ISBN no.
BUKU SKILLS LAB
PANDUAN KETERAMPILAN KLINIS
SISTEM GASTROINTESTINAL
GASTROINTESTINAL SYSTEM
Tim Penyusun :
Anggunan, dr, MM.
Yusmaidi, dr, SpB, KBD
Toni Prasetia, dr, SpPD, FINASIM
Sri Maria, dr, MPdKed
Tessa Sjahriani, dr, M.Kes
Jordi Oktobiannobel, dr, M.Kes
Sandhy Arya Pratama, dr., M. Kes
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya penyusunan buku
rancangan pengajaran modul sistem Gastrointestinal dapat terlaksana. Modul ini
merupakan salah satu rangkaian modul Ilmu Kedokteran Klinis yang terdapat dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Fakultas kedokteran Universitas Malahayati
(FK UNIMAL).
Tim penyusun berharap modul ini dapat menjadi panduan staf pengajar dan
mahasiswa dalam upaya memberikan pemahaman mahasiswa terhadap persiapan diri
dalam memasuki dunia pendidikan kedokteran, sehingga mahasiswa dapat
menerapkannya dalam proses pembelajaran sehingga menjadi dokter yang berkompeten
sesuai standar kompetensi dokter Indonesia.
Penyusunan buku rancangan pengajaran modul ini masih memerlukan perbaikan,
karena itu kami tim penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran. Kami ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu memfasilitasi penyusunan modul
ini, khususnya tim penyusun modul, komisi kurikulum Medical Education Unit (MEU),
rekan-rekan dosen Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Malahayati dan Yayasan
Alih Teknologi.
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
TATA-TERTIB KEGIATAN SKILLS LAB
Sebelum kegiatan
1. Membaca Penuntun Belajar (manual) Keterampilan Klinik Sistem yang
bersangkutan dan bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan
dilakukan.
Pada saat kegiatan
1. Datang 10 menit sebelum Skill Lab dimulai.
2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan Skill Lab sesuai dengan jadwal rotasi yang
telah ditentukan.
3. Tidak diperkenankan memanjangkan kuku lebih dari 1 mm.
4. Mengenakan pakaian yang bersih dan dikancing rapih pada setiap kegiatan Skill
Lab. Bagi mahasiswi yang berjilbab, jilbabnya harus rapih.
5. Berpartisipasi aktif pada semua kegiatan.
6. Memperlakukan model seperti memperlakukan manusia atau bagian tubuh
manusia.
7. Bekerja dengan hati-hati.
8. Tidak diperkenankan menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin
setiap alat dan bahan yang ada pada ruang Skill Lab.
9. Setiap selesai kegiatan Skill Lab mahasiswa harus merapihkan kembali alat dan
bahan yang telah digunakan.
10. Pengulangan Skill Lab dapat dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Peserta berhalangan mengikuti skill lab karena alasan sakit.
b. Membuat surat permohonan pengulangan Skill Lab ke koordinator blok
dengan melampirkan materi yang akan dan surat keterangan dari
fasilitator.
1. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan Skill Lab pada materi tertentu
karena alasan tidak jelas, maka mahasiswa tersebut tidak diperkenankan
mengikuti kegiatan Skill Lab pada jadwal berikutnya untuk materi tersebut.
2. Bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan Skill Lab tidak sesuai dengan jadwal
rotasinya dianggap tidak hadir.
3. Bagi mahasiswa yang persentasi kehadiran Skill Lab nya < 75 % dari seluruh
jumlah tatap muka Skills Lab, maka mahasiswa tersebut tidak lulus blok.
4. Kerusakan alat dan bahan yang ada pada ruang Skill Lab yang terjadi karena
ulah mahasiswa, resikonya ditanggung oleh mahasiswa yang bersangkutan.
5. Bagi mahasiswa yang menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin
setiap alat dan bahan yang ada pada ruang Skill Lab akan mendapatkan sanksi
tegas sesuai dengan peraturan yang berlaku.
