Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada

Volume 15 Nomor 1 Februari 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU


PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA PADA MASYARAKAT
DI DESA KARYAMUKTI KECAMATAN CIBALONG
KABUPATEN GARUT PROVINSI JAWA BARAT

ATUN FARIHATUN, SKM., M.KM 1


dr. ZULAZMI MAMDY, MPH 2

ABSTRAK

Desa Karyamukti merupakan desa yang paling bermasalah dengan penyakit malaria di
Kabupaten Garut. Selama dua tahun berturut-turut Annual Parasite Incidence (API) Desa Karyamukti
menunjukan High Case Incidence (HCI). Pada tahun 2001 didapatkan API 0,931 ‰. Tahun 2002 naik
menjadi 13,737 ‰. Tahun 2003 naik lagi menjadi 40,279 ‰. Perilaku masyarakat sangat berpengaruh
terhadap terjadinya penularan malaria. Pencegahan sederhana terhadap penyakit malaria dapat
dilakukan antara lain dengan cara tidur menggunakan kelambu, memasang kawat kassa pada lubang-
lubang angin, mengolesi badan dengan obat anti nyamuk, memakai obat nyamuk bakar dan pada
malam hari tidak berada di luar rumah.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang diantaranya faktor umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan, sikap dan keterpajanan penyuluhan. Untuk
mengembangkan strategi pendidikan kesehatan terhadap perilaku masyarakat, perlu dilakukan
identifikasi masalah perilaku sasaran dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Untuk itu dilakukan
penelitian terhadap faktor-faktor tersebut.
Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan besar sampel 220 responden
yang dipilih secara simple random sampling. Untuk memperkaya informasi dilakukan focus group
discussion terhadap tokoh masyarakat. Analisis data mencakup univariat dan bivariat dengan
menggunakan aplikasi analisis chi-square.
Hasil analisis memperlihatkan bahwa distribusi responden yang melakukan tindakan
pencegahan proporsinya lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak melakukan pencegahan.
Analisis bivariat menunjukan bahwa faktor-faktor yang terbukti berhubungan dengan perilaku
pencegahan penyakit malaria adalah jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan pengetahuan. Sedangkan
umur, pendapatan, sikap dan keterpajanan penyuluhan terbukti tidak berhubungan.

PENDAHULUAN menjadi hambatan penting untuk


Beberapa tahun terakhir malaria pembangunan sosial dan ekonomi
merupakan salah satu penyakit yang (Gunawan, 2000 ; Depkes RI, 2003).
muncul kembali (re emerging diseases) Dapat menghabiskan anggaran negara
yang menunjukan kecenderungan serta mempunyai dampak negatif pada
peningkatan jumlah kasusnya di beberapa kepariwisataan (Depkes RI, 2001).
daerah endemik, baik di Jawa-Bali Penduduk yang beresiko terkena
maupun luar Jawa-Bali (Depkes RI, malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau
2003). 41% dari penduduk dunia (Gunawan,
Penyakit ini mempengaruhi 2000) yaitu penduduk yang umumnya
morbiditas dan mortalitas bayi, anak balita tinggal di daerah-daerah yang termasuk
dan ibu melahirkan. Mengakibatkan daerah endemik malaria. Di Indonesia
penurunan tingkat kecerdasan, penurunan diperkirakan sekitar 85,1 juta penduduk
imunitas, penurunan produktifitas, tinggal di daerah endemik malaria dan
kehilangan kesempatan kerja serta setiap tahun terdapat 15 juta penderita

109
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 15 Nomor 1 Februari 2016

