Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA

A. Definisi

Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan
pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas berlangsung pada daerah yang
mengalami konsolidasi dan darah dialirkan kesekitar alveoli yang tidak berfungsi.
Hipoksemia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan paru-paru yang sakit ( Doenges &
Moorhouse, 2000 : 67 ).

Pneumonia adalah peradangan paru di mana asinus tensi dengan cairan, dengan atau
tanpa disertai infiltrasi sel radang kedalam dinding alveol dan rongga interstisium (Hood
Alsegof, 1995, 20).

B. Etiologi

Tubuh mempunyai daya tahan yang berguna untuk melindungi dari bahaya infeksi
melalui mekanisme daya tahan traktus respiratorius yang terdidi dari :

a.    Susunan anatomis dari rongga hidung

b.    Jaringan limfoid di naso faring

c.    Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret yang di
keluarkan oleh sel epitel tersebut

d.    Refleks batuk

e.    Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi

f.    Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional

g.    Fagositas, aksi enzimatik  dan respon immunohumoral terutama dari IgA
Anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak mampu
mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya
pneumonia adalah daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein
(MEP), penyakit menahun, trauma pada paru, anestesia, aspirasi, dan pengobatan dengan
antibiotik yang tidak sempurna..

Etiologi pneumonia dapat dibedakan berdasarkan anatomi dan agen penyebab infeksinya.
Pembagian pneumonia menurut anatominya :

a.    Pneumonia lobaris

b.    Pneumonia lubularis ( Bronkopneumonia)

c.    Pneumonia interstitialis ( Bronkiolitis )

Sedangkan pembagian pneumonia menurut etiologis atau agen penyebab infeksinya adalah :

a. Bakteri (paling sering menyebabkan pneumonia pada orang dewasa) :

•    Staphylococcus aureus

•    Legionella

•    Hemophillus influenza

b.    Virus

•    Virus influenza

•    Chicken pox (cacar air)

c.    Mycoplasma pneumoniae (organisme yang mirip bakteri)

d.    Jamur

•    Aspergilus

•    Histoplasma

•    koksidioidomikosis

e.    Aspirasi ( makanan, amnion dsb )

f.    Pneumonia hipostatik


g.    Sindrom loeffler

Pada umumnya pneumonia terjadi akibat adanya infeksi bakteri pneumokokus


(streptokokus pneumoniae ). Beberapa penelitian menemukan bahwa kuman ini
menyebabkan pneumonia hampir pada semua kelompok umur dan paling banyak terjadi di
negara negara berkembang.  

Akan tetapi dari pandangan yang berbeda di dapatkan bahwa gambaran etiologi
pneumonia dapat di ketahui berdasarkan umur penderita. Hal ini terlihat dengan adanya
perbedaan agen penyebab penyakit, baik pada bayi maupun balita. Ostapchuk menyebutkan
kejadian pneumonia pada bayi neonatus lebih banyak disebabkan oleh bakteri streptokokus
dan gram negatif enteric bacteria (escherichia coli). Sementara itu, pneumonia pada anak
anak balita lebih sering di sebabkan oleh virus, salah satunya adlah Respiratory syncytial
virus.

C. Patofisiologi

Suatu penyakit infeksi pernapasan dapat terjadi akibat adanya serangan agen infeksius
yang bertransmisi atau di tularkan melalui udara. Namun pada kenyataannya tidak semua
penyakit pernapasan di sebabkan oleh agen yang bertransmisi denagan cara yang sama. Pada
dasarnya agen infeksius memasuki saluran pernapasan melalui berbagai cara seperti inhalasi
(melaui udara), hematogen (melaui darah), ataupun dengan aspirasi langsung ke dalam
saluran tracheobronchial. Selain itu masuknya mikroorganisme ke dalam saluran pernapasan
juga dapat di akibatkan oleh adanya perluasan langsung dari tempat tempat lain di dalam
tubuh. Pada kasus pneumonia, mikroorganisme biasanya masuk melalui inhalasi dan
aspirasi.  

Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme,
keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di
dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, sehingga
mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit.

Sekresi enzim – enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang bekerja
sebagai antimikroba yang non spesifik. Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka
mikroorganisme dapat melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada
dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli
membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu :

1. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)


Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung pada
daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan
permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-
mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan.
Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast
juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan
prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan
permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke
dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan
alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang
harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah
paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
2. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat
dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi peradangan.
Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit
dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada
stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah
sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
3. Stadium III (3 – 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi
daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah
yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli
mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah
menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
4. Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan
mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga
jaringan kembali ke strukturnya semula.
Penyakit pneumonia sebenarnya merupakan manifestasi dari rendahnya daya tahan
tubuh seseorang akibat adanya peningkatan kuman patogen seperti bakteri yang
menyerang saluran pernapasan. Selain adanya infeksi kuman dan virus, menurunnya
daya tahan tubuh dapat juga di sebabkan karena adanya tindakan endotracheal dan
tracheostomy serta konsumsi obat obatan yang dapat menekan refleks batuk sebagai
akibat dari upaya pertahanan saluran pernapasan terhadap serangan kuman dan virus.
D. Klasifikasi Pneumonia
Klasifikasi menurut Misnadiarly (2008) :
1.      Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
a.  Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas lobus
atau lobularis.
b.   Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat dengan
gambaran infiltrat paru bilateral yang difus.
2.   Berdasarkan faktor lingkungan :
a. Pneumonia komunitas
b. Pneumonia nosokomial
c. Pneumonia rekurens
d. Pneumonia aspirasi
e. Pneumonia pada gangguan imun
f. Pneumonia hipostatik
3.   Berdasarkan sindrom klinis :
a.  Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama
mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar serta
pneumonia bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan dan jarang
disertai konsolidasi paru.
b. Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan Mycoplasma,
Chlamydia pneumoniae atau Legionella.
Klasifikasi berdasarkan Reeves (2001) :
1.         Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan umum dan
bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal merupakan organisme
penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan anak-anak atau
kalangan orang tua.
2.         Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial. Organisme
seperti ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus stapilococcus, merupakan
bakteri umum penyebab hospital acquired pneumonia.
3.         Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi.
Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan hanya menurut
lokasi anatominya saja.
4.         Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen
penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme perusak.

E. Manifestasi Klinis

Menurut Misnadiarly 2008, tanda dan gejala pneumonia secara umum dapat dibagi
menjadi:

1.      Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala, iritabel,
gelisah, malaise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal.

2.      Gejala umum : demam, sesak napas, nadi berdenyut lebih cepat, dan dahak
berwarna kehijauan seperti karet.

3.      Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus
melemah, suara napas melemah, dam ronki

4.      Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di daerah
efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat
di atas batas cairan, friction rub, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri berkurang bila
efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku kuduk/meningismus (iritasi
meningen tanpa inflamasi) bila terdapat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang
terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah).
F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Rontgen

Pemeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan sebelum hal ini dapat ditemukan
secara pemeriksaan fisik. Pada bronchopneumonia bercak – bercak infiltrat didapatkan
pada satu atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris terlihat adanya  konsosolidasi
pada satu atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada
satu atau beberapa lobus. Foto rongent dapat juga menunjukkan adanya komplikasi pada
satu atau beberapa lobus. Foto rongent dapat juga menunjukkan adanya komplikasi
seperti pleuritis, abses paru, perikarditis dll.