4
DAFTAR SKILLS LAB
No Skills Lab
1. Histori taking, Pemeriksaan fisik: abdomen, Pemeriksaan rectal
2. Pemasangan Naso Gastric Tube (NGT) dan Penulisan resep
3. Penyuluhan
4. Ujian Skill Lab topik 1
5. Ujian Skill Lab topik 2
5
Skill Lab 1 Histori taking, Pemeriksaan fisik: abdomen, Pemeriksaan rectal
History Taking
TUJUAN UMUM:
Mahasiswa mampu untuk melakukan anamnesis terhadap kasus-kasus penyakit yang
berkaitan dengan kelainan pada blok GIT.
TUJUAN KHUSUS:
1. Mahasiswa mampu melakukan anamnesis terhadap keluhan utama dan
mengeksplorasinya dengan baik dan benar pada kasus-kasus yang berkaitan dengan
kelainan blok GIT.
2. Mahasiswa mampu untuk melakukan anamnesis terhadap riwayat penyakit
sekarang yang berhubungan dengan kelainan Blok GIT.
3. Mahasiswa mampu untuk melakukan anamnesis mengenai riwayat penyakit
dahulu yang berhubungan dengan kelainan Blok GIT.
4. Mahasiswa mampu untuk melakukan anamnesis mengenai riwayat keluarga dan
sosiokultural yang berhubungan dengan kelainan Blok GIT.
5. Mahasiswa mampu menarik kesimpulan dengan tepat permasalahan yang
dihadapi pasien.
6. Mahasiswa mampu menemukan diagnosis banding terhadap permasalahan yang
dihadapi pasien.
TUGAS:
Tiap kelompok besar dibagi menjadi kelompok kecil-kecil terdiri dari 2-3 orang. Satu
orang berperan sebagai dokter, yang lain berperan sebagai pasien dan yang lainnya
sebagai observer. Tugas ini dilakukan bergantian. Lakukan anamnesis sesuai kasus
dibawah ini.
6
Kasus 1: Hernia inguinalis
Seorang pria, 46 tahun, buruh bangunan, datang ke tempat praktek anda dengan
keluhan benjolan di lipat paha kanan sejak 6 bulan yang lalu hilang timbul. Riwayat
kerja sering angkat barang berat. RPD 1 tahun yang lalu kecil di urut hilang. RPK tidak
ada yang sakit sama dengan pasien. Lakukanlah anamnesa pada pasien tersebut !
Kasus 3 : Cholelithiasis
Seorang wanita, gemuk 50 tahun datang ke UGD RSBAH dengan keluhan nyeri hebat
(kolik) di bagian perut kanan atas sejak tadi malam. Pasien biasa konsumsi gorengan
dan pernah periksa kolesterolnya dinyatakan tinggi lebih dari normal di puskesmas.
RPD belum pernah sakit yang sam sebelumnya. RPK tidak ada yang sakit sama dengan
pasien. Pasien sampai memegang perutnya bagian kanan atas meringis kesakitan.
Lakukan anamnesa pada pasien tersebut!
Kasus 4 : Invaginasi
Seorang ibu membawa bayi laki-lakinya yang berumur 4 bulan yang sejak 2 jam
menagis tiada henti dan seperti kesakitan. Keluhan ini di sertai dengan perut membesar
dan muntah berwarna hijau. RPD belum pernah sakit seperti ini sebelumnya. RPK tidak
ada yang sakit sama dengan pasien. Anaknya tampak rewel menangis terus tidak
berhenti dan perut terlihat distensi. Lakukan anamnesa pada pasien tersebut!
Kasus 5 : Haemoroid
Seorang wanita, 45 tahun datang ke poli umum RSBAH dengan keluhan BAB berdarah
sejak 2 hari yang lalu. Keluhan di sertai ada benjolan di pantat yang bisa masuk jika
dibantu dengan tangan. Riwayat bab sering susah dan kurang makan sayuran dan buah-
buahan. RPD Pernah sakit sepertini ini 6 bulan yang lalu berobat ke puskes baikan.
RPK tidak ada yang sakit sama dengan pasien. Lakukan anamnesa terhadap pasien
tersebut!
