Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


PENYULUHAN KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)
EPILEPSI
DI POLI ANAK RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Periode 28 MEI – 9 JUNI 2018

Disusun Oleh:
KELOMPOK 4 B1

1. Akhmad Ismail : 131 723 143 081


2. Simpliana Rosa : 131 723 143 082
3. Liana O. Rompis : 131 723 143 083
4. Evodia Lusia M.Tena : 131 723 143 084
5. Dwiko Nur Gunawan : 131 723 143 085
6. Amanatul Firdaus : 131 723 143 086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Bidang Studi : Keperawatan Anak


Tema : Epilepsi
Sasaran : Klien dan keluarga klien di Poli Anak RSUD Dr.
Soetomo Surabaya
Tempat : Poli Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Jam : 07.00 – 08.00 WIB
Waktu : 60 menit
Hari/Tanggal : Rabu, 6 Juni 2018

I. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan orang tua klien
dankeluarga dapat memahami tentang Epilepsi dan penatalaksanaannya.

II. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan selama 60 menit tentang Penatalaksanan
EPILEPSI, diharapkan orang tua dan keluarga klien dapat:
1. Menjelaskan kembali pengertian EPILEPSI
2. Menjelaskan kembali etiologi EPILEPSI
3. Menjelaskan kembali tanda dan gejala EPILEPSI
4. Menjelaskan kembali Penatalaksanaan EPILEPSI
5. Menjelaskan kembali Kemoterapi dan efek sampingnya

III. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

IV. Media
1. X-Banner
V. Materi
1. Pengertian EPILEPSI
2. Etiologi EPILEPSI
3. Tanda dan gejala EPILEPSI
4. Penatalaksanaan EPILEPSI

VI. Pelaksanaan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan peserta Penanggung
. Jawab
1. 5 menit Pembukaan Dwiko Nur
1. Penyampaian salam 1. Membalas salam Gunawan, S.Kep
2. Perkenalan 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan topik 3. Mendengarkan
penyuluhan
4. Menjelaskan tujuan 4. Mendengarkan
5. Kontrak waktu 5. Mendengarkan dan
menyetujui
2. 35 menit Penyajian materi Akhmad Ismail, S.
1. Pengertian 1. Memperhatikan dan Kep
EPILEPSI mendengarkan
2. Etiologi EPILEPSI 2. Memperhatikan dan
mendengarkan
3. Tanda dan gejala
3. Memperhatikan dan
EPILEPSI mendengarkan
4. Penatalaksanaan 4. Memperhatikan dan
EPILEPSI mendengarkan
5. Memperhatikan,
Bertanya dan
mengemukakan
pendapat

3. 10 menit Evaluasi Dwiko Nur


1. Mengevaluasi 1. Menyebutkan Gunawan, S.Kep
kembali kembali poin-poin
pengetahuan peserta penyuluhan
mengenai materi
yang telah
disampaikan
2. Umpan balik 2. Memperhatikan dan
mendengarkan
4. 10 menit Terminasi Dwiko Nur
1. Menyimpulkan hasil 1. Memperhatikan dan Gunawan, S.Kep
penyuluhan mendengarkan
2. Mengucapkan 2. Memperhatikan dan
terima kasih mendengarkan
3. Mengakhiri dengan 3. Menjawab salam
salam
4. Memberikan Leaflet
PKRS

VII. Pengorganisasian
1. Moderator : Dwiko Nur Gunawan, S.Kep
2. Penyaji : Akhmad Ismail, S. Kep
3. Notulen : Evodia Lusia Meo Thena , S. Kep
4. Fasilitator : - Liana O. Rompis, S.Kep
- Simpliana Rosa, S.Kep
5. Pengamat : - Liana O.Rompis, S. Kep

VIII. Uraian tugas


Moderator : Membuka dan memimpin jalanya acara dimulai dari
pembukaan, penyampaian materi, evaluasi dan yang
terakhir terminasi.
Penyaji : Menyampaikan materi penyuluhan yang dimulai dari
menggali pengetahuan peserta tentang EPILEPSI dan
sesi diskusi (tanya jawab).
Notulen : Membuat catatan singkat tentang jalannya penyuluhan
dan merangkum isi penyuluhan secara tertulis
Fasilitator : Memfasilitasi jalanya acara penyuluhan dan
memotivasi peserta untuk berdiskusi agar penyuluhan
dapat berjalan dengan baik.
Pengamat : Mengobservasi jalannya acara penyuluhan dari awal
sampai akhir, mengobservasi performa penyuluh,
mencatat pertanyaan dan mengobservasi keantusiasan
peserta penyuluhan.
IX. Setting Tempat

