Anda di halaman 1dari 4

NAMA : STENLY BETENG

NIM : 17202103014

TUGAS EKONOMI LOKALITA

1. Keunggulan Komparatif (Comperative Advantage)


Pengertian keunggulan komparatif (Comperative Advantage) adalah sebuah kegiatan
ekonomi yang ditinjau secara perbandingan lebih memberikan keuntungan bagi pengembangan
daerah tersebut. Keunggulan komparatif (Comperative Advantage) digunakan untuk
menganalisa tingkat kemampuan suatu daerah untuk memasarkan produk diluar daerah atau luar
negri. Jadi, produsen tak perlu lagi membandingkan potensi produk yang sama pada suatu negara
dengan negara lain. Mereka akan membandingkan potensi produk suatu negara terhadap produk
semua negara pesaing di pasar yag lebih luas. Meskipun begitu manfaat analisa keunggulan
kompetitif bagi suatu area menjadi terbatas karena tidak semua produk yang memenuhi
persyaratan tersebut.
Kemampuan memasarkan barang di pasar yang lebih luas sangat berhubungan dengan level
harga yang tren di pasar itu, dilain sisi harga pada pasar tersebut terkadang berfluktuasi. Dengan
begitu analisa keunggulan kompetitif tidak mutlak, namun juga akan mempertimbangkan harga
di pasar. Dalam analisa ini faktor harga tidak terlalu diperhatikan karena menggunakan metoda
perbandingan nilai hasil produksi. Penggunaan analisis keunggulan komparatif ini tetap dignakan
untuk meninjau apakah sebuah produksi memiliki prospek untuk dikembangkan ke depannya.
Teori Comparative Advantage menyatakan bahwa suatu negara akan menghasilkan dan
kemudian mengekspor suatu barang yang memiliki comparative advantage dan mengimpor
barang yang memiliki comparative disadvantage, yaitu suatu barang yang dapat dihasilkan
dengan lebih murah dan mengimpor barang yang kalau dihasilkan sendiri memakan ongkos yang
besar (J.S Mill dalam Nopirin 1993).
Faktor – faktor yang bisa membuat suatu daerah memiliki keunggulan komparatif
(comparative advantage) dapat berupa kondisi alam, yaitu sesuatu yang sudah tersedia tetapi
dapat juga karena usaha-usaha manusia. Faktor-faktor yang dapat membuat sesuatu wilayah
memiliki keunggulan komparatif dapat dikelompokkan (Tarigan, 2005), sebagai berikut :
1. Pemberian alam.
2. Masyarakatnya menguasai teknologi mutakhir.
3. Masyarakatnya menguasai ketrampilan khusus.
NAMA : STENLY BETENG
NIM : 17202103014

4. Wilayah itu dekat dengan pasar.


5. Wilayah dengan aksesibilitas yang tinggi.
6. Daerah konsentrasi / sentra dari suatu kegiatan sejenis.
7. Dareah aglomerasi dari berbagai kegiatan.
8. Upah buruh yang rendah dan tersedia dalam jumlah yang cukup serta didukung oleh
ketrampilan yang memadai dan mentalitas yang mendukung.
9. Mentalitas masyarakat yang sesuai untuk pembangunan.
10. Kebijakan pemerintah.

2. Keunggulan Kompetitif
Keunggulan kompetitif adalah keunggulan atau kelebihan yang harus dimiliki oleh sebuah
produsen agar bisa bersaing di pasar. Istilah ini bisa disebut sebagai keunggulan absolut. Untuk
mendapatkan data keunggulan ini tentu produsen harus menganalisa produk dari kompetitor.
Keunggulan teori keunggulan komperatif ini disebutkan oleh David Ricardo dan ditambahkan
oleh Heckscher & Ohlin yaitu dapat memberikan gambaran jelas untuk barang barang yang bisa
dijadikan sebagai keunggulan. Ini bisa menjadi tolok ukur yang akan memberikan perkembangan
dan kemajuan sistem produksi. Menurut Tangkilisan (dalam bukunya Strategi Keunggulan
Pelayanan Publik Manajemen SDM, 2003) bahwa Keunggulan Kompetitif adalah merujuk pada
kemampuan sebuah organisasi untuk memformulasikan strategi yang menempatkannya pada
suatu posisi yang menguntungkan berkaitan dengan perusahaan lainnya. Keunggulan Kompetitif
muncul bila pelanggan merasa bahwa mereka menerima nilai lebih dari transaksi yang dilakukan
dengan sebuah organisasi pesaingnya. Kemudian di dalam Kamus Bahasa Indonesia oleh
Badudu-Zain (1994), dinyatakan bahwa keunggulan kompetitif bersifat kompetisi dan bersifat
persaingan. Bertitik tolak dari kedua sumber diatas, kami berpendapat bahwa keunggulan
kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki oleh organisasi, dimana keunggulannya
dipergunakan untuk berkompetisi dan bersaing dengan organisasi lainnya, untuk mendapatkan
sesuatu.
NAMA : STENLY BETENG
NIM : 17202103014