7
No Komunikasi yang diharapkan muncul
8
18 Menunjukkan tingkah laku (non verbal) yang sesuai, seperti: menjaga
kontak mata dengan pasien, menjaga postur tubuh, posisi duduk tegak,
mimic penuh perhatian, dll
19 Bila melakukan kegiatan lain (misal melihat catatan ataumenulis), tidak
sampai mengganggu proses wawancaradengan pasien.
20 Tidak menghakimi
21 Menunjukkan sikap hormat dan respek pada pasien
22 Memberikan empati dan dukungan terhadap pasien
23 Tampak percaya diri
No PROSEDUR PELAKSANAAN
Inspeksi
7 Menjelakan tindakan yg akan dilakukan
8 Menilai pergerakan waktu bernapas (ada atau hilang sama sekali)
9 Tampak mendatar atau cembung (Datar seperti papan: perforasi usus)
10 Ada distensi atau tidak
11 Menilai keadaan pusar: menonjol atau tidak
12 Melihat ada/tidak vena yg melebar (Kaput medusa, Venektasi, spider
naevi,)
13 Melihat ada/tidak peristaltik (Pergerakan usus seperti darm contour, darm
steifung)
9
14 Melihat ada/tidak tumor
15 Melihat ada/tidak perubahan warna kulit
16 Melihat ada/tidak pulsasi abnormal
17 Melihat ada/tidak striae
18 Teleangiektasi kapiler (biasanya pada orang yang sering memakai kompres
panas di perut
19 Ada Cullen sign: bayangan biru sekitar umbilicus
20 Grey Turner sign: bayangan kebiruan di lumbal kanan
Auskultasi
21 Menjelaskan tindakan yg akan dilakukan
22 Menilai bising usus (normal 3x/menit)
23 Menilai bising usus (bising usus normal, melemah atau meninggi. Bila
tidak terdengar: paralisis)
23 Apakah ada metallic sound (pada ileus obstruksi), borboric sound
25 Mendengarkan bising usus dari jauh terdengar/tidak
26 Mendengar ada/tidak clapotage (suara percikan air)
Stetoskop diletakkan di daerah lambung
27 Bising dalam arteri (stenosis)
Stetoskop diletakkan di daerah lumbal kanan dan kiri
28 Mendengarkan bunyi jantung di daerah abdomen
29 Mendengarkan bunyi jantung fetus (pada ibu hamil)
Perkusi
30 Menjelaskan tindakan yg akan dilakukan
31 Melakukan perkusi secara sistematis pekak hati (bila tidak ada pekak hati
kemungkinan terjadi perforasi)
32 Melakukan perkusi secara sistematis pekak limpa
33 Melakukan perkusi pekak kandung kemih
34 Menilai adanya acites
Melakukan perkusi mulai dari umbilicus ke lateral sampai terdengar bunyi
pekak (pekak sisi) jari pemeriksa tidak berubah
Meminta pasien untuk berbaring ke arah pemeriksa dan dilakukan perkusi
di daerah pekak sisi yg berubah menjadi timpani (pekak alih)
Melaporkan ada tidaknya asites
35 Memeriksa ada/tidak nyeri perkusi
36 Menilai ada/tidak undulasi
Penderita diperiksa dalam keadaan telentang dan Meminta pasien untuk
menekakkan kedua tangannya pada mid line abdomen
Mengetuk salah satu sisi abdomen dengan ujung jari dan
merasakan getaran ketukan dengan tangan pada sisi abdomen
yang lain
10
Melaporkan ada tidaknya gelombang cairan (undulasi)
Palpasi
37 Menjelaskan tindakan yg akan dilakukan
38 Melakukan palpasi superficial secara menyeluruh di seluruh kuaran
abdomen (soepel/ tidak)
39 Menilai ada/tidak nyeri tekan
- Ada nyeri tekan atau tidak, termasukd aerah mc Burney. Bila ditekan
nyeri disebut nyeripositif, bila dilepas terasa nyeri disebut nyeri lepas
positif.