Keterangan :
: Penyaji
: Moderator
: Notulen
: Fasilitator
: Pengamat
: Peserta
: Media penyuluhan
X. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Tersedianya materi
b. Tersedianya SAP
c. Tersedianya media: Lembar Balik dan Leaflet
d. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa
e. Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
f. Peserta hadir ditempat penyuluhan
g. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang Bona I RSUD Dr.
Soetomo Surabaya
h. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan pada hari
sebelumnya.
2. Evaluasi Proses
a. Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan.
b. Peserta antusias terhadap materi yang disampaikan oleh penyaji
c. Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan
d. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
e. Suasana penyuluhan tertib
f. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan selama
penyuluhan berlangsung
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta yang datang 10 orang atau lebih
b. Peserta memahami materi yang telah disampaikan oleh penyaji
c. Ada umpan balik positif dari peserta seperti dapat menjawab pertanyaan
dengan benar yang diajukan penyaji.
Lampiran
MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian
Epilepsi berasal dari bahasa Yunani, Epilambanmein yang berarti
serangan. Dahulu masyarakat percaya bahwa epilepsi disebabkan oleh roh jahat
dan dipercaya juga bahwa epilepsi merupakan penyakit yang bersifat suci. Latar
belakang munculnya mitos dan rasa takut terhadap epilepsi berasal hal tersebut.
Mitos tersebut mempengaruhi sikap masyarakat dan menyulitkan upaya
penanganan penderita epilepsi dalam kehidupan normal.Penyakit tersebut
sebenarnya sudah dikenal sejak tahun 2000 sebelum Masehi. Orang pertama yang
berhasil mengenal epilepsi sebagai gejala penyakit dan menganggap bahwa epilepsi
merupakan penyakit yang didasari oleh adanya gangguan di otak adalah
Hipokrates. Epilepsi merupakan kelainan neurologi yang dapat terjadi pada setiap
orang di seluruh dunia.12
Epilepsi merupakan manifestasi gangguan fungsi otak dengan berbagai
etiologi, dengan gejala tunggal yang khas, yaitu kejang berulang akibat lepasnya
muatan listrik neuron otak secara berlebihan dan paroksimal.13 Terdapat dua
kategori dari kejang epilepsi yaitu kejang fokal (parsial) dan kejang umum. Kejang
fokal terjadi karena adanya lesi pada satu bagian dari cerebral cortex, di mana pada
kelainan ini dapat disertai kehilangan kesadaran parsial. Sedangkan pada kejang
umum, lesi mencakup area yang luas dari cerebral cortex dan biasanya mengenai
kedua hemisfer cerebri. Kejang mioklonik, tonik, dan klonik termasuk dalam
epilepsi umum.14,15
Bangkitan epilepsi adalah manifestasi klinis dari bangkitan serupa
(stereotipik) yang berlebihan dan abnormal, berlangsung mendadak dan sementara,
dengan atau tanpa perubahan kesadaran. Disebabkan oleh hiperaktifitas listrik
sekelompok sel saraf di otak dan bukan disebabkan oleh suatu penyakit otak akut.16
Kejang epilepsi harus dibedakan dengan sindrom epilepsi. Kejang epilepsi
adalah timbulnya kejang akibat berbagai penyebab yang ditandai dengan serangan
tunggal atau tersendiri.1 Sedangkan sindrom epilepsi adalah sekumpulan gejala dan
tanda klinis epilepsi yang ditandai dengan kejang epilepsi berulang, meliputi
berbagai etiologi, umur, onset, jenis serangan, faktor pencetus, kronisitas.16
Kejang adalah kejadian epilepsi dan merupakan ciri epilepsi yang harus
ada, tetapi tidak semua kejang merupakan manifestasi epilepsi.1 Seorang anak
terdiagnosa menderita epilepsi jika terbukti tidak ditemukannya penyebab kejang
lain yang bisa dihilangkan atau disembuhkan, misalnya adanya demam tinggi,
adanya pendesakan otak oleh tumor, adanya pendesakan otak oleh desakan tulang
cranium akibat trauma, adanya inflamasi atau infeksi di dalam otak, atau adanya
kelainan biokimia atau elektrolit dalam darah. Tetapi jika kelainan tersebut tidak
ditangani dengan baik maka dapat menyebabkan timbulnya epilepsi di kemudian
hari.16
2. Epidemologi
Kejang merupakan kelainan neurologi yang paling sering terjadi pada
anak, di mana ditemukan 4 – 10 % anak-anak mengalami setidaknya satu kali
kejang pada 16 tahun pertama kehidupan. Studi yang ada menunjukkan bahwa
150.000 anak mengalami kejang tiap tahun, di mana terdapat 30.000 anak yang
berkembang menjadi penderita epilepsi.17
Faktor resiko terjadinya epilepsi sangat beragam, di antaranya adalah
infeksi SSP, trauma kepala, tumor, penyakit degeneratif, dan penyakit metabolik.
Meskipun terdapat bermacam-macam faktor resiko tetapi sekitar 60 % kasus
epilepsi tidak dapat ditemukan penyebab yang pasti. Berdasarkan jenis kelamin,
ditemukan bahwa insidensi epilepsi pada anak laki – laki lebih tinggi daripada anak
perempuan.18
Epilepsi paling sering terjadi pada anak dan orang lebih tua (di atas 65
tahun). Pada 65 % pasien, epilepsi dimulai pada masa kanak-kanak. Puncak
insidensi epilepsi terdapat pada kelompok usia 0-1 tahun, kemudian menurun pada
masa kanak-kanak, dan relatif stabil sampai usia 65 tahun. Menurut data yang ada,
insidensi per tahun epilepsi per 100000 populasi adalah 86 pada tahun pertama, 62
pada usia 1 – 5 tahun, 50 pada 5 – 9 tahun, dan 39 pada 10 – 14 tahun.2
3. Etiologi
Etiologi dari epilepsi adalah multifaktorial, tetapi sekitar 60 % dari kasus
epilepsi tidak dapat ditemukan penyebab yang pasti atau yang lebih sering kita
sebut sebagai kelainan idiopatik.2 Terdapat dua kategori kejang epilepsi yaitu
kejang fokal dan kejang umum. Secara garis besar, etiologi epilepsi dibagi menjadi
dua, yaitu :19
Kejang Fokal Kejang Umum
a. Trauma kepala a. Penyakit metabolik
b. Stroke b. Reaksi obat
c. Infeksi c. Idiopatik
d. Malformasi vaskuler d. Faktor genetik
e. Tumor (Neoplasma) e. Kejang fotosensitif
f. Displasia
g. Mesial Temporal Sclerosis

