Anda di halaman 1dari 31

BUKU SKILLS LAB

PANDUAN KETERAMPILAN KLINIS


SISTEM GASTROINTESTINAL
GASTROINTESTINAL SYSTEM

ISBN no.
BUKU SKILLS LAB
PANDUAN KETERAMPILAN KLINIS
SISTEM GASTROINTESTINAL
GASTROINTESTINAL SYSTEM

Tim Penyusun :
Anggunan, dr, MM.
Yusmaidi, dr, SpB, KBD
Toni Prasetia, dr, SpPD, FINASIM
Sri Maria, dr, MPdKed
Tessa Sjahriani, dr, M.Kes
Jordi Oktobiannobel, dr, M.Kes
Sandhy Arya Pratama, dr., M. Kes

MEDICAL EDUCATON UNIT


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya penyusunan buku
rancangan pengajaran modul sistem Gastrointestinal dapat terlaksana. Modul ini
merupakan salah satu rangkaian modul Ilmu Kedokteran Klinis yang terdapat dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Fakultas kedokteran Universitas Malahayati
(FK UNIMAL).
Tim penyusun berharap modul ini dapat menjadi panduan staf pengajar dan
mahasiswa dalam upaya memberikan pemahaman mahasiswa terhadap persiapan diri
dalam memasuki dunia pendidikan kedokteran, sehingga mahasiswa dapat
menerapkannya dalam proses pembelajaran sehingga menjadi dokter yang berkompeten
sesuai standar kompetensi dokter Indonesia.
Penyusunan buku rancangan pengajaran modul ini masih memerlukan perbaikan,
karena itu kami tim penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran. Kami ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu memfasilitasi penyusunan modul
ini, khususnya tim penyusun modul, komisi kurikulum Medical Education Unit (MEU),
rekan-rekan dosen Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Malahayati dan Yayasan
Alih Teknologi.

Bandar Lampung, 2017

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
TATA TERTIB .................................................................................................. 4
SANKSI .................................................................................................. 4
DAFTAR SKILLS LAB ......................................................................................... 5
SKILLS LAB 1 .................................................................................................. 6
SKILLS LAB 2 ................................................................................................ 19
SKILLS LAB 3 ................................................................................................ 26
SKILLS LAB 4 ................................................................................................ 28
SKILLS LAB 5 ................................................................................................ 28
RUJUKAN ................................................................................................ 29

3
TATA-TERTIB KEGIATAN SKILLS LAB

Sebelum kegiatan
1. Membaca Penuntun Belajar (manual) Keterampilan Klinik Sistem yang
bersangkutan dan bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan
dilakukan.
Pada saat kegiatan
1. Datang 10 menit sebelum Skill Lab dimulai.
2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan Skill Lab sesuai dengan jadwal rotasi yang
telah ditentukan.
3. Tidak diperkenankan memanjangkan kuku lebih dari 1 mm.
4. Mengenakan pakaian yang bersih dan dikancing rapih pada setiap kegiatan Skill
Lab. Bagi mahasiswi yang berjilbab, jilbabnya harus rapih.
5. Berpartisipasi aktif pada semua kegiatan.
6. Memperlakukan model seperti memperlakukan manusia atau bagian tubuh
manusia.
7. Bekerja dengan hati-hati.
8. Tidak diperkenankan menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin
setiap alat dan bahan yang ada pada ruang Skill Lab.
9. Setiap selesai kegiatan Skill Lab mahasiswa harus merapihkan kembali alat dan
bahan yang telah digunakan.
10. Pengulangan Skill Lab dapat dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Peserta berhalangan mengikuti skill lab karena alasan sakit.
b. Membuat surat permohonan pengulangan Skill Lab ke koordinator blok
dengan melampirkan materi yang akan dan surat keterangan dari
fasilitator.

SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB SKILLS LAB

1. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan Skill Lab pada materi tertentu
karena alasan tidak jelas, maka mahasiswa tersebut tidak diperkenankan
mengikuti kegiatan Skill Lab pada jadwal berikutnya untuk materi tersebut.
2. Bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan Skill Lab tidak sesuai dengan jadwal
rotasinya dianggap tidak hadir.
3. Bagi mahasiswa yang persentasi kehadiran Skill Lab nya < 75 % dari seluruh
jumlah tatap muka Skills Lab, maka mahasiswa tersebut tidak lulus blok.
4. Kerusakan alat dan bahan yang ada pada ruang Skill Lab yang terjadi karena
ulah mahasiswa, resikonya ditanggung oleh mahasiswa yang bersangkutan.
5. Bagi mahasiswa yang menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin
setiap alat dan bahan yang ada pada ruang Skill Lab akan mendapatkan sanksi
tegas sesuai dengan peraturan yang berlaku.

4
DAFTAR SKILLS LAB

No Skills Lab
1. Histori taking, Pemeriksaan fisik: abdomen, Pemeriksaan rectal
2. Pemasangan Naso Gastric Tube (NGT) dan Penulisan resep
3. Penyuluhan
4. Ujian Skill Lab topik 1
5. Ujian Skill Lab topik 2

5
Skill Lab 1 Histori taking, Pemeriksaan fisik: abdomen, Pemeriksaan rectal

History Taking
TUJUAN UMUM:
Mahasiswa mampu untuk melakukan anamnesis terhadap kasus-kasus penyakit yang
berkaitan dengan kelainan pada blok GIT.