- Rovsing sign: Bila ditekan atau di lepas di daerah yang tidak nyeri,
terdapat nyeri di daerah yang sakit, disebut nyeri kontra lateral positif
40 Menilai ada/ tidaknya tahanan (defence muscular)
41 Melakukan palpasi hati
Kedua lutut difleksikan (untuk mengendurkan otot-otot abdomen)
Meminta pasien untuk menarik napas dalam dan mengeluarkan napas
Memulai palpasi dari SIAS dextra dengan mengikuti fase inspirasi dan
ekspirasi
Pelaporan hasil pemeriksaan
a. Hati teraba :… jari dibawah arcus costae
b. Tepi hati : tumpul/tajam
c. Permukaan : licin/berbenjol
d. Konsistensi : kenyal, lunak, tumpul
e. Nyeri tekan : ada/tidak
42 Melakukan palpasi limpa
Kedua lutut difleksikan (untuk mengendurkan otot-otot abdomen)
Tangan kiri di atas kepala
Menentukan gari Schuffer
a. Dengan pensil kulit ditarik garis (1) sejajar dengan pinggir bawah
busur iga kiri
b. Melalui umbilicus ditarik grs (2) tegak lurus pd grs (1) shg
memotong busur iga
c. Jarak pusar dengan busur iga dibagi menjadi 4 bagian
Demikian juga jarak pusar dg perpotongan garis (2) pd lipatan
paha
11
43 Melakukan palpasi ginjal
Meminta pasien untuk mengenkstensi kedua lutut
Tangan kiri pemeriksa menunjang dinding perut bagian belakang
Tangan kanan pemeriksa melakukan palpasi bagian depan
Pelaporan:
a. Ginjal teraba membesar/tidak
b. Permukaan ginjal berbenjol-benjol/tidak
44 Ada/tidak massa/tumor, bila ada massa: lokasi, ukuran, konsistensi, nyeri
tekan, mobilitas,/fiksasi, suhu, fluktuasi, balotemen dan sebagainya.
46 Iliopsoas sign
• Meminta pasien untuk meluruskan kedua tungkainya dan me
• rentangkan tungkai kanan ke atas
• Pemeriksa menahan lutut pasien
• Mengulangi pemeriksaan serupa pada tungkai kiri
• Melaporkan hasil pemeriksaan illiopsoas sign
Posisi fleksi dari tungkai kanan, terdapat pada appendisitis terutama pada
yang letaknya retrosaekal
Bila paha diekstensikan sambil meraba otot iliopsoas teraba rigiditas,
artinya tes psoas positif
47 Obturator sign
Posisikan pasien dengan tungkai kanan fleksi 90’ pada
panggul dan lutut
Tahan tungkai pasien di atas lutut pada persendian
Rotasikan tungkai ke latero medial
Melaporkan hasil pemeriksaan obturator sign
Bila terdapat peradangan yang mengenai fascia otot obturator internus,
rotasi paha menyebabkan otot terangsang menyebabkan nyeri pada
hipogastrium, disebut sebagai obturator test positif
Inspeksi
7 Perhatikan adanya asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum,
atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring.
8 Saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis
muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari
kraniolateral ke kaudomedial.
Pada hernia insipen tonjolan hanya dapat dirasakan hanya dapat
dirasakan menyentuh ujung jari di dalam kanalis inguinalis dan
tidak menonjol keluar.
Palpasi
9 - Kantong hernia yang kosong dapat diraba pada funiculus
spermaticus sebagai gesekan dua lapis kantong yang memberikan
sensasi gesekan dua permukaan sutera, disebut tanda sarung
tangan sutera. Kalau kantong hernia berisi organ saat palpasi
dapat diraba usus, omentum atau ovarium.
10 Dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada hernia pada anak
dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menonjolkan kulit
scrotum melaLui annulus externus sehingga dapat ditentukan
apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia
dapat direposisi, pada waktu jari masih berada di annulus
externus, pasien
diminta mengedan. Kalau hernia menyentuh ujung jari berarti
hernia inguinalis lateralis dan kalau samping jari yang menyentuh
menandakan hernia inguinalis medialis (lihat
gambar).
13
11 Menjelaskan hasil yg didapat kepada pasien
12 Mempersilahkan pasien kembali memakai pakaiannya
13 Mencuci dan mengeringkan tangan
14
Pemeriksaan rectal
Pada wanita yang sudah berkeluarga selain pemeriksaan colok dubur, perlu juga diperiksa
colok vagina guna melihat kemungkinan adanya kelainan di dalam alat kelamin wanita,
antara lain: massa di serviks, darah di vagina, atau massa di buli-buli.
Persiapan
Pemeriksaan colok dubur memerlukan sarung tangan, jelly untuk memudahkan
pemeriksaan.
15
Teknik pemeriksaan rectal toucher:
1. Jelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan kepada pasien.
2. Minta pasien berbaring dengan posisi litotomi miring ke kiri (Sims position) atau
posisi menungging dengan siku menekan di kasur (Knee chest position)
3. Gunakan sarung tangan
4. Rasakan tahanan normal dari area superficial sphincter ani externus dengan
menggunakan permukaan palmar dari jari
5. sesudah jari memasuki anus, raba dinding anus yang lunak.
6. Identifikasikan tonus anus muscular
7. Lanjutkan pemeriksaan prostat
a. Cari dan raba sulcus medianus yang berlokasi diantara 2 buah lobus.
b. Nilai konsistensi jaringan prostat
c. Nilai permukaan dari setiap lobus prostat
d. Nilai adakah nodul pada lobus kanan dan kiri
e. Nilai adakah nyeri tekan pada lobus kanan dan kiri.
f. Nilai taksiran berat prostat
16
17
Checklist pemeriksaan rectal toucher
PROSEDUR PELAKSANAAN
No
1. Jelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan ke pasien
2. Gunakan sarung tangan dengan baik
3. Bubuhkan jelly pada telunjuk
4. Masukkan jari telunjuk perlahan
5. Identifikasi tonus sphincter ani bila lemah kemungkinan ada
peritonitis
6 Masukkan tangan lebih dalam, 8-10 cm tekan samping kiri
kanan, belakang dan atas
7 Identifikasi apakah ampula rekti kolaps atau tidak, ada faeces
keras/skibala atau tidak
8 Raba mukosa apakah licin atau tidak
9 Identifikasi glandula prostat pada laki-laki dan cavum douglas
pada wanita. Bila cavum douglas menonjol: ada perdarahan
intra abdominal
10 Tarik tangan secara perlahan, perhatikan apakah ada
lendir,darah dan sisa faeces. Bila faeces muncrat: Hirschsprung
(terutama aganglion letak rendah)
11 Jelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien
18
Skill Lab 2 Pemasangan Naso Gastric Tube (NGT) dan Penulisan resep
No Kegiatan
1 Mencuci tangan
2 Mempersiapkan alat
- Selang NGT (sesuai dengan kebutuhan)
- Syringe besar (50 cc)
- Jelly
- Stetoskop
- Plester perekat
- Sarung tangan
- Tissue
- Bengkok
- Handuk ekcil
- Normal saline (untuk irigasi)
3 Mengucapkan salam
4 Mengecek identitas pasien serta mengenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan
6 Menjelaskan langkah-langkah tindakan
7 Menanyakan persetujuan psien
8 Menempatkan pasien pada posisi fpwler atau semi fowler
9 Memasang handuk ekcil di dada pasien
10 Memakai sarung tangan
11 Membuka bungkus selang NGT
12 Mengukur panjang selang yang akan dimasukkan dengan cara
menempatkan ujung selang dari hidung klien ke ujung telinga atas, lalu
lanjutkan sampai processus xipoideus,
19
13 Mnekuk/menandai ujung dari selang tersebut
14 Memberi jelly 10-20 cm dari ujung selang tersebut
15 Meminta klien untuk relaks dan bernapas normal, memasukkan selang
perlahan tapi tegas sepanjang 5-10 cm. Meminta klien untuk
menundukkan kepala (fleksi) sambil menelan
16 Masukkan selang sampai batas yang ditandai
JANGAN MEMASUKKAN SELANG SECARA PAKSA JIKA
TERASA ADA TAHANAN.