4. Klasifikasi
Klasifikasi International League Against Epilepsy (ILAE) 1981 untuk
kejang epilepsi :20
No Klasifikasi Kejang Epilepsi
1. Kejang Parsial Kejang Parsial  Kejang parsial sederhana dengan gejala
Sederhana motorik
 Kejang parsial sederhana dengan gejala
somatosensorik atau sensorik khusus
 Kejang parsial sederhana dengan gejala
psikis
Kejang Parsial  Kejang parsial kompleks dengan onset
Kompleks parsial sederhana diikuti gangguan
kesadaran
 Kejang parsial kompleks dengan
gangguan kesadaran saat onset
Kejang parsial  Kejang parsial sederhana menjadi
yang menjadi kejang umum • Kejang parsial kompleks
kejang menjadi kejang umum • Kejang parsial
generalisata sederhana menjadi kejang parsial
sekunder kompleks dan kemudian menjadi kejang
umum
2. Kejang Umum  Kejang absans
 Absans atipikal
 Kejang mioklonik
 Kejang klonik
 Kejang tonik-klonik
 Kejang atonik
Klasifikasi International League Against Epilepsy (ILAE) 1989 untuk
sindroma epilepsi :21
No. Klasifikasi Sindroma Epilepsi
1. Berkaitan dengan Idiopatik  Epilepsi anak benigna dengan
letak Fokus gelombang paku di
sentrotemporal (Rolandik
benigna)
 Epilepsi anak dengan
paroksimal oksipital
Simptomatik  Lobus temporalis
 Lobus frontalis
 Lobus parietalis
 Lobus oksipitalis
 Kronik progresif parsialis
kontinu
Kriptogenik
2. Epilepsi Umum Idiopatik  Kejang neonates familial
benigna
 Kejang neonates benigna
 Epilepsi mioklonik benigna
pada bayi
 Epilepsi absans pada anak
(pyknolepsy)
 Epilepsi absans pada remaja
 Epilepsi mioklonik pada
remaja
 Epilepsi dengan serangan
tonik-klonik saat terjaga
Kriptogenik atau  Sindroma West (spasme bayi)
simtomatik  Sindroma Lennox-Gastaut
 Epilepsi dengan kejang
mioklonik-astatik
 Epilepsi dengan mioklonik
absans
Simptomatik Etiologi non spesifik
 Ensefalopati mioklonik
neonatal
 Epilepsi ensefalopati pada
bayi
 Gejala epilepsi umum lain
yang tidak dapat
didefinisikan
Sindrom spesifik
 Malformasi serebral
 Gangguan metabolisme
No. Klasifikasi Sindroma Epilepsi
3. Epilepsi dan Serangan fokal  Kejang neonatal
sindrom yang dan umum Tanpa  Epilepsi mioklonik berat pada
tidak dapat gambaran tegas bayi
ditentukan fokal fokal atau umum  Epilepsi dengan gelombang
atau generalisata paku kontinu selama
gelombang rendah tidur
(Sindroma Taissinare)
 Sindroma Landau-Kleffner
4. Sindrom Khusus Kejang Demam
Status Epileptikus
Kejang berkaitan
dengan gejala
metabolik atau
toksik akut

