Anda di halaman 1dari 13

KEJANG DEMAM PADA ANAK

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK

CI Ruang Alexandri :
Handoko S.Kep.Ns

DISUSUN OLEH :
Devy Diantie
( PO.62.10.1.16.130)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA


D-IV KEPERAWATAN REGULER III
TAHUN 2018
Pengertian
  
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal di atas 38°C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah,
2013:229).

   
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari
aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan.(betz &
Sowden,2014)
   
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
diatas 38°C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
   
Jadi dapat disimpulkan kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan
perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga
mengakibatkan renjatan berupa kejang.
  
  
Etiologi
  
Bangkitan kejang pada bayi dan anak disebabkan oleh kenaikan suhu badan yang tinggi dan
cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan syaraf pusat misalnya : tonsilitis ostitis
media akut, bronchitis, dll
   
Penyebab yang pasti dari terjadinya kejang demam tidak diketahui. Kejang demam biasanya
berhubungan dengan demam yang tiba-tiba tinggi dan kebanyakan terjadi pada hari pertama
anak mengalami demam.

Kejang berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa menit. kejang demam cenderung
ditemukan dalam satu keluarga, sehingga diduga melibatkan faktor keturunan (faktor
genetik). Kadang kejang yang berhubungan dengan demam disebabkan oleh penyakit lain,
seperti keracunan, meningitis atau ensefalitis.  Roseola atau infeksi oleh virus herpes pada
manusia  juga sering menyebabkan kejang demam pada anak-anak. Shigella pada Disentri
juga sering menyebakan demam tinggi dan kejang demam pada anak-anak (Mediacastore,
2011: 8).

Menurut Jessica (2011: 3) penyebab dan faktor resiko terjadinya kejang demam adalah
sebagai berikut:
1. Infeksi virus
2. Infeksi traktus pernapasan atas
3. Infeksi traktus digestivus (gastroenteritis)
4. Infeksi saluran kemih 
5. Otitis Media
6. Faktor genetik
Patofisiologi
  
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan
air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan
permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan
mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan
potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang
terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :

1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular

Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari
sekitarnya
2. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan
  
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal
10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak
mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %.
Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium
akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga
dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan
“neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15
menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi
otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu
tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan
metabolisme otak meningkat.
Fathway Kejang Demam

Prognosa
   
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosisnya baik dan tidak perlu
menyebabkan kematian, resiko seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung
faktor :
1. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
2. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang
3. Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal 
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut di atas, di kemudian hari akan mengalami
serangan kejang tanpa demam sekitar 13 %, dibanding bila hanya terdapat satu atau tidak
sama sekali faktor tersebut, serangan kejang tanpa demam 2%-3% saja (“Consensus
Statement on Febrile Seizures 1981”).

  
Manifestasi Klinik
   
Serangan kejang biasanya terjadi 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat
dengan sifat bangkitan kejang dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau
akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi
reaksi apapun sejenak tapi setelah beberapa detik atau menit anak akan sadar tanpa ada
kelainan saraf.
   
Di Subbagian Anak FKUI RSCM Jakarta, kriteria Livingstone dipakai sebagai pedoman
membuat diagnosis kejang demam sederhana, yaitu :
1.  Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun
2. Kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit
3. Kejang bersifat umum
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertamam setelah timbulnya demam
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya satu minggu sesudah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan
7. Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tahun tidak melebihi empat kali    

Pemeriksaan Penunjang
   
Tergantung sarana yang tersedia dimana pasien dirawat, pemeriksaannya meliputi :

1. Darah
 Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang  (N < 200 mq/dl)
 BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro
toksik akibat dari pemberian obat.
 Elektrolit : K, Na
 Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
 Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )
 Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )
2. Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi, pendarahan
penyebab kejang.

3. Skull Ray : Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi

4. Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka (di
bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala.