- Jika klien batuk/bersin, hentikan dulu lalu mengulang lagi, dan
anjurkan klien agar menarik napas
- Jika tetap ada tahanan menarik perlahan dan memasukkan ke
hidung yang lain lalu memasukkan kembali secara perlahan-lahan.
- Jika klien terlihat akan muntah, tarik tube dan inspeksi tenggorokan
lalu melanjutkan selang secara bertahap
17 Mengecek ketetapan:
- Menyambung jarum dengan ujung NGT, menempatkan stetoskop
pada kuadran atas kiri abdomen klien, memasukkan 10-20 cm ml
udara dengan cepat sambil diauskultasi
- Mengaspirasi secara perlahan melalui jarum dan cekkeasamannya
dengan menggunakan kertas lakmus.
- Jika NGT ternyata tidak di lambung, masukkan 2-5 cm lagi dan cek
kembali
18 Fiksasi selang di hidung dengan menggunakan plester
19 Membantu klien mengatur posisi yang nyaman
20 Merapikan dan membersihkan alat
21 Mencuci tangan
22 Evaluasi respon psien
23 Menjelaskan tindakan sudah selesai dan mengucapkan salam akhir
JUMLAH TOTAL
Penulisan Resep
❖ TEORI PENDAHULUAN
Penulisan resep adalah tindakan terakhir dari dokter untuk pasiennya, yaitu setelah
melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, menentukan diagnosis, prognosis serta
terapi yang akan diberikan. Terapi untuk kausatif, simtomatik, profilaktik diwujudkan
dalam bentuk resep.
Resep dituliskan dalam kertas resep dengan ukuran yang ideal yaitu lebar 10-12 cm dan
panjang 15-18 cm. Resep harus ditulis dengan lengkap sesuai dengan PerMenKes no.
26/MenKes/Per/I/81 Bab III tentang Resep dan KepMenKes No. 28/MenKes/SK/U/98
Bab II tentang RESEP, agar dapat dibuatkan/ diambilkan obatnya di apotik.
20
Dalam resep yang lengkap harus tertulis :
1. Identitas dokter : nama, nomor SIP (Surat Ijin Praktek), alamat praktek/ alamat
rumah dan nomor telpon dokter
2. Nama kota dan tanggal dibuatnya resep
2. 4T 1W :
a) Tepat OBAT
b) Tepat DOSIS
c) Tepat BSO
d) Tepat PENDERITA
e) Waspada Efek Samping
21
15. Ingatkan kemungkinan yang berbahaya apabila pasien minum obat yang lain.
16. Beritahu efek samping obat
17. Lakukan recording pada status pasien.
Contoh resep :
Resep obat jadi dengan nama generik
R/ Antasida DOEN 500 mg tab No.X
S 3 dd tab I ac. (obat kunyah)
------------------------------ z
Pro : Ny. S (45 th)
22
❖ TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Mahasiswa diharapkan mampu menulis resep yang rasional, tepat, dan dapat dibaca.
❖ TUJUAN KHUSUS
Setelah mempelajari topik keterampilan Penulisan Resep ini, mahasiswa diharapkan
mampu:
1. Menulis resep untuk bermacam-macam bentuk sediaan obat (bentuk ramuan
maupun yang paten).
2. Menggunakan bahasa Latin dalam menuliskan resep.
3. Memilih obat berdasarkan diagnosis penyakit.
4. Menghitung dosis dan menuliskannya ke dalam resep.
5. Menentukan cara penggunaan obat.
6. Menulis resep obat secara rasional.
7. Membaca dan memahami buku DOEN dan FORNAS.
❖ METODE PEMBELAJARAN
• Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
• Diskusi
• Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
• Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan system skor
SKENARIO LATIHAN
Tn. Finso, Laki-laki, 32 tahun, datang berobat ke poliklinik dengan keluhan perut
kembung, mual dan terasa tidak nyaman. Keluhan dirasakan sejak 2 minggu yang lalu
namun hilang timbul. Pasien memiliki kebiasaan jarang sarapan dan tidak teratur
dalam makan.
23
Tuliskan resep yang rasional untuk pasien tersebut!