malaria dengan kematian hampir 30.000 (2005) dua tahun terakhir di Kabupaten
orang (Depkes RI, 2003). Garut dinyatakan sebagai kejadian luar
Di Propinsi Jawa Barat, terdapat 5 biasa.
(lima) kabupaten reseptif malaria yang Hal ini selaras dengan data
pada umumnya berbatasan langsung laporan bulanan pengobatan dan
dengan pantai selatan Jawa Barat yaitu penemuan penderita malaria di Kabupaten
Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Sukabumi Garut periode Januari-Desember 2004
dan Cianjur (Depkes RI, 2001). jumlah penderita yang ditemukan dan
Kabupaten Garut disebut daerah endemis diobati mencapai 323 kasus dan 295
malaria karena sepanjang tahun ditemukan diantaranya terjadi di Kecamatan
penduduk yang menderita malaria. Daerah Cibalong. Demikian juga, pada periode
endemis itu adalah Kecamatan Cibalong, Januari-Desember 2003 penderita malaria
Pameungpeuk, Pakenjeng, Mekarmukti, yang ditemukan dan diobati mencapai 520
Caringin dan Bungbulang (Supriadi, kasus dan 439 kasus diantaranya terjadi di
2004). Kecamatan Cibalong.
Insiden penyakit malaria di 6 Dari laporan tahunan puskesmas
(enam) Kecamatan Garut Selatan setiap Kecamatan Cibalong tahun 2001 sampai
tahunnya cukup tinggi. Selama triwulan tahun 2003, desa yang paling bermasalah
pertama tahun 2005, dari 1.004 orang dengan penyakit malaria di wilayah
yang memeriksakan diri ke puskesmas puskesmas Kecamatan Cibalong
terdapat 53 orang dinyatakan positif Kabupaten Garut adalah Desa
malaria. Penderita terbanyak ditemukan di Karyamukti. Selama dua tahun berturut-
Kecamatan Cibalong dan 8 orang dari turut sebagai strata High Case Incidence
Kecamatan Pameungpeuk. Keadaan ini (HCI). Pada tahun 2001 jumlah penderita
tidak jauh berbeda dengan tahun 2004, malaria di Desa Karyamukti sebanyak 4
dimana jumlah penderita mencapai 323 penderita dengan Annual Parasite
orang dan 90% ditemukan di Kecamatan Incidence (API) 0,931 ‰, tahun 2002 naik
Cibalong (Firmanullah, 2005). menjadi 59 penderita dengan API 13,737
Menurut Budiman (2003) ‰ dan pada tahun 2003 naik lagi menjadi
Kecamatan Cibalong masih menjadi 173 penderita dengan API sebesar 40,279
daerah endemis malaria dengan kasus ‰.
tertinggi se-Kabupaten Garut. Hal yang Berbagai upaya penanggulangan
sama dikatakan Supriadi (2004) malaria di Indonesia telah dilakukan
Kecamatan Cibalong merupakan daerah pemerintah, institusi maupun lembaga
endemisitas paling tinggi (high case yang terkait dengan penelitian malaria,
incidence) karena lebih dari 90% kasus namun upaya tersebut belum dapat
malaria terjadi di Cibalong. Karena mengurangi morbiditas malaria (Depkes,
malaria ini pula, menurut Firmanullah 2003). Keadaan ini diantaranya dapat

110
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 15 Nomor 1 Februari 2016

diakibatkan karena belum dapat dalam upaya pencegahan dan


dikelolanya secara maksimal tempat- pemberantasan malaria (Achmadi, 2003).
tempat perindukan nyamuk, jumlah Blum (1974) dan Green (1991)
penderita yang sangat banyak, mengatakan bahwa perilaku manusia
keterbatasan sumberdaya manusia, biaya, mempunyai pengaruh yang besar dalam
infrastruktur (Prabowo, 2004), terlalu menentukan derajat kesehatan. Perilaku
mengandalkan satu teknologi dapat mempengaruhi kesehatan secara
(penyemprotan insektisida) serta langsung dan secara tidak langsung
rendahnya pemahaman sebagian melalui pengaruhnya terhadap
masyarakat mengenai bahaya penyakit penggunaan pelayanan kesehatan, kualitas
malaria mengakibatkan rendahnya dan kuantitas penduduk serta lingkungan
kepedulian mereka untuk berperan aktif (Mamdy, 2001). Oleh karena itu, dalam
dalam upaya pencegahan penyakit rangka membina dan meningkatkan
malaria, hal ini berkaitan dengan masalah kesehatan masyarakat, maka intervensi
perilaku masyarakat (Depkes, 2003). yang ditujukan kepada faktor perilaku ini
Kebiasaan masyarakat dalam sangat strategis. Menurut Mantra (1997)
berpakaian, tidur di luar rumah dan di untuk mengembangkan strategi
dalam rumah, tidur memakai kelambu, pendidikan kesehatan terhadap perilaku
penggunaan obat anti nyamuk, atau masyarakat, perlu dilakukan identifikasi
menutup lubang-lubang rumah dengan masalah perilaku sasaran dan faktor-faktor
kawat anti nyamuk sangat berpengaruh yang mempengaruhinya untuk
terhadap terjadinya penularan penyakit menentukan langkah penyusunan rencana
malaria. Kebiasaan begadang dan tidur di pendidikan kesehatan.
luar rumah yang biasa dilakukan Berdasarkan uraian diatas, penulis
masyarakat di Pegunungan Menoreh merasa tertarik untuk meneliti faktor-
berpengaruh pada tingginya tingkat faktor yang berhubungan dengan perilaku
penularan malaria disana. Demikian pula pencegahan penyakit malaria pada
dengan kebiasaan masyarakat Kubu di masyarakat di Desa Karyamukti sehingga
Jambi yang suka telanjang dada dan tidur hasilnya dapat digunakan sebagai bahan
di alam terbuka, mengakibatkan hampir masukan bagi program pemberantasan
setiap anggota keluarganya terkena penyakit menular di Puskesmas
penyakit malaria. Banyak anggota Kecamatan Cibalong dan Dinas Kesehatan
masyarakat di beberapa daerah endemis Kabupaten Garut dalam rangka menyusun
malaria yang menganggap masalah perencanaan pendidikan kesehatan pada
penyakit malaria sebagai masalah biasa program pemberantasan malaria di Desa
yang tidak perlu dikhawatirkan Karyamukti.
dampaknya. Anggapan tersebut, membuat
mereka lengah dan kurang berkontribusi
111
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 15 Nomor 1 Februari 2016