5. Faktor Resiko
Gangguan stabilitas neuron – neuron otak yang dapat terjadi saat epilepsi,
dapat terjadi saat :22
Prenatal Natal Postnatal
a. Umur ibu saat hamil a. Asfiksia a. Kejang demam
terlalu muda (35 tahun) b. Bayi dengan berat b. Trauma kepala
b. Kehamilan dengan badan lahir rendah c. Infeksi SSPP
eklamsia dan (<200gram) d. Gangguan metabolik
hipertensi c. Kelahiran prematur
c. Kehamilan primipara atau postmatur
atau multipara d. Partus lama
d. Pemakaian bahan e. Persalinan dengan alat
toksik

6. Tanda dan Gejala


Gejala dan tanda dari epilepsi dibagi berdasarkan klasifikasi dari epilepsi,
yaitu :2,23
a. Kejang parsial
Lesi yang terdapat pada kejang parsial berasal dari sebagian kecil dari
otak atau satu hemisfer serebrum. Kejang terjadi pada satu sisi atau satu bagian
tubuh dan kesadaran penderita umumnya masih baik.
i. Kejang parsial sederhana
Gejala yang timbul berupa kejang motorik fokal, femnomena
halusinatorik, psikoilusi, atau emosional kompleks. Pada kejang parsial
sederhana, kesadaran penderita masih baik.
ii. Kejang Parsial Kompleks
Gejala bervariasi dan hampir sama dengan kejang parsial sederhana,
tetapi yang paling khas terjadi adalah penurunan kesadaran dan otomatisme.
b. Kejang Umum
Lesi yang terdapat pada kejang umum berasal dari sebagian besar dari
otak atau kedua hemisfer serebrum. Kejang terjadi pada seluruh bagian tubuh
dan kesadaran penderita umumnya menurun.
I. Kejang Absans
Hilangnya kesadaran sessat (beberapa detik) dan mendadak disertai
amnesia. Serangan tersebut tanpa disertai peringatan seperti aura atau
halusinasi, sehingga sering tidak terdeteksi.
II. Kejang Atonik
Hilangnya tonus mendadak dan biasanya total pada otot anggota badan,
leher, dan badan. Durasi kejang bisa sangat singkat atau lebih lama.
III. Kejang Mioklonik
Ditandai dengan kontraksi otot bilateral simetris yang cepat dan
singkat. Kejang yang terjadi dapat tunggal atau berulang.
IV. Kejang Tonik-Klonik
Sering disebut dengan kejang grand mal. Kesadaran hilang dengan
cepat dan total disertai kontraksi menetap dan masif di seluruh otot. Mata
mengalami deviasi ke atas. Fase tonik berlangsung 10 - 20 detik dan diikuti
oleh fase klonik yang berlangsung sekitar 30 detik. Selama fase tonik,
tampak jelas fenomena otonom yang terjadi seperti dilatasi pupil,
pengeluaran air liur, dan peningkatan denyut jantung.
V. Kejang Klonik
Gejala yang terjadi hampir sama dengan kejang mioklonik, tetapi
kejang yang terjadi berlangsung lebih lama, biasanya sampai 2 menit.

