“Sistem Auditori”
Dosen Pengampu
Disusun Oleh
Psikologi Paralel 3
2019
1
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................... 3
A. Pengertian Sistem Auditori .................................................................................................................. 4
B. Organ Tubuh Sistem Auditori .............................................................................................................. 4
C. Stimulus Pendengaran .......................................................................................................................... 5
1. Perception of Pitch .......................................................................................................................... 5
2. Perception of Timbre ...................................................................................................................... 6
3. Perception of Spatial Location ..................................................................................................... 6
4. Perception of Environmental Sounds ........................................................................................ 6
D. Anatomi Telinga ...................................................................................................................................... 7
Anatomi Telinga Luar .............................................................................................................................. 10
Anatomi Telinga Tengah ......................................................................................................................... 13
Anatomi Telinga Dalam ........................................................................................................................... 14
1. Koklea ................................................................................................................................................ 15
2. Organon Corti ..................................................................................................................................... 16
Saraf Koklearis ............................................................................................................................................ 17
E. Fisiologi Pendengaran......................................................................................................................... 18
F. Mekanisme Proses Pendengaran ..................................................................................................... 18
G. Kerusakan Pada Sistem Auditori ...................................................................................................... 20
H. Studi Kasus ............................................................................................................................................ 20
I. DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................... 22
2
PENDAHULUAN
Biopsikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang biologi perilaku yang membahas
mekanisme biologis manusia pada studi tentang psikologi. Biopsikologi merupakan bagian dari
disiplin ilmu neurosains (ilmu yang mempelajari tentang saraf).
Studi tentang biologi perilaku sudah ada sejak lama, tetapi studi tentang biopsikologi baru
berkembangsetelah penerbitan The Organization of Behavior pada tahun 1949 oleh D.O Hebb.
Hebb mengembangkan teori pertamanya tentangbagaimana fenomena kompleks, seperti
persepsi, emosi, pikiran dan ingatan diproduksi oleh aktivitas otak. Teori tersebut menjadi salah
satu dasar yang penting dalam menguraikan dan mengkonkretkan pembahasan tentang perilaku
manusia yang kasat mata dan kompleks.
Biopsikologi berkembang sangat pesat sejak beberapa dekade lalu dinyatakan sebagi ilmi
yang telah dikuasai oleh ahli psikologi dan psikiatri. Di Eropa antara tahun 1985-2004.
Biopsikologi merupakan salah satu ilmu neurosains yang sifatnya integratif antara satu
ilmu neurosains dengan ilmu neurisains lainnya yang saling berkaitan salam membahas perilaku
yang berkaitan dengan fungsi biologis manusia, salah satunya adalah Sistem Auditori atau Sistem
Pendengaran
Telinga manusia merupakan organ pendengaran yang menangkap dan merubah bunyi
berupa energi mekanis menjadi energi elektris secara efisien dan diteruskan ke otak untuk
disadari serta dimengerti, sebagai sistem organ pendengaran, telinga dibagi menjadi sistem organ
pendengaran perifer dan sentral.1Gangguan pendengaran mengakibatkan seseorang kesulitan
mendengar pembicaraan sehingga terjadi gangguan komunikasi yang dapat berdampak negatif
terhadap pekerjaan, pendidikan dan hubungan sosial , hal tersebut dapat menimbulkan depresi.
Gangguan pendengaran pada anak yang didapatkan sejak lahir akan menjadi penderita tuli dan
bisu.1 Tujuan penulisan tinjauan pustaka ini adalah untuk menjelaskan tentang anatomi dan
fisiologi telinga agar mampu untuk memahami gangguan pendengaran.
3
A. Pengertian Sistem Auditori
Sistem Auditori jika dijabarkan dari pengertian Sistem dan Auditori, Sistem yang artinya
satu set konsep yang berperan sebagai kerangka dasar untuk mengatur fakta suatu ilmu
pengetahuan. Auditori yang berasal dari kata oditor yang berarti bersifat pendengaran.