METODE RANCANGAN dengan perilaku pencegahan. Hasil ini


PENELITIAN sejalan dengan penelitian Ismoyowati
Rancangan penelitian yang (1999) di NTT yang menyatakan tidak ada
digunakan adalah cross sectional, Lokasi hubungan antara umur dengan perilaku
penelitian yaitu di Kecamatan Cibalong pemberantasan malaria dengan p value =
karena berdasarkan laporan tahunan 0,540. Namun berbeda dengan hasil
malaria Dinas Kesehatan Kabupaten Garut penelitian Imran (2003) di Nanggroe Aceh
tahun 2002 sampai tahun 2004, Darussalam yang menyatakan ada
berdasarkan laporan tahunan Puskesmas hubungan bermakna dengan pola
Kecamatan Cibalong Desa Karyamukti hubungan negatif antara antara dua
tahun 2003 sampai tahun 2004, desa yang variabel ini (p value = 0,013) semakin tua
paling bermasalah dengan penyakit umur responden semakin kurang baik
malaria di wilayah Puskesmas Kecamatan perilaku pemberantasan penyakit malaria.
Cibalong Kabupaten Garut yaitu Desa Tidak adanya hubungan antara dua
Karyamukti, penelitian dilakukan pada variabel ini dapat dijelaskan dari teori
bulan Mei tahun 2005. bahwa pada dasarnya setiap orang dapat
Populasi penelitian seluruh terkena malaria, perbedaan prevalensi
penduduk yang tinggal di Desa menurut umur berkaitan dengan derajat
Karyamukti. kekebalan variasi keterpaparan pada
Sampelnya yaitu penduduk Desa gigitan nyamuk (Gunawan, 2000).
Karyamukti dengan kriteria pada Bulan Menurut Green (1991) dan Rosenstock
Mei Tahun 2005 tinggal di Desa (1974) umur termasuk variabel demografi
Karyamukti dan bisa diajak yang mempengaruhi perilaku namun
berkomunikasi. bukan faktor penentu seseorang untuk
berperilaku. Masih ada faktor-faktor lain
HASIL PENELITIAN
yang berpengaruh.
Faktor-faktor yang Berhubungan
Jenis Kelamin
dengan Perilaku Pencegahan
Hasil analisis menunjukan ada
Berdasarkan analisis bivariat, faktor-faktor
hubungan antara jenis kelamin dengan
yang terbukti berhubungan dengan
perilaku pencegahan. Perempuan
perilaku pencegahan penyakit malaria
mempunyai kecenderungan berperilaku
adalah jenis kelamin, pendidikan,
baik 1,5 kali dibandingkan laki-laki. Hasil
pekerjaan dan pengetahuan. Sedangkan
ini menunjukan perbedaan dengan 2
umur, pendapatan, sikap dan keterpajanan
penelitian terdahulu yaitu Ismoyowati
penyuluhan terbukti tidak berhubungan.
(1999) di NTT dan Imran (2003) di
Umur
Nanggroe Aceh Darussalam yang
Dari analisis bivariat didapatkan bahwa
menyatakan tidak ada hubungan antara
faktor umur tidak mempunyai hubungan
kategori jenis kelamin dengan kategori

112
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 15 Nomor 1 Februari 2016