VI. Kejang Tonik


Ditandai dengan kaku dan tegang pada otot. Penderita sering
mengalami jatuh akibat hilangnya keseimbangan.
7. Diagnosis
Diagnosis epilepsi didasarkan atas anamnesis dan pemeriksaan klinis
dengan hasil pemeriksaan EEG atau radiologis. Namun demikian, bila secara
kebetulan melihat serangan yang sedang berlangsung maka epilepsi (klinis) sudah
dapat ditegakkan.24
a. Anamnesis
Anamnesis merupakan langkah terpening dalam melakukan diagnosis
epilepsi. Dalam melakukan anamnesis, harus dilakukan secara cermat, rinci,
dan menyeluruh karena pemeriksa hampir tidak pernah menyaksikan serangan
yang dialami penderita. Anamnesis dapat memunculkan informasi tentang
trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, ensefalitis, malformasi vaskuler,
meningitis, gangguan metabolik dan obat-obatan tertentu. Penjelasan dari
pasien mengenai segala sesuatu yang terjadi sebelum, selama, dan sesudah
serangan (meliputi gejala dan lamanya serangan) merupakan informasi yang
sangat penting dan merupakan kunci diagnosis.24
 Pola / bentuk serangan
 Lama serangan
 Gejala sebelum, selama, dan sesudah serangan
 Frekuensi serangan
 Faktor pencetus
 Ada / tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang
 Usia saat terjadinya serangan pertama
 Riwayat kehamilan, persalinan, dan perkembangan
 Riwayat penyakit, penyebab, dan terapi sebelumnya
 Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga
b. Pemeriksaan Fisik Umum dan Neurologis
Pada pemeriksaan fisik umum dan neurologis, dapat dilihat adanya
tanda-tanda dari gangguan yang berhubungan dengan epilepsi seperti trauma
kepala, gangguan kongenital, gangguan neurologik fokal atau difus, infeksi
telinga atau sinus. Sebab-sebab terjadinya serangan epilepsi harus dapat ditepis
melalui pemeriksaan fisik dengan menggunakan umur dan riwayat penyakit
sebagai pegangan. Untuk penderita anak-anak, pemeriksa harus
memperhatikan adanya keterlambatan perkembangan, organomegali,
perbedaan ukuran antara anggota tubuh dapat menunjukan awal ganguan
pertumbuhan otak unilateral.25
c. Pemeriksaan Penunjang
 Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan EEG merupakan pemeriksaan penunjang yang paling
sering dilakukan dan harus dilakukan pada semua pasien epilepsi untuk
menegakkan diagnosis epilepsi. Terdapat dua bentuk kelaianan pada EEG,
kelainan fokal pada EEG menunjukkan kemungkinan adanya lesi struktural
di otak. Sedangkan adanya kelainan umum pada EEG menunjukkan
kemungkinan adanya kelainan genetik atau metabolik.
Rekaman EEG dikatakan abnormal bila :
 Asimetris irama dan voltase gelombang pada daerah yang sama di kedua
hemisfer otak
 Irama gelombang tidak teratur, irama gelombang lebih lambat dibanding
seharusnya
 Adanya gelombang yang biasanya tidak terdapat pada anak normal,
misalnya gelombang tajam, paku (spike), paku-ombak, paku majemuk,
dan gelombang lambat yang timbul secara paroksimal
Pemeriksaan EEG bertujuan untuk membantu menentukan prognosis
dan penentuan perlu atau tidaknya pengobatan dengan obat anti epilepsi
(OAE).26
 Neuroimaging
Neuroimaging atau yang lebih kita kenal sebagai pemeriksaan
radiologis bertujuan untuk melihat struktur otak dengan melengkapi data
EEG. Dua pemeriksaan yang sering digunakan Computer Tomography Scan
(CT Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Bila dibandingkan
dengan CT Scan maka MRI lebih sensitif dan secara anatomik akan tampak
lebih rinci. MRI bermanfaat untuk membandingkan hippocampus kiri dan
kanan.24,27
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dalam epilepsi, secara umum ada 2 hal yaitu :
a. Tatalaksana Fase Akut (Saat Kejang)
Tujuan pengelolaan pada fase akut adalah mempertahankan oksigenasi
otak yang adekuat, mengakhiri kejang sesegera mungkin, mencegah kejang
berulang, dan mencari faktor penyebab. Serangan kejang umumnya
berlangsung singkat dan berhenti sendiri. Pengelolaan pertama untuk serangan
kejang dapat diberikan diazepam per rektal dengan dosis 5 mg bila berat badan
anak < 10 kg atau 10 mg bila berat badan anak > 10 kg. Jika kejang masih
belum berhenti, dapat diulang setelah selang waktu 5 menit dengan dosis dan
obat yang sama. Jika setelah dua kali pemberian diazepam per rektal masih
belum berhenti, maka penderita dianjurkan untuk dibawa ke rumah sakit.28
b. Pengobatan Epilepsi
Tujuan utama pengobatan epilepsi adalah membuat penderita epilepsi
terbebas dari serangan epilepsinya. Serangan kejang yang berlangsung
mengakibatkan kerusakan sampai kematian sejumlah sel-sel otak. Apabila
kejang terjadi terus-menerus maka kerusakan sel-sel otak akan semakin meluas
dan mengakibatkan menurunnya kemampuan intelegensi penderita. Karena itu,
upaya terbaik untuk mengatasi kejang harus dilakukan terapi sedini dan
seagresif mungkin. Pengobatan epilepsi dikatakan berhasil dan penderita
dinyatakan sembuh apabila serangan epilepsi dapat dicegah atau dikontrol
dengan obatobatan sampai pasien tersebut 2 tahun bebas kejang.
Secara umum ada tiga terapi epilepsi, yaitu :29,30
1) Terapi Medikamentosa
Merupakan terapi lini pertama yang dipilih dalam menangani penderita
epilepsi yang baru terdiagnosa. Jenis obat anti epilepsi (OAE) baku yang
biasa diberikan di Indonesia adalah obat golongan fenitoin, karbamazepin,
fenobarbital, dan asam valproat. Obat-obat tersebut harus diminum secara
teratur agar dapat mencegah serangan epilepsi secara efektif. Walaupun
serangan epilepsi sudah teratasi, penggunaan OAE harus tetap diteruskan
kecuali ditemukan tanda-tanda efek samping yang berat maupun tanda-
tanda keracunan obat. Prinsip pemberian obat dimulai dengan obat tunggal
dan menggunakan dosis terendah yang dapat mengatasi kejang.29
2) Terapi Bedah
Merupakan tindakan operasi yang dilakukan dengan memotong bagian
yang menjadi fokus infeksi yaitu jaringan otak yang menjadi sumber
serangan. Diindikasikan terutama untuk penderita epilepsi yang kebal
terhadap pengobatan.
3) Terapi Nutrisi
Pemberian terapi nutrisi dapat diberikan pada anak dengan kejang berat
yang kurang dapat dikendalikan dengan obat antikonvulsan dan dinilai
dapat mengurangi toksisitas dari obat. Terapi nutrisi berupa diet ketogenik
dianjurkan pada anak penderita epilepsi. Walaupun mekanisme kerja diet
ketogenik dalam menghambat kejang masih belum diketahui secara pasti,
tetapi ketosis yang stabil dan menetap dapat mengendalikan dan
mengontrol terjadinya kejang. Hasil terbaik dijumpai pada anak
prasekolah karena anak-anak mendapat pengawasan yang lebih ketat dari
orang tua di mana efektivitas diet berkaitan dengan derajat kepatuhan.
Kebutuhan makanan yang diberikan adalah makanan tinggi lemak.
Rasio kebutuhan berat lemak terhadap kombinasi karbohidrat dan protein
adalah 4:1. Kebutuhan kalori harian diperkirakan sebesar 75 – 80 kkal/kg.
Untuk pengendalian kejang yang optimal tetap diperlukan kombinasi diet
dan obat antiepilepsi.31
9. Pertolongan Pertama
Tahap – tahap dalam pertolongan pertama saat kejang, antara lain :32
a. Jauhkan penderita dari benda - benda berbahaya (gunting, pulpen, kompor api,
dan lain – lain)
b. Jangan pernah meninggalkan penderita
c. Berikan alas lembut di bawah kepala agar hentakan saat kejang tidak
menimbulkan cedera kepala dan kendorkan pakaian ketat atau kerah baju di
lehernya agar pernapasan penderita lancar (jika ada)
d. Miringkan tubuh penderita ke salah satu sisi supaya cairan dari mulut dapat
mengalir keluar dengan lancar dan menjaga aliran udara atau pernapasan
e. Pada saat penderita mengalami kejang, jangan menahan gerakan penderita.
Biarkan gerakan penderita sampai kejang selesai
f. Jangan masukkan benda apapun ke dalam mulut penderita, seperti memberi
minum, penahan lidah
g. Setelah kejang selesai, tetaplah menemani penderita dan jangan meninggalkan
penderita sebelum kesadarannya pulih total, kemudian biarkan penderita
beristirahat atau tidur.
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Epilepsy : Fact Sheet. 2012. [cited 2013 November 4].
Available from : URL http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs99/en.
2. Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph CD. Gangguan kejang pada bayi dan anak. In :
Rudolph AM, Hoffman JIE, editors. Buku Ajar Pediatri Rudolph Volume 3.
Jakarta : EGC; 2007.p.2134-40.
3. Kurtzke JF, Kurland LT. The epidemiology of neurologic disease. In Joynt, ed:
Clinical Neurology Volume 4. Philadelphia: Lippincott 1993: 80-8.
4. Senanayake N, Roman G. Epidemiology of epilepsy in the tropics. J Tropical &
Geographical Neurol 1992; 2: 10-9.
5. Aziz H, Ali SM, Frances P, Khan MI, Hasan KZ. Epilepsy in Pakistan: a population-
based epidemiologic study. Epilepsia 1994; 35: 950-8
6. Senanayake N. Epilepsy control in a developing country – the challenge for
tomorrow. Ceylon Med J 1987; 32: 181-99
7. Lee WL, Low PS, Murugasu B, Rajan Uma. Epidemiology of epilepsy among
Singapore children. Neurol J Southeast Asia 1997; 2: 31-5.
8. WHO. Epilepsy: Aetiology, Epidemiology and Prognosis. Facsheet No 165, Revised
February; 2011 [cited 2018 June 2]. Available from : URL http://www.who.int
9. Cheryl P Shore, Susan M Perkins, Joan K Austin. The Seizures and Epilepsy Program
for families of children with epilepsy: A preliminary study. Epilepsy & Behaviour
12 (2008) : 157-4.
10. Montanaro M, Battistella PA, Boniver C, dan Galeone D. Quality of life in young
Italian Patients with epilepsy. Neurological sciences 2004 ; 25(5): 264- 73.
11. M Pfaffilin, F Petermann, J Rau, TW May. The psychoeducational program for
children with epilepsy and their parents (FAMOSES) : Result of a controlled
pilot study and a survey of parent satisfaction over a five-year period. Epilepsy
& Behaviour 25 (2012): 11-16.
12. World Health Organization. Epilepsy : Historical Overview. 2000. [cited 2018 June
2]. Available form : URL http://www.who.int/infis/en/fact168.html
13. Robert S, Walter E, Warren B, et al. Epileptic Seizures and Epilepsy: Definition
Proposed by the International League Against Epilepsy (ILAE) and the
International Bureau for Epilepsy (IBE). Epilepsia 2005; 46(4):470-2.
14. Guidelines for epidemiologic studies on epilepsy. Commission on Epidemiology
and Prognosis, International League Against Epilepsy. Epilepsia. 1993;34:592-6.
15. Engel J Jr. A Proposed Diagnostic Scheme for People with Epileptic Seizures and
with Epilepsy: Report of the ILAE Task Force on Classification and Terminology.
Epilepsia 2001; 42(6):796-803.
16. Shorvon S. Epilepsy. In : Shorvon S, editors. Handbook of Epilepsy Treatment.
Blackwell science Ltd. 2000 :1-4
17. McAbee GN, Wark JE. A practical approach to uncomplicated seizures in children.
Am Fam Physician 2000;62(5):1109-16.
18. Annegers JF, Rocca WA, Hauser WA. Cause of epilepsy: contributions of the
Rochester epidemiology project. Mayo Clin Proc. 1996;71(6):570-575.
19. Robert F, Maslah S. Etiologies of Seizures. In: Overview of Epilepsy. 3rd ed.
Stanford Neurology. 2010: 8-10.
20. Commission on Classification and Terminology of the International League
Against Epilepsy. Proposal for revised clinical and electroencephalographic
classification of epileptic seizures. Epilepsia. 1981; 22(4):489-501.
21. Commission on Classification and Terminology of the International League
Against Epilepsy. Proposal for revised classification of epilepsies and epileptic
syndromes. Epilepsia. 1989; 30(4):389-399.
22. Wiknjosastro. Kehamilan dan Janin dengan Risiko Tinggi dalam Ilmu Kebidanan.
Edisi ketiga, Cetakan keempat. Yayasan Bina Pustaka Jakarta. 1997 : 33-9.
23. Epilepsy – Symptoms. 2012. [cited 2018 June 2]. Available from : URL
http://www.nhs.uk/Conditions/Epilepsy/Pages/Symptoms.aspx
24. Chadwick D. Diagnosis of Epilepsy. Lancet. 1990; 336:291-295.
25. Wyler AR. Modern management of epilepsy. Postgrad Med. 1993. 94(3):97- 108
26. Moshe SL, Pedley TA. Overview : Diagnostic evaluation. In: Engel J, Pedley TA,
editors. Epilepsy : A comprehensive Textbook 2nd Ed. Vol One. Philadelphia :
Lippincott Wiliams & Wilkins ; 2008 : 785 – 89.
27. Ruben I. Neuroimaginf of Epilepsy: Therapeutic Implications. NeuroRx. 2005 April;
2(2):384-93.
28. Dadiyanto DW, Muryawan MH, Soetadji A. Penatalaksanaan Kejang. In :
Sareharto TP, Bahtera T, Putranti AH, editors. Buku Ajar llmu Kesehatan Anak.
Semarang: Balai Penerbit UNDIP; 2011.p.138-39.
29. Abdul W. Difficulties in Treatment and Management of Epilepsy and Challenges in
New Drug Develpoment. Pharmaceuticals 2010, 3, 2090-110.
30. Heinz GW. Epilepsy Surgery: Current Role and Future Developments.
Epileptologie 2006; 23: 140-51.
31. Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph CD. Pertimbangan Terapi. In : Rudoplh AM,
Hoffman JIE, editors. Buku Ajar Pediatri Rudolph Volume 3. Jakarta : EGC;
2007.p.2145-48.
32. Yayasan Epilepsi Indonesia. YEI : Pertolongan Pertama. 2014 [cited 2018 June 2].
Available from: URL http://www.ina-epsy.org/p/pertolonganpertama.html.
33. Notoadmojo S. Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. Dalam : Notoadmojo S,
editor. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2003.p. 114-
34.
34. Wawan A, Dewi M. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.p.11-18.
35. Johannes H. Tingkat Pengetahuan, Perilaku, dan Kepatuhan Berobat Orang tua
dari Pasien Epilepsi Anak di Medan. Sari Pediatri [Internet]. 2010 Agustus [cited
2013 December 3]. Available from: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/12-2-
8.pdf.
36. Bensley, Robert J, et al. Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat Edisi 2.
Jakarta: EGC; 2003.p.55.
37. Konsil Kedokteran Indonesia. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. Jakarta: Konsil
Kedokteran Indonesia; 2006.p.7-8.
38. Departemen Kehakiman RI. Bahan pokok penyuluhan hukum undang-undang
kesehatan dan undang-undang psikotropika 1997/1998. Jakarta; 1997.
39. Notoatmojo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta;
2012.p.51-66.
40. Gulo W. Metodologi Penelitian. Jakarta:Grasindo; 2000.p.122-23.
41. Carr Eloise C.J., Allison Worth. The use of telephone interview for research. 2001
January Available from: http://jrn.sagepub.com/content/6/1/5/11
42. Telephone Interviews Mackman Research, 2013. Available from:
http://mackmanresearch.co.uk/researchmethods/telephone-interviews/
LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN PENYULUHAN
MAHASISWAPROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Kriteria Stuktur √ Kriteria Proses √ Kritera Hasil √
a. Kontrak waktu dan Pembukaan: a. Peserta yang
tempat diberikan a. Mengucapkan salam dan hadir  10 orang
satu hari sebelum memperkenalkan diri b. Acara dimulai
acara dilakukan b. Menyampaikan tujuan dan tepat waktu
b. Pengumpulan SAP maksud penyuluhan c. Peserta mengikuti
dilakukan satu hari c. Menjelaskan kontrak waktu dan acara sesuai
sebelum mekanisme dengan aturan
pelaksanaan d. Menyebutkan materi penyuluhan yang disepakati
penyuluhan d. Peserta
c. Peserta hadir pada Pelaksanaan: memahami
tempat yang telah a. Menggali pengetahuan dan materi yang telah
ditentukan Pengalaman sasaran penyuluhan disampaikan dan
d. Penyelenggaraan tentang operasi menjawab
penyuluhan b. Menjelaskan materi penyuluhan pertanyaan
dilakukan oleh berupa penatalaksanaan EPILEPSI dengan benar
mahasiswa  Pengertian EPILEPSI
bekerjasama dengan  Etiologi EPILEPSI
perawat ruangan  Tanda dan gejala EPILEPSI
Ruang Bona IDr.  Kemoterapi, efek samping dan
Soetomo Surabaya penanganannya
e. Pengorganisasian c. Memberikan kesempatan kepada
penyelenggaraan sasaran penyuluhan untuk
penyuluhan mengajukan pertanyaan mengenai
dilakukan sebelum materi yang disampaikan
dan saat penyuluhan d. Menjawab pertanyaan yang
dilaksanakan diajukan oleh peserta penyuluhan
f. Pengorganisasian e. Peserta antusias dalam mengikuti
penyelenggaraan penyuluhan
penyuluhan f. Peserta mendengarkan dan
dilakukan sebelum memperhatikan penyuluhan
dan saat penyuluhan dengan seksama
dilaksanakan
Catatan Evaluasi :

Surabaya, 6 Juni 2018


Observer

(Liana Oktavina Rompis)


LEMBAR NOTULEN

Kegiatan : Penyuluhan
Topik :Penatalaksanaan EPILEPSI
Hari : Rabu
Tanggal : 6 Juni 2018
Tempat : Poli Anak RSUD Dr. Soetomo
Waktu : 60 menit

1. PKRS mulai pukul : ........


2. Jumlah peserta yang hadir : .......
3. Jumlah peserta yang bertanya : ..............

Kegiatan Diskusi
1. Nama Penanya
....................................................................................................................................
Pertanyaan
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
Jawaban
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
2. Nama Penanya
...................................................................................................................................
Pertanyaan
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
Jawaban
...................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
3. Nama Penanya
...................................................................................................................................
Pertanyaan
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
Jawaban
..................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................

4. Proses selama PKRS :


..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
5. Kendala sebelum pelaksanaan PKRS :
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
6. Kendala saat PKRS :
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
7. Respon peserta saat PKRS berlangsung :
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
8. PKRS berakhir pukul : ..........
Surabaya, 6 Juni 2018
Notulen
(………………………….)
DAFTAR HADIR PESERTA PKRS

Ruang : Poli Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya


Hari : Rabu
Tanggal : 6 Juni 2018
Jam : 07.00 – 08.00 WIB
Topik : Penatalaksanaan EPILEPSI

No Nama Alamat Tanda Tangan


1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
DAFTAR HADIR PELAKSANA PKRS

No Nama Jabatan Tanda Tangan


1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
DAFTAR HADIR PEMBIMBING

No Nama Pembimbing Klinik / Akademik Tanda Tangan


1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
LEMBAR TIME KEEPER
Ruang : Poli Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Hari : Rabu
Tanggal : 6 Juni 2018
Jam : 07.00 – 08.00 WIB
Topik : Penatalaksanaan EPILEPSI
Jam Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Keterangan
Mulai Selesai
1. Penyampaian salam 1. Membalas salam ( )
( ) 2. Mendengarkan ( )
2. Perkenalan ( ) 3. Mendengarkan ( )
10.00 10.05 3. Penjelasan topik ( ) 4. Mendengarkan ( )
4. Penjelasan tujuan ( ) 5. Mendengarkan dan
5. Kontrak waktu ( ) menyetujui ( )

Penyajian materi ( ) Memperhatikan dan


10.05 10.40
mendengarkan ( )
1. Diskusi ( ) 1. Bertanya dan
2. Evaluasi pengetahuan mengungkapkan
mengenai materi yang pendapat ( )
disampaikan ( ) 2. Menjawab pertanyaan
10.33 10.50
3. Umpan balik ( ) ( )
3. Memperhatikan dan
mendengarkan ( )

1. Menyimpulkan hasil 1. Memperhatikan dan


penyuluhan ( ) mendengarkan ( )
2. Mengucapkan terima 2. Memperhatikan dan
10.43 11.00
kasih ( ) mendengarkan ( )
3. Mengakhiri dengan 3. Menjawab salam ( )
salam ( )

Surabaya, 6 Juni 2018


Time Keeper

(…………………………….)

Anda mungkin juga menyukai