2.      Pemeriksaan laboratorium

Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 –


40.000/mm3dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiakkan dari usapan
tenggorokan dan 30% dari darah. Urine biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat
albuminuria ringan karena suhu yang naik

G. Penatalaksanaan Medis
1.      Pemberian antibiotic
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, biasanya diberikan
antibiotik peroral (lewat mulut) dan tetap tinggal dirumah. Seperti: penicillin,
chepalosporin.
2.      Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit
jantung atau paru-paru lainnya, harus dirawat dan antiiotik diberikan melalui infus.
Mungkin perlu diberika oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas
mekanik.
3.      Pemberian antipiretik, analgetik, bronchodilator
4.      Pemberian oksigen
5.      Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan
keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.
ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono, 2009), meliputi :
a.       Pengumpulan data.
1)      Identitas klien
Pneumonia dapat menyerang semua usia tergantung kuman penyebabnya
diantaranya adalah pneumonia bakterialis dapat terjadi pada semua usia, pneumonia
atipikal sering pada anak dan dewasa muda, dan pneumonia virus sering pada bayi dan
anak.
2)      Keluhan utama.
Keluhan didahului dengan infeksi saluran pernafasan, kemudian mendadak panas
tinggi disertai batuk yang hebat, nyeri dada dan nafas ngos.
3)      Riwayat kesehatan sekarang.
Pada klien pneumonia yang sering dijumpai pada waktu anamnese adalah klien
mengeluh mendadak panas tinggi (38°C – 41°C) disertai menggigil, kadang-kadang
muntah, nyeri pleura dan batuk pernafasan terganggu (takipnea), batuk yang kering akan
menghasilkan sputum seperti karat dan purulen.
4)       Riwayat penyakit dahulu
Pneumonia sering diikuti oleh suatu infeksi saluran pernafasan atas, pada
penyakit PPOM, tuberkulosis, DM, pasca influenza dapat mendasari timbulnya
pneumonia.
5)      Riwayat penyakit keluarga.
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien atau
asma bronkiale, tuberkulosis, DM, atau penyakit ISPA lainnya
6)   Pola-pola kesehatan
a) Aktifitas/istirahat
-Gejala: Kelemahan, kelelahan dan Insomnia.
-Tanda: Letargi dan Penurunan toleransi terhadap aktifitas
b)  Sirkulasi
-Gejala: Riwayat adanya gejala kronis
-Tanda: Takikardi dan Penampilan kemerahan/pucat
c)  Intergritas ego
-Gejala: -   Banyaknya stressor dan Masalah finanssial
d) Makanan/cairan.
-Gejala: Kehilangan nafsu makan, mual/muntah dan Riwayat diabetes militus.
-Tanda:-Distensi abdo
- Hiperaktif bunyi usus.
- Kulit kering dengan turgor buruk.
- Penampilan kakeksia (mal nutrisi).
e) Neurosensori.
-Gejala: Sakit kepala daerah (influenza).
-Tanda: Perubahan mental (bingung, somnolen).
f) Kenyamanan
- Gejala: -Sakit kepala.
-Nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk, nyeri dada substernal (influenza).
-Mialgia, atralgia.
-Tanda: Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur pada sisi yang sakit
untuk membatasi gerakan).
g)  Pernafasan
-Gejala: Takipnea, dispnea progresif, pernafasan dangkal, penggunaan otot
aksesori, pelebaran nasal.
-Tanda:-Sputum : merah muda, berkarat, atau purulen.
-Perkusi : pekak diatas area yang konsolidasi.
-Fremitus : taktil dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi.
-Gesekan friksi pleural.
-Bunyi nafas : menurun atau tak ada diatas area yang terlibat atau nafas bronchial.
-Warna : pucat, atau sianosis bibir/kuku
h)  Keamanan
Gejala: Riwayat gangguan sistem imun, mis SLE, AIDS, penggunaan steroid atau
kemoterapi stitusionalisasi, ketidakmampuan umum, demam.
Tanda:
-Berkeringat.
-Menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin ada pada ksusu rebula atau
varisela
7)   Pemeriksaan fisik.
a)   Keadaan umum.
Klien pneumonia kondisi umumnya lemah, expresi muka menahan rasa sakit
karena nyeri dada yang menusuk-nusuk.
b)  Sistem integumen.
     Pada inspeksi adanya sianisis dan tanda-tanda penurunan turgor kulit. 
c)  Sistem respirasi.
Pada pemeriksaan fisik sistem pernafasan akan dijumpai tanda dan gejala sebagai
berikut :
         Inspeksi:
-Nafas sesak dan cepat lelah.
- Batuk yang mula-mula non produktif menjadi produktif.
-Pergerakan pada thorax pada bagian yang sakit tertinggal.
-Timbul sianosis terutama jika bagian yang terkena radang cukup luas.
Fremitus vokal (getaran suara) akan meningkat intensitasnya pada sisi yang sakit
(lebih padat).
Palpasi : Pada bagian yang sehat akan terdengar sonor dan bagian yang sakit
akan  terdengar redup (nada lebih tinggi dengan waktu terdengarnya suara lebih
singkat).
Perkusi : Didapatkan suara bronkial, suara bisik jelas, kadang-kadang terdengar
suara gesek pleura.
    