perilaku terhadap pemberantasan malaria. menyebabkan kurangnya pengetahuan


Green (1991) mengatakan bahwa jenis masyarakat mengenai tanda-tanda dan
kelamin termasuk faktor predisposisi yang bahaya penyakit malaria sehingga
memberi kontribusi terhadap perilaku berakibat pada kurangnya kepedulian
kesehatan. Adanya hubungan antara jenis masyarakat untuk berperan aktif dalam
kelamin dengan perilaku pencegahan upaya pencegahan malaria. Pendidikan
penyakit malaria ini dapat dijelaskan juga berpengaruh secara tidak langsung,
karena responden perempuan yang karena pendidikan akan mempengaruhi
dianalisis dalam penelitian ini, pada status sosial seseorang. Dengan
malam hari cenderung lebih banyak meningkatnya pendidikan peluang
tinggal di dalam rumah sementara didalam seseorang untuk bekerja semakin besar
rumah sebagian besar responden telah sehingga akan dapat meningkatkan
melakukan upaya pencegahan dengan penghasilan dan kemampuan daya beli
memakai obat nyamuk bakar. Sedangkan terhadap upaya pencegahan seperti obat
sebagian besar laki-laki yang dianalisis nyamuk, memasang kawat kassa atau
dalam penelitian ini, cenderung lebih kelambu untuk melindungi dirinya dari
banyak memiliki aktivitas pada malam gigitan nyamuk malaria.
hari seperti memancing, ronda, main kartu Bila melihat distribusi responden
menginap di ladang atau di barak nelayan. berdasarkan pendidikan, sebagian besar
Pendidikan responden (85,9%) dalam penelitian ini
Dari hasil analisis bivariat termasuk kategori berpendidikan rendah.
didapatkan ada hubungan antara Menurut Mustopo (2003) salah satu upaya
pendidikan dengan perilaku pencegahan yang dapat dilakukan pemerintah dalam
penyakit malaria. Hasil ini sejalan dengan dalam penanganan masalah kemiskinan di
penelitian Imran (2003) yang menyatakan daerah endemik malaria adalah melalui
bahwa responden yang mempunyai pembelajaran masyarakat terhadap
pendidikan rendah akan mempunyai penyakit malaria dan pemberantasannya.
perilaku kurang baik dibandingkan dengan Pembelajaran ini dapat dilakukan melalui
responden yang mempunyai pendidikan kurikulum pendidikan dasar dengan
tinggi atau makin tinggi pendidikan makin materi-materi yang sesuai dengan tingkat
baik perilaku terhadap pemberantasan sekolah dan kepada masyarakat umum
malaria. perlu ada penyuluhan-penyuluhan disertai
Ginting (2003) mengatakan dengan pembelajaran melalui sarana
bahwa pendidikan menyediakan berbagai komunikasi lainnya.
informasi bagi orang-orang. Pendidikan Pekerjaan
tinggi akan meningkatkan pengetahuan Hasil analisa bivariat menunjukan
tentang berbagai masalah termasuk ada hubungan antara pekerjaan dengan
masalah kesehatan. Rendahnya pendidikan perilaku pencegahan penyakit malaria. Ibu
113
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 15 Nomor 1 Februari 2016

rumah tangga atau pelajar mempunyai pendapatan dengan perilaku pencegahan.


kecenderungan berperilaku baik 2,8 kali Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
dibandingkan petani. penelitian Ismoyowati (1999) yang
Adanya hubungan antara dua variabel ini menyatakan tidak ada hubungan antara
dapat dijelaskan bahwa sebagian besar kedua variabel ini.
dari responden yang aktivitas sehari- Tidak adanya hubungan antara
harinya sebagai ibu rumah tangga atau pendapatan dengan perilaku dapat
pelajar menyatakan tidak melakukan djelaskan dengan meskipun distribusi
kegiatan di luar rumah pada malam hari. responden berdasarkan pendapatan
Sedangkan pada responden yang memiliki menunjukan sebagian besar berpendapatan
aktivitas sebagai petani menyatakan rendah namun bila dilihat dengan upaya
memiliki kebiasaan menginap di ladang. pencegahan di dalam rumah pada malam
Menurut Achmadi (2003) jenis hari, sebagian besar melakukan upaya
pekerjaan sangat terkait dengan resiko pencegahan dengan obat nyamuk bakar.
memperoleh penularan malaria. Pekerjaan Ini dilakukan responden karena selain obat
menebang kayu di hutan, bertani di sekitar nyamuk bakar harganya murah juga
hutan, menanam padi dan tinggal di mudah didapat di warung-warung. Ada
daerah persawahan, membawa orang juga responden yang melakukan tindakan
berhubungan secara intens dengan pencegahan dengan memakai daun
nyamuk anopheles yang terinfeksi. pepaya, daun kemangi, dan letod. Dengan
Menanggapi hasil penelitian yang demikian dengan pendapatan yang rendah
menunjukan bahwa Ibu rumah tanga atau pun, responden masih bisa mengupayakan
pelajar di Desa Karyamukti mempunyai tindakan pencegahan.
kecenderungan berperilaku baik 2,8 kali Hal ini tidak sejalan dengan
dibandingkan petani. Maka selain Mardiyanto (2003) yang menyatakan
melakukan upaya penyuluhan pada bahwa ada korelasi atau hubungan yang
kelompok petani sebagai target sasaran signifikan antara kemiskinan dan tingkat
utama, hal yang dapat dipertimbangkan penderita malaria. Kondisi kemiskinan
adalah penyuluhan secara intens kepada secara berantai akan mengakibatkan
ibu rumah tangga dan pelajar. Diharapkan rendahnya perilaku sehat, memburuknya
dengan penyuluhan pada kelompok ini kondisi lingkungan serta meningkatnya
akan memudahkan penerimaan pesan populasi nyamuk malaria yang pada
kesehatan dan selanjutnya kepada mereka gilirannya akan berakibat pada
diharapkan akan menyampaikannya meledaknya jumlah penderita malaria.
kembali pada masing-masing keluarga. Pengetahuan
Pendapatan Lebih dari setengah responden
Dari hasil analisis bivariat dalam penelitian ini mempunyai
didapatkan tidak ada hubungan antara pengetahuan buruk mengenai penyakit

