dari
pendekatan kuadrat terkecil (pooled least squre), model efek tetap
(fixed effects model), dan model efek acak (random effects model).
Pada pendekatan Fixed Effects Model (FEM) dan Random Effects
Model (REM) dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya korelasi
antara komponen error dengan peubah bebas (regresor).

Data dan sumber data


13

No Data yg digunakan Sumber


1 Nilai ekspor komoditas Indonesia ke BPS dan dinas terkait
Negara tujuan 10 tahun terakhir
2 Nilai tukar UNTAC, BI
3 GDP per kapita Negara importir www.worlbank.org
4 Populasi Negara importir www.worlbank.org
5 Jarak geografis antara Indonesia dg www.timeanddate.com
Negara importir

Perumusan Model

 Dalam penelitian ini hanya menggunakan satu persamaan umum.


Model ini digunakan untuk melihat hubungan permintaan ekspor
dengan variabel-variabel penyusunnya.

 Model tersebut adalah:

NXit = α + β1 GDPit + β2 NTit + β3 NX1Eit + β4 POPit + β5 JEit + eit

di mana:

NX : Nilai ekspor mutiara Indonesia (US$)


GDP : GDP per kapita riil negara importir (US$)
NT : Nilai tukar riil negara importir (mata uang negara
tujuan/US$)
NX1 : Nilai ekspor mutiara Indonesia tahun sebelumnya (US$)
POP : Jumlah populasi penduduk di negara importir (jiwa)
JE : Jarak Ekonomi (km)
ei : Random error
α : Konstanta
βn : Parameter yang diduga (n= 1, 2, ..., 6)
14

I : negara
T : periode waktu

Dugaan persamaan permintaan ekspor mutiara Indonesia yang


terlah ditransformasi dapat dirumuskan sebagai berikut:

lnNXit = α + β1 lnGDPit + β2 NTit + β3 lnNX1Eit + β4 lnPOPit + β5 JEit + eit

di mana:

 lnNX : Nilai ekspor mutiara Indonesia (persen)


 lnGDP : GDP per kapita riil negara importir (persen)
 NT : Nilai tukar riil negara importir (mata uang negara
tujuan/US$)lnNX1 = Nilai ekspor mutiara Indonesia tahun
sebelumnya (persen)
 lnPOP : Jumlah populasi penduduk di negara importir (persen)
 lnJE : Jarak Ekonomi (persen)
 ei : Random error
 α : Konstanta
 βn : Parameter yang diduga (n= 1, 2, ..., 6)
 i : Negara
 t : periode waktu

Keterangan:
 GDP adalah ukuran daya beli masyarakat suatu negara terhadap
suatu produk. GDP riil negara pengimpor adalah GDP nominal
Negara pengimpor dibagi dengan IHK Indonesia dan dinyatakan
dalam satuan US$.
 Nilai tukar adalah laju nilai tukar valuta asing yang biasa
digunakan dalam pembayaran transaksi internasional. Nilai tukar
yang dimaksud dalam model ini adalah nilai tukar negara
pengimpor terhadap US$.
15

 Nilai ekspor merupakan total nilai ekspor mutiara yang diekspor ke


pasar internasional setiap tahunnya dan dinyatakan dalam satuan
US$.
 Nilai ekspor tahun sebelumnya merupakan total nilai ekspor
mutiara yang diekspor ke pasar internasional pada tahun
sebelumnya dan dinyatakan dalam satuan US$.
 Jumlah populasi merupakan total angka penduduk yang bertempat
tinggal dan sudah menjadi warga negara di dalam suatu negara.
Jumlah populasi dinyatakan dalam satuan jiwa.
 Jarak ekonomi merupakan indikasi dari biaya transportasi yang
dihadapi oleh suatu negara dalam melakukan ekspor. Semakin jauh
jarak, semakin besar biaya transportasi dan semakin rendah nilai
ekspornya. Karena menurunkan biaya per unit transportasi,
komoditas kecil berharga dapat diangkut menguntungkan lebih
jauh dari komoditas besar dengan nilai yang sama. Jarak ekonomi
dinyatakan dalam satuan km.

Anda mungkin juga menyukai