Sistem Auditori adalah sel-sel sensorik di telinga dan koneksi pustaya di otak yang terlibat
dalam indera pendengaran. Fungsinya adalah mempersepsi bunyi atau lebih tepatnya
persepsi tentang objek-objek dan kejadian-kejadian melalui bunyi yang mereka timbulkan.
Referensi: https://tafsirweb.com/9592-surat-al-ahqaf-ayat-26.html
Artinya:
Dan sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal yang Kami
belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu dan Kami telah memberikan
kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan
hati mereka itu tidak berguna sedikit juapun bagi mereka, karena mereka selalu
mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu
mereka memperolok-olokkannya.
C. Stimulus Pendengaran
Manusia bisa mendengar karena adanya suara atau bunyi yang diterima oleh indra
auditori, yaitu telinga. Suara sebagai stimulus berasal dari benda-benda yang bergetar
baik dala zat adat, cair, ataupun gas. Getaran benda akan menggetarkan partikel – partikel
di udara sekitarnya. Lalu getaran yang yang berlangsung terus menerus akan
menimbulkan gelombang suara yang akhirmya akan sampai di telinga kita. Suara atau
bunyi adalah vibrasi molekul – molekul udara yang menstimulasi sistem auditori. Fungsi
sistem auditori adalah untuk mempresepsi bunyi. Manusia hanya bisa mendengar bunyi
dengan vibrasi molecular antara 20 – 20.000 hertz (Putaran Perdetik).
Amplitudo, frekuensi, dan kompleksitas vibrasi molekul di atas berkaitan erat
dengan persepsi manusia tentang loudness (keras – lembut), pitch (tinggi – rendah), dan
timbre (warna nada, simple – kompleks). Presepsi manusia terhadap bunyi yang keras
dan lembut bergantung pada amplitudonya, persepsi terhadap bunyi yang tinggi dan
rendah bergantung pada frekuensinya, dan persepsi terhadap kualitas bunyi (timbre)
(simple – complex) berkaitan dengan kompleksitas vibrasi.
Gelombang suara yang kompleks dapat di perinci secara matematis menjadi
serangkaian gelombang murni dengan berbagai frekuensi dan amplitudo. Komponen –
komponen gelombang murni tersebut akan menghasilkan bunyi asli bila disatukan. Hal ini
dinamakan Fourier Analysis.
Beberapa bentuk persepsi dalam sistem auditori :
1. Perception of Pitch
Persepsi tinggi rendahnya frekuensi gelombang suara, melalui dua persepdi berikut ini
:
∙ Place Coding : Suara dengan frekuensi tinggi dikode oleh neuron yang aktif
(Otak).
∙ Rate Coding : Suara dengan frekuensi rendah < 200 Hz dikode oleh neuron
yang melepaskan sinaps sesuai dengan pergerakan apical dan
basiliar membran.
5
2. Perception of Timbre
Manusia dapat membedakan berbagai campuran (mix) warna suara yang kompleks.
Contohya dapat membedakan bunyi yang dihasilkan dari piano atau terompet atau
gitar karena tiga instrument music tersebut menghasilakn bunyi dengan warna suara
yang berbeda. Contoh lainnya: Mendengarkan orkestra.
Kecepatan hantaran suara pada orang muda sebelum penuaan terjadi pada telinga
adalah biasa dinyatakan antara 20 – 20.000 siklus per detik. Namun, batas suara ini
bergantung pada intensitasnya. Bila intensitasnya hanya 60 desibel, batas suara
adalah 500 – 15.000 siklus per detik. Bila intensitasnya 20 desible, batas frekuensinya
adalah 70 – 150.000 siklus per detik, hanya dengan suara kuat, batas lengkap 20 –
20.000 per detik dapat dicapai.
6
Kebisisngan suara diukur dalam satuan desibel, semakin keras suara, semakin
tinggi desibrlnya. Telinga kita akan terasa sakit jika mendengar suara lebih dari 130 db.
Beberapa tingkat kebisingan yang sering didengar manusia (berbisik : 30 desibel,
suasana rumah : 50 desibel, percakapan biasa 66 desibel, lalu lintas ramai : 75
desibel, bunyi klakson mobil : 120 desibel, suara tembakan : 140 desibel, pesawat jet
yang lepas landas : 140 desibel).
Batas pendengaran seseorang dapat diketahui dengan menggunakan seruling
GALTON. Pada orang tua, frekuensi tinggi sering tidak terdengar karena adanya
percakapan pada bagian basis atau frekuensi tinggi sehingga tidak dapat bergetar.
Kelainan seperti ini disebut PRESBYACOSIS. Ketajaman pendengaran seseorang
dapat diketahui dengan alat ZPTH, yaitu alat elektromagnetis yang dibawahnya ada
papan logam yang dapat di naik turunkan.
D. Anatomi Telinga
7
Bagian-bagian Telinga (Carlson,2008)
Bagian
Telinga Nama Keterangan (Fungsi, letak)
Sistem organ pendengaran perifer terdiri dari struktur organ pendengaran yang
berada di luar otak dan batang otak yaitu telinga luar, telinga tengah, telinga dalam dan
saraf kokhlearis sedangkan organ pendengaran sentral adalah struktur yang
berada di dalam batang otak dan otak yaitu nukleus koklearis, nukleus olivatorius
superior, lemnikus lateralis, kolikulus inferior dan kortek serebri lobus temporalis area
wernicke (gambar 1). 2
9
Gambar 1. Skema organ pendengaran perifer dan sentral.3
Aurikulum merupakan tulang rawan fibro elastis yang dilapisi kulit, berbentuk
pipih dan permukaannya tidak rata. Melekat pada tulang temporal melalui otot-otot
dan ligamen. Bagiannya terdiri heliks, antiheliks, tragus, antitragus dan konka. Daun
telinga yang tidak mengandung tulang rawan ialah lobulus (gambar 3).6
10
Gambar 3 : Anatomi Aurikulum.7
dan X.8
11
Gambar 4. Gambar kelenjar pada liang telinga.9
MAE dialiri arteri temporalis superfisialis dan arteri aurikularis posterior
sertaarteriaurikularisprofundus.Darahvena mengalir ke vena maksilaris, jugularis
eksterna dan pleksus venosus pterygoid. Aliran limfe menuju ke lnn. aurikularis
anterior, posterior dan inferior. Inervasi oleh cabang aurikularis dari n. vagus dan
melingkar dan radial yang membentuk dan mempengaruhi konsistensi MT. 3 Pars
flasida hanya memiliki dua lapis saja yaitu lapisan skuamosa dan lapisan mukosa.
Sifat arsitektur MT ini dapat menyebarkan energi vibrasi yang ideal (gambar5).8,10
12
Jacobson dan nervus aurikulotemporalis cabang nervusmandibularis.8
Ruang telinga tengah disebut juga kavum tympani (KT) atau tympanic cavity.