3. Contoh Keunggulan Kompetitif dan Keunggulan Komparatif (Usaha Ternak Sapi di


Provinsi Jawa Barat)
Indikator keunggulan kompetitif adalah Private Cost Ratio (PCR) yang mencerminkan
berapa banyak sistem usaha penggemukan dapat membayar input faktor domestik (sewa
lahan, upah tenaga kerja dan bunga modal) dan tetap dalam kondisi kompetitif.
Usaha penggemukan sapi (lokal dan impor) masing-masing memiliki nilai PCR < 1, yang
bermakna memiliki keunggulan kompetitif (competitive advantage). Usaha penggemukan
bakalan lokal memiliki nilai PCR sebesar 0,49, lebih besar dari usaha penggemukan bakalan
impor (0,27). Nilai tersebut menunjukkan bahwa untuk mendapatkan 1 unit nilai tambah
usaha penggemukan sapi bakalan lokal diperlukan tambahan biaya input faktor domestik
sebesar 0,49 unit dalam nilai privat, dan usaha penggemukan bakalan impor memerlukan
tambahan biaya input faktor domestik sebesar 0,27 unit dalam nilai privat.
Rendahnya nilai PCR bakalan impor mengindikasikan bahwa usaha penggemukan
bakalan impor memiliki profit maksimum karena mampu membiayai faktor domestik pada
harga private atau efisien secara finansial. PCR dapat diminimumkan dengan cara menekan
biaya input faktor domestik dan input tradable atau memaksimumkan nilai tambah output
(Tawaf, 2009). Penggunaan nilai PCR memperlihatkan besarnya komposisi input faktor
domestik terhadap nilai tambah output dan biaya input tradabel, dengan tanpa mengurangi
keuntungan. Karena PCR dinilai dalam harga privat yang sudah dipengaruhi kebijakan
pemerintah.

a. Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage)


Dalam proses produksi sebagian usaha menggunakan sumberdaya dalam negeri dan
sebagian lagi tetap menggunakan bahan dari luar negeri. Apakah penggunaan sumberdaya
domestik tersebut menguntungkan atau tidak, dapat dianalisis dengan Domestic Resource
Cost (DRC). DRC merupakan rasio antara biaya input faktor domestik dengan nilai
tambah output dari biaya input tradable yang dinilai pada harga sosial. Nilai DRC merupakan
indikator kemampuan usaha penggemukan sapi bakalan (lokal dan impor) untuk membiayai
biaya input faktor domestiknya pada harga sosial atau dikenal sebagai indikator keunggulan
komparatif (comparative advantage). Usaha penggemukan sapi bakalan (lokal dan impor)
NAMA : STENLY BETENG
NIM : 17202103014

masing-masing memiliki nilai DRC < 1, yang bermakna bahwa komoditas bakalan (lokal
dan impor) memiliki keunggulan komparatif, semakin efisien dan mampu hidup tanpa
bantuan atau intervensi pemerintah serta mempunyai peluang untuk ekspor.
Nilai koefisien DRC pada usaha penggemukan bakalan lokal sebesar 0,54 dan
penggemukan bakalan impor 0,18.
Nilai DRC tersebut mempunyai arti bahwa untuk menghasilkan Rp 100 nilai tambah
pada usaha penggemukan bakalan lokal dibutuhkan Rp 54 sumber daya faktor domestik dan
pada bakalan impor Rp 18. Jadi sumberdaya faktor domestik yang harus dikorbankan untuk
menghemat atau memperoleh devisa dari kegiatan usaha penggemukan sapi bakalan lokal
lebih kecil dari sumberdaya domestik yang bersedia dikorbankan dalam sistem ekonomi
secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha penggemukan bakalan lokal dan
bakalan impor efisien secara ekonomi dalam pemanfaatan sumberdaya faktor domestik.

Anda mungkin juga menyukai