5. EEG : Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh untuk
mengetahui fokus aktivitas kejang, hasil biasanya normal.
6. CT Scan : Untuk mengidentifikasi lesi cerebral infaik hematoma, cerebral oedem, trauma,
abses, tumor dengan atau tanpa kontras.

Penatalaksanaan Medik
   
Dalam penaggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu :

1. Pemberantasan kejang secepat mungkin

Pemberantasan kejang di Sub bagian Saraf Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI
sebagai berikut :
Apabila seorang anak datang dalam keadaan kejang, maka :
 Segera diberikan diazepam intravena, dosis rata-rata 0,3 mg/kg Atau diazepam rectal
dosis : 10 kg : 5 mg, bila kejang tidak berhenti 10 kg : 10 mg, tunggu 15 menit dapat
diulang dengan cara/dosis yang sama
 berikan dosis awal fenobarbital, dosis : neonatus : 30 mg I.M, 1 bulan – 1 tahun : 50
mg I.M dan 1 tahun : 75 mg I.M
 Bila diazepam tidak tersedia, langsung memakai fenobarbital dengan dosis awal dan
selanjutnya diteruskan dengan dosis rumat.

2. Pengobatan penunjang

Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah :


 Semua pakaian ketat dibuka
 Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
 Usahakan agar jalan napas bebasuntuk menjamin  kebutuhan oksigen
 Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen

Pengobatan rumat
 Fenobarbital dosis maintenance : 8-10 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari pertama,
kedua diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari berikutnya.

Mencari dan mengobati penyebab

Penyebab kejang demam adalah infeksi respiratorius bagian atas dan astitis media akut.
Pemberian antibiotik yang adekuat untuk mengobati penyakit tersebut. Pada pasien yang
diketahui kejang lama pemeriksaan lebih intensif seperti fungsi lumbal, kalium, magnesium,
kalsium, natrium dan faal hati. Bila perlu rontgen foto tengkorak, EEG, ensefalografi, dll.

Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kejang Demam


  
Pengkajian
Pengkajian neurologik :

1. Tanda – tanda vital


 Suhu
 Pernapasan
 Denyut jantung
 Tekanan darah
 Tekanan nadi

2. Hasil pemeriksaan kepala


 Fontanel : menonjol, rata, cekung
 Lingkar kepala : dibawah 2 tahun
 Bentuk Umum

3. Reaksi pupil
 Ukuran
 Reaksi terhadap cahaya
 Kesamaan respon

4. Tingkat kesadaran
 Kewaspadaan : respon terhadap panggilan
 Iritabilitas
 Letargi dan rasa mengantuk
 Orientasi terhadap diri sendiri dan orang lain

5. Afek
 Alam perasaan
 Labilitas

6. Aktivitas kejang
 Jenis
 Lamanya

7. Fungsi sensoris
 Reaksi terhadap nyeri
 Reaksi terhadap suhu

8. Refleks
 Refleks tendo superfisial
 Reflek patologi

9. Kemampuan intelektual
 Kemampuan menulis dan menggambar
 Kemampuan membaca

Analisa dan Sintesa data

Analisa data merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan mentabulasi, menyeleksi,
mengelompokkan, mengaitkan data, menentukan kesenjangan informasi, melihat pola data,
membandingakan dengan standar, menginterpretasi dan akhirnya membuat kesimpulan. Hasil
analisa data adalah pernyataan masalah keperawatan atau yang disebut diagnosa
keperawatan.

Diagnosa Keperawatan
  
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat, dan pasti tentang masalah
pasien/klien serta penyebabnya yang dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan
keperawatan.

Diagnosa keperawatan yang muncul adalah :


1. Resiko terjadinya kejang ulang berhubungan dengan hiperthermi.
2. Resiko terjadinya trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi yang ditandai : Suhu
meningkat, Anak tampak rewel
4. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan keterbatasan informasi yang
ditandai : keluarga sering bertanya tentang penyakit anaknya.