Dilapisi oleh membran mukosa,topografinya
dibagianmedialdibatasiolehpromontorium, lateral oleh MT, anterior oleh muaratuba
Eustachius, posterior oleh aditus ad antrum dari mastoid, superior oleh tegmen
timpani fossa kranii, inferior oleh bulbus vena jugularis.9 Batas superior dan
inferiorMT membagi KT menjadi epitimpanium atau atik, mesotimpanum
danhipotimpanum.11
Telinga tengah terdapat tiga tulang pendengaran, susunan dari luar ke dalam
yaitu maleus, incus dan stapes yang saling berikatan dan berhubungan membentuk
artikulasi.. Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus
melekatpada inkus dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak tingkap lonjong
Telinga tengah terdapat dua buahotot yaitu m. tensor timpani dan m. stapedius. M
tensor timpani berorigo di dindingsemikanal tensor timpani dan berinsersio di bagian
atas tulang maleus, inervasi oleh cabang saraf trigeminus. Otot ini menyebabkan
membran timpani tertarik ke arah dalam sehingga menjadi lebih tegang.dan
13
meningkatkan frekuensi resonansi sistem penghantar suara dan melemahkan suara
dengan frekuensi rendah. M. stapedius berorigo di dalam eminensia pyramid dan
berinsersio di ujung posterior kolumna stapes, hal ini menyebabkan stapes kaku,
memperlemah transmini suara dan meningkatkan resonansi tulang-tulang
pendengaran. Kedua otot ini berfungsi mempertahankan , memperkuat rantai osikula
dan meredam bunyi yang terlalu keras sehingga dapat mencegah kerusakan
organkoklea.6
Suplai darah untuk kavum timpani oleh arteri timpani anterior, arteri
stylomastoid,arteripetrosalsuperficial,arteri timpani inferior. Aliran darah vena
bersama dengan aliran arteri dan berjalan ke dalam sinus petrosal superior dan
pleksus pterygoideus.8
Telinga dalam (TD) terletak di dalam tulang temporal bagian petrosa, di dalamnya
dijumpai labirin periotik yang mengelilingi struktur TD yaitu labirin, merupakan suatu
rangkaian berkesinambungan antara tuba dan rongga TD yang dilapisi epitel.6 Labirin
terdiri dari labirin membran berisi endolim yang merupakan satu-satunya cairan
ekstraselular dalam tubuh yang tinggi kalium dan rendah natrium. Labirin membran ini
di kelilingi oleh labirin tulang ,di antara labirin tulang dan membran terisi cairan perilim
dengan komposisi elektrolit tinggi natrium rendah kalium.12 Labirin terdiri dari tiga
bagian yaitu pars superior, pars inferior dan pars intermedia. Pars superior terdiri dari
utrikulus dan saluran semisirkularis, pars inferior terdiri dari sakulus dan koklea
14
Gambar 7. Skema labirin. 13
Fungsi TD ada dua yaitu kokleayang berperan sebagai organ auditus atau indera
pendengaran dan kanalis semisirkularis sebagai alat keseimbangan. Kedua organ
tersebutsalingberhubungansehinggaapabila salah satu organ tersebut mengalami
gangguan maka yang lain akanterganggu.
TD disuplai oleh arteri auditorius interna cabang dari arteri cerebelarisinferior.
Aliran darah vena bersama dengan aliran arteri.
1. Koklea
Struktur duktus koklea dan ruang periotik sangat kompleks membentuk suatu
sistem dengan tiga ruangan yaitu skala vestibuli, skala media dan skala timpani.
Skala vestibuli dan skala tympani berisi cairan perilim sedangkan skala media
berisi endolimf. Skala vestibuli dan skala media dipisahkan oleh membran
reissner, skala media dan skala timpani dipisahkan oleh membran basilar
15
Gambar 8. Skema labirin.
2. Organon Corti
Organon corti (OC) terletak di atas membran basilaris dari basis ke apeks, yang
16
Gambar 9. Organon Corti.14
kecenderunganuntukbergetarpadafrekuensi rendah.15
Saraf Koklearis
Sel-sel rambut di dalam OC diinervasi oleh serabut aferen dan eferendari saraf
koklearis cabang dari nervus VIII, 88% Serabut aferen menuju ke sel rambut
bagiandalamdan12%sisanyamenujukesel rabutluar.2Serabutaferendanefereniniakan
membentuk ganglion spiralis yang selanjutnya menuju ke nuleus koklearis yang
merupakan neuron primer, dari nucleus koklearis neuron sekunder berjalan kontral
lateral menuju lemnikus lateralis dan ke kolikulus posterior dan korpus genikulatum
medialis sebagai neuron tersier, selanjutnya menuju ke pusat pendengaran di lobus
17
E. Fisiologi Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga
dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea,12
Proses mendengar melalui tiga tahapan yaitu tahap pemindahan energi fisik berupa
stimulus bunyi ke organ pendengaran, tahap konversi atau tranduksi yaitu
pengubahan energi fisik stimulasi tersebut ke organ penerima dantahap
penghantaran impuls saraf ke kortek pendengaran.6
18
perubahan tekanan pada oval window berjalan di sepanjang organ corti sebagai
gelombang. Organ Corti terdiri dari dua selaput, yaitu basiliar membrane (selaput
basiler) dan tectorial membrane (selaput tectorial). Reseptor Auditori Hair Cells
menempel diselaput basiler dan selaput tectorial menempel pada sel-sel rambut.
Refleksi terhadap organ corti dititk mana pun di sepanjang rentangannya akan
menghasilkan shearing force pada sel-sel rambut dititik yang sama (Kelley, 2006).
Kekuatan ini menstimulasi sel-sel rambut yang akan memicu daya aksi di akson –
akson saraf auditori, yaitu cabang saraf kranial VII (saraf auditori vestibulator). Lalu
getaran cairan kokhlea akan disebarkan oleh round window (jendela bundar). Prinsip
utama kerja kokhlea adalah frekuensi yang berbeda-beda akan menghasilkan
stimulasi maksimal terhadap sel-sel rambut dititik – titik yang berbeda disepanjang
selaput basiler. Seperti kokhlea, sebagian besar struktur auditori tersusun
berdasarkan tingkat frekuensinya dan hierarki organisasinya tersebut dinamakan
tonotopik (dalam sistem visual disebut retinotopik).
Jalannya impuls dari Telinga ke Kortek Auditori Primer dalam Sistem Auditori
hanya terdapat sebuah jaringan jalur auditori yang kompleks dan tidak ada jalur
utama ke korteks seperti dalam sistem visual yang memiliki jalur utama ke korteks,
yaitu jalur retinal genikulat stariatum.
Jalur pada sistem auditori lebih kompleks dibandingkan dengan sistem visual
yang lurus jalurnya. Karena teralu kompleks, membuat analisis pada sistem auditori
sulit, tetapi ada salah satu sistem subkortikal yang mudah untuk dipahami sehingga
memudahkan analisis, yaitu adanya lokalisasi bunyi dalam ruang. Lokalisasi bunyi
diruangan dimediasi oleh superior olives lateral dan medial, tetapi dengan cara yang
berbeda. Bila bunyi itu berasal dari teinga kanan seseorang, maka pertama-tama
getaran akan masuk melalui gelombang udara ke telinga kanan sehingga terdengar
keras pada telinga kanan. Lalu sebagian neuron dalam medial superior olives akan
merespon perbedaan tipis dalam amplitudo bunyi dari kedua telinga. Medial maupun
lateral superior olives akan berproyeksi ke superior colliculi (tidak terlihat dalam
gambar) maupun ke kollikulus inferior. Dalam lapisan kollikulus superior, medial dan
lateral superior olives ini tersusun berdasarkan peta ruang auditori bukan oranisasi
tonotopik.
19
G. Kerusakan Pada Sistem Auditori
Kerusakan pada sistem auditori, misalnya pada korteks auditori. Kerusakan yang
terjadi pada korteks auditori akan menyebabkan kehilangan pendengaran secara total.
Tuli pada manusia, yaitu ketidakmampuan manusia dalam mendengar. Tuli ini
biasanya diakibatkan keruskan pada telinga bagian dalam (kerusakan pada kokhlea,
tuli saraf) ataupun telinga tengah (kerusakan pada ossicles, tuli konduktif), bukan pada
struktur otaknya. Penyebab tuli saraf adalah karena hilangnya reseptor – reseptor sel
rambut.
Penyebab orang lanjut usia sering kesulitan membedakan bunyi seperti “S, F, dan
T” yaitu karena mereka mengalami deficit dalam mempersepsi frekuensi, sehingga
sering kali mereka dapat mendengar, tapi mengalami kesulitan dalam memahami apa
yang dikatan.
Telinga kita tidak hanya berfungsi sebagai indra pendengaran, tetapi juga
berperan dalam mempertahankan keseimbangan (Sistem Vestibulator), makasaat kita
berputar – putar, cairan kokhlea di dalam kokhlea juga berputar-putar dan mengirimkan
sinyal ke otak. Lalu jika berhenti tiba-tiba, maka akan merasa paling dan terjatuh
karena cairan kokhlea masih belum berhenti berputar walaupun tubuh telah diam.
H. Studi Kasus
GORONTALO, KOMPAS.com – Mahasiswa korban kekerasan oleh seniornya di
Jurusan Pendidikan Seni Drama, Tari, dan Musik (Sendratasik) Fakultas Sastra dan
Budaya Universitas Negeri Gorontalo masih mengalami trauma. Dalam temuannya,
Tim Pencari Fakta (TPF) yang berasal dari pimpinan fakultas, jurusan, dan dosen
menemukan gangguan fisik dan kejiwaan yang dialami mahasiswa angkatan 2016 dan
2017 ini. TPF ini diketuai Dr Muslimin (Wakil Dekan Kemahasiswaan) dengan anggota
Ipong Niaga MSn (Ketua Jurusan), Dr Suleman Bouti (Dosen Pendidikan Bahasa
Inggris), La Ode Karlan MSn (dosen Sendratasik), dan Rahmawati Ohi MSn (dosen
Sendratasik). Laporan TPF menyebut adanya radang persendian rahang yang dialami
seorang mahasiswa perempuan hingga saat ini. Mereka juga mengalami gangguan
pendengaran, memar di pipi, serta trauma yang mendalam dan ketakutan terjadinya
kekerasan terulang lagi. Baca juga: Tim Pencari Fakta Temukan Bukti Kekerasan
Mahasiswa UNG dan Rekaman Audio “Harapan kami, semua yang melakukan
pelanggaran akan diberi sanksi, seperti skorsing, pencabutan beasiswa Bidikmisi, dan
lainnya. Dan yang akan menetapkan sanksi adalah rektor. Jadi kami masih menunggu
20
proses di tingkat universitas,” kata Muslimin, Ketua TPF yang juga Wakil Dekan
Kemahasiswaan Fakultas Sastra dan Budaya,Rabu (23/1/2019). Temuan lain yang
diungkap adalah adanya rekaman audio yang membuktikan adanya kekerasan fisik,
rekaman ini berisi suara cacian, bentakan dan pukulan yang dilontarkan mahasiswa
angkatan 2014 dan 2015 kepada juniornya angkatan 2016 dan 2017.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mahasiswa UNG Korban
Kekerasan Alami Gangguan Pendengaran hingga Trauma",
https://regional.kompas.com/read/2019/01/23/23592131/mahasiswa-ung-korban-
kekerasan-alami-gangguan-pendengaran-hingga-trauma.
Penulis : Kontributor Gorontalo, Rosyid A Azhar
Editor : Khair
21
DAFTAR PUSTAKA
Hapsari, I.I., Puspitawati, I., & Suryaratri, R.D. 2017. Psikologi Faal. Bandung: Remaja Rosdakarya
Kamus Psikologi
https://slideplayer.info/slide/1952633/
https://docplayer.info/47676299-Ellen-prima-s-psi-m-a.html
https://regional.kompas.com/read/2019/01/23/23592131/mahasiswa-ung-korban-kekerasan-alami-
gangguan-pendengaran-hingga-trauma
Puguh Setyo Nugroho, HMS Wiyadi. 2009. Anatomi dan Fisiologi Pendengaran Perifer.
Surabaya : Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
22
23