TUJUAN KHUSUS:
1. Mahasiswa mampu melakukan anamnesis terhadap keluhan utama dan
mengeksplorasinya dengan baik dan benar pada kasus-kasus yang berkaitan dengan
kelainan blok GIT.
2. Mahasiswa mampu untuk melakukan anamnesis terhadap riwayat penyakit
sekarang yang berhubungan dengan kelainan Blok GIT.
3. Mahasiswa mampu untuk melakukan anamnesis mengenai riwayat penyakit
dahulu yang berhubungan dengan kelainan Blok GIT.
4. Mahasiswa mampu untuk melakukan anamnesis mengenai riwayat keluarga dan
sosiokultural yang berhubungan dengan kelainan Blok GIT.
5. Mahasiswa mampu menarik kesimpulan dengan tepat permasalahan yang
dihadapi pasien.
6. Mahasiswa mampu menemukan diagnosis banding terhadap permasalahan yang
dihadapi pasien.
TUGAS:
Tiap kelompok besar dibagi menjadi kelompok kecil-kecil terdiri dari 2-3 orang. Satu
orang berperan sebagai dokter, yang lain berperan sebagai pasien dan yang lainnya
sebagai observer. Tugas ini dilakukan bergantian. Lakukan anamnesis sesuai kasus
dibawah ini.

6
Kasus 1: Hernia inguinalis
Seorang pria, 46 tahun, buruh bangunan, datang ke tempat praktek anda dengan
keluhan benjolan di lipat paha kanan sejak 6 bulan yang lalu hilang timbul. Riwayat
kerja sering angkat barang berat. RPD 1 tahun yang lalu kecil di urut hilang. RPK tidak
ada yang sakit sama dengan pasien. Lakukanlah anamnesa pada pasien tersebut !

Kasus 2 : Perforasi gaster


Seorang wanita, 51 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri di seluruh lapang
perut. nyeri di rasakan 1 hari yang lalu di ulu hati makin lama makin sering dan
menjalar keseluruh lapang perut. Perut terasa membesar terutama di ulu hati sebelah
kiri. RPD belum pernah sakit seperti ini sebelumnya. RPK tidak ada yang sakit sama
dengan pasien. Pasien tampak kesakitan. lakukan anamnesa pada pasien tersebut!

Kasus 3 : Cholelithiasis
Seorang wanita, gemuk 50 tahun datang ke UGD RSBAH dengan keluhan nyeri hebat
(kolik) di bagian perut kanan atas sejak tadi malam. Pasien biasa konsumsi gorengan
dan pernah periksa kolesterolnya dinyatakan tinggi lebih dari normal di puskesmas.
RPD belum pernah sakit yang sam sebelumnya. RPK tidak ada yang sakit sama dengan
pasien. Pasien sampai memegang perutnya bagian kanan atas meringis kesakitan.
Lakukan anamnesa pada pasien tersebut!

Kasus 4 : Invaginasi
Seorang ibu membawa bayi laki-lakinya yang berumur 4 bulan yang sejak 2 jam
menagis tiada henti dan seperti kesakitan. Keluhan ini di sertai dengan perut membesar
dan muntah berwarna hijau. RPD belum pernah sakit seperti ini sebelumnya. RPK tidak
ada yang sakit sama dengan pasien. Anaknya tampak rewel menangis terus tidak
berhenti dan perut terlihat distensi. Lakukan anamnesa pada pasien tersebut!

Kasus 5 : Haemoroid
Seorang wanita, 45 tahun datang ke poli umum RSBAH dengan keluhan BAB berdarah
sejak 2 hari yang lalu. Keluhan di sertai ada benjolan di pantat yang bisa masuk jika
dibantu dengan tangan. Riwayat bab sering susah dan kurang makan sayuran dan buah-
buahan. RPD Pernah sakit sepertini ini 6 bulan yang lalu berobat ke puskes baikan.
RPK tidak ada yang sakit sama dengan pasien. Lakukan anamnesa terhadap pasien
tersebut!

7
No Komunikasi yang diharapkan muncul

1. Memberikan salam kepada pasien (berjabat tangan)


2. Perkenalkan diri anda
3. Mempersilahkan pasien untuk duduk
4. Mengucapkan kalimat pembukaan.
“Selamat pagi ibu/bapak, ada yang bisa saya bantu?”
“Selamat pagi ibu/bapak, bagaimana keadaan ibu/bapak hari ini?
5 Menanyakan identitas (nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan,
agama dll)
6 Menanyakan riwayat penyakit sekarang Keluhan utama
a. Lokasi :
b. Onset / awitan dan kronologis
c. Kuantitas keluhan
d. Kualitas keluhan
e. Faktor-faktor yang memperberat keluhan
f. Faktor-faktor yang meringankan keluhan
g. Analisis sistem yang menyertai keluhan utama (keluhan lain)
7 Menanyakan riwayat penyakit dahulu
Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan
kapan terjadinya dan sudah berapa kali dan telah diberi obat apa saja,
serta mencari penyakit yang relevan dengan keadaan sekarang dan
penyakit kronik (hipertensi, diabetes mellitus, dll), perawatan lama, rawat
inap, imunisasi, riwayat pengobatan dan riwayat menstruasi (untuk
wanita).
8 Menanyakan riwayat kesehatan keluarga
Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit keturunan
dari pihak keluarga (diabetes mellitus, hipertensi, tumor, dll) atau riwayat
penyakit yang menular.
9 Menanyakan riwayat sosial ekonomi
Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang meliputi pendidikan,
pekerjaan, pernikahan, kebiasaan yang sering dilakukan (pola tidur,
minum alkohol atau merokok, aktivitas seksual, sumber keuangan,
asuransi kesehatan dan kepercayaan).
11 Menanyakan riwayat pengobatan dan alergi obat-obatan
12 Penggunaan bahasa yang mudah dipahami pasien
13 Menggunakan pertanyaan terbuka secara tepat
14 Menanyakan pada pasien apakah ada hal yang terlewat
15 Menutup wawancara dengan membuat suatu ringkasan
16 Membuat kesepakatan dengan pasien (contracting)
17 Menggunakan bahasa/istilah yang mudah dimengerti oleh pasien.