Intervensi Keperawatan
  
Perencanaan merupakan keputusan awal tentang apa yang akan dilakukan, bagaimana, kapan
itu dilakukan, dan siapa yang akan melakukan kegiatan tersebut. Rencana keperawatan yang
memberikan arah pada kegiatan keperawatan. (Santosa. NI, 1989;160)

Diagnosa Keperawatan 1:

Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi.


Tujuan  : Klien tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan hiperthermi

Kriteria hasil :
 Tidak terjadi serangan kejang ulang.
 Suhu 36,5 – 37,5 º C (bayi), 36 – 37,5 º C (anak)
 Nadi 110 – 120 x/menit (bayi), 100-110 x/menit (anak)
 Respirasi 30 – 40 x/menit (bayi), 24 – 28 x/menit (anak)
 Kesadaran composmentis

 Rencana Tindakan :
 Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat. Rasional :
proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan tidak menyerap keringat.
 Berikan kompres dingin. Rasional  : perpindahan panas secara konduksi
 Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll. Rasional : saat demam kebutuhan akan
cairan tubuh meningkat.
 Observasi kejang  dan tanda vital tiap 4 jam. Rasional : Pemantauan yang teratur
menentukan tindakan yang akan dilakukan.
 Batasi aktivitas selama anak panas. Rasional : aktivitas dapat meningkatkan
metabolisme dan meningkatkan panas.
 Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advis. Rasional : Menurunkan panas pada
pusat hipotalamus dan sebagai propilaksis

Diagnosa Keperawatan 2

Resiko terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot.

Tujuan : Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.


Kriteria Hasil :
1. Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.
2. Mempertahankan tindakan yang mengontrol aktivitas kejang.
3. Mengidentifikasi tindakan yang harus diberikan ketika terjadi kejang.

 Rencana Tindakan :
 Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur yang rendah.
Rasional : meminimalkan injuri saat kejang
 Tinggalah bersama klien selama fase kejang. Rasional : meningkatkan keamanan
klien.
 Berikan tongue spatel diantara gigi atas dan bawah. Rasional : menurunkan resiko
trauma pada mulut.
 Letakkan klien di tempat yang lembut. Rasional : membantu menurunkan resiko injuri
fisik pada ekstimitas ketika kontrol otot volunter berkurang.
 Catat tipe kejang (lokasi,lama) dan frekuensi kejang. Rasional : membantu
menurunkan lokasi area cerebral yang terganggu.
 Catat tanda-tanda vital sesudah fase kejang. Rasional : mendeteksi secara dini
keadaan yang abnormal

Diagnosa Keperawatan 3

Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi.

Tujuan  : Rasa nyaman terpenuhi

Kriteria hasil :

1. Suhu tubuh 36 – 37,5º C, N ; 100 – 110 x/menit, 


2. RR : 24 – 28 x/menit, Kesadaran composmentis, anak tidak rewel.

Rencana Tindakan :
 Kaji faktor – faktor terjadinya hiperthermi. Rasional : mengetahui penyebab
terjadinya hiperthermi karena penambahan pakaian/selimut dapat menghambat
penurunan suhu tubuh.
 Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam sekali. Rasional : Pemantauan tanda vital
yang teratur dapat menentukan perkembangan keperawatan yang selanjutnya.
 Pertahankan suhu tubuh normal. Rasional : suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat
aktivitas, suhu lingkungan, kelembaban tinggiakan mempengaruhi panas atau
dinginnya tubuh.
 Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin pada kepala / ketiak. Rasional :
proses konduksi/perpindahan panas dengan suatu bahan perantara.
 Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun. Rasional : proses
hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal dan tidak dapat menyerap
keringat.
 Atur sirkulasi udara ruangan. Rasional : Penyediaan udara bersih.
 Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum. Rasional : Kebutuhan
cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.
 Batasi aktivitas fisik. Rasional : aktivitas meningkatkan metabolismedan
meningkatkan panas.
Diagnosa Keperawatan 4

Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbataaan informasi.

Tujuan  : Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya.

Kriteria hasil :
1. Keluarga tidak sering bertanya tentang  penyakit anaknya.
2. Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan.
3. keluarga mentaati setiap proses keperawatan.

