A. Definisi
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan
pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas berlangsung pada daerah yang
mengalami konsolidasi dan darah dialirkan kesekitar alveoli yang tidak berfungsi.
Hipoksemia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan paru-paru yang sakit ( Doenges &
Moorhouse, 2000 : 67 ).
Pneumonia adalah peradangan paru di mana asinus tensi dengan cairan, dengan atau
tanpa disertai infiltrasi sel radang kedalam dinding alveol dan rongga interstisium (Hood
Alsegof, 1995, 20).
B. Etiologi
Tubuh mempunyai daya tahan yang berguna untuk melindungi dari bahaya infeksi
melalui mekanisme daya tahan traktus respiratorius yang terdidi dari :
c. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret yang di
keluarkan oleh sel epitel tersebut
e. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi
f. Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional
g. Fagositas, aksi enzimatik dan respon immunohumoral terutama dari IgA
Anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak mampu
mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya
pneumonia adalah daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein
(MEP), penyakit menahun, trauma pada paru, anestesia, aspirasi, dan pengobatan dengan
antibiotik yang tidak sempurna..
Etiologi pneumonia dapat dibedakan berdasarkan anatomi dan agen penyebab infeksinya.
Pembagian pneumonia menurut anatominya :
Sedangkan pembagian pneumonia menurut etiologis atau agen penyebab infeksinya adalah :
• Legionella
b. Virus
d. Jamur
• Aspergilus
• Histoplasma
• koksidioidomikosis
Akan tetapi dari pandangan yang berbeda di dapatkan bahwa gambaran etiologi
pneumonia dapat di ketahui berdasarkan umur penderita. Hal ini terlihat dengan adanya
perbedaan agen penyebab penyakit, baik pada bayi maupun balita. Ostapchuk menyebutkan
kejadian pneumonia pada bayi neonatus lebih banyak disebabkan oleh bakteri streptokokus
dan gram negatif enteric bacteria (escherichia coli). Sementara itu, pneumonia pada anak
anak balita lebih sering di sebabkan oleh virus, salah satunya adlah Respiratory syncytial
virus.
C. Patofisiologi
Suatu penyakit infeksi pernapasan dapat terjadi akibat adanya serangan agen infeksius
yang bertransmisi atau di tularkan melalui udara. Namun pada kenyataannya tidak semua
penyakit pernapasan di sebabkan oleh agen yang bertransmisi denagan cara yang sama. Pada
dasarnya agen infeksius memasuki saluran pernapasan melalui berbagai cara seperti inhalasi
(melaui udara), hematogen (melaui darah), ataupun dengan aspirasi langsung ke dalam
saluran tracheobronchial. Selain itu masuknya mikroorganisme ke dalam saluran pernapasan
juga dapat di akibatkan oleh adanya perluasan langsung dari tempat tempat lain di dalam
tubuh. Pada kasus pneumonia, mikroorganisme biasanya masuk melalui inhalasi dan
aspirasi.
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme,
keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di
dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, sehingga
mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit.
Sekresi enzim – enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang bekerja
sebagai antimikroba yang non spesifik. Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka
mikroorganisme dapat melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada
dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli
membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu :
E. Manifestasi Klinis
Menurut Misnadiarly 2008, tanda dan gejala pneumonia secara umum dapat dibagi
menjadi:
1. Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala, iritabel,
gelisah, malaise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal.
2. Gejala umum : demam, sesak napas, nadi berdenyut lebih cepat, dan dahak
berwarna kehijauan seperti karet.
3. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus
melemah, suara napas melemah, dam ronki
4. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di daerah
efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat
di atas batas cairan, friction rub, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri berkurang bila
efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku kuduk/meningismus (iritasi
meningen tanpa inflamasi) bila terdapat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang
terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah).
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Rontgen
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan sebelum hal ini dapat ditemukan
secara pemeriksaan fisik. Pada bronchopneumonia bercak – bercak infiltrat didapatkan
pada satu atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsosolidasi
pada satu atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada
satu atau beberapa lobus. Foto rongent dapat juga menunjukkan adanya komplikasi pada
satu atau beberapa lobus. Foto rongent dapat juga menunjukkan adanya komplikasi
seperti pleuritis, abses paru, perikarditis dll.
2. Pemeriksaan laboratorium
G. Penatalaksanaan Medis
1. Pemberian antibiotic
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, biasanya diberikan
antibiotik peroral (lewat mulut) dan tetap tinggal dirumah. Seperti: penicillin,
chepalosporin.
2. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit
jantung atau paru-paru lainnya, harus dirawat dan antiiotik diberikan melalui infus.
Mungkin perlu diberika oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas
mekanik.
3. Pemberian antipiretik, analgetik, bronchodilator
4. Pemberian oksigen
5. Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan
keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.
ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono, 2009), meliputi :
a. Pengumpulan data.
1) Identitas klien
Pneumonia dapat menyerang semua usia tergantung kuman penyebabnya
diantaranya adalah pneumonia bakterialis dapat terjadi pada semua usia, pneumonia
atipikal sering pada anak dan dewasa muda, dan pneumonia virus sering pada bayi dan
anak.
2) Keluhan utama.
Keluhan didahului dengan infeksi saluran pernafasan, kemudian mendadak panas
tinggi disertai batuk yang hebat, nyeri dada dan nafas ngos.
3) Riwayat kesehatan sekarang.
Pada klien pneumonia yang sering dijumpai pada waktu anamnese adalah klien
mengeluh mendadak panas tinggi (38°C – 41°C) disertai menggigil, kadang-kadang
muntah, nyeri pleura dan batuk pernafasan terganggu (takipnea), batuk yang kering akan
menghasilkan sputum seperti karat dan purulen.
4) Riwayat penyakit dahulu
Pneumonia sering diikuti oleh suatu infeksi saluran pernafasan atas, pada
penyakit PPOM, tuberkulosis, DM, pasca influenza dapat mendasari timbulnya
pneumonia.
5) Riwayat penyakit keluarga.
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien atau
asma bronkiale, tuberkulosis, DM, atau penyakit ISPA lainnya
6) Pola-pola kesehatan
a) Aktifitas/istirahat
-Gejala: Kelemahan, kelelahan dan Insomnia.
-Tanda: Letargi dan Penurunan toleransi terhadap aktifitas
b) Sirkulasi
-Gejala: Riwayat adanya gejala kronis
-Tanda: Takikardi dan Penampilan kemerahan/pucat
c) Intergritas ego
-Gejala: - Banyaknya stressor dan Masalah finanssial
d) Makanan/cairan.
-Gejala: Kehilangan nafsu makan, mual/muntah dan Riwayat diabetes militus.
-Tanda:-Distensi abdo
- Hiperaktif bunyi usus.
- Kulit kering dengan turgor buruk.
- Penampilan kakeksia (mal nutrisi).
e) Neurosensori.
-Gejala: Sakit kepala daerah (influenza).
-Tanda: Perubahan mental (bingung, somnolen).
f) Kenyamanan
- Gejala: -Sakit kepala.
-Nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk, nyeri dada substernal (influenza).
-Mialgia, atralgia.
-Tanda: Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur pada sisi yang sakit
untuk membatasi gerakan).
g) Pernafasan
-Gejala: Takipnea, dispnea progresif, pernafasan dangkal, penggunaan otot
aksesori, pelebaran nasal.
-Tanda:-Sputum : merah muda, berkarat, atau purulen.
-Perkusi : pekak diatas area yang konsolidasi.
-Fremitus : taktil dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi.
-Gesekan friksi pleural.
-Bunyi nafas : menurun atau tak ada diatas area yang terlibat atau nafas bronchial.
-Warna : pucat, atau sianosis bibir/kuku
h) Keamanan
Gejala: Riwayat gangguan sistem imun, mis SLE, AIDS, penggunaan steroid atau
kemoterapi stitusionalisasi, ketidakmampuan umum, demam.
Tanda:
-Berkeringat.
-Menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin ada pada ksusu rebula atau
varisela
7) Pemeriksaan fisik.
a) Keadaan umum.
Klien pneumonia kondisi umumnya lemah, expresi muka menahan rasa sakit
karena nyeri dada yang menusuk-nusuk.
b) Sistem integumen.
Pada inspeksi adanya sianisis dan tanda-tanda penurunan turgor kulit.
c) Sistem respirasi.
Pada pemeriksaan fisik sistem pernafasan akan dijumpai tanda dan gejala sebagai
berikut :
Inspeksi:
-Nafas sesak dan cepat lelah.
- Batuk yang mula-mula non produktif menjadi produktif.
-Pergerakan pada thorax pada bagian yang sakit tertinggal.
-Timbul sianosis terutama jika bagian yang terkena radang cukup luas.
Fremitus vokal (getaran suara) akan meningkat intensitasnya pada sisi yang sakit
(lebih padat).
Palpasi : Pada bagian yang sehat akan terdengar sonor dan bagian yang sakit
akan terdengar redup (nada lebih tinggi dengan waktu terdengarnya suara lebih
singkat).
Perkusi : Didapatkan suara bronkial, suara bisik jelas, kadang-kadang terdengar
suara gesek pleura.
Auskultasi :
d) Sistem gastro intestinal.
Pada klien Pneumonia dijumpai adanya konsolidasi abdomen.
e) Sistem musculus celetal.
