id 9
digilib.uns.ac.id
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kriteria PGK
1. Kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa
kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju
filtrasi glomerulus (LFG), dengan manifestasi :
Kelainan patologis
Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi
darah atau urin, atau commit
kelainantodalam
user test pencitraan (imaging test)
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
TERKAIT-UREMIA↑ LDL
KLASIKHipertensi TERKAIT-
teroksidasiRadikal
HiperlipidemiaDia DIALISISBioinkompatib
bebasHiperhomosisteinemia
betesMerokok ilitas InfeksiEndotoksin
Infeksi: herpes,
klamidiaAsidosisToksin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
commit to
glikosilasi dari Fibroblast Growth user
Factor-23terjadi pada daerah 162–228
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
2.1.7 Albuminuria
Penyakit glomerular merupakan penyebab penting terjadinya
Penyakit Ginjal Tahap Akhir yang menjalani dialisis. Kelainan urin
asimptomatik berupa hematuria mikroskopik dan proteinuria merupakan
tanda awal penyakit glomerular. Gejala klinik tersebut beresiko
menimbulkan kerusakan glomerulus bermakna disertai hipertensi dan
disfungsi ginjal progresif. Kelainan urin asimtomatik hematuri
mikroskopik dan atau proteinuria merupakan tanda awal penyakit
glomerular banyak di jumpai pada populasi umum (Feehally dan Johnson,
2003).
Derajat proteinuria diasosiasikan dengan penurunan ginjal progresif
pada penyakit glomerular yang berkembang menuju Penyakit Ginjal
Kronik. Proteinuria terjadi karena lintasan transglomerular abnormal
akibat peningkatan permeabilitas dinding kapiler glomerulus dan
gangguan reabsorbsi protein oleh sel epitel tubulus proksimal. Kerusakan
dinding kapiler glomerulus berkorelasi dengan menurunnya
sialoglycoprotein yang melapisi sel endotel, fusi dari foot processes
podosit dan terangkatnya sel dari membran basal glomerulus (Glomerular
Basment Membrane). Berkurangnya muatan negatif pada dinding kapiler
menyebabkan albumin lolos dalam urin (Amico G dan Bazzi C, 2003).
Suatu studi baru menunjukkan bahwa adanya protein yang terbuang
dalam urin dapat mengidentifikasi meningkatnya resiko penyakit reno
kardio serebro vaskuler. Dari semua pasien yang memiliki peningkatan
kadar protein urin, lebih dari setengahnya memulai dialisis atau melakukan
transplantasi ginjal selama studi. Dari hasil penelitan tersebut para peneliti
menyimpulkan bahwa pada individu dengan kadar proteinuria tinggi
terjadi peningkatan resiko penurunan fungsi ginjal, akhirnya pasien
memerlukan dialisis atau transplantasi ginjal. Semakin tinggi kadar protein
urin, semakin tinggi resiko pasien memerlukan dialisis atau transplantasi
ginjal dan semakin cepat penurunan fungsi ginjal (Gansevort, 2009).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
1. Microalbuminuria: 30-150 mg
2. Mild : 150-500 mg
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
3. Moderate : 500-1.000 mg
4. Heavy : 1.000-3.000 mg
5. Nephrotic :>3.500 mg
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id
2.1.8 Hemodialisis
Hemodialisis merupakan salah satu terapi pengganti ginjal buatan
dengan tujuan untuk mengeliminasi sisa-sisa produk metabolisme (protein)
serta koreksi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit antara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
2.1.9 Vitamin D
Vitamin D berbentuk kristal putih, tidak larut dalam air tetapi larut
dalam minyak dan zat pelarut lemak. Vitamin D tahan terhadap panas dan
oksidasi. Penyinaran ultraviolet menimbulkan aktivitas vitamin D tetapi bila
terlalu kuat dan lama akan terjadi pengrusakan zat-zat aktif tersebut
(Norman, 2008).
Dalam kondisi normal manusia memperolehvitamin D baik dari
makanan atau dari sintesis de novodi kulit akibat paparan langsung sinar
matahari. Vitamin D3 awalnya dihidroksilasidalam hati oleh 25-
hidroksilase untuk membentuk25-hydroxyvitamin D3 dengan hidroksilasi
berikutnyadi ginjal untuk membentuk metabolit aktif1,25
dihydroxyvitamin D atau 1,25(OH)2Djuga dikenal sebagaicalcitriol, yang
akhirnya dimetabolisme oleh25-hydroxyvitamin D-24-hidroksilase
(24OHase). Pengikatan 1,25-dihydroxyvitamin D3 atau yang analog
dengan reseptor vitamin D (VDR), mengaktifkanreseptor vitamin D(VDR)
dan sebagai kofaktor seperti reseptor X retinoid (RXR), sehingga
pembentukan VDR-RXRkofaktor kompleks yang mengikatelemen respon
vitamin D (VDRE) pada gen target untuk mengatur transkripsi gen
(Carlberg et al, 2001).
Beberapa jaringan memiliki 25-hydroxyvitamin D 1α-hidroksilase
yang dapat mengkonversi 25-hydroxyvitaminD untuk 1,25
dihydroxyvitamin D (Zehnder, 2001).Namun pada serum 1,25
dihidroksivitamin Datau Calcitriol diatur oleh ginjal menjadi 25-
hydroxyvitamin D 1α-hidroksilase. Dalam studi baru-baru ini evaluasi
commit
penyakit ginjal tahap awal, to user
defisiensi calcitriol (didefinisikan bila kadar
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
vitamin D serum <22 pg/ ml) ditemukan pada 32% Chronic Kidney
Disease stg 3 dan>60 % pada Chronic Kidney Disease stg 4dan 5 pasien
pra-dialisis (Levin, 2005).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id
commit to user