Auskultasi :
d) Sistem gastro intestinal.
     Pada klien Pneumonia dijumpai adanya konsolidasi abdomen.
e) Sistem musculus celetal.
Pada klien Pneumoniasering terjadi kelemahan otot yang dapat mengganggu sistem
pernafasan.

b.      Pemeriksaan penunjang
   Menurut Doengos (2000):
1)      Sinar X : mengidentifikasi distribusi struktural ( misal: lobar, bronchial) dapat juga
menyatakan abses.
2)      Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada.
3)      Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus
4)      Pemeriksaan fungsi paru:  untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas dan berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan
5)      Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
6)      Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7)      Bronkoskopi : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Wilkinson, 2006).
a.           Bersihan jalan nafas tidak efektif b. d inflamasi trakeabranchial, pembentukan
edema, peningkatan produksi sputum
b.           Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler
c.           Resiko infeksi b.d ketidak adekuatnya pertahanan utam ( penurunan kerja silia,
perlengketan sekret pernafasan), tidak adekuatnya pertahanan sekunder, penyakit kroniK
d.          Intoleransi aktifitasb/d ketidakseimbangan antara suplei dan kebutuhan oksigen
Kelemahan umum.Kelelahan yang berhubungan dengan gangguan pola tidur yang
berhubungan dengan ketidak nyamanan, batuk berlebihan, dan dispnea.
e.           Nyeri Akut b/d inflamasi parenkim paru.Reaksi seluler terhadap sirkulasi
toksin.Batuk menetap.
f.            Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
g.           ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak mampuan
mencerna dan menelan makanan
h.           Hipertermi kemungkinan berhubungan dengan proses infeksi penyakit

C. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN DAN HASIL INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRETERIA
1. Bersihan jalan menunjukkan jalan -    Tunjukkan -    Batuk adalah
nafas, tidak nafas paten dengan atau bantu pasien mekanisme
efektifb/d obstruksi bunyi nafas bersih, tak mempelajari pembersihan jalan
jalan napas/ ada dispnea, melakukan batuk nafas alami,
peningkatan sekresi sianosis dan mis, menekan membantu silia untuk
atau produksi mukus mengeluarkan sekret dada dan batuk mempertahankan
berlebihan efektif sementara jalan nafas paten.
posisi duduk Penekanan
tinggi. menurunkan ketidak
-    Penghisapan nyamanan dada dan
sesuai indikasi posisi duduk
-    Berikan cairan memungkinkan
sedikitnya 2500 upaya nafas lebih
ml/hr (kecuali dalam dan lebih kuat.
kontra indikasi). -    Merangsang batuk
Tawarkan air atau pembersihan
hangat, dari pada jalan nafas secara
dingin mekanik pada pasien
yang tak mampu
melkukan karena
batuk tak efetif atau
menurun tingkan
kesadaran.

