SEDIAAN IRIGASI
Dosen Pengampu:
Dewi Ekowati, M.Sc., Apt.
Teori 1, Kelompok 7:
Yosefa Maria Wean (22174977A)
Dinda Catur Cahyani (23175198A)
Etika Sekar Mayang Sari (23175236A)
Pudyastuti Sih Nugraheni (23175318A)
Dwi Wulan Leksono (23175345A)
Maria Anilda Dewi Bastian (23175351A)
Wahyuni Ester Loe (23175353A)
Muhammad Savitra (23175361A)
Galih Diah Saputri (23175362A)
Problem dan efek samping yaitu, akan merusak jaringan yang baru,
berbahaya digunakan pada rongga tertutup, misal : Abses = H2O2 akan melepas
gas yang masuk ke dalam pembuluh darah. Dan Penggunaan pada mukosa akan
menimbulkan iritasi-bintik hitam pada lidah.
Yodium tincture
Mercurochrome.
larutan NaCl.
larutan NaCl tidak memiliki bau atau tidak berbau, warna bening
Kompisisi : Natrium, Klorida, Air. Pada cairan NaCl 0,9% yang biasa digunakan
di sarana kesehatan, CRS, Puskesmas terdiri dari Air : 500 ml, Sodium/Natrium
150 mm/L, Klorida 150mm/L. Memiliki rasa yang asin. Fungsi sodium sebagai,
untuk mempertahankan osonolaritas plasma, generasi dan transmisi potensial aksi,
mempertahankan elektronetralisa (kenetralan elektrolit), fungsi normal dari
aktifitas fisiologik tubuh. Fungsi klorida sebagai, mempertahankan keseimbangan
asam-basa, mempertahankan elektrinetralitas plasma, formasi asam Hidrolik.
Fungsi cairan NaCl dalam perawatan luka, sebagai pelarut/pengencer, untuk
membersihkan luka, sebagai cairan infus, sebagai cairan humidifer pada tabung
O2, untuk irigasi kulit, untuk mengatur keseimbangan asam-basa
C. Jenis irigasi.
a) Irigasi Telinga.
b) Irigasi mata.
c) Bilas lambung.
d) Irigasi mata.
Berfungsi sebagai, mengeluarkan kotoran atau benda asing serta zat kimia
dari mata.
D. Formula irigasi
NaCl 4,5 gram
Aqua pro injeksi 500 ml
Karbon aktif 0,5 gram
Dekstrose
Indikasi masing-masing bahan:
Dekstrosa : Dekstrosa digunakan sebagai pengisotonis karena syarat
irigasi yaitu larutan harus isotonis. Dekstrosa dikhususkan untuk sediaan
parenteral sedangkan glukosa cair tidak cocok untuk sediaan parenteral.
Dosis Dekstrosa untuk sediaan parenteral adalah 5%.
NaCl : digunakan sebagai larutan pengisotonis agar sediaan irigasi setara
dengan 0,9% larutan NaCl, dimana larutan tersebut mempunyai tekanan
osmosis yang sama dengan cairan tubuh. NaCl merupakan zat aktif yang
digunakan untuk mengatasi iritasi luka.
Aqua pro injeksi : digunakan sebagai pelarut zat aktif dan zat tambahan,
karena NaCl dan dekstrosa larut dalam air.
1) NaCl (Natrium klorida) (FI IV hal. 584).
Rumus molekul : NaCl
Pemerian : Kristal tidak berbau tidak berwarna atau serbuk
kristal putih, tiap 1g setara dengan 17,1 mmol
NaCl. 2,54g NaCl ekivalen dengan 1 g Na
Kelarutan : 1 bagian larut dalam 3 bagian air, 10 bagian
gliserol
Sterilisasi : Autoklaf atau filtrasi
Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil dapat
menyebabkan pengguratan partikel dari tipe
gelas
pH : 4,5 –7(DI 2003 hal 1415) 6,7-7,3
Kesetaraan E elektrolit : 1 g ≈ 17,1 mEq
Konsentrasi/dosis : lebih dari 0,9%. Injeksi IV 3-5% dalam 100ml
selama 1 jam (DI 2003 hal 1415). Injeksi NaCl
mengandung 2,5-4 mEq/ml. Na+ dalam plasma
= 135-145 mEq/L
Khasiat/kegunaan : Pengganti ion Na+, Cl- dalam tubuh
Efek samping : Keracunan NaCl disebabkan oleh induksi yang
gagal dapat menyebabkan hipernatremia yang
memicu terjadinya trombosit dan hemorrage.
Efek samping yang sering terjadi nausea, mual,
diare, kram usus, haus, menurunkan salivasi dan
lakrimasi, berkeringat, demam, hipertensi,
takikardi, gagal ginjal, sakit kepala, lemas,
kejang, koma dan kematian.
Kontraindikasi : Untuk pasien penyakit hati perifer udem atau
pulmonali udem, kelainan fungsi ginjal.
Farmakologi : berfungsi untuk mengatur distribusi air, cairan
dan keseimbangan elektrolit dan tekanan
osmotik cairan tubuh. Larutan irigasi kali ini
NaCl 0.9% digunakan sebagai zat aktif untuk
mengatasi iritasi pada luka.
2) Aqua Pro Injeksi (FI IV hal 112, FI III hal 97)
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
Sterilisasi : Kalor basah (autoklaf)
Kegunaan : Pembawa dan melarutkan
Cara pembuatan : didihkan aqua dan diamkan selama 30 menit,
dinginkan. Aqua pro injeksi digunakan
sebagai pelarut dan pembawa karena bahan
bahan Larut dalam air.
Alasan pemilihan : Karena digunakan untuk melarutkan zat aktif
dan zat-zat tambahan.
3) Karbon aktif (FI IV Hal 1169, Martindale hal 79)
Pemerian : serbuk hitam tidak berbau
Kelarutan : praktis tidak larut dalam suasana pelarut
biasa
Kestabilan : stabil ditempat yang tertutup dan kedap udara
Kegunaan : untuk kelebihan H2O2 dalam sediaan
Konsentrasi : 0,1-0,3%
Alasan pemilihan : Karbon aktif inert sehingga tidak bereaksi
dengan zat aktif.
4) Dekstrose (FI IV hal. 300, Martindale 28 hal. 50, DI hal.1427, Excipient hal.154)
Bobot molekul : D glukosa monohidrat 198,17
Rumus molekul : C6H12O16.H2O
Pemerian : Hablur tidak berwarna serbuk hablur atau
serbuk granul putih, tidak berbau rasa manis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut
dalam air mendidih, larut dalam etanol
mendidih, sedikit larut dalam alkohol.
Konsentrasi : 2,5-11,5% untuk IV (DI 2003 hal 2505).
0,5-0,8g/kg/jam (DI hal 1427-1429). Untuk
hipoglikemia 20-50 ml (konsentrasi 50%)
Khasiat : Sebagai sumber kalori dan zat pengisotonis
Osmolaritas : 5,51% w/v larutan air sudah isotonis dengan
serum
Stabilitaa : Stabil dalam bentuk larutan, dekstrosa stabil
dalam keadaan penyimpanan yang kering,
dengan pemanasan tinggi dapat
menyebabkan reduksi pH dan karamelisasi
dalam larutan
OTT : Sianokobalamin, kanamisin SO4, novobiosin
Na dan wafarin Na,Eritromisin, Vit B komplek
(martindale 28 hal: 21)
Sterilisasi : autoklaf
PH : 3,5 – 6,5 (dalam 20%w/v larutan air)
Efek samping :Larutan glukosa hipertonik dapat
menyebabkan sakit pada tempat pemberian
(lokal), tromboklebitise, larutan glukose untuk
infus dapat menyebabkan gangguan
cairan dan elektrolit termasuk
edema,hipokalemia,hipopostemia,
hipomagnesia.
Kontraindikasi : Pada pasien anuria, intrakranial atau
intraspiral Hemorage.
Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih
dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam
autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf
naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai., maka proses sterilisasi dimulai dan timer
mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan
tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum
tekanan mencapai 0 psi.
CARA PEMBUATAN.
Disiapkan alat dan bahan yang akan dibutuhkan dalam pembuatan sediaan larutan
irigasi. Ditimbang bahan-bahan tersebut.
Setelah bahan-bahan ditimbang, NaCl dan Dekstrose dimasukkan ke dalam gelas
ukur 1000ml, kemudian NaCl dan dekstrose diencerkan dengan Aquades sedikit
demi sedikit sambil diaduk sampai mencapai volume 510ml. Setelah larut, gelas
ukur yang berisi NaCl dan dekstrose dipanaskan, kemudian masukkan karbon
aktif atau karbon aktif ke dalam larutan tersebut.
Aduk sambil dipanaskan hingga mencapai suhu 70oC. Pemanasan karbon aktif
bertujuan agar karbon aktif. Penggunaan karbon aktif bertujuan untuk
membebaskan pirogen.
Setelah didihkan, didiamkan, kemudian disaring hingga jernih, disaring dengan
kertas saring selama dua kali penyaringan. Tujuan utama penyaringan adalah
penjernihan atau sterilisasi dari suatu larutan. Larutan yang sangat mengkilap
(hasil dari penjernihan) memberikan kesan kualitas dan kemurnian yang baik
sekali, suatu karakteristik yang sangat diinginkan untuk suatu larutan
steril.(Lachman, et al, 1994).
Hasil yang didapatkan larutan irigasi tersebut berwarna hitam karena dekstrose
berikatan dengan karbon aktif sehingga pada saat penyaringan karbon aktif tidak
tertahan di kertas saring, akan tetapi berikatan dengan dekstrose sehingga lolos
dari saringan. Karbon aktif merupakan cara yang banyak digunakan untuk
menghilangkan pirogen. Tetapi dalam sediaan ini karbon aktif tidak dapat
digunakan sebagai penghilang pirogen karena karbon aktif dapat berikatan dengan
dekstrose sehingga tidak dapat disaring. Beberapa metode lain yang dapat
digunakan untuk menghilangkan pirogen : Cara destilasi, cara pemanasan, cara
penyerapan, cara depyrogenasi, dengan penukar ion, dengan gamma radiasi,
getaran ultrasonik (www.ffarmasi.unand.ac.id/fulltext/pyrogen.pdf).
Larutan dimasukan ke dalam botol infus 500 ml. Kemudian botol infuse ditutup
dengan tutup yang sesuai, lalu ditutup dengan aluminium foil. Aluminium foil
bertujuan agar sisa-sisa air di luar tidak menyerap ke dalam. Penggunaan
aluminium foil juga menghilangkan udara dan penetrasi uap serta mencegah
kontaminasi silang setelah sterilisasi. Botol infus yang sudah ditutup dengan
aluminium foil, di beri tanda indikator pada permukaannya. Indikator ini
bertujuan agar kita dapat mengetahui apakah alat tersebut sudah steril atau belum.
Indikator digunakan untuk mengecek duplikasi kondisi dari proses yang sudah
dijamin/disahkan dengan menempatkan indikator di tempat dimana terdapat
kesukaran terbesar dalam penetrasi panas (Lachman, et al, 1994). Indikator ini
akan berubah warna menjadi abu-abu, perubahan warna ini karena pengaruh
kelembaban dan panas. Jika terdapat perubahan warna menjadi abu-abu maka alat
tersebut sudah steril.
Kemudian di sterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.
Menggunakan metode Sterilisasi akhir dengan Autoklaf karena bahan-bahan yang
digunakan tahan panas. Diberi etiket kemudian dilakukan evaluasi terhadap
kejernihan larutan, volume terpindahkan, dan penetapan pH.