Pada klien Pneumoniasering terjadi kelemahan otot yang dapat mengganggu sistem
pernafasan.
b. Pemeriksaan penunjang
Menurut Doengos (2000):
1) Sinar X : mengidentifikasi distribusi struktural ( misal: lobar, bronchial) dapat juga
menyatakan abses.
2) Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada.
3) Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus
4) Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas dan berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan
5) Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
6) Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7) Bronkoskopi : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Wilkinson, 2006).
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b. d inflamasi trakeabranchial, pembentukan
edema, peningkatan produksi sputum
b. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler
c. Resiko infeksi b.d ketidak adekuatnya pertahanan utam ( penurunan kerja silia,
perlengketan sekret pernafasan), tidak adekuatnya pertahanan sekunder, penyakit kroniK
d. Intoleransi aktifitasb/d ketidakseimbangan antara suplei dan kebutuhan oksigen
Kelemahan umum.Kelelahan yang berhubungan dengan gangguan pola tidur yang
berhubungan dengan ketidak nyamanan, batuk berlebihan, dan dispnea.
e. Nyeri Akut b/d inflamasi parenkim paru.Reaksi seluler terhadap sirkulasi
toksin.Batuk menetap.
f. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
g. ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak mampuan
mencerna dan menelan makanan
h. Hipertermi kemungkinan berhubungan dengan proses infeksi penyakit
C. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN DAN HASIL INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRETERIA
1. Bersihan jalan menunjukkan jalan - Tunjukkan - Batuk adalah
nafas, tidak nafas paten dengan atau bantu pasien mekanisme
efektifb/d obstruksi bunyi nafas bersih, tak mempelajari pembersihan jalan
jalan napas/ ada dispnea, melakukan batuk nafas alami,
peningkatan sekresi sianosis dan mis, menekan membantu silia untuk
atau produksi mukus mengeluarkan sekret dada dan batuk mempertahankan
berlebihan efektif sementara jalan nafas paten.
posisi duduk Penekanan
tinggi. menurunkan ketidak
- Penghisapan nyamanan dada dan
sesuai indikasi posisi duduk
- Berikan cairan memungkinkan
sedikitnya 2500 upaya nafas lebih
ml/hr (kecuali dalam dan lebih kuat.
kontra indikasi). - Merangsang batuk
Tawarkan air atau pembersihan
hangat, dari pada jalan nafas secara
dingin mekanik pada pasien
yang tak mampu
melkukan karena
batuk tak efetif atau
menurun tingkan
kesadaran.
- Cairan
(khususnya yang
hangat) memobilisasi
dan mengeluarkan
secret
Memudahkan
pengencaran dan
pembangunan secret.
2. Gangguan -menunjukkan - Kaji frekuensi, - pernafasan
Pertukaran gas, b/d perbaikan ventilasi dan kedalaman, dan tergantung pada /
perubahan membrane oksigenasi jaringan kemudahan indikasi derajat
alveolar – kapiler (efek dengan GDA dalam bernafas. keterlibatan paru dan
inflamasi). rentang normal dan tak - Observasi warna status kesehatan
ada gejala distress kulit, membrane umum.
pernafasan. mukosa, dan - Sianosis kuku
-berpartisipasi pada kuku, catat menunjukkan
tindakan untuk adanya sianosis vasokontriksi atau
memaksimalkan perifeir (kuku) respons
oksigenasi . atau sianosis tubuhterhadapo
sentral demam/ menggigil.
(sirkumoral). Namun seanosis daun
- Awasi suhu telinga, membrane
tubuh, sesuai mukosa, dan kulit
indikasi. Bantu sekitar mulut
tindakan (membrane hangat)
kenyamanan menunjukkan
untuk hipoksemia sistemik.
menurunkan - Demam tinggi
demam dan (Umum pada
menggigil, mis, pneumonia bacterial
selimut dan influenza) sangat
tanmbahan/ meningkatkan
menghilangkanny kebutuhan metabolic
a, suhu ruangan dan kebutuhan
nyaman, kompres oksigendan
hangat atau mengganggu
dingin. oksigenasi seluler.
- Tinggikan - Tindakan ini
kepala dan meningkatkan
dorong sering inspirasi maksimal,
mengubah posisi, meningkatkan
napas dalam, dan pengeluaran secret
batuk efektif. untuk memperbaiki
ventilasi
3. Resiko tinggi - mencapai waktu - Pantau tanda - Selama waktu ini,
terhadap penyebaran perbaikan infeksi vital dengan ketat, potensial komplikasi
infeksi b/d ketidak ada berulang tanpa khususnya selama (hipotensi/syok)
kekuatan pertahankan konflikasi. awal terapi. dapat terjadi.