-    Cairan
(khususnya yang
hangat) memobilisasi
dan mengeluarkan
secret
Memudahkan
pengencaran dan
pembangunan secret.
2. Gangguan -menunjukkan - Kaji frekuensi, -    pernafasan
Pertukaran gas,  b/d perbaikan ventilasi dan kedalaman, dan tergantung pada /
perubahan membrane oksigenasi jaringan kemudahan indikasi derajat
alveolar – kapiler (efek dengan GDA dalam bernafas. keterlibatan paru dan
inflamasi). rentang normal dan tak - Observasi warna status kesehatan
ada gejala distress kulit, membrane umum.
pernafasan. mukosa, dan -    Sianosis kuku
-berpartisipasi pada kuku, catat menunjukkan
tindakan untuk adanya sianosis vasokontriksi atau
memaksimalkan perifeir (kuku) respons
oksigenasi . atau sianosis tubuhterhadapo
sentral demam/ menggigil.
(sirkumoral). Namun seanosis daun
- Awasi suhu telinga, membrane
tubuh, sesuai mukosa, dan kulit
indikasi. Bantu sekitar mulut
tindakan (membrane hangat)
kenyamanan menunjukkan
untuk hipoksemia sistemik.
menurunkan -    Demam tinggi
demam dan (Umum pada
menggigil, mis, pneumonia bacterial
selimut dan influenza) sangat
tanmbahan/ meningkatkan
menghilangkanny kebutuhan metabolic
a, suhu ruangan dan kebutuhan
nyaman, kompres oksigendan
hangat atau mengganggu
dingin. oksigenasi seluler.
- Tinggikan -     Tindakan ini
kepala dan meningkatkan
dorong sering inspirasi maksimal,
mengubah posisi, meningkatkan
napas dalam, dan pengeluaran secret
batuk efektif. untuk memperbaiki
ventilasi
3. Resiko tinggi - mencapai waktu -    Pantau tanda -    Selama waktu ini,
terhadap penyebaran perbaikan infeksi vital dengan ketat, potensial komplikasi
infeksi b/d ketidak ada berulang tanpa khususnya selama (hipotensi/syok)
kekuatan pertahankan konflikasi. awal terapi. dapat terjadi.
utama (penurunan -menidentifikasi -    Anjurkan -    Meskipun pasien
kerja silia, intervensi untuk pasien dapat menemukan
perlengketan secret mencegah/ menurunkan memperhatikan pengeluaran dan
pernapasan). resiko infeksi pengeluaran upaya membatasi
sekresi (mis. atau menghindarinya,
Meningkatkan penting bahwa
pengeluaran dari sputum harus
pada menelannya) dikeluarkan dengan
dan melaporkan cara ,aman.
perubahan warna, Perubahan
jumlah dan bau karaktristik sputum
secret. menunjukkan
-    Ubah posisi perbaikan pneumonia
dengan sering dan atau terjadinya
berikan infeksi skunder.
pembuangan paru -    Meningkatkan
yang baik. pengeluaran,
-    Batasi pembersihan infeksi.
pengunjungan -    Menurunkan
sesuai indiukasi pemajanan terhadap
-    Lakukan pathogen infeksi lain.
isolasi -    Tergantu pada
pencegahan tipe infeksi, respon
sesuai individual. terhadap anti biotic,
-    Dorong kesehatan umum
keseimbangan pasien, dan terjadinya
istirahat adekuat konflikasi, teknik
dengan aktifitas isolasi mungkin
sedang. Tindakan diperlukan untuk
masukan nutrisi mencegah
adekuat. penyebaran/
-    Awasi melindungi pasien
keefetifan terapi dari proses infeksi
antimicrobial. lain.
-    Memudahkan
proses penyembuhan
dan meningkatkan
tahanan alamia.
-    Tanda perbaikan
kondisi harus terjadi
dalam 24 – 28 jam.
4. Intoleransi -melaporkan / -    Evaluasi -    Menetapkan
aktifitasb/d menunjukkan respon pasien kemampuan/kebutuh
ketidakseimbangan peningkatan toleransi terhadap aktifitas. an pasien
antara suplei dan terhadap aktifitas yang Catatan laporan memudahkan
kebutuhan oksigen dapat diukur dengan tak dispnea, pemilihan interfensi.
Kelemahan umum. adanya dispnea, peningkatan -    Menurunkan
Kelelahan yang kelemahan berlebihan, kelemahan stress dan rangsangan
berhubungan dengan dan tranda vital dalam /kelelahan dan berlebihan,
gangguan pola tidur rentang normal perubahan tanda meningkatkan
yang berhubungan vital selama dan istirahat.
dengan ketidak setelah aktifitas -    Tirah baring
nyamanan, batuk -    Berikan dipertahankan selama
berlebihan, dan lingkungan fase akut untuk
dispnea. tenang dan batasi menurunkan
pengunjung kebutuhan
selama fase akut metamolik,
sesuai indikasi. menghemat energy
Dorong untuk penyembuhan.
penggunaan Pembatasan aktifitas
manajmen stress ditentukan dengan
dan pengalih yang respon individual
tepat. pasien terhadap
-    Jelaskan aktifitas dan
pentingnya perbaikan kegagalan
istirahat dalam pernafsan.
rencana -    Pasien mungkin
pengobatan dan nyaman dengan
perlunya kepala tinggi, tidur di
keseimbangan kursi atau menunduk
aktifitas dan kedepan meja atau
istirahat bantal.
-    Bantu pasien -    Meminimalkan
memilih posisi kelelahan dan
nyaman untuk membantu
istirahat dan/ atau keseimbangan suplai
tidur. dan kebutuhan
-    Bantu aktifitas oksigen
perawatan diri
yang diperlukan.
Berikan kemajuan
peningkatan
aktifitas selama
fase
penyembuhan
5. Nyeri Akut b/d - menyatakan nyeri -    Tentukan - nyeri dada,
inflamasi parenkim hilang / terkontrol karaktristik nyeri, biasanya ada dalam
paru. - menunjukkan rilaks, mis, tajam, beberapa derajat pada
Reaksi seluler terhadap istirahat atau tidur, dan konstan, ditusuk. pneumonia, juga
sirkulasi toksin peningkatan aktifitas Selidiki dapat timbul
Batuk menetap. dengan tepat. perubahan konplikasi
karakter/ lokasi/ pneumonia seperti
intsnsitas nyari. perikarditis dan
-    Pantau tanda endokarditis
vital -    Perubahan
-    Berikan frekuensi jantung
tindakan nyaman, atau TD
mis, pijatan menujunkkan bahwa
punggung, pasien mengalami
perubahan posisi, nyeri, khususnya bila
music tenang/ alasan lain untuk
perbincangan, perubahan tanda vital
relaksasi/ latihan telah terlihat
nafas -    Tindakan non-
-    Tawarkan analgesik diberikan
pembersihan dengan sentuhan
mulut dengan lembut dapat
sering. menghilangkan
ketidak nyamanan
dan memperbesar
efek terapi analgesic.
-    Pernafasan mulut
dan terapi oksigen
dapat mengiritasi dan
mengeringkan
membrane mukosa,
potensial ketidak
nyamanan umum.