 Rencana Tindakan :
 Kaji tingkat pengetahuan keluarga. Rasional : Mengetahui sejauh mana pengetahuan
yang dimiliki keluarga dan kebenaran informasi yang didapat.
 Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang demam. Rasional:
penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu menambah wawasan
keluarga
 Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan. Rasional : agar keluarga
mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan
 Berikan Health Education tentang cara menolong anak kejang dan mencegah kejang
demam. Rasional : sebagai upaya alih informasi dan mendidik keluarga agar mandiri
dalam mengatasi masalah kesehatan.
 Berikan Health Education agar selalu sedia obat penurun panas, bila anak panas.
Rasional : mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan serangan kejang ulang.
 Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi dengan menghindari
orang atau teman yang menderita penyakit menular sehingga tidak mencetuskan
kenaikan suhu. Rasional : sebagai upaya preventif serangan ulang
 Beritahukan keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi agar memberitahukan
kepada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah menderita kejang demam. Rasional :
imunisasi pertusis memberikan reaksi panas yang dapat menyebabkan kejang demam

Pelaksanaan / Implementasi
  
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama
melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa. NI,
1989;162 )
  
Evaluasi
  
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif dan
obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau
belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa
masalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).

NO. Diagnosa/Masalah Evaluasi


1. Potensial kejang berulang berhu- Klien tidak mengalami kejang
bungan dengan hiperthermi. selama 2x24 jam.
Kriteria :
        Tidak terjadi serangan ulang

        Suhu : 36 – 37,5 º C

        N       : 100 – 110 kali/menit

        Kesadaran : composmentis

2 Potensial terjadi trauma fisik Tidak terjadi trauma fisik selama


berhubungan kurangnya koordina- perawatan.
si otot. Kriteria :
        Tidak terjadi traumas fisik selama

kejang.
        Mempertahankan tindakan yang
mengontrol aktivitas kejang.
        Mengidentifikasi tindakan yang
harus diberikan ketika terjadi kejang.
Rasa nyaman terpenuhi
3. Gangguan rasa nyaman berhu- Kriteria :
bungan dengan hiperthermi.         Tanda vital :

Suhu : 36 – 37,5ºC
  : 100 – 110 kali/ menit
  : 24 – 28 kali/menit
        Kesadaran : composmentis

        Anak tidak rewel

Pengetahuan keluarga bertambah


4. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit anaknya.
berhubungan dengan keterbatasan Kriteria :
informasi.         Keluarga tidak sering bertanya
tentang penyakit anaknya.
        Keluarga mampu diikutserta-kan
dalam proses perawatan.
        Keluarga mentaati setiap proses
perawatan.
.
Daftar Pustaka
 Lumbantobing SM, 2014, Penatalaksanaan Mutakhir Kejang Pada Anak, Gaya Baru,
Jakarta
 Lynda Juall C, 2013, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Penerjemah
Monica Ester, EGC, Jakarta
 Marilyn E. Doenges, 2012, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa I
Made, EGC, Jakarta
 Matondang, Corry S, 2013, Diagnosis Fisis Pada Anak, Edisi ke 2, PT. Sagung Seto:
Jakarta. 
 Ngastiyah, 2011, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta 
 Rendle John, 2012, Ikhtisar Penyakit Anak, Edisi ke 6, Binapura Aksara, Jakarta.
 Santosa NI, 2013, Perawatan I (Dasar-Dasar Keperawatan), Depkes RI, Jakarta.
 Santosa NI, 2012, Asuhan Kesehatan Dalam Konteks Keluarga, Depkes RI, Jakarta. 
 Soetjiningsih, 2012, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta 
 Suharso Darto, 2011, Pedoman Diagnosis dan Terapi, F.K. Universitas Airlangga,
Surabaya. 
 Sumijati M.E, dkk, 2011, Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim
Terjadi Pada Anak, PERKANI : Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai