Anda di halaman 1dari 19

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENYULUHAN KESEHATAN PADA ORANGTUA DAN


KELUARGA PASIEN MENGENAI SINDROM NEFROTIK
DI RUANG BONA 1 RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

Disusun oleh: Kelompok B4b

Abraham Steven Yotlely 131823143057


Rafidah Azizah 131823143066
Desna Ayu Arifianti 1318231430
Novella Ikko Alviani 1318231430
Aniq Dini Karimah 1317231430

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan acara penyuluhan penyuluhan kesehatan pada orangtua dan


keluarga pasien mengenai Sindrom Nefrotik di Ruang Bona 1 RSUD Dr Soetomo
Surabaya

Disahkan tanggal, Juni 2019

Menyetujui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Dr. Yuni Sufyanti Arief, S.Kp., M.Kes Dwi Endah Mahargyani, S.Kep. Ns
NIP. 197806062001122001 NIP. 197604121997032003
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)
PENYULUHAN KESEHATAN

Pokok bahasan : Upaya penanganan sindrom nefrotik dalam lingkungan


keluarga
Hari, tanggal : Senin, 24 Juni 2019
Waktu Pertemuan : 15 menit
Tempat : Ruang Bona 1 RSUD Dr. Soetomo
Sasaran : Orangtua/ Keluarga pasien

I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah mendapatkan penyuluhan orangtua atau diharapkan mengerti,
memahami dan mampu mengaplikasikan materi penyuluhan, yaitu upaya
penanganan sindrom nefrotik dalam lingkungan keluarga di kehidupan
sehari-hari.

II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah mendapatkan penyuluhan lansia mampu :
1. Mampu menjelaskan pengertian sindrom nefrotik
2. Mampu menjelaskan penyebab sindrom nefrotik
3. Mampu menjelaskan tanda dan gejala sindrom nefrotik
4. Mampu menjelaskan komplikasi sindrom nefrotik
5. Mampu menjelaskan penatalaksanaan sindrom nefrotik
6. Mampu menjelaskan pencegahan sindrom nefrotik

III. Sasaran
Orangtua atau keluarga dari pasien di ruang Bona 1 RSUD Dr. Soetomo

IV. Materi Pembelajaran


Pokok Bahasan : upaya penanganan sindrom nefrotik dalam lingkungan keluarga
1. Sub Pokok Bahasan :
a) Pengertian sindrom nefrotik
b) Penyebab sindrom nefrotik
c) Tanda dan Gejala sindrom nefrotik
d) Komplikasi sindrom nefrotik
e) Penatalaksanaan sindrom nefrotik
f) Pencegahan sindrom nefrotik

V. Pembahasan
Materi Terlampir

VI. Denah
Terlampir

VII. Metode Pembelajaran


1. Ceramah
2. Diskusi/ Tanya jawab

VIII. Media
1. SAP
2. Lembar balik
3. Leaflet

IX. Kegiatan Penyuluhan


Kegiatan Pelaksana
Tahap Waktu Kegiatan Penyuluh
Peserta
2 menit Mempersiapkan bahan
dan alat yang digunakan
- Individu
dalam kegiatan
penyuluhan
Pra
Mempersiapkan peserta, Orangtua atau
Kegiatan
alat dan pemateri keluarga
menyiapkan diri Individu
di tempat
penyuluhan
1. Pemateri 1. Peserta
mengucapkan salam menjawab
2. Pemateri salam
memperkenalkan diri 2. Peserta
3. Pemateri mendengarkan
menyampaikan judul 3. Peserta
Pembukaan 10 menit materi penyuluhan mendengarkan
4. Kontrak waktu 4. Peserta
kegiatan menjawab
5. Brain storming

Penyampaian materi Peserta


mengenai : mendengarkan
- Pengertian sindrom dan memberikan
nefrotik umpan balik
- Penyebab sindrom terhadap materi
nefrotik yang
- Tanda dan Gejala disampaikan.
sindrom nefrotik
- Komplikasi sindrom
nefrotik
Isi - Penatalaksanaan
sindrom nefrotik
- Pencegahan sindrom
nefrotik

1. Sesi tanya jawab dan 1. Mengajukan


evaluasi hasil. pertanyaan
2. Menayakan kembali mengenai
pada peserta tentang materi yang
materi yang telah kurang
disampaikan dipahami.
2. Menjawab
pertanyaan
yang diajukan.