6. Kekurangan volume Menunjukkan -    Kaji -    Peningkatan suhu


cairan b.d kehilangan keseimbangan cairan perubahan tanda atau memanjangnya
cairan aktif dibuktikan dengan vital, contoh demam meningktkan
parameter individual peningkatan suhu/ laju metabolic dan
yang tepat, mis, demam kehilangan cairan
membrane mukosa memanjang, melalui epvorasi, TD
lembab, turgor kulit takikardia, ortostatik berubah
baik, pengisian kapiler hipotensi dan peningkatan
cepat, tanda vital stabil. ortostatik. takikardia
-    Kaji turgor menunjukkan
kulit, kelembaban kekurangan cairan
membrane sistemik.
mukosa -    Indicator
(bibir,lidah). langsung
-    Catat laporan keadekuatan volume
mual/ muntah cairan, meskipun
-    Pantau membrane mukosa
masukan dan mulut mungkin
keluaran, catat kering karena nafas
warna, karakter mulut dan oksigen
urin. Hitung tambahan
keseimbangan -    Adanya gejala ini
cairan. Waspadai menurunkan
kehilangan yang masukan oral
tak tanpak. Ukur -    Memberikan
berat badan sesuai informasi tentang
indikasi keadekuatan volume
-    Tekankan cairan dan kebutuhan
cairan sedikitnya penggantian.
2500 ml/hr atau -    Pemenuhan
sesuai kondisi kebutuhan dasar
individual. cairan, menurunkan
resiko dehidrasi.