114
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 15 Nomor 1 Februari 2016

malaria. Sumber utama rendahnya Purworejo dan Karanganyar Jawa Tengah


pengetahuan adalah pertanyaan- (Santoso, dkk.1991) bahwa di daerah
pertanyaan no 9, 13, 14, 15, 16, 20, dan 25 endemik malaria masyarakat lebih
(lihat lampiran 2). mengetahui gejala-gejala penyakit
Keterangan yang sama di dapat malaria.
pada saat diskusi, sebagian besar peserta Mengenai cara mengobati
diskusi tidak mengetahui bahwa waktu penyakit malaria, ada peserta yang sudah
penularan malaria adalah malam hari. Hal mengetahui pil kina. Namun sebagian
ini dapat berdampak pada rendahnya besar tidak mengetahui obat malaria.
kepedulian masyarakat untuk melakukan Mereka mengenali jenis obat malaria dari
pencegahan dengan menghindari aktivitas akhiran kata, bila akhiran nama obatnya
di luar rumah pada malam hari. „kuin‟ menurut mereka itu adalah obat
Pengetahuan masyarakat bahwa malaria. Hal ini sama pada saat
jentik nyamuk malaria tidak dapat wawancara, sebagian responden
diberantas dapat berdampak pada mengatakan bahwa klorokuin, primakuin
rendahnya kepedulian masyarakat untuk adalah benar obat malaria.
memelihara ikan. Seperti keterangan yang Hasil analisa bivariat
diperoleh pada saat diskusi bahwa memperlihatkan ada hubungan antara
sebagian besar peserta tidak mengetahui pengetahuan dengan perilaku pencegahan
ikan-ikan (ikan mujair dan ikan kepala penyakit malaria (p value = 0,004). Hasil
timah) yang pernah ditebar dinas ini sejalan dengan dua penelitian
kesehatan di lagun Haminteu sebelumnya, Imran (2003) yang
dimaksudkan untuk memakan jentik-jentik menunjukan ada hubungan bermakna
nyamuk. Para peserta mengatakan banyak antara variabel pengetahuan dengan
warga hoby mancing, termasuk perilaku terhadap pemberantasan penyakit
mengambil ikan di lagun-lagun tempat malaria (p value = 0,001). Penelitian
perindukan nyamuk. Ismoyowati (1999) menunjukan ada
Sebagian besar peserta sudah hubungan bermakna antara dua variabel
mengetahui gejala-gejala penyakit ini (p value = 0,007).
malaria, mereka mengatakan gejala utama Green (1991) mengatakan bahwa
penyakit malaria adalah demam, badan peningkatan pengetahuan tidak selalu
pegal-pegal, kepala pusing. Begitu juga menyebabkan perubahan perilaku.
dengan hasil wawancara dengan Pengetahuan tertentu tentang kesehatan
responden sebagian besar mengatakan mungkin penting sebelum suatu tindakan
bahwa meriang, pegal linu, sakit kepala kesehatan tersebut terjadi, tetapi tindakan
merupakan gejala penyakit malaria. Hal kesehatan yang diharapkan mungkin tidak
ini sejalan dengan penelitian lain di Desa akan terjadi kecuali apabila seseorang
Berakit Propinsi Riau, di Banjarnegara, mendapat isyarat yang cukup kuat untuk
115
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 15 Nomor 1 Februari 2016

memotivasinya bertindak atas dasar Hasil analisis menunjukan tidak


pengetahuan yang dimilikinya. ada hubungan antara sikap dengan
(McGuire, 1964 dalam Graeff, perilaku (p value = 0,053). Hasil ini
1993) menjelaskan bahwa perubahan sejalan dengan hasil penelitian
pengetahuan dan sikap merupakan Ismoyowati (1999) yang menyatakan tidak
prekondisi bagi perubahan perilaku ada hubungan antara kategorisikap
kesehatan dan perilaku-perilaku lain. masyarakat dengan kategori perilaku
Dalam pendidikan untuk tujuan perubahan pemberantasan penyakit malaria (p value
perilaku, jika ternyata pengetahuan = 0,58).
memiliki pengaruh maka perlu diadakan Wirawan (2002) menyatakan
pendekatan kepada orang yang bahwa dalam kenyataan tidak selalu suatu
bersangkutan untuk memberi penjelasan, sikap tertentu berakhir dengan perilaku
informasi dan sebagainya (Wirawan, yang sesuai dengan sikap tersebut.
2002). Sebagian besar dari para pakar psikologi
Sikap sosial berpendapat bahwa sikap terbentuk
Dalam penelitian ini, proporsi dari pengalaman melalui proses belajar.
responden sikap baik sedikit lebih banyak Berdasarkan pandangan seperti ini, dapat
daripada responden sikap buruk. disusun berbagai upaya pendidikan untuk
Pertanyaan-pertanyaan yang berkontribusi mengubah sikap seseorang.
terhadap tingginya nilai sikap adalah Menurut Ajzen (1991) mengukur
pertanyaan-pertanyaan no 28, 29, 30, 31, sikap terhadap niat, sama dengan
32 dan 34 (lihat lampiran 2). Respon mengukur perilaku itu sendiri. Niat untuk
positif masyarakat ini akan sangat berperilaku ditentukan oleh dua hal yaitu
membantu dalam upaya penanggulangan 1) attitude (sikap) terhadap perilaku itu
malaria di Desa Karyamukti. dan 2) subjective norms (norma subjektif)
Sementara terhadap menghindari tentang perilaku itu. Sikap terhadap
aktivitas di luar rumah pada malam hari, perilaku ditentukan oleh dua hal yaitu 1)
sebagian responden menyatakan tidak belief (kepercayaan atau keyakinan) dan
setuju (lihat pertanyaan no 36). 2) evaluasi terhadap konsekuensi-
Keterangan ini juga didapat pada saat konsekuensi tersebut untuk diri subjek itu
diskusi, ada peserta yang menyatakan sendiri. Norma subjektif juga ditentukan
sudah biasa dengan malaria, tidak perlu oleh dua hal yaitu 1) pendapat tokoh atau
khawatir mancing di malam hari. orang lain yang penting yang berpengaruh
Anggapan tersebut, salah satunya dapat atau tokoh panutan (significant others)
diakibatkan karena masih banyak tentang apakah subjek perlu, harus atau
masyarakat yang tidak mengetahui waktu dilarang melakukan perilaku itu dan 2)
penularan malaria yang sebenarnya adalah seberapa jauh subjek akan mengikuti
pada malam hari. pendapat orang lain tersebut (motivation

116
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 15 Nomor 1 Februari 2016

to comply). keterangan petugas pemegang program


Dalam pendidikan untuk tujuan perubahan pemberantasan malaria puskesmas
perilaku, jika ternyata sikap memiliki Kecamatan Cibalong, penyuluhan yang
pengaruh maka perlu diadakan pendekatan dilakukan adalah pada saat passive case
kepada orang yang bersangkutan untuk detecton dan pada saat active case
memberi penjelasan informasi dan detection oleh juru malaria desa (JMD).
sebagainya untuk merubah struktur Untuk merubah perilaku biasanya
kognisinya. Pada gilirannya perubahan diperlukan waktu yang lama. Jarang ada
sikap ini akan mengubah pula perilaku orang yang langsung merubah perilakunya
sehingga terjadilah perilaku-perilaku yang setelah mendengar penyuluhan satu kali.
lebih sesuai dengan perilaku yang Mantra (1997) menjelaskan 8 (delapan)
diharapkan (Wirawan, 2002). langkah pokok pengembangan strategi
Keterpajanan Penyuluhan penyuluhan, yaitu :
Sebagian besar responden dalam  Analisa masalah kesehatan dan
penelitian ini (85,9%) menyatakan belum perilaku
pernah terpajan penyuluhan mengenai  Menetapakan sasaran
penyakit malaria baik penyuluhan yang  Menetapakan sasaran primer dan
dilakukan oleh petugas kesehatan, kader tatanan serta analisanya
atau tokoh masyarakat. Hasil analisa  Menetapakan sasaran sekunder
bivariat memperlihatkan tidak ada dan tatanan serta analisanya
hubungan antara keterpajanan penyuluhan  Menetapakan sasaran tersier dan
dengan perilaku pencegahan penyakit tatanan serta analisanya
malaria. Hasil ini berbeda dengan hasil  Menetapkan tujuan
penelitian Ismoyowati (1999) yang  Tujuan umum
menyatakan ada hubungan bermakna
 Tujuan khusus
antara penyuluhan dengan perilaku
 Menetapkan strategi
pemberantasan malaria (p value = 0,001).
 Advocacy
Dari hasil diskusi diperoleh
 Pemberdayaan
informasi yang sama bahwa belum ada
 Dukungan sosial
penyuluhan mengenai penyakit malaria
 Menetapkan pesan pokok
yang diberikan kepada masyarakat di Desa
 Menetapkan metode dan saluran
Karyamukti. Sedikit responden yang
komunikasi
mengatakan pernah mendapat penjelasan
 Menetapkan kegiatan operacional
tentang penyakit malaria, yaitu ketika
 Menetapkan pemantauan dan
mereka memeriksakan diri ke puskesmas
penilaian
atau ketika pada saat petugas juru malaria
Menanggapi hasil penelitian ini,
desa puskesmas melaksanakan passive
hal yang dapat dipertimbangkan adalah
case detection. Hal ini selaras dengan
117
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 15 Nomor 1 Februari 2016

penyuluhan yang dilakukan tidak terbatas ……………2001


pada saat ACD dan PCD. Seperti yang Penatalaksanaan Kasus Malaria. Dirjen
disampaikan semua peserta diskusi, P2M dan PL. Jakarta
penyuluhan masih sangat diperlukan.
…………. 2002
Penyuluhan diperlukan untuk
Profil Kesehatan Indonesia. Depkes RI.
meningkatkan pengetahuan dan merubah
Jakarta.
perilaku (Santoso, 2002).

…………2003
DAFTAR PUSTAKA
Epidemiologi Malaria. Dirjen P2M dan
Achmadi. 2003 PL. Jakarta.
Malaria dan Kemiskinan di Indonesia
Tinjauan situasi tahun 1997-2001. Pusat …………2003

Data dan Informasi. Depkes RI. Jakarta. Pengobatan Malaria.


Dirjen P2M dan PL. Jakarta.
Ariawan. 2003
Analisa Data Kategorik. FKM. UI …………2003
Promosi Gebrak Malaria. Dirjen P2M dan
Ajzen, I. 1988 PL. Jakarta.
Attitude, personality and behavior. Open
University Press. Dinkes kabupaten Garut, 2003
Sub. Din. P2 dan PL. Laporan Bulanan
Ajzen, I. 1991 Pengobatan dan Penderita Malaria.
Attitude, personality and behavior. Open ………………………., 2004
University Press. Sub. Din. P2 dan PL. Laporan Bulanan
Pengobatan dan Penderita Malaria.
Badan Pusat Statistik.2003
Statistik Pendidikan. Badan Pusat Firmanulloh. 2005
Statistik. hal : Jakarta. “53 Warga Garut Selatan Terjangkit
…………………….2004 Malaria”. Pikiran Rakyat. 11 Mei 2005.
Statistik Upah. Badan Pusat Statistik. Jawa Barat.
Jakarta FKM. 2000
Aplikasi Metode Kualitatif dalam
Budiman. 2004
Penelitian Kesehatan. FKM.UI
“Cibalong Daerah Endemis Malaria di
Garut”. Pikiran Rakyat. 24 Maret 2004. Gerungan.1991
Jawa Barat. Psikologi Sosial. Eresco. Bandung.
Depkes RI. 2000
Prosedur Penilaian Cepat. Pusat Data Ginting. 2003

Kesehatan. Jakarta. Peran serta WALHI dalam

118
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 15 Nomor 1 Februari 2016