8
18 Menunjukkan tingkah laku (non verbal) yang sesuai, seperti: menjaga
kontak mata dengan pasien, menjaga postur tubuh, posisi duduk tegak,
mimic penuh perhatian, dll
19 Bila melakukan kegiatan lain (misal melihat catatan ataumenulis), tidak
sampai mengganggu proses wawancaradengan pasien.
20 Tidak menghakimi
21 Menunjukkan sikap hormat dan respek pada pasien
22 Memberikan empati dan dukungan terhadap pasien
23 Tampak percaya diri

Pemeriksaan fisik: abdomen


Sasaran pembelajaran Utama:
- Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan pada abdomen
- Mampu memperkirakan ukuran dan fungsi dari abdomen dan organ dalam
abdomen dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi

Sasaran pembelajaran tambahan:


Setelah mengikuti skill lab, diharapkan mahasiswa:
- Dapat menerapkan prinsip dasar komunikasi
- Dapat melakukan komunikasi yang efektif dengan pasien
- Dapat menunjukkan sikap empati kepada pasien

No PROSEDUR PELAKSANAAN

1 Mempersiapkan alat yg akan digunakan


2 Menyapa dan memperkenalkan diri kepada pasien
3 Menjelaskan maksud dan cara tindakan yg akan dipergunakan
4 Mencuci dan mengeringkan tangan
5 Meminta pasien membuka pakaian
6 Mempersilahkan pasien berbaring di tempat tidur pemeriksaan

Inspeksi
7 Menjelakan tindakan yg akan dilakukan
8 Menilai pergerakan waktu bernapas (ada atau hilang sama sekali)
9 Tampak mendatar atau cembung (Datar seperti papan: perforasi usus)
10 Ada distensi atau tidak
11 Menilai keadaan pusar: menonjol atau tidak
12 Melihat ada/tidak vena yg melebar (Kaput medusa, Venektasi, spider
naevi,)
13 Melihat ada/tidak peristaltik (Pergerakan usus seperti darm contour, darm
steifung)

9
14 Melihat ada/tidak tumor
15 Melihat ada/tidak perubahan warna kulit
16 Melihat ada/tidak pulsasi abnormal
17 Melihat ada/tidak striae
18 Teleangiektasi kapiler (biasanya pada orang yang sering memakai kompres
panas di perut
19 Ada Cullen sign: bayangan biru sekitar umbilicus
20 Grey Turner sign: bayangan kebiruan di lumbal kanan

Auskultasi
21 Menjelaskan tindakan yg akan dilakukan
22 Menilai bising usus (normal 3x/menit)
23 Menilai bising usus (bising usus normal, melemah atau meninggi. Bila
tidak terdengar: paralisis)
23 Apakah ada metallic sound (pada ileus obstruksi), borboric sound
25 Mendengarkan bising usus dari jauh terdengar/tidak
26 Mendengar ada/tidak clapotage (suara percikan air)
 Stetoskop diletakkan di daerah lambung
27 Bising dalam arteri (stenosis)
 Stetoskop diletakkan di daerah lumbal kanan dan kiri
28 Mendengarkan bunyi jantung di daerah abdomen
29 Mendengarkan bunyi jantung fetus (pada ibu hamil)

Perkusi
30 Menjelaskan tindakan yg akan dilakukan
31 Melakukan perkusi secara sistematis pekak hati (bila tidak ada pekak hati
kemungkinan terjadi perforasi)
32 Melakukan perkusi secara sistematis pekak limpa
33 Melakukan perkusi pekak kandung kemih
34 Menilai adanya acites
Melakukan perkusi mulai dari umbilicus ke lateral sampai terdengar bunyi
pekak (pekak sisi) jari pemeriksa tidak berubah
Meminta pasien untuk berbaring ke arah pemeriksa dan dilakukan perkusi
di daerah pekak sisi yg berubah menjadi timpani (pekak alih)
Melaporkan ada tidaknya asites
35 Memeriksa ada/tidak nyeri perkusi
36 Menilai ada/tidak undulasi
Penderita diperiksa dalam keadaan telentang dan Meminta pasien untuk
menekakkan kedua tangannya pada mid line abdomen
Mengetuk salah satu sisi abdomen dengan ujung jari dan
merasakan getaran ketukan dengan tangan pada sisi abdomen
yang lain

