Tugas Ekonomi Lokalita Stenly
Tugas Ekonomi Lokalita Stenly
NIM : 17202103014
2. Keunggulan Kompetitif
Keunggulan kompetitif adalah keunggulan atau kelebihan yang harus dimiliki oleh sebuah
produsen agar bisa bersaing di pasar. Istilah ini bisa disebut sebagai keunggulan absolut. Untuk
mendapatkan data keunggulan ini tentu produsen harus menganalisa produk dari kompetitor.
Keunggulan teori keunggulan komperatif ini disebutkan oleh David Ricardo dan ditambahkan
oleh Heckscher & Ohlin yaitu dapat memberikan gambaran jelas untuk barang barang yang bisa
dijadikan sebagai keunggulan. Ini bisa menjadi tolok ukur yang akan memberikan perkembangan
dan kemajuan sistem produksi. Menurut Tangkilisan (dalam bukunya Strategi Keunggulan
Pelayanan Publik Manajemen SDM, 2003) bahwa Keunggulan Kompetitif adalah merujuk pada
kemampuan sebuah organisasi untuk memformulasikan strategi yang menempatkannya pada
suatu posisi yang menguntungkan berkaitan dengan perusahaan lainnya. Keunggulan Kompetitif
muncul bila pelanggan merasa bahwa mereka menerima nilai lebih dari transaksi yang dilakukan
dengan sebuah organisasi pesaingnya. Kemudian di dalam Kamus Bahasa Indonesia oleh
Badudu-Zain (1994), dinyatakan bahwa keunggulan kompetitif bersifat kompetisi dan bersifat
persaingan. Bertitik tolak dari kedua sumber diatas, kami berpendapat bahwa keunggulan
kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki oleh organisasi, dimana keunggulannya
dipergunakan untuk berkompetisi dan bersaing dengan organisasi lainnya, untuk mendapatkan
sesuatu.
NAMA : STENLY BETENG
NIM : 17202103014
masing-masing memiliki nilai DRC < 1, yang bermakna bahwa komoditas bakalan (lokal
dan impor) memiliki keunggulan komparatif, semakin efisien dan mampu hidup tanpa
bantuan atau intervensi pemerintah serta mempunyai peluang untuk ekspor.
Nilai koefisien DRC pada usaha penggemukan bakalan lokal sebesar 0,54 dan
penggemukan bakalan impor 0,18.
Nilai DRC tersebut mempunyai arti bahwa untuk menghasilkan Rp 100 nilai tambah
pada usaha penggemukan bakalan lokal dibutuhkan Rp 54 sumber daya faktor domestik dan
pada bakalan impor Rp 18. Jadi sumberdaya faktor domestik yang harus dikorbankan untuk
menghemat atau memperoleh devisa dari kegiatan usaha penggemukan sapi bakalan lokal
lebih kecil dari sumberdaya domestik yang bersedia dikorbankan dalam sistem ekonomi
secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha penggemukan bakalan lokal dan
bakalan impor efisien secara ekonomi dalam pemanfaatan sumberdaya faktor domestik.