penanggulangan Masalah Kesehatan Pemberantasan Malaria di Kota Sabang


Penyakit Akibat Pengrusakan Lingkungan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
yang Dikaitkan dengan Penyakit Malaria Tesis. FKM. UI.
di Indonesia dalam Malaria dan
Ismoyowati. 1999
Kemiskinan di Indonesia Tinjauan Situasi
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
tahun 1997-2001. Pusat Data dan
Perilaku Pemberantasan Malaria di
Informasi. Depkes. Jakarta.
Daerah Endemik Nusa Tenggara Timur.
Graeff, Elder & Booth. 1993 Tesis. FKM UI.
Communication for Health and Change
Karr. 1986
Behavior. Jossey-Bass. San Francisco
Communication for Health Promotion : A
Green & Kreuter 1991 Model for Research and Action, in Ward
Health Promotion Planning. An (editor) : Advance in Health Eduvation
Educational and Environment Approach and Promotion. JAI Press.
nd
2 . Myfield Publising Co.
Lemeshow. 1997
Green & Kreuter (alih bahasa Besar Sampel dalam Penelitian
Mamdy,dkk). Kesehatan. Gadjah Mada University
Perencanaan Pendidikan Kesehatan, Press. Yogyakarta.
Sebuah Pendekatan Diagnostik. Proyek
Mamdy. 2001
Pengembangan FKM. Departemen
Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Jurnal Ilmu Kesehatan UHAMKA Vol.1
Gunawan. 2000 No.1 Hal 10-23. Jakarta.
Epidemiologi Malaria dalam Harijanto,
Mantra.1997
P.N. Malaria : Epidemiologi, Patogenesis,
Strategi Penyuluhan Kesehatan. Pusat
Manifestasi Klinis & Penanganan. EGC.
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta.
Depkes. Jakarta.
Harijanto. 2000
Mardiyanto. 2003
Malaria : Epidemiologi, Patogenesis,
Strategi dan Langkah-langkah Pemerintah
Manifestasi Klinis & Penanganan. EGC.
Propoinsi Jawa Tengah dalam Menangani
Jakarta.
Masalah Kemiskinan di Daerah Malaria
Hastono. 2001
dalam Malaria dan Kemiskinan di
Analisa Data. FKM.UI
Indonesia Tinjauan Situasi tahun 1997-
Imran. 2003 2001. Pusat Data dan Informasi. Depkes.
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Jakarta.
Perilaku Masyarakat dalam Upaya
119
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 15 Nomor 1 Februari 2016

Mustopo, 2003 Malaria Pada Anak dalam Harijanto, P.N.


Peranan Legislatif dalam Mendukung Malaria : Epidemiologi, Patogenesis,
Upaya Pemerintah dan Masyarakat untuk Manifestasi Klinis & Penanganan. EGC.
Penanganan Masalah Kemiskinan yang Jakarta.
Dikaitkan dengan Penyakit Malaria di
Rogers, E. 1983
Indonesia dalam Malaria dan Kemiskinan
Diffusion of Innovations. New York. Free
di Indonesia Tinjauan Situasi tahun 1997-
Press. Hal : 5-16
2001. Pusat Data dan Informasi. Depkes.
Jakarta.
Rosenstock. 1974
The Health Belief Model and Preventive
Nugroho. 2000
Behavior in Becker (editor). The Health
Siklus Hidup Plasmodium Malaria dalam
Belief Model and Personal Health
Harijanto, P.N. Malaria : Epidemiologi,
Behavior. Charles B Slack New Jersey.
Patogenesis, Manifestasi Klinis &
Penanganan. EGC. Jakarta.
Santoso,dkk. 1991
Perilaku Penduduk dalam
Pemerintah Propinsi Jawa Barat Dinas
Penanggulangan Penyakit Malaria di
Kesehatan. 2001.
Desa Berakit Propinsi Riau. Buletin
Profil Kesehatan Propinsi Jawa Barat.
Penelitian Kesehatan (19) Vol. 1 Hal :14-
Dinkes Propinsi Jawa Barat.
23
Prabowo. 2004
Santoso,dkk. 2002
Malaria : mencegah dan mengatasinya.
Penyuluhan Tepat Guna yang Berkaitan
Puspa swara. Jakarta
dengan Penyakit Malaria bagi Penduduk
Pratiknya. 2000 Hargotirto Kecamatan Kokap, Kabupaten
Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kulon Progo, DI Yogyakaya. Media
Kedokteran dan Kesehatan. Raja Litabng Kesehatan Volume XII Nomor 3
Grafindo Persada. Jakarta. Hal : 1 – 11

Profil Puskesmas kecamatan Cibalong. Sastroasmoro. 1995


2003 Dasar-dasar metodologi penelitian klinis.
Binarupa Aksara. Jakarta
Purwaningsih. 2000
Diagnosis Malaria dalam Harijanto, P.N. Sutisna. 2004
Malaria : Epidemiologi, Patogenesis, Malaria Secarara Ringkas : Dari
Manifestasi Klinis & Penanganan. EGC. Pengetahuan Dasar Sampai Terapan.
Jakarta. EGC. Jakarta

Rampengan. 2000 Sudarsono. 2001

120
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 15 Nomor 1 Februari 2016

Survei Pengetahuan, Sikap, Perilaku di Tjitra. 2000


Kabupaten Ogan Komering Ulu. Obat Anti - Malaria dalam Harijanto, P.N.
Skripsi.FKM.UI Malaria : Epidemiologi, Patogenesis,
Manifestasi Klinis & Penanganan. EGC.
Supriadi. 2004
Jakarta.
Awas Malaria. Priangan. 01 Juli 2004.
Jawa Barat. Wirawan. 2002.
Psikologi Sosial. Balai Pustaka. Jakarta

121

Anda mungkin juga menyukai