utama (penurunan -menidentifikasi - Anjurkan - Meskipun pasien
kerja silia, intervensi untuk pasien dapat menemukan
perlengketan secret mencegah/ menurunkan memperhatikan pengeluaran dan
pernapasan). resiko infeksi pengeluaran upaya membatasi
sekresi (mis. atau menghindarinya,
Meningkatkan penting bahwa
pengeluaran dari sputum harus
pada menelannya) dikeluarkan dengan
dan melaporkan cara ,aman.
perubahan warna, Perubahan
jumlah dan bau karaktristik sputum
secret. menunjukkan
- Ubah posisi perbaikan pneumonia
dengan sering dan atau terjadinya
berikan infeksi skunder.
pembuangan paru - Meningkatkan
yang baik. pengeluaran,
- Batasi pembersihan infeksi.
pengunjungan - Menurunkan
sesuai indiukasi pemajanan terhadap
- Lakukan pathogen infeksi lain.
isolasi - Tergantu pada
pencegahan tipe infeksi, respon
sesuai individual. terhadap anti biotic,
- Dorong kesehatan umum
keseimbangan pasien, dan terjadinya
istirahat adekuat konflikasi, teknik
dengan aktifitas isolasi mungkin
sedang. Tindakan diperlukan untuk
masukan nutrisi mencegah
adekuat. penyebaran/
- Awasi melindungi pasien
keefetifan terapi dari proses infeksi
antimicrobial. lain.
- Memudahkan
proses penyembuhan
dan meningkatkan
tahanan alamia.
- Tanda perbaikan
kondisi harus terjadi
dalam 24 – 28 jam.
4. Intoleransi -melaporkan / - Evaluasi - Menetapkan
aktifitasb/d menunjukkan respon pasien kemampuan/kebutuh
ketidakseimbangan peningkatan toleransi terhadap aktifitas. an pasien
antara suplei dan terhadap aktifitas yang Catatan laporan memudahkan
kebutuhan oksigen dapat diukur dengan tak dispnea, pemilihan interfensi.
Kelemahan umum. adanya dispnea, peningkatan - Menurunkan
Kelelahan yang kelemahan berlebihan, kelemahan stress dan rangsangan
berhubungan dengan dan tranda vital dalam /kelelahan dan berlebihan,
gangguan pola tidur rentang normal perubahan tanda meningkatkan
yang berhubungan vital selama dan istirahat.
dengan ketidak setelah aktifitas - Tirah baring
nyamanan, batuk - Berikan dipertahankan selama
berlebihan, dan lingkungan fase akut untuk
dispnea. tenang dan batasi menurunkan
pengunjung kebutuhan
selama fase akut metamolik,
sesuai indikasi. menghemat energy
Dorong untuk penyembuhan.
penggunaan Pembatasan aktifitas
manajmen stress ditentukan dengan
dan pengalih yang respon individual
tepat. pasien terhadap
- Jelaskan aktifitas dan
pentingnya perbaikan kegagalan
istirahat dalam pernafsan.
rencana - Pasien mungkin
pengobatan dan nyaman dengan
perlunya kepala tinggi, tidur di
keseimbangan kursi atau menunduk
aktifitas dan kedepan meja atau
istirahat bantal.
- Bantu pasien - Meminimalkan
memilih posisi kelelahan dan
nyaman untuk membantu
istirahat dan/ atau keseimbangan suplai
tidur. dan kebutuhan
- Bantu aktifitas oksigen
perawatan diri
yang diperlukan.
Berikan kemajuan
peningkatan
aktifitas selama
fase
penyembuhan
5. Nyeri Akut b/d - menyatakan nyeri - Tentukan - nyeri dada,
inflamasi parenkim hilang / terkontrol karaktristik nyeri, biasanya ada dalam
paru. - menunjukkan rilaks, mis, tajam, beberapa derajat pada
Reaksi seluler terhadap istirahat atau tidur, dan konstan, ditusuk. pneumonia, juga
sirkulasi toksin peningkatan aktifitas Selidiki dapat timbul
Batuk menetap. dengan tepat. perubahan konplikasi
karakter/ lokasi/ pneumonia seperti
intsnsitas nyari. perikarditis dan
- Pantau tanda endokarditis
vital - Perubahan
- Berikan frekuensi jantung
tindakan nyaman, atau TD
mis, pijatan menujunkkan bahwa
punggung, pasien mengalami
perubahan posisi, nyeri, khususnya bila
music tenang/ alasan lain untuk
perbincangan, perubahan tanda vital
relaksasi/ latihan telah terlihat
nafas - Tindakan non-
- Tawarkan analgesik diberikan
pembersihan dengan sentuhan
mulut dengan lembut dapat
sering. menghilangkan
ketidak nyamanan
dan memperbesar
efek terapi analgesic.
- Pernafasan mulut
dan terapi oksigen
dapat mengiritasi dan
mengeringkan
membrane mukosa,
potensial ketidak
nyamanan umum.