10
Melaporkan ada tidaknya gelombang cairan (undulasi)

Palpasi
37 Menjelaskan tindakan yg akan dilakukan
38 Melakukan palpasi superficial secara menyeluruh di seluruh kuaran
abdomen (soepel/ tidak)
39 Menilai ada/tidak nyeri tekan
- Ada nyeri tekan atau tidak, termasukd aerah mc Burney. Bila ditekan
nyeri disebut nyeripositif, bila dilepas terasa nyeri disebut nyeri lepas
positif.
- Rovsing sign: Bila ditekan atau di lepas di daerah yang tidak nyeri,
terdapat nyeri di daerah yang sakit, disebut nyeri kontra lateral positif
40 Menilai ada/ tidaknya tahanan (defence muscular)
41 Melakukan palpasi hati
Kedua lutut difleksikan (untuk mengendurkan otot-otot abdomen)
Meminta pasien untuk menarik napas dalam dan mengeluarkan napas
Memulai palpasi dari SIAS dextra dengan mengikuti fase inspirasi dan
ekspirasi
Pelaporan hasil pemeriksaan
a. Hati teraba :… jari dibawah arcus costae
b. Tepi hati : tumpul/tajam
c. Permukaan : licin/berbenjol
d. Konsistensi : kenyal, lunak, tumpul
e. Nyeri tekan : ada/tidak
42 Melakukan palpasi limpa
Kedua lutut difleksikan (untuk mengendurkan otot-otot abdomen)
Tangan kiri di atas kepala
Menentukan gari Schuffer
a. Dengan pensil kulit ditarik garis (1) sejajar dengan pinggir bawah
busur iga kiri
b. Melalui umbilicus ditarik grs (2) tegak lurus pd grs (1) shg
memotong busur iga
c. Jarak pusar dengan busur iga dibagi menjadi 4 bagian
Demikian juga jarak pusar dg perpotongan garis (2) pd lipatan
paha

Pelaporan: tinggi limpa dibanding dengan garis Schuffer

11
43 Melakukan palpasi ginjal
Meminta pasien untuk mengenkstensi kedua lutut
Tangan kiri pemeriksa menunjang dinding perut bagian belakang
Tangan kanan pemeriksa melakukan palpasi bagian depan
Pelaporan:
a. Ginjal teraba membesar/tidak
b. Permukaan ginjal berbenjol-benjol/tidak
44 Ada/tidak massa/tumor, bila ada massa: lokasi, ukuran, konsistensi, nyeri
tekan, mobilitas,/fiksasi, suhu, fluktuasi, balotemen dan sebagainya.

46 Iliopsoas sign
• Meminta pasien untuk meluruskan kedua tungkainya dan me
• rentangkan tungkai kanan ke atas
• Pemeriksa menahan lutut pasien
• Mengulangi pemeriksaan serupa pada tungkai kiri
• Melaporkan hasil pemeriksaan illiopsoas sign
Posisi fleksi dari tungkai kanan, terdapat pada appendisitis terutama pada
yang letaknya retrosaekal
Bila paha diekstensikan sambil meraba otot iliopsoas teraba rigiditas,
artinya tes psoas positif

47 Obturator sign
Posisikan pasien dengan tungkai kanan fleksi 90’ pada
panggul dan lutut
Tahan tungkai pasien di atas lutut pada persendian
Rotasikan tungkai ke latero medial
Melaporkan hasil pemeriksaan obturator sign
Bila terdapat peradangan yang mengenai fascia otot obturator internus,
rotasi paha menyebabkan otot terangsang menyebabkan nyeri pada
hipogastrium, disebut sebagai obturator test positif

48 Menjelaskan hasil yg didapat kepada pasien


49 Mempersilahkan pasien kembali memakai pakaiannya
50 Mencuci dan mengeringkan tangan
Keterangan : 0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

N PROSEDUR PELAKSANAAN Nilai


o 0 1 2
1 Mempersiapkan alat yg akan digunakan
2 Menyapa dan memperkenalkan diri kepada pasien
12
3 Menjelaskan maksud dan cara tindakan yg akan dipergunakan
4 Mencuci dan mengeringkan tangan
5 Meminta pasien membuka pakaian
6 Mempersilahkan pasien berbaring di tempat tidur pemeriksaan

Inspeksi
7 Perhatikan adanya asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum,
atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring.
8 Saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis
muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari
kraniolateral ke kaudomedial.
Pada hernia insipen tonjolan hanya dapat dirasakan hanya dapat
dirasakan menyentuh ujung jari di dalam kanalis inguinalis dan
tidak menonjol keluar.

Palpasi
9 - Kantong hernia yang kosong dapat diraba pada funiculus
spermaticus sebagai gesekan dua lapis kantong yang memberikan
sensasi gesekan dua permukaan sutera, disebut tanda sarung
tangan sutera. Kalau kantong hernia berisi organ saat palpasi
dapat diraba usus, omentum atau ovarium.
10 Dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada hernia pada anak
dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menonjolkan kulit
scrotum melaLui annulus externus sehingga dapat ditentukan
apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia
dapat direposisi, pada waktu jari masih berada di annulus
externus, pasien
diminta mengedan. Kalau hernia menyentuh ujung jari berarti
hernia inguinalis lateralis dan kalau samping jari yang menyentuh
menandakan hernia inguinalis medialis (lihat
gambar).

13
11 Menjelaskan hasil yg didapat kepada pasien
12 Mempersilahkan pasien kembali memakai pakaiannya
13 Mencuci dan mengeringkan tangan

14
Pemeriksaan rectal

SASARAN PEMBELAJARAN UMUM


1. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi dan kontraindikasi dari pemereiksaan
colok dubur.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan cara melakukan colok dubur
3. Mahasiswa mampu melakukan demonstrasi pemeriksaan colok dubur dengan
baik

Pemeriksaan colok dubur


Pemeriksaan colok dubur adalah memasukkan jari telunjuk yang sudah diberi pelicin ke
dalam lubang dubur. Pemeriksaan ini menimbulkan rasa sakit dan menyebabkan
kontraksi spingter ani sehingga dapat menyulitkan pemeriksaan. Oleh karena itu perlu
dijelaskan terlebih dahulu kepada pasien tentnag pemeriksaan yang akan dilakukan, agar
pasien dapat bekerja sama dalam pemeriksaan ini.

Pada pemeriksaan dubur dinilai:


1. Tonus spingter ani dan refleks bulbo-kavernosa (BCR)
2. Mencari kemungkinan adanya massa di dalam lumen rectum
3. Menilai keadaan prostat.

Penilaian refleks bulbokavernosus dilakukan dengan cara merasakan adanya refleks


jepitan pada sfingter ani pada jari akibat rangsangan sakit yang kita berikan pada glans
penis atau klitoris.

Pada wanita yang sudah berkeluarga selain pemeriksaan colok dubur, perlu juga diperiksa
colok vagina guna melihat kemungkinan adanya kelainan di dalam alat kelamin wanita,
antara lain: massa di serviks, darah di vagina, atau massa di buli-buli.

Persiapan
Pemeriksaan colok dubur memerlukan sarung tangan, jelly untuk memudahkan
pemeriksaan.

15
Teknik pemeriksaan rectal toucher:
1. Jelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan kepada pasien.
2. Minta pasien berbaring dengan posisi litotomi miring ke kiri (Sims position) atau
posisi menungging dengan siku menekan di kasur (Knee chest position)
3. Gunakan sarung tangan
4. Rasakan tahanan normal dari area superficial sphincter ani externus dengan
menggunakan permukaan palmar dari jari
5. sesudah jari memasuki anus, raba dinding anus yang lunak.
6. Identifikasikan tonus anus muscular
7. Lanjutkan pemeriksaan prostat
a. Cari dan raba sulcus medianus yang berlokasi diantara 2 buah lobus.
b. Nilai konsistensi jaringan prostat
c. Nilai permukaan dari setiap lobus prostat
d. Nilai adakah nodul pada lobus kanan dan kiri
e. Nilai adakah nyeri tekan pada lobus kanan dan kiri.
f. Nilai taksiran berat prostat

16
17
Checklist pemeriksaan rectal toucher

PROSEDUR PELAKSANAAN
No
1. Jelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan ke pasien
2. Gunakan sarung tangan dengan baik
3. Bubuhkan jelly pada telunjuk
4. Masukkan jari telunjuk perlahan
5. Identifikasi tonus sphincter ani bila lemah kemungkinan ada
peritonitis
6 Masukkan tangan lebih dalam, 8-10 cm tekan samping kiri
kanan, belakang dan atas
7 Identifikasi apakah ampula rekti kolaps atau tidak, ada faeces
keras/skibala atau tidak
8 Raba mukosa apakah licin atau tidak
9 Identifikasi glandula prostat pada laki-laki dan cavum douglas
pada wanita. Bila cavum douglas menonjol: ada perdarahan
intra abdominal
10 Tarik tangan secara perlahan, perhatikan apakah ada
lendir,darah dan sisa faeces. Bila faeces muncrat: Hirschsprung
(terutama aganglion letak rendah)
11 Jelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien

18
Skill Lab 2 Pemasangan Naso Gastric Tube (NGT) dan Penulisan resep

Pemasangan Naso Gastric Tube (NGT)

Sasaran pembelajaran utama


Setelah mengikuti skill lab ini mahasiswa diharapkan dapat melakukan pemasangan NGT
dengan baik.

Sasaran pembelajaran tambahan


Setelah melewati station ini, mahasiswa diharapkan dapat
1. Melakukan komunikasi yang efektif
2. Mengetahui tujuan pemasangan NGT
3. Dapat menjelaskan kepada pasien dan keluarganya tindakan apa yang akan
dilakukan
4. Melakukan pemeriksaan pada pemasangan NGT, apakah NGT yang dipasang
sudang terpasang dengan baik atau belum

No Kegiatan
1 Mencuci tangan
2 Mempersiapkan alat
- Selang NGT (sesuai dengan kebutuhan)
- Syringe besar (50 cc)
- Jelly
- Stetoskop
- Plester perekat
- Sarung tangan
- Tissue
- Bengkok
- Handuk ekcil
- Normal saline (untuk irigasi)
3 Mengucapkan salam
4 Mengecek identitas pasien serta mengenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan
6 Menjelaskan langkah-langkah tindakan
7 Menanyakan persetujuan psien
8 Menempatkan pasien pada posisi fpwler atau semi fowler
9 Memasang handuk ekcil di dada pasien
10 Memakai sarung tangan
11 Membuka bungkus selang NGT
12 Mengukur panjang selang yang akan dimasukkan dengan cara
menempatkan ujung selang dari hidung klien ke ujung telinga atas, lalu
lanjutkan sampai processus xipoideus,
19
13 Mnekuk/menandai ujung dari selang tersebut
14 Memberi jelly 10-20 cm dari ujung selang tersebut
15 Meminta klien untuk relaks dan bernapas normal, memasukkan selang
perlahan tapi tegas sepanjang 5-10 cm. Meminta klien untuk
menundukkan kepala (fleksi) sambil menelan
16 Masukkan selang sampai batas yang ditandai
JANGAN MEMASUKKAN SELANG SECARA PAKSA JIKA
TERASA ADA TAHANAN.
- Jika klien batuk/bersin, hentikan dulu lalu mengulang lagi, dan
anjurkan klien agar menarik napas
- Jika tetap ada tahanan menarik perlahan dan memasukkan ke
hidung yang lain lalu memasukkan kembali secara perlahan-lahan.
- Jika klien terlihat akan muntah, tarik tube dan inspeksi tenggorokan
lalu melanjutkan selang secara bertahap
17 Mengecek ketetapan:
- Menyambung jarum dengan ujung NGT, menempatkan stetoskop
pada kuadran atas kiri abdomen klien, memasukkan 10-20 cm ml
udara dengan cepat sambil diauskultasi
- Mengaspirasi secara perlahan melalui jarum dan cekkeasamannya
dengan menggunakan kertas lakmus.
- Jika NGT ternyata tidak di lambung, masukkan 2-5 cm lagi dan cek
kembali
18 Fiksasi selang di hidung dengan menggunakan plester
19 Membantu klien mengatur posisi yang nyaman
20 Merapikan dan membersihkan alat
21 Mencuci tangan
22 Evaluasi respon psien
23 Menjelaskan tindakan sudah selesai dan mengucapkan salam akhir
JUMLAH TOTAL

Penulisan Resep

❖ TEORI PENDAHULUAN
Penulisan resep adalah tindakan terakhir dari dokter untuk pasiennya, yaitu setelah
melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, menentukan diagnosis, prognosis serta
terapi yang akan diberikan. Terapi untuk kausatif, simtomatik, profilaktik diwujudkan
dalam bentuk resep.

Resep dituliskan dalam kertas resep dengan ukuran yang ideal yaitu lebar 10-12 cm dan
panjang 15-18 cm. Resep harus ditulis dengan lengkap sesuai dengan PerMenKes no.
26/MenKes/Per/I/81 Bab III tentang Resep dan KepMenKes No. 28/MenKes/SK/U/98
Bab II tentang RESEP, agar dapat dibuatkan/ diambilkan obatnya di apotik.

20
Dalam resep yang lengkap harus tertulis :
1. Identitas dokter : nama, nomor SIP (Surat Ijin Praktek), alamat praktek/ alamat
rumah dan nomor telpon dokter
2. Nama kota dan tanggal dibuatnya resep

Farmakoterapi (terapi dengan obat) mempunyai motto :


1. 5 tepat :
a) Berikan OBAT yang tepat
b) Dengan DOSIS yang tepat
c) Dalam BSO yang tepat
d) Pada WAKTU yang tepat
e) Kepada PENDERITA yang tepat dengan semua parameter yang harus
diperhitungkan.

2. 4T 1W :
a) Tepat OBAT
b) Tepat DOSIS
c) Tepat BSO
d) Tepat PENDERITA
e) Waspada Efek Samping

Kaidah-Kaidah Penulisan Resep


Setelah menetapkan diagnosis kerja, maka dokter akan menentukan terapi salah satunya
terapi dengan obat. Untuk menuliskan suatu resep banyak hal yang meminta perhatian
dokter :
1. Satuan berat untuk obat 1 gram (1 g) tidak ditulis 1 gr, (gr = grain = 65 mg)
2. Angka dosis tidak ditulis sebagai perhitungan desimal
3. Jumlah obat yang diterima pasien ditulis dengan angka romawi
4. Nama obat ditulis dengan jelas
5. Dokter telah punya pengalaman dengan obat yang ditulis dalam resep
6. Obat sama dengan nama dagang yang berbeda dimungkinkan bioavailabilitasnya
beda.
7. Harus hati-hati bila akan memberikan beberapa obat seara bersamaan, pastikan
tidak ada inkompatibilatas/interaksi yang merugikan
8. Dosis diperhitungkan dengan tepat
9. Dosis disesuaikan dengan kondisi organ
10. Terapi dengan obat (narkotika) diberikan hanya untuk indikasi yang jelas
11. Ketentuan tentang obat ditulis dengan jelas
12. Hindari pemberian obat terlalu banyak
13. Hindari pemberian obat dalam jangka waktu lama
14. Edukasi pasien untuk cara penggunaan obat khusus, atau tuliskan dalam kertas
yang terpisah dengan resep obat.

21
15. Ingatkan kemungkinan yang berbahaya apabila pasien minum obat yang lain.
16. Beritahu efek samping obat
17. Lakukan recording pada status pasien.

Langkah-langkah Menulis Resep


Ambil satu lembar kertas resep/blanko resep, isi tempat dan tanggal ditulisnya resep.
Penulisan resep untuk obat yang diramu/diracik :
1. Tulis huruf R/ (resipe)
2. Tulis nama obat yang terpilih sesuai indikasi
3. Tulis dosis yang diperlukan, untuk anak dan geriatri dosis sudah dihitung lebih
dulu.
4. Tulis permintaan untuk membuat bentuk sediaan obat : contohnya mfla (misce
fac lege artis), fla (fac lege artis), md (misce da)
5. Tulis jumlah obat yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan pemberian obat
6. Diakhiri dengan titik
7. Kalimat berikutnya, tulis S (signa)
8. Tulis apa yang diperlukan untuk menandai obat tersebut, lazimnya adalah cara
penggunaan obat
9. Beri garis penutup dan paraf
10. Tulis pro : nama pasien, umur (terutama untuk anak)

Penulisan resep obat jadi :


1. Tulis huruf R/
2. Tulis nama obat yang terpilih sesuai indikasi.
3. Tulis bentuk sediaan obat sesuai dengan sifat obat, bioavailabilitas, kondisi
penyakit pasien.
4. Tulis dosis yang diperlukan, untuk anak dan geriatri dosis sudah dihitung lebih
dulu.
5. Tulis jumlah obat yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan pemberian obat.
6. Diakhiri dengan titik.
7. Kalimat berikutnya, tulis S (signa).
8. Tulis apa yang diperlukan untuk menandai obat tersebut, lazimnya adalah cara
penggunaan obat.
9. Beri garis penutup dan paraf.
10. Tulis pro : nama pasien, umur (terutama untuk anak).

Contoh resep :
Resep obat jadi dengan nama generik
R/ Antasida DOEN 500 mg tab No.X
S 3 dd tab I ac. (obat kunyah)
------------------------------ z
Pro : Ny. S (45 th)

22
❖ TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Mahasiswa diharapkan mampu menulis resep yang rasional, tepat, dan dapat dibaca.

❖ TUJUAN KHUSUS
Setelah mempelajari topik keterampilan Penulisan Resep ini, mahasiswa diharapkan
mampu:
1. Menulis resep untuk bermacam-macam bentuk sediaan obat (bentuk ramuan
maupun yang paten).
2. Menggunakan bahasa Latin dalam menuliskan resep.
3. Memilih obat berdasarkan diagnosis penyakit.
4. Menghitung dosis dan menuliskannya ke dalam resep.
5. Menentukan cara penggunaan obat.
6. Menulis resep obat secara rasional.
7. Membaca dan memahami buku DOEN dan FORNAS.

❖ MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN


• Kertas Resep (standar OSCE)
• Pulpen
• Buku DOEN dan FORNAS

❖ METODE PEMBELAJARAN
• Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
• Diskusi
• Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
• Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan system skor

SKENARIO LATIHAN
Tn. Finso, Laki-laki, 32 tahun, datang berobat ke poliklinik dengan keluhan perut
kembung, mual dan terasa tidak nyaman. Keluhan dirasakan sejak 2 minggu yang lalu
namun hilang timbul. Pasien memiliki kebiasaan jarang sarapan dan tidak teratur
dalam makan.

23
Tuliskan resep yang rasional untuk pasien tersebut!

Nama: Dokter: .........................


NPM: SIP:..............................

Diagnosis utama:

Diagnosis Banding:
1.
2.
3.

Pro: Tn. X
Usia : tahun

DAFTAR TILIK KETRAMPILAN PENULISAN RESEP


No Aspek Keterampilan yang Dinilai

Menulis resep yang benar :


1 Superscriptio
2 Inscriptio
3 Subscriptio
4 Signatura
5 Pertanggungjawaban pemilihan obat
6 Resep untuk siapa
Memilih obat yang tepat sesuai diagnosis
7 Memilih obat sesuai patoifisiologi
8 Memilh obat sesuai indikasi
9 Memilih bentuk sediaan sesuai kondisi pasien
24
Menenetukan dosis obat yang tepat :
10 Dosis sesuai dengan kondisi penyakit
11 Dosis sesuai dengan usia atau berat badan
Menentukan cara pemberian obat yang tepat :
12 Menentukan cara/route pemberian dengan tepat
13 Menentukan frekuensi pemberian obat dengan tepat
14 Menentukan waktu pemberian obat dengan tepat
15 Polifarmasi dalam resep
JUMLAH TOTAL SKOR

Penjelasan :
0 = Tidak dilakukan mahasiswa, atau dilakukan tetapi salah
1 = Dilakukan, tapi belum sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa
karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan dalam skenario yang
sedang dilaksanakan).

Untuk Poin penilaian polifarmasi dalam resep


0 = Melakukan polifarmasi dalam resep
2 = Tidak melakukan polifarmasi dalam resep

Nilai : Jumlah Skor x 100%


30

25
Skill Lab 3
Penyuluhan

Sasaran pembelajaran utama :


- Mahasiswa mampu memberikan penyuluhan kepada masyarakat

Sasaran pembelajaran tambahan:


Setelah mengikuti skill lab penyuluhan, diharapkan mahasiswa:
- Mahasiswa mampu melakukan komunikasi yang efektif
- Mahasiswa mampu menerapkan prinsip dasar komunikasi
- Mahasiswa mampu menjelaskan dasar dan prinsip pencegahan penyakit pada
masyarakat

Teori singkat penyuluhan

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan


menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak hanya sadar,
tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada
hubungannya dengan kesehatan (Azwar, 1983). Dengan pengertian seperti ini, maka
petugas kesehatan harus menguasai ilmu komunikasi dan materi pesan yang akan
disampaikan.

Untuk dapat penyuluhan dengan baik, ada baiknya dibuat perencanaan penyuluhan yang
dibuat berdasarkan:
- Masalah kesehatan yang akan ditanggulangi
- Program kesehatan yang akan ditunjang
- Daerah masyarakat yang akan menjadi sasaran
- Sarana yang diperlukan dan bisa dimanfaatkan

Langkah-langkah dalam perencanaan


a. Mengenal masalah, masyarakat, dan wilayah
Tindakan pertama yang penting adalah mengumpulkan data atau keterangan tentang
berbagai hal, yang diperlukan baik untuk kepentingan perencanaan, maupun data
awal sebagai pembanding. Pelajari masalah yang akan disampaikan, program
penunjangnya, apakah penyuluhan bisa berperan dalam memecahkan masalah.
Pelajari karateristik masyarakat yang akan diberi penyuluhan misalnya tingkat
pendidikan, sosial budaya dan status ekonominya. Kita juga harus mengenal
wilayah, misalnya curah hujan, batas dengan desa lain, jarak ke rumah sakit,
ketersediaan tenaga medis dan sebagainya

26
b. Menentukan prioritas
Prioritas dalam penyuluhan harus sejalan dengan prioritas masalah yang ditentukan
oleh program yang ditunjang. Janganlah penyuluhan menentukan prioritas sendiri,
karena hal ini akan menyebabkan program berjalan sendiri-sendiri. Misalkan di
suatu daerah banyak terdapat kasus gizi buruk, penyuluhan sebaiknya tentang
pencegahan dan penanganan gizi buruk.

c. Menentukan tujuan penyuluhan


Tujuan ada jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan jangka panjang biasanya
untuk merubah norma, perilaku, sikap masyarakat. Tujuan jangka pendek biasanya
menjangkau kelompok sasaran. Tujuan haruslah realistis, jelas dan dapat diukur agar
keberhasilan penyuluhan dapat dinilai.

d. Menentukan sasaran penyuluhan


Sasaran tidaklah sama pada setiap penyuluhan. Dalam penyuluhan sasaran adalah
kelompok sasaran, yaitu kelompok atau individu yang akan diberi penyuluhan.
Menentukan kelompok sasaran menyangkut soal strategi. Misalnya, sasarannya
adalah menurunkan angka kematian ibu. Sasarannya tidak hanya ibu-ibu dalam usia
reproduksi, tapi juga orang-orang yang berpengaruh dalam mengambil keputusan,
misalnya suami.

e. Menentukan isi penyuluhan


Isi penyuluhan harus memuat apa untungnya jika pesan penyuluhan disampaikan,
dan kerugiannya. Pesan harus disampaikan dalam bahasa yang jelas, tidak
menggunakan kata-kata asing termasuk istilah kedokteran.

f. Menentukan metode penyuluhan yang akan dipergunakan


Metoda atau cara penyuluhan dipilih berdasarkan tujuan penyuluhan, apakah
pengertian, keterampilan atau tindakan. Kalau tujuan berupa pengertian, maka
penyuluhan cukup dengan tertulis atau diucapkan. Kalau untuk mengembangkan
sikap positif, peserta harus menyaksikan kejadian tersebut, misalnya melalui foto.
Untuk menumbuhkan simpati kepada korban bencana alam perlu ditampilkan
gambar/rekaman mengenai keadaan korban. Untuk mengembangkan keterampilan,
sasaran harus diberi kesempatan mencoba sendiri.

g. Memilih alat-alat peraga atau media penyuluhan yang dibutuhkan.


Bisa digunakan alat bantu seperti leaflet, poster dan sebagainya.

h. Menyusun rencana penilaiannya.


Tentukan keberhasilan penyuluhan dengan evaluasi:
- Kapan, di daerah mana, dan kelompok sasaran.
- Indikator yang digunakan

27
- Apakah tujuan penyuluhan sudah sejalan dengan tujuan program
- Kegiatan penyuluhan mana yang akan dievaluasi
- Metode apa yang akan digunakan untuk evaluasi tersebut
- Siapa yang akan melaksanakan evaluasi
- Sarana yang diperlukan untuk evaluasi
- Adakah tenaga yang membantu evaluasi
- Rencana untuk memberikan umpan balik hasil evaluasi kepada pihak terkait.

Tema:
1. Appendisitis
2. Sirosis hepatis
3. Keracunan Makanan

Tekhnik Pelaksanaan:
1. Mahasiswa dibagi menjadi 3 kelompok kecil dengan pembagian tema berbeda
sesuai diatas.
2. Kemudian melaksanakan penyuluhan langsung di masyarakat (desa atau
perkumpulan Ibu anak yatim pada hari sabtu jam 13.00 di danau)
3. Mahasiswa mendokumentasikan kegiatannya dalam bentuk video dan membuat
laporan kegiatan penyuluhan.
4. Mahasiswa mempresentasikan laporan kegiatan penyuluhan dan video di
hadapan fasilitator pada jadwal yang telah disepakati.

28
Penilaian Kegiatan Penyuluhan

No Kegiatan
1 Penilaian Perencanaan (dari Laporan kelompok kecil):
Sasaran sesuai dengan topik penyuluhan yang dipilih

2 Metode penyuluhan dapat berupa slide, leaflet, pamphlet, poster dll


sesuai dengan topik penyuluhan

3 Isi penyuluhan sesuai dengan topik penyuluhan

4 Penilaian pelaksanaan penyuluhan (dari rekaman video dan laporan


kelompok kecil)
Penilaian secara umum

5 Mengucapkan salam kepada masyarakat


6 Memperkenalkan diri
7 Menyampaikan tujuan penyuluhan
8 Kesiapan materi
9 Alat peraga
10 Berdiri tegak
11 Kontak mata
12 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti/tidak menggunakan istilah
medis
13 Memberi kesempatan untuk tanya jawab
14 Memberikan kesimpulan
15 Salam/ penutup
16 Laporan disusun dengan sistematis
TOTAL

SKILLAB 4 DAN 5
UJIAN SKILLAB TOPIK 1 DAN TOPIK 2

29
RUJUKAN

1. Silvia A.P, Lorraine M.W, Hemoroid, Dalam: Konsep – konsep Klinis Proses
Penyakit, Edisi VI, Patofisiologi Vol.1. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2005. Hal: 467
2. Susan Galandiuk, MD, Louisville, KY, A Systematic Review of Stapled
Hemorrhoidectomy – Invited Critique, Jama and Archives, Vol. 137 No. 12,
December, 2002, http://archsurg.ama.org/egi/content/extract. last update Desember
2009.
3. Anonim, Hemorhoid, http://www.hemorjoid.net/hemoroid galery.html. 2004, Last
update Desember 2009.
4. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Hemoroid, Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed.2,
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004. Hal: 672 – 675
5. Werner Kahle ( Helmut Leonhardt,werner platzer ), dr Marjadi Hardjasudarma ( alih
bahasa ), Berwarna dan teks anatomi Manusia Alat – Alat Dalam, 1998, Hal: 232
6. Mansjur A dkk ( editor ), Kapita selekta Kedokteran, Jilid II, Edisi III, FK UI,
Jakarta, 1999, pemeriksaan penunjang: 321 – 324.
7. Linchan W.M, Sabiston Buku Ajar Bedah Jilid II,EGC, Jakarta, 1994,hal 56 – 59
8. Brown, John Stuart, Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor, alih Bahasa, Devi H,
Ronardy, Melfiawati, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2001.

30

Anda mungkin juga menyukai