3 menit Penutup oleh pemateri Peserta


1. Evaluasi pemahaman menjawab salam
peserta selama
Evaluasi dan berdiskusi
Penutup 2. Kesimpulan dari
kegiatan penyuluhan
3. Pemateri
mengucapkan tarima
kasih atas perhatian
dan partisipasi
peserta
4. Pemateri
mengucapkan salam
penutup

X. Pengorganisasian
Penyaji/penyuluh : Desna Ayu Arifianti
Fasilitator : Abraham Steven
Observes : Novella Ikko
Moderator : Rafidah Azizah
Notulen : Aniq Dini

XI. Kriteria Evaluasi


a. Evaluasi Struktur
1. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa bekerja
sama dengan ruang Bona 1 RSUD Dr. Soetomo
b. Evaluasi Proses
1. Peserta antusias terhadap materi yang disampaikan pemateri.
2. Peserta tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan berlangsung.
3. Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan.
c. Evaluasi Hasil
1. Peserta memahami materi yang telah disampaikan.
2. Ada umpan balik positif dari peserta seperti dapat menjawab
pertanyaan yang diajukan pemateri.
Lampiran 1
MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian Sindrom Nefrotik


Sindrom nefrotik adalah kerusakan pada ginjal yang menyebabkan
kadar protein di dalam urine meningkat. Tingginya kadar protein tersebut
disebabkan oleh kebocoran pada bagian ginjal yang berfungsi menyaring
darah (glomerolus). Proteinuria yang nyata, hipoalbuminnemia,
hyperlipidemia dan edema menandai sindrom nefrotik. Sindrom nefrotik
terjadi karena defek pada permeabilitas pembuluh darah glomerulus.
Sekotar 75 % kasus terjadi karena glomerulounefritis primer (idiopatik).
Prognosis sindrom nefrotik sangat bervariasi dan tergantuk pada penyebab
yang melatari. Usia tidak berperan dalam perjalanan atau prognosis
sindrom nefrotik. Sindrom nefrotik primer teritama ditemukan pada anak
prasekolah. Puncak insidensi terfjadi pada usia antara 2 dan 3 tahun dan
sindrom nefrotik jarang ditemukan pada usia sesudah 8 tahun (Kowalak,
2013).
Sindroma nefrotik merupakan salah satu manifestasi klinik
glomerulonefritis yang ditandai dengan edema anasarka, proteinuria
masif > 3,5 g/hari, hipoalbuminemi <3,5g/dl, hiperkolesterolemia dan
lipiduria. Pada proses awal atau SN ringan untuk menegakan diagnosis
tidak perlu semua gejala ditemukan. Proteinuria masif merupakan tanda
khas SN, akan tetapi pada SN berat yang disertai kadar albumin serum
rendah, ekskresi protein dalam urin juga berkurang. Proteinuria juga
berkontribusi terhadap berbagai komplikasi yang terjadi pada SN.
Hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan lipiduria, gangguan keseimbangan
nitrogen, hiperkoaguabilitas, gangguan metabolisme kalsium dan tulang,
serta hormon tiroid sering dijumpai dalam SN. (Prodjosudjadi, 2006)
Umumnya SN dengan fungsi ginjal normal kecuali sebagian kasus yang
berkembang menjadi panyakit ginjal tahap akhir. Pada beberapa episode
SN dapat sembuh sendiri dan menunjukan respon yang baik terhadap
terapi steroid, akan tetapi sebagian lain dapat berkembang menjadi kronik.
(Prodjosudjadi, 2006).

2. Penyebab Sindrom Nefrotik


Sindrom nefrotik terjadi akibat kerusakan pada glomerulus, yaitu
bagian ginjal yang berfungsi menyaring darah dan membentuk urine.
Akibatnya, protein yang seharusnya tetap di dalam darah malah bocor ke
urine. Dalam kondisi normal, urine seharusnya tidak mengandung protein.
Kerusakan bagian ginjal ini dapat disebabkan oleh sel ginjal yang
menebal atau membentuk jaringan parut. Sampai saat ini belum dapat
diketahui penyebab glomerulus menebal atau membentuk jaringan parut.
Sindrom nefrotik yang disebabkan oleh glomerulus yang menebal atau
membentuk jaringan parut disebut juga dengan sindrom nefrotik primer.
Selain penebalan dan pembentukan jaringan parut pada ginjal,
sindrom nefrotik dapat disebabkan oleh penyakit lain yang mengakibatkan
kerusakan pada ginjal. Kondisi ini disebut sindrom nefrotik sekunder. Ada
beberapa penyakit yang dapat menyebabkan sindrom nefrotik sekunder,
antara lain:
a. Nefrosis lipid
b. Glomerulonephritis membranosa
c. Glomerulosklerosis local
d. Glomerulonephritis membranoproliferatif
e. Penyakit metabolis seperti diabetes mellitus
f. Gangguan kolagen vaskuler seperti sistemik lupus sritematosus dan
periarteritis nodosa
g. Penyakit sirkulasi seperti gagal jantung, anemia sel sabit, dan
thrombosis vena renalis.
h. Nefrotoksin seperti merkuri, emas dan bismuth
i. Infeksi seperti tuberculosis dan enteritis
j. Rekasi alergi
k. Kehamilan
l. Penyakit keganasan seperti multiple mieloma
m. Nefritis herediter (Kowalak, 2013).

3. Tanda Dan Gejala Sindrom Nefrotik


Tanda dan gejala yang mungkin dijumpai pada sindrom nefrotik adalah :
a. Edema periorbital akibat kelebihan muatan cairan (umumnya terjadi
pada pagi hari)
b. Edema dependen yang ringan hingga berat pada pergelangan kaki,
pada anak-anak, edema yang disebabkan sindrom nefrotik dapat
diamati dari pembengkakan di wajah.
c. Hipotensi ortostatik akibat gangguan keseimbangan
d. Asites akibat ketidakseimbangan cairan
e. Genitalia eksterna yang bengkak akibat edema pada daerah yang
tergantung
f. Kesulitan bernapas akibat efusi pleura
g. Anoreksi akibat edema mukosa intestinal
h. Urine berbuih karena mengandung protein
i. Bertambahnya berat badan akibat penumpukan cairan tubuh.
j. Perubahan kualitas rambut yang berhubungan dengan defisiensi
protein
k. Pneumonia akibat kerentanan terhadap infeksi (Kowalak, 2013).

4. Komplikasi Sindrom Nefrotik


Komplikasi yang mungkin terjadi meliputi :
a. Malnutrisi akibat banyaknya protein di dalam darah yang terbuang
bersama urine
b. Infeksi akibat antibodi di dalam darah ikut terbuang bersama urine
c. Gangguan pembekuan akibat protein pengencer darah alami ikut
terbuang bersama urine
d. Oklusi vaskuler akibat tromboemboli
e. Aterosklerosis
f. Anemia hipokromik akibat ekskresi transferin yang berlebihan pada
urine
g. Gagal ginjal akut tau gagal ginjal kronis akibat ginjal tidak dapat
menyaring darah dengan optimal (Kowalak, 2013).
5. Penatalaksanaan Sindrom Nefrotik
1) Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan menurut Mansjoer Arif tahun 2001:
a. Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan Na sampai ± 1
gram/hari, secara praktis dengan menggunakan garam secukupnya
dalam makanan dan menghindari makanan yang diasinkan.
b. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat
digunakan diuretik, biasanya furosemid 1 mg/kgBB, bergantung
pada beratnya edema dan respon pengobatan.
c. Pemberian kortikosteroid berdasarkan ISKDC (International Study Of
Kidney Disease In Children); prednison dosis penuh: 60 mg/m2 luas
permukaan badan/hari atau 2 mg/kgBB/hari (maximal 80
mg/kgBB/hari) selama 4 minggu dilanjutkan pemberian prednison
dosis 40 mg/kgBB/m2 luas permukaan badan/hari atau 2/3 dosis
penuh, yang diberikan 3 hari berturut-turut dalam seminggu
(intermitten dose) atau selang hari (alternating dose) selama 4
minggu kemudian dihentikan tanpa trapping off lagi. Bila terjadi relaps
diberikan prednison dosis penuh seperti terapi awal sampai terjadi
remisi (maksimal 4 minggu), kemudian dosis diturunkan menjadi 2/3
dosis penuh. Bila terjadi relaps sering atau resisten steroid, lakukan
biopsi ginjal

2) Penatalaksanaan Non Medis


a. Makan makanan rendah lemak dan garam
b. Jumlah protein yang harus di makan, asupan protein bagi penderita
sindrom nefrotik tidak perlu dibatasi. Asupan protein yang disarankan
adalah 1,5-2 gram/kg per hari.
c. Batasi masukan minum sesuai dengan pengeluaran. Hitung asupan air
setiap hari dengan mengukur volume gelas atau botol minum favorit
anak dan gunakan selalu gelas atau botol minum tersebut untuk
minum.
d. Hindari mengkonsumsi makanan yang asin karena lebih cepat
menyebabkan haus.
e. Es teh atau lemonade lebih bisa menghilangkan haus daripada
minuman berkarbonasi (soda).
f. Mengunyah permen karet atau permen yang keras dapat membantu
menghilangkan haus.
g. Berkumur dengan air dingin dapat membantu mengurangi rasa haus.
h. Menghisap lemon dapat merangsang saliva dan melembabkan rongga
mulut.
i. Menghindari panas matahari dapat membantu mengurangi rasa haus
selama siang hari
j. Jangan terlalu sering berbaring dan bergeraklah secara aktif untuk
membuang air dan mencegah penggumpalan.
k. Minum obat sesuai petunjuk dokter, jangan berhenti sesuai keinginan
sendiri.
l. Harus rutin kontrol untuk mengantisipasi kekambuhan

6. Pencegahan Sindrom Nefrotik


Satu-satunya cara untuk mencegah sindrom nefrotik adalah dengan
mengendalikan kondisi yang bisa menyebabkan gangguan pada ginjal muncul.
Beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan penyakit sindrom
nefrotik adalah :
1. Konsumsilah makanan yang sehat. Perbanyaklah mengonsumsi buah-buahan
dan sayuran. Hindari mengonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak
dan purin, seperti jeroan. Makanan yang tinggi purin dapat meningkatkan
kadar asam urat yang pada akhirnya dapat mengganggu fungsi ginjal.
2. Menerapkan diet DASH yang bertujuan untuk mencegah atau menurunkan
tekanan darah bila mengalami hipertensi. Diet DASH menekankan
pengurangan konsumsi lemak jenuh dan kolesterol, untuk digantikan dengan
sumber protein, serat, serat vitamin dan mineral yang lebih banyak.
3. Bila mengonsumsi susu, keju atau produk sejenisnya, pilihlah yang rendah
lemak.
4. Batasi asupan garam tidak melebihi 1 sendok teh, gula maksimal 4 sendok
makan, dan lemak maksimal 5 sendok makan.
Penyakit ginjal dapat terjadi pada orang yang memiliki ginjal sehat atau
pada seseorang yang sudah memiliki masalah ginjal sebelumnya. Anak-anak pun
dapat terkena penyakit ginjal. Meski pada anak-anak, penyakit ginjal lebih
disebabkan oleh kelainan ginjal bawaan atau kerusakan saluran kemih saat lahir.
Maka selain mulai menyusun menu makanan harian yang lebih sehat dan bergizi,
beberapa perubahan gaya hidup sederhana berikut ini juga dapat membantu
mencegah penyakit ginjal :
1. Hindarilah faktor-faktor yang dapat mencetuskan munculnya penyakit
yang dapat membuat mudah terkena penyakit ginjal, seperti diabetes dan
hipertensi.
2. Cukupi kebutuhan cairan tubuh dengan mengonsumsi cairan yang cukup.
Konsumsilah setidaknya 2 liter air per hari.
3. Bila termasuk aktif berolahraga, cukupi kebutuhan cairan dalam jumlah
yang lebih banyak.
4. Lakukan olahraga secara teratur. Olahraga dapat menjaga berat badan
stabil dan menurunkan tekanan darah.
5. Berhati-hatilah dalam mengonsumsi obat-obatan dan suplemen. Beberapa
suplemen mengandung asam amino tinggi yang dapat mengganggu kerja
ginjal. Bila ingin mengonsumsi suplemen, konsumsilah sesuai aturan
pakai yang tertera pada kemasan. Pastikan pula obat-obatan minum aman.
Terutama bila meminum obat berupa racikan, pastikan obat tersebut
terdaftar di BPOM.
6. Hindari rokok karena dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh
darah dan meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah yang meningkat
dapat menyebabkan terganggunya fungsi ginjal.
7. Hindari stress dengan melakukan hal-hal yang dapat membuat senang,
seperti berolahraga, bermain dan mendengarkan musik.
DAFTAR PUSTAKA

A.Bagga, S. Menon, Idiopathic Nephrotic Syndrome: Initial Management,


Practical Pediatric

Nephrology - An Update of Current Practices. 2005, p. 109-15

Kowalak. 2013. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: ECG

Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Ed.III. jilid 2. Jakarta :
FKUI

Prodjosudjadi, Wiguno. 2006. Sindrom Nefrotik. pada Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI.

Saputra dan Lyndon , 2007. Intisari Ilmu Penyakit Dalam. Tangerang : Bina Rupa
Aksara.

Suriadi dan Yuliani, 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : CV Sagung
Seto
Lampiran 2

DENAH PENYULUHAN KESEHATAN PADA ORANGTUA


DAN KELUARGA PASIEN MENGENAI SINDROM NEFROTIK

5
2

4
1

Keterangan:
1 = Notulen
2 = Peserta penyuluhan
3 = Observer & Fasilitator
4 = Penyuluh
5 = Moderator

Lampiran 3
DAFTAR HADIR PESERTA PENYULUHAN
MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Ruang :
Hari/tanggal :
Waktu : 30 menit

No Nama peserta Alamat TTD


1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21

Lampiran 4
DAFTAR HADIR PANITIA
PENYULUHAN KESEHATAN PADA ORANGTUA
DAN KELUARGA PASIEN MENGENAI SINDROM NEFROTIK
Hari, tanggal :
Waktu :
Tempat : Ruang Bona 1 RSUD Dr. Soetomo

No Nama NIM Jabatan TTD

1. 1318231430... Notulen

2. 1318231430... Observer dan fasilitator

3. 1318231430... Penyaji

4. 1318231430... Moderator
Lampiran 5

DAFTAR HADIR PEMBIMBING


PENYULUHAN KESEHATAN PADA ORANGTUA
DAN KELUARGA PASIEN MENGENAI SINDROM NEFROTIK

Hari, tanggal :
Waktu :
Tempat : Ruang Bona 1 RSUD Dr. Soetomo

No Nama Jabatan Tanda Tangan


1 Pembimbing Akademik
2 Pembimbing Klinik I
3 Pembimbing Klinik II
Lampiran 6
LEMBAR OBSERVASI
PENYULUHAN KESEHATAN PADA ORANGTUA
DAN KELUARGA PASIEN MENGENAI SINDROM NEFROTIK

Hari, tanggal :
Waktu :
Tempat : Ruang Pandan 1 RSUD Dr. Soetomo

No Indikator Hasil
Ya Tidak Keterangan
1. Struktur
a. Kesiapan materi
b. Kesipaan SAP
c. Kesiapan media
d. Kehadiran peserta
e. Pengorganisasian penyelenggaraan
penyuluhan
2. Proses
a. Kesesuaian acara dengan rencana
b. Antusiasme peserta terhadap kegiatan
penyuluhan
c. Keaktifan peserta terhadap kegiatan
penyuluhan
d. Suasana penyuluhan seperti ketertiban
keamanan kelancaran
3. Hasil
a. Peserta dapat me-review materi yang
telah disampaikan
b. Peserta dapat menerapkan materi yang
telah didapatkan
4. Pembukaan
a. Membuka kegiatan dengan salam lalu
prolog
b. Memperkenalkan diri dan tim
c. Kontrak waktu
d. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
e. Menyebutkan materi penyuluhan yang
diberikan
5. Pelaksanaan
a. Menggali informasi tentang penyakit
b. Menjelaskan tentang definisi penyakit
c. Menjelaskan tentang penyebab penyakit
d. Menjelaskna tanda-tanda dan gejala
penyakit
e. Menjelaskan kompilasi dari penyakit
f. Menjelaskan tentang upaya
penangangan penyakit
g. Menjelaskan tentang pencegahan
penyakit
6. Evaluasi dan Penutup
a. Menanyakan kembali kepada peserta
tentang materi yang telah disampaikan
b. Kesimpulan dari kegiatan penyuluhan
c. Membuka forum diskusi (Tanya-jawab)
d. Menutup kegiatan penyuluhan dengan
salam

Anda mungkin juga menyukai