Diagnosis utama:
Diagnosis Banding:
1.
2.
3.
Pro: Tn. X
Usia : tahun
Penjelasan :
0 = Tidak dilakukan mahasiswa, atau dilakukan tetapi salah
1 = Dilakukan, tapi belum sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa
karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan dalam skenario yang
sedang dilaksanakan).
25
Skill Lab 3
Penyuluhan
Untuk dapat penyuluhan dengan baik, ada baiknya dibuat perencanaan penyuluhan yang
dibuat berdasarkan:
- Masalah kesehatan yang akan ditanggulangi
- Program kesehatan yang akan ditunjang
- Daerah masyarakat yang akan menjadi sasaran
- Sarana yang diperlukan dan bisa dimanfaatkan
26
b. Menentukan prioritas
Prioritas dalam penyuluhan harus sejalan dengan prioritas masalah yang ditentukan
oleh program yang ditunjang. Janganlah penyuluhan menentukan prioritas sendiri,
karena hal ini akan menyebabkan program berjalan sendiri-sendiri. Misalkan di
suatu daerah banyak terdapat kasus gizi buruk, penyuluhan sebaiknya tentang
pencegahan dan penanganan gizi buruk.
27
- Apakah tujuan penyuluhan sudah sejalan dengan tujuan program
- Kegiatan penyuluhan mana yang akan dievaluasi
- Metode apa yang akan digunakan untuk evaluasi tersebut
- Siapa yang akan melaksanakan evaluasi
- Sarana yang diperlukan untuk evaluasi
- Adakah tenaga yang membantu evaluasi
- Rencana untuk memberikan umpan balik hasil evaluasi kepada pihak terkait.
Tema:
1. Appendisitis
2. Sirosis hepatis
3. Keracunan Makanan
Tekhnik Pelaksanaan:
1. Mahasiswa dibagi menjadi 3 kelompok kecil dengan pembagian tema berbeda
sesuai diatas.
2. Kemudian melaksanakan penyuluhan langsung di masyarakat (desa atau
perkumpulan Ibu anak yatim pada hari sabtu jam 13.00 di danau)
3. Mahasiswa mendokumentasikan kegiatannya dalam bentuk video dan membuat
laporan kegiatan penyuluhan.
4. Mahasiswa mempresentasikan laporan kegiatan penyuluhan dan video di
hadapan fasilitator pada jadwal yang telah disepakati.
28
Penilaian Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan
1 Penilaian Perencanaan (dari Laporan kelompok kecil):
Sasaran sesuai dengan topik penyuluhan yang dipilih
SKILLAB 4 DAN 5
UJIAN SKILLAB TOPIK 1 DAN TOPIK 2
29
RUJUKAN
1. Silvia A.P, Lorraine M.W, Hemoroid, Dalam: Konsep – konsep Klinis Proses
Penyakit, Edisi VI, Patofisiologi Vol.1. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2005. Hal: 467
2. Susan Galandiuk, MD, Louisville, KY, A Systematic Review of Stapled
Hemorrhoidectomy – Invited Critique, Jama and Archives, Vol. 137 No. 12,
December, 2002, http://archsurg.ama.org/egi/content/extract. last update Desember
2009.
3. Anonim, Hemorhoid, http://www.hemorjoid.net/hemoroid galery.html. 2004, Last
update Desember 2009.
4. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Hemoroid, Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed.2,
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004. Hal: 672 – 675
5. Werner Kahle ( Helmut Leonhardt,werner platzer ), dr Marjadi Hardjasudarma ( alih
bahasa ), Berwarna dan teks anatomi Manusia Alat – Alat Dalam, 1998, Hal: 232
6. Mansjur A dkk ( editor ), Kapita selekta Kedokteran, Jilid II, Edisi III, FK UI,
Jakarta, 1999, pemeriksaan penunjang: 321 – 324.
7. Linchan W.M, Sabiston Buku Ajar Bedah Jilid II,EGC, Jakarta, 1994,hal 56 – 59
8. Brown, John Stuart, Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor, alih Bahasa, Devi H,
Ronardy, Melfiawati, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2001.
30