7.ketidak seimbangan -menunjukkan -    Identifikasi -    Pilihan intervensi


nutrisi kurang dari peningkatan nafsu factor yang tergantung pada
kebutuhan tubuh b.d makan. menimbulkan penyebab masalah
ketidak mampuan -mempertahankan atau mual/muntah. -    Menghilangkan
mencerna dan menelan meningkatkan berat Mis,sptum tanda bahaya, rasa,
makanan badan. banyak, bau dari lingkungan
pengobatan pasien dan dapat
aerosol, dispnea menurunkan mual.
berat, nyeri. -    Menurunkan efek
-    Berikan wadah mual yang
tertutup untuk berhubungan dengan
sputum dan buang pengobatan ini
sesering mungkin. -    Bunyi usus
Berikan / bantu mungkin menurun /
kebersihan mulut tak ada bila proses
setelah muntah, infeksi
setelah tindakan berat/mamanjang.
aerosol dan Distensi abdomen
drainase postural, terjadi sebagai akibat
dan sebelum menelan udara untuk
makan. menunjukkan
-    Jadwalkan pengaruh toksin
pengobatan bakteri pada saluran
pernafasan GI.
sidikitnya 1 jam -    Tindakan ini
sebelum makan. dapat meningktkan
-    Auskultasi masukan meskipun
bunyi usus. nafsu makan
Observasi/ palpasi mungkin lambat
distensi abdomen. untuk kembali.
-    Berikan -    Adanya kondisi
makan porsi kecil kronis (seperti PPOM
dan sering atau alkoholisme)
termasuk atau keterbatasan
makanan kering keuangan dapat
(roti panggan. menimbulkan
krekers) dan/atau malnutrusi,
makan yang rendahnya tahanan
menarik untuk terhadap infeksi, dan/
pasien. atau lambatnya
-    Evaluasi status respons terhadap
nutrisi umum, terapi
ukur berat badan
dasar.
8.Hipertermi Diharapkan termoregula -Kaji faktor -untuk mengetahui
kemungkinan si pada pasien stabil dan pencetus kenaikan suhu tubuh pasien
berhubungan dengan dalam batas normal, suhu tubuh. ( perubahan suhu
proses infeksi penyakit dengan kriteria hasil : -Observasi TTV tubuh).
a.       Suhu tubuh terutama suhu -membantu
pasien turun dan tiap 4 jam. mengurani
bertahan dalam batas -Beri minum yang penguapan tubuh.
normal 35,60-37,40C cukup. -untuk melancarkan
b.      Badan pasien -Libatkan aliran darah.
teraba hangat keluarga untuk -untuk mengetahui
c.       TTV dalam batas memberikan terapi yang
normal kompres air dibutuhkan pasien.
hangat.
- Pakaikan baju
yang tipis dan
menyerap
keringat.
-Kolaborasi
denagn dokter
mengenai obat
antipiretik
penurun panas.
DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E. Doenges Mary france Moorhouse. Alice C. Geissler. 2000. Rencana Asuhan


Keperawatan. Jakarta : EGC.
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Balita, Orang
Dewasa, Usia Lanjut. Pustaka Obor Populer : Jakarta
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC NOC. Yogyakarta :
Media Action Publishing
Reevers, Charlene J, et all (2000). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medica. 
Smeltzer & Bare. 2006. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai