Anda di halaman 1dari 16

PSYCHOLOGY STUDENT JOURNAL

Kelompok C – PI18A

6. OTHER SENSORY SYSTEMS (SISTEM


SENSORIK LAINNYA)

Dalam pribahasa suku Indian di Amerika berbunyi: “Jika satu buah pinus jatuh, maka
elang akan melihatnya, rusa dapat mendengarnya, dan beruang akan menciumnya”.
(Herrero, 1985). Tiap spesies hewan memiliki sensitivitas yang berbeda terhadap
stimulus. Penglihatan dan pendengaran manusia merespons stimulus dengan
jangkauan yang lebih besar dari hewan, hal tersebut mungkin disebabkan oleh
banyaknya stimulus yang relevan padamanusia. Tetapi, manusia juga memiliki
spesialisasi indra yang sangat penting, Contohnya, indra pengecap memperingatkan
kita tentang racun melalui rasa pahit (Richter. 1950 Schiffman dan Erickson, 1971),
Indra pengecap tidak memberikan respons apapun terhadap materi, yang tidak
berpengaruh terhadap manusia, misalnya selulosa. Sistem olfaktori manusia tidak
merespons gas yang tidak bermanfaat (misalnya karbondioksida), tetapi akan
memberikan respons kuat terhadap stimulus yang penting secara biologis (misalnya
bau daging busuk). Oleh karena itu, untuk selanjutnya akan dibahas mengenai
bagaimana sistem indra manusia yang penting secara biologis dan membahas
bagaimana sistem indra menyebabkan kita dapat mempersepsikan kenyataan.
Sumber : https://www.fundable.com/the-sluis-academy
AUDITION

Jika  sebuah pohon roboh di tengah hutan tanpa didengar siapapun, apakah robohnya
pohon tersebut menimbulkan suara?Jawabannyatergantung dari apa yang kita
maksud dengan “suara”. Jika kita mendefinisikan suara hanya sebagai getaran, maka
pohon yang roboh menimbulkan suara. Akan tetapi, pada umumnya kita
mendefinisikan suara sebagai bentuk fenomena psikologi, yaitu getaran yang
didengar oleh sebagian organisme. Berdasarkan definisi tersebut, getaran bukanlah
suara kecuali didengar oleh seseorang.

Sistem auditori manusia memungkinkannya mendengar suara robohnya


pohon,
kicauan burung di dahan pohon, dan tiupan angin pada dedaunan pohon.
Beberapa
orang yang buta belajar untuk mengetahui letak penghalang jalan dengan
cara
menghentakkan tumit. Sistem auditori kita telah teradaptasi dengan baik
untuk
mendeteksi dan menginterpretasi informasi yang bermanfaat.

Auditory system

Auditory System

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=SU_aecxckRg
Suara dan Telinga
Gelombang suara adalah kompresi periodik medium, seperti: udara,
air, dan lain
sebagainya. Ketika sebuah pohon roboh, hal tersebut menyebabkan
pohon dan tanah
bergetar sehingga menghasilkan gelombang suara di udara yang
ditangkap oleh kedua
telinga kita. Jika sesuatu jatuh ke permukaan bulan yang
tidak terdapat udara, maka
kita tidak dapat mendengarnya kecuali kita
menempelkan telinga ke permukaan
bulan.

037 How Sound is Transf…


Transf…

How Sound is Transferred to the Inner Ear

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=L4F4zaRqQdk
Dimensi Fisik dan Psikologi Suara

Tiap gelombang suara memiliki amplitudo dan frekuensi yang berbeda. Amplitudo
adalah intensitas suara. Kompresi udara dengan intensitas tinggi menghasilkan
gelombang suara dengan amplitudo yang besar, contohnya seperti petir yang
menggelegar. Kenyaringan (loudness) adalah persespsi intensitas yang berkaitan
dengan amplitudo, tetapi keduanya adalah hal yang berbeda. Ketika amplitudo
meningkat dua kali lipat, maka kenyaringannya meningkat, tetapi tidak dua kali lipat.
Kenyaringan dipengaruhi oleh banyak faktor, contohnya pada amplitudo yang sama
seseorang yang berbicara dengan cepat terdengar lebih nyaring daripada suara musik
yang pelan. Jadi apabila Anda mengeluh tentang suara iklan yang terlalu nyaring
dibanding acara stasiun televisi, hal tersebut salah satunya disebabkan karena
pemainnya berbicara lebih cepat di dalam iklan.

Empat Gelombang Suara 

Every wave can have a different amplitude or frequency

Sumber : https://www.sciencebuddies.org/teacher-resources/lesson-plans/sound-wave-
frequency-amplitude
Jeda waktu antar-puncak gelombang menentukan besarnya frekuensi suara, hal
tersebut kita alami sebagai tinggi nada. Gelombang suara pertama memperlihatkan 5
gelombang suara dalam 0,1 detik atau 50 Hz, yaitu sebuah suara berfrekuensi sangat
rendah yang kita alami sebagai nada rendah. Ketiga gelombang suara selanjutnya
merepresentasikan frekuensi 100 Hz. Perbedaan struktur vertikal antar-gelombang
merepresentasikan amplitudo atau intensitas suara tersebut, yang kita alami sebagai
kenyaringan.

Frekuensi suara adalah jumlah kompresi per detik, diukur dengan


Hertz (Hz, siklus
per detik). seiring Tinggi nada (pitch) adalah persepsi yang
berkaitan erat dengan
frekuensi. Oleh karena itu, semakin tinggi frekuensi
suatu suara, maka semakin tinggi
pula tinggi nadanya. Gambar 7.1
mengilustrasikan amplitudo dan frekuensi suara.
Tinggi tiap gelombang berkaitan
dengan amplitudo dan jumlah gelombang per detik
berkaitan dengan frekuensi.

Sebagian besar manusia dewasa dapat mendengar getaran udara


mulai dari frekuensi
15 Hz hingga sekitar kurang dari 2000 Hz. Anak kecil dapat
mendengar suara dengan
frekuensi lebih tinggi daripada orang dewasa, karena
kemampuan mempersepsikan
suara frekuensi tinggi menurun seiring pertambahan
umur serta paparan terhadap
bunyi nyaring (B.A. Schneide, Trehub, Morrongiello,
dan Thorpe, 1986).

Struktur Telinga

Telinga Manusia dan Bagian-Bagiannya

Sumber: https://www.dailykos.com/stories/2015/6/28/1394915/-KosAbility-Can-You-
Hear-Me-Now-On-Hearing-Loss
Ahli anatomi membagi telinga menjadi 3 bagian, yang bertahap. yaitu: telinga luar,
tengah, dan dalam. Termasuk ke dalam bagian telinga luar adalah pinna (daun
telinga),sebuah struktur yang mudah dikenali, sanggurdi terbentuk dari daging dan
tulang rawan yang melekat di kedua sisi kepala kita. Pinna membantu penentuan
sumber suara dengan cara mengubah arah pantulan suara. Kita harus mempelajari
bagaimana memanfaatkan informasi tersebut karena tiap individu memiliki bentuk
pinna yang berbeda (Van Wanrooij dan Van Opstal, 2005). Pinna kelinci yang lebar dan
dapat digerakkan memungkinkan kelinci menentukan sumber suara jauh lebih tepat.

Telinga mentransduksi gelombang suara menjadi potensial aksi melalui serangkaian


proses. Gelombang suara akan melintas masuk telinga pendengaran, kemudian
gelombang suara akan mengenai membran timpani atau gendang telinga pada bagian
telinga tengah. Membran timpani bergetar sesuai dengan frekuensi getaran yang
mengenainya. Membran timpani melekat pada tiga tulang kecil yang akan
menghantarkan getaran ke tingkap oval, yaitu sebuah membran pada telinga dalam.
Ketiga tulang ini dikenal dengan nama populer sebagai tulang martil, landasan, dan
sanggurdi dan nama Latinnya yaitu malleus, incus, dan stapes. Ukuran membran
timpani kurang lebih 20 kali lebih besar daripada bagian tulang sanggurdi yang
terhubung dengan tingkap oval. Seperti halnya yang terjadi pada pompa hidraulik,
maka getaran dari membran timpani ditransformasi menjadi getaran tulang
sanggurdi yang lebih kuat.

Secara keseluruhan, sistem tersebut bertujuan untuk mengubah gelombang suara


menjadi gelombang yang bertekanan lebih besar pada tingkap oval. Transformasi
tersebut memiliki peran karena untuk menggerakkan cairan kental yang ada
dibelakang tingkap oval diperlukan getaran yang lebih besar daripada getaran yang
dibutuhkan untuk menggerakkan gendang telinga, karena terdapat udara pada kedua
sisi gendang telinga.

Koklea dan Sel-sel Rambut

Pada telinga dalam terdapat sebuah struktur yang berbentuk seperti siput yang
disebut koklea (dalam bahasa Latin “cochlea” berarti siput).

Inner Ear Sensory

Sumber: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1672293017300752
Apabila suara mengenai membran timpani maka akan menyebabkan bergetarnya tiga
tulang kecil, yaitu: tulang martil, landasan, dan sanggurdi, yang akan mengubah
gelombang suara menjadi getaran yang lebih kuat di dalam koklea yang berisi cairan.
Getaran di dalam koklea akan mengubah posisi sel-sel rambut yang ada pada
membran basilar.

Sel-sel rambut pada sistem auditori tiga spesies  (a dan b) Sel-sel rambut dari organ
sakulu kodok, sebuah organ yang mendeteksi getaran yang ada dalam tanah. (c) Sel-sel
rambut dari koklea kucing. (d) Sel-sel rambut dari koklea kadal, Kc= kinosilium, yaitu
salah satu komponen penting pada berkas rambut.

Gambar diatas mengilustrasikan penampang melintang koklea yang memperlihatkan


tiga saluran berisi cairan yang masing-masing bernama skala vestibuli, skala media,
dan skala timpani. Tulang sanggurdi menyebabkan getaran tingkap oval pada bagian
jalan masuk menuju skala vestibuli, sehingga menyebabkan seluruh cairan pada
ketiga saluran koklea bergerak. Reseptor auditori dikenal dengan nama sel rambut
yang terletak di antara membran basilar dan membran tektorial pada koklea. Getaran
pada cairan di dalam koklea akan mengubah posisi sel-sel rambut. Hanya dalam
beberapa mikrosekon, sel rambut dapat merespons perubahan posisi hingga ukuran
paling kecil, yaitu 10-10 meter (0,1 nanometer seukuran diameter sebuah atom). Hal
tersebut menyebabkan terbukanya kanal-kanal ion pada membran sel-sel rambut
(Fettiplace, 1990; Hudspeth, 1985). Gambar diatas memperlihatkan elektron mikrograf
sel-sel rambut dari tiga spesies. Melalui sinapsis, sel-sel rambut tersebut mengeksitasi
sel pada saraf auditori yang merupakan bagian dari saraf kranial kedelapan.

Persepsi Tinggi Nada

Kemampuan manusia untuk memahami bahasa lisan atau menikmati musik


tergantung pada kemampuannya untuk membedakan suara dari frekuensi yang
berbeda. Bagaimanakan cara manusia melakukannya?

Teori Frekuensi dan Teori Tempat

Berdasarkan teori frekuensi, membran basilar bergetar secara


sinkron dengan suara
yang menyebabkan saraf auditori menghasilkan potensial
aksi pada frekuensi yang
sama. Contohnya, sebuah suara berfrekuensi 50 Hz
menyebabkan saraf auditori
menghasilkan 50 potensial aksi per detik.
Ketidaktepatan teori tersebut terletak pada
kesederhanaannya, karena periode
refraktori sebuah neuron adalah sekitar 1/1.000
detik, sehingga laju penembakan
maksimum sebuah neuron adalah 1 Hz sebuah
frekuensi yang terlalu rendah untuk
didengar manusia.

Berdasarkan teori tempat, membran basilar bekerja layaknya dawai-dawai piano, di


mana setiap area pada membran telah teradaptasi untuk frekuensi tertentu dan
bergetar bila frekuensi tersebut muncul. (Jika di dekat sebuah piano Anda
membunyikan satu nada garputala dengan nyaring, maka Anda akan menggetarkan
dawai piano yang teradaptasi untuk nada tersebut). Berdasarkan teori tersebut, setiap
frekuensi akan mengaktivasi membran basilar pada sel-sel rambut yang ada dalam
lokasi. Sistem saraf membedakan tiap frekuensi berdasarkan neuron yang teraktivasi.
Ketidaktepatan teori tempat terletak pada fakta bahwa bagian-bagian membran
basilar terikat sedemikian erat sehingga tidak memungkinkan adanya resonansi
terpisah tiap bagian seperti yang terjadi pada dawai piano. 

Membran Basilar di Koklea

Sumber: https://www.britannica.com/science/basilar-membrane
Teori yang ada saat ini merupakan gabungan dari teori frekuensi dan teori tempat.
Sesuai dengan teori frekuensi, membran basilar memang bergetar secara sinkron
dengan suara berfrekuensi rendah (sekitar 100 Hz-lebih besar dari satu oktaf di
bawah tangga nada C tengah yang berfrekuensi 264 Hz) dan untuk tiap satu
gelombang, akson saraf auditori akan menghasilkan satu potensial aksi. Suara pelan
hanya mengaktivasi beberapa neuron, sementara suara yang kencang dapat
mengaktivasi lebih banyak neuron. Oleh karena itu, pada frekuensi rendah, impuls
frekuensisnya akan menandakan tinggi nada dan jumlah penembakan neuron akan
menandakan kenyaringannya.

Adanya periode refraktori akson menyebabkan neuron mengalami kesulitan untuk


menyinkronisasikan penembakan dengan gelombang suara untuk suara di atas 100
Hz. Pada frekuensi yang lebih tinggi, penembakan neuron terjadi setiap gelombang
kedua, ketiga, keempat, atau gelombang selanjutnya. Potensial aksi yang ditembakkan
posisinya terkunci pada fase puncak gelombang suara (potensial aksi dan puncak
gelombang suara terjadi pada saat yang bersamaan).

Neuron auditori lain juga menghasilkan potensial aksi dengan posisi yang terkunci
pada fase puncak gelombang suara, tetapi antar-neuron tersebut dapat terkunci pada
puncak gelombang yang berbeda.

Jika kita menganggap saraf auditori adalah satu kesatuan, maka


sebuah nada dengan
frekuensi beberapa ratus Hertz, maka gelombang suaranya
dapat mengeksitasi
beberapa neuron auditori. Berdasarkan prinsip voli (volley
principle) dalam
pembedaan tinggi nada, maka saraf auditori secara keseluruhan
dapat mengeluarkan
impuls secara serentak hingga mencapai 4000 impuls per
detik, walaupun tidak ada
satupun neuron tunggal yang mampu mencapai frekuensi
tersebut (Rose, Brugge,
Anderso, dan Hind, 1967). Di atas frekensi 4000 Hz,
serangkaian impuls yang terjadi
berulang-ulang bahkan tidak dapat mengimbangi
laju gelombang suara. Ilmuwan
neurosains berasumsi bahwa rangkaian impuls
serentak berhubungan dengan
persepsi tinggi nada, walapun tak ada seorangpun
yang paham bagaimana cara otak
memanfaatkan informasi tersebut.
Sebagian besar suara yang dapat didengar manusia ada di bawah frekuensi 4000 Hz,
nilai yang mendekati batas prinsip voli. Sebagai perbandingan, nada tertinggi pada
piano berfrekuensi 4224 Hz. Frekuensi di atas nilai tersebut tidak dianggap penting
dalam musik ataupun bahasa lisan manusia; tetapi untuk hewan-hewan seperti tikus,
mencit, kelelawar, dan hewan kecil lainnya, frekuensi tersebut penting untuk
kehidupannya.

Apabila kita mendengar suara dengan frekuensi yang sangat tinggi, maka kita
menggunakan mekanisme yang serupa dengan teori tempat. Kerapatan membran
basilar berubah, pada bagian dasarnya menegang, bagian tersebut merupakan lokasi
pertemuan antara tulang sanggurdi dan koklea; pada ujung yang berlawanan (apeks),
membran tersebut mengendur (von Bekesy, 1956)

Suara berfrekuensi tinggi mengeksitasi sel-sel rambu pada bagian dasar. Suara
berfrekuensi rendah mengeksitasi sel-sel rambut pada bagian apeks. Sel-sel rambut
pada membran basilar memiliki karakteristik yang berbeda di tiap titik. Sel-sel rambut
tersebut diatur dengan baik sehingga hanya bergetar apabila ada gelombang suara
dengan frekuensi tertentu. Suara dengan frekuensi paling tinggi akan menggetarkan
sel-sel rambut pada bagian dasar membran dan suara dengan frekuensi yang lebih
rendah akan menggetarkan sel-sel rambut pada bagian setelahnya (Warren, 1999).
Sebenarnya, mekanisme pendengaran untuk frekuensi lebih dari 4000 Hz belum
seluruhnya dipahami, karena frekuensi yang sangat tinggi tersebut mengubah
beberapa karakteristik neuron dan membrannya (Fridberger et al., 2004).  Beberapa
orang menderita “buta nada; istilah ilmiahnya adalah amusia.

Seseorang yang sama sekali tidak sensitif terhadap frekuensi tidak akan memahami
bahasa lisan, karena tiap suara yang kita keluarkan tergantung pada perubahan tinggi
nada yang cepat dan sedikit. Tetapi terdapat sejumlah orang, yang diperkirakan
mencapai 4 % dari populasi, mengalami gangguan pendengaran yang serius sehingga
tidak dapat mendeteksi sedikit perubahan frekuensi, misalnya antara C dan C# Seperti
yang dapat Anda bayangkan bahwa mereka tidak menikmati musik (Hyde dan Peretz,
2004). Fenomena tersebut belum dapat dijelaskan.

Jurnal 1 – Hearing Impairment Download


Jurnal 2 – The Human Auditory System Download
Jurnal 3 – The Active Cochlea Download
Jurnal 4 – Hearing Loss Download
Korteks Pendengaran

The science of hearing - …

Gangguan Pendengaran

1. Tuli
2. Pendengaran, Perhatian, dan Usia Lanjut

Lokalisasi Suara
How Your Ears Work

Fungsi Pendengaran

Korteks pendengaran menyerupai korteks visual dalam banyak hal. Keduanya


memiliki sistem “apa” dan sistem “di mana”. Keduanya memiliki area khusus untuk
mendeteksi gerakan, dan oleh karena itu, mungkin bagi orang dengan kerusakan otak
menjadi buta gerak atau tuli gerak. Korteks visual sangat penting untuk citra visual,
dan korteks pendengaran penting untuk citra pendengaran.

Indra Mekanik

Jika kita  meletakkan tangan kita di permukaan radio kita, kita merasakan ada
getaran yang sama dengan yang kita dengar. Jika kita cukup berlatih, dapatkah kita
belajar untuk “mendengar” getaran dengan jari-jari kita? Tidak, mereka akan tetap
menjadi getaran. Jika spesies tanpa telinga punya cukup waktu, mungkinkah detektor
getarnya berkembang menjadi pendeteksi suara?  Bisa jadi. karena faktanya, telinga
kita berevolusi seperti itu. Sebagian besar evolusi terdiri dari mengambil sesuatu yang
berevolusi untuk satu tujuan dan memodifikasinya untuk tujuan lain. Indra mekanik
merespons tekanan, tekukan, atau distorsi reseptor lainnya. Seperti sentuhan, rasa
sakit, dan sensasi tubuh lainnya, serta sensasi vestibular, yang mendeteksi posisi dan
pergerakan kepala. Audisi juga merupakan rasa mekanis karena sel-sel rambut
dimodifikasi sebagai reseptor sentuhan. Kami menganggapnya secara terpisah karena
kompleksitas dan pentingnya.

Sensasi Vestibular

Saat kita menggerakkan kepala, organ vestibular yang berdekatan dengan koklea
memantau pergerakan dan mengarahkan gerakan kompensasi mata kita. Saat kepala
kita bergerak ke kiri, mata kita bergerak ke kanan; saat kepala kia bergerak ke kanan,
mata kita bergerak ke kiri. Dengan mudah, kita tetap fokus pada apa yang ingin Anda
lihat (Brandt, 1991).

Sensasi dari organ vestibular mendeteksi arah kemiringan dan jumlah percepatan
kepala. Kita menggunakan informasi tersebut secara otomatis untuk memandu
gerakan mata dan menjaga keseimbangan.
sumber: Biological Psychology 12E, James W. Kalat

Organ vestibular, yang menjadi pejaga keseimbangan dalam tubuh, ditunjukkan pada
gambar di atas. Sistem ini terletak pada tulang temporal telinga, mencakup koklea dan
berbagai reseptor di telinga kita. Seperti reseptor pendengaran, reseptor vestibular
adalah reseptor sentuhan yang dimodifikasi.

Jurnal: A vestibular sensation: probabilistic approaches to spatial perception

Jurnal – Human Auditory Cortex Download


Somatosensori

Suatu sistem indra yang mendeteksi pengalaman yang disebut sentuhan atau tekanan,
suhu (hangat atau dingin), sakit (termasuk gatal dan geli), termasuk juga propriosepsi
(sensasi pergerakan otot) serta posisi persendian seperti postur, pergerakan, visera
dan ekspresi wajah.

Reseptor Somatosensori
sumber:
http://senyumsimetris.blogspot.com/2015/10/sistem-olfaktori-dan-somatosensori.html
Sistem somatosensori bergantung pada beragam reseptor yang sensitif terhadap
stimulasi yang berbeda pada kulit dan jaringan internal. Otak mempertahankan
beberapa perwakilan somatosensorik tubuh yang paralel. Stimulus berupa luka
mengeksitasi reseptor nyeri yang merupakan ujung saraf yang tidak bercabang.
Beberapa reseptor nyeri juga memberikan respon pada gerakan sendi atau gerakan
otot. Tubuh juga memiliki reseptor khusus untuk mendeteksi berbagai tingkat panas
atau dingin suhu tubuh kita.
Menggelitik

Mengapa kita bisa tertawa jika seseorang dengan cepat menyentuhkan ketiak, leher,
atau telapak kaki kita? Sebab simpanse merespons sensasi serupa dengan semburan
terengah-engah yang menyerupai tawa. Mengapa kita tidak bisa menggelitik diri
sendiri? Karena alasan yang sama kita tidak dapat mengejutkan diri sendiri. Ketika
kita menyentuh diri sendiri, otak kita membandingkan stimulasi yang dihasilkan
dengan stimulasi “yang diharapkan” dan menghasilkan respons somatosensori yang
lebih lemah daripada yang akan kita alami dari sentuhan yang tidak terduga
(Blakemore, Wolpert, & Frith, 1998).

Somatosensasi dalam
Sistem saraf Pusat

Informasi dari reseptor sentuhan di kepala memasuki pusat sistem saraf (SSP) melalui
saraf kranial (saraf sadar). Informasi dari reseptor di bawah kepala memasuki
sumsum tulang belakang dan melewati otak melalui 31 saraf tulang belakang,
termasuk 8 saraf serviks, 12 saraf toraks, 5 saraf lumbal, 5 saraf sakral, dan 1 saraf
tulang rusuk. Setiap saraf tulang belakang memiliki komponen sensorik dan
komponen motorik.

sumber: Biological Psychology 12E, James W. Kalat

Setiap saraf tulang belakang menginervasi (menghubungkan ke) area tubuh yang
terbatas yang disebut dermatome.

Korteks somatosensorik primer sangat penting untuk pengalaman sentuhan. Ketika


kondisi lemah, rangsangan singkat diterapkan pada jari-jari, orang-orang sadar hanya
mereka yang menghasilkan tingkat gairah tertentu di korteks somatosensori primer
(Palva, Linkenkaer-Hansen, Näätäen, & Palva, 2005). Jika seseorang menyentuh kita
dengan cepat pada dua titik terdekat di tangan, kita mungkin akan memiliki
pengalaman ilusi satu sentuhan di tengah-tengah antara dua titik tersebut. Ketika itu
terjadi, aktivitas di korteks somatosensori primer sesuai dengan titik tengah (Chen,
Friedman, & Roe, 2003). Dengan kata lain, aktivitas tersebut sesuai dengan apa yang
kita alami, bukan apa yang sebenarnya telah merangsang reseptor Anda.
Reseptor Rasa

Reseptor untuk rasa bukanlah neuron sejati tetapi sel kulit yang dimodifikasi. Seperti
halnya neuron, reseptor rasa memiliki selaput yang menggairahkan dan melepaskan
neurotransmiter untuk menggairahkan neuron tetangga, yang pada gilirannya
mengirimkan informasi ke otak. Seperti halnya sel-sel kulit, reseptor rasa secara
bertahap dihilangkan dan diganti masing-masing berlangsung sekitar 10 hingga 14
hari (Kinnamon, 1987)

Berapa Banyak Reseptor Rasa

Orang-orang di Barat mendesrikipsikan rasa dengan istilah asin, manis, asam dan
pahit, mamun berberapa rasa menolak dikategorikan dengan istilah-istilah ini. Satu
cara untuk mengidenntifikasi tipe reseptor adalah menemukan prosedur yang
mengubah satu reseptor bukan yang lain.  Contohnya, mengunyah buah beri
memberikan rasa tapi mengubah rasa menjadi manis , beri mempunyai protein dan
miraculin yang mengubah reseptor manis, memungkinkan acid untuk mensimulasi.
Segala hal yang memiliki acid akan terasa manis dan selain rasa asam yang biasa ada
dalam beri. Yang sering kali dikonsumsi saat diet sebagai pengganti makanan manis ,
namun jika terlalu banyak dapat menyebabkan sakit maag. Jus jeruk akan terasa aneh
jika diminum setelah sikat gigi, pasta gigi mengandung sodium lauryl sulfat yang
memiliki rasa pahit dan melemahkan rasa manis dengan melapisi reseptor manis di
lidah.

Subtansi lain yang dapat merubah rasa adalah tanaman gymnema sylvestre yang bisa
dibuat menjadi teh. Setelah membasahi lidah dengan gymnema selama 30 detik dan
mencoba berbagai rasa.Seperti asin ataupun manis, akan terasa seperti biasa namun
berubah menjadi hambar. Permen terasa asam pahit atau asin. Rasa itu sebenarnya
ada namun tidak terasa karena pemanisnya. Pemanis buatan aparteme hanya
kehilangan sebagian rasa manisnya yang mengartikan bahwa itu mensimulasi
reseptor tambahan selain reseptor manis. Orang yang menderita diabetes sebaiknya
tidak mengkonsumsi tanaman ini, karena gymnema sylvestre dapat mengubah
penyerapan gula di usus. Gymnema sylvestre juga dapat membuat tinja anda menjadi
hijau dalam beberapa hari kedepan setelah . Semua ini menegaskan bahwa kita
mempunyai reseptor yang sensitif terhadap satu cita rasa daripada rasa yang lain.

Bukti lebih lanjut untuk tipe terpisah pada reseptor rasa datang dari penelitian
berikut: basahi lidah dengan cairan asam, misal jus lemon tanpa gula. Kemudian coba
cairan asam yang lain seperti , cuka. Anda akan merasa cairan kedua kurang asam
dari yang pertama  dari biasanya. Tergantung kepekatan jus lemon yang anda coba
cairan kedua bisa jadi tidak terasa asam sama sekali. Fenomena, ini disebut
adaptasi,  merefleksikan kejenuhan reseptor untuk merasakan rasa asam. Sekarang
jika anda mencoba sesuatu yang asin, manis, atau pahit.Berbagai subtansi ini akan
terasa sama seperti biasa. Dalam waktu singkat anda akan merasakan  cross-
adaptation (adaptasi silang) mengurangi rasa setelah terpapar makanan dengan cita-
rasa lain. Tenyata, reseptor asam berbeda dengan reseptor lain. Serupa dengan
reseptor asin yang berbeda dengan reseptor lain.Meskipun kita mengetahui bahwa
kita memiliki setidaknya empat reseptor, beberapa bukti menujukan bahwa ada
reseptor yang kelima, gultamat,seperti yang ada di monosodium gultamat (MSG).
Lidah mempunyai reseptor gultamat yang menyerupai reseptor gultamat sebagai
neurotrasmmiter. Gultamat terasa seperti kaldu ayam tanpa garam, atau yang biasa
disebut  umami.Dan lagi faktanya kimiawi berbeda merangsang reseptor yang
berbeda, memproduksi ritme berbeda dari berbagai aksi potensial. Untuk sensasi-
sensasi lain kita berasumsi bahwa yang penting adalah berapa banyak aksi potensial
yang akan terjadi dalam satu waktu. Di dalam rasa, pola sementara juga penting, atau
mungkin sangat penting.Tiap rasa  akan ada selama 30 detik, ditandai garis stimulus.
Respon akan ada hingga lidah dibasahi oleh air.

Mekanisme Reseptor Rasa

Saraf memproduksi sebuah aksi potensial, ketika ion sodium melintasi


membran.Reseptor asin, yang mendeteksi kemunculan sodium, mengizinkan ion
sodium melintasi membran pada lidah. Zat kimiawi yang mencegah sodium melewati
membran memperlemah rasa asin (DeSimone, Heck, Mierson 1984). Reseptor asam
mendeteksi kehadiran zat acid (Huang et al.,2006)Reseptor manis,pahit dan umami
menyerupai sinapsis metaprobik setelah molekul mengikat salah satu reseptor,
mengaktifasi protein G melepaskan pesan kedua. Tiap cell melepaskan Ad enosine
triphosphate (ATP) sebagai neurotrasmitter (Taruno, 2013)Memiliki banyak reseptor
rasa pahit berfungsi sebagai pendeteksi banyak kimiawi berbahaya, jika reseptor
pahit sedikit kita tidak akan bisa mendeteksi subtansi rasa pahit yang sedikit

Pengkodingan Rasa di Otak

Informasi dari reseptor di lidah berjalan ke otak bersama selaput anak telinga, batang
ketujuh saraf cranial (saraf wajah) informasi dari lidah posterior dan tenggorokan
bergerak sepanjang cabang saraf kranial kesembilan dan kesepuluh.  Saraf rasa ini
memproyeksikan kei nukleus dari trus solitarius(NTS), struktur di medula (Travers,
Pfaff mann,& Norgren, 1986). Dari NTS, cabang informasi keluar,mencapai pons,
hipotalamus lateral, amigdala, sangventral-posterior thalamus, dan dua area korteks
serebral(Pritchard, Hamilton, Morse, & Norgren, 1986; Yamamoto,1984). Salah satu
area ini, korteks somatosensori, merespons untuk aspek sentuhan stimulasi lidah.
Area lainnya,dikenal sebagai insula, adalah korteks rasa primer.

Variasi dalam Sensitivitas Rasa

Sensitivitas rasa bervariasi di antara spesies hewan. Kucing, hyena, anjing laut, dan
singa laut tidak memiliki reseptor rasa manis. Menjadi karnivora (pemakan daging),
mereka tidak pernah memilih makanan dengan rasa manis. Individu juga bervariasi
dalam sensitivitas rasa mereka. Satu gen mengendalikan sebagian besar varians,
meskipun gen lain juga berkontribusi.

Pada 1990-an, para peneliti menemukan bahwa orang dengan sensitivitas rendah
terhadap zat pahit juga kurang sensitif dibandingkan rata-rata terhadap selera lain.
Rata-rata, supertaster lebih menyukai makanan favorit mereka daripada orang lain,
dan menghindari makanan yang paling tidak mereka sukai. Perbedaan antara taster
dan supertaster tergantung pada jumlah papilla fungiform di dekat ujung lidah,
dengan supertaster memiliki jumlah terbatas. Perbedaan anatomi, sebagian
tergantung pada genetika tetapi juga pada usia, hormon, dan pengaruh lainnya.

Penciuman

Indera penciuman, adalah respons terhadap bahan kimia yang menghubungi


membran di dalam hidung. Bagi sebagian besar mamalia, penciuman sangat penting
untuk menemukan makanan dan pasangan dan untuk menghindari bahaya.
Penciuman sangat penting untuk pemilihan makanan kita. Banyak dari apa yang kita
sebut “rasa” atau “rasa” benar-benar bau makanan. Penciuman juga memainkan
peran penting dalam perilaku sosial.

Reseptor Penciuman

Neuron yang bertanggung jawab untuk penciuman adalah sel-sel penciuman yang
melapisi epitel penciuman di bagian belakang hidung. Perkiraan terbaik adalah
bahwa manusia memiliki beberapa ratus protein reseptor penciuman, sedangkan
tikus dan tikus memiliki sekitar seribu jenis. Sejalan dengan itu, tikus membedakan
antara bau yang tampaknya sama untuk manusia.

Meskipun beberapa reseptor penciuman merespon berbagai bahan kimia, sebagian


besar merespon hanya beberapa bahan kimia dengan struktur yang sama. Setiap bau
menstimulasi populasi kecil reseptor.

Implikasi untuk Pengkodean

Kita hanya memiliki tiga jenis kerucut dan lima jenis reseptor rasa, sebagai ilustrasi,
karena kita hanya memiliki tiga jenis kerucut, masing-masing kerucut berkontribusi
untuk setiap persepsi warna. Setiap reseptor penciuman merespon hanya beberapa
rangsangan. Respons dari satu reseptor mungkin berarti, “asam lemak dengan rantai
lurus tiga hingga lima atom karbon.” Tanggapan yang lain mungkin berarti, “baik
asam lemak atau aldehida dengan rantai lurus lima hingga tujuh atom karbon”.
Aktivitas gabungan kedua reseptor itu mengidentifikasi suatu bahan kimia dengan
tepat. Pertanyaan itu mungkin muncul pada Anda, “Mengapa evolusi repot-repot
merancang begitu banyak jenis reseptor penciuman? Bagaimanapun juga, penglihatan
warna hanya bertahan dengan tiga jenis kerucut. ”Alasan utamanya adalah bahwa
energi cahaya dapat diatur sepanjang dimensi tunggal, panjang gelombang. Proses
penciuman di udara bahan kimia yang tidak berkisar sepanjang satu kontinum.

Pesan Menuju Otak

Ketik reseptor penciuman distimulasi, aksonnya membawa


impuls ke bohlam
penciuman. Meskipun reseptor yang peka terhadap bahan kimia
tertentu tersebar
secara sembarangan di hidung, akson menemukan jalan ke sel
target yang sama di
bohlam penciuman, sehingga bahan kimia dari bau slar merangsang
daerah tetangga,
dan bahan kimia dari bau yang berbeda merangsang daerah yang
terpisah.

Reseptor penciuman memiliki waktu bertahan hidup rata-rata


lebih dari sebulan.
Pada titik itu, sel induk menjadi matang dalam sel
penciuman baru di lokasi yang
sama dengan sel pertama dan mengekspresikan
protein reseptor yang sama.
Aksonnya kemudian harus menemukan jalan ke target
yang benar dalam bohlam
penciuman. Setiap akson neuron penciuman mengandung
salinan protein reseptor
penciumannya, yang digunakannya seperti kartu
identitas untuk menemukan
pasangannya yang benar.

Perbedaan Individu

Pada umumnya, wanita mendeteksi bau lebih mudah daripada


pria, dan respons otak
terhadap bau lebih kuat pada wanita daripada pria.
Perbedaan itu terjadi pada semua
umur dan di semua budaya yang telah diuji oleh
para peneliti. Selain itu, jika orang
berulang kali memperhatikan beberapa bau
yang samar, wanita dewasa muda secara
bertahap menjadi lebih sensitive
terhadapnya, sampai mereka dapat mendeteksinya
dalam konsentrasi seperseribu
dari apa yang mereka dapat awalnya.

Feromon

Organ vomeronasal (VNO) adalah satu set reseptor yang


terletak di dekat, tetapi
terpisah dari reseptor olfaktori. Reseptor VNO hanya
menanggapi feromon, bahan
kimia yang dilepaskan oleh hewan yang mempengaruhi
perilaku anggota lain dari
spesies yang sama. Efek perlaku feremon tampaknya
terjadi secara tidak sadar.
Artinya, orang bereaksi terhadap bahan kimia
tertentu di kulit manusia bahkan ketika
mereka menggambarkannya sebagai tidak
berbau.

Synesthesia

Synesthesia adalah pengalaman yang dimiliki beberapa orang dimana stimulasi satu
indera membangkitkan persepsi indra itu dan juga indera lainnya. Orang yang
melaporkan sinestesia telah meningkatkan jumlah materi abu-abu di area otak
tertentu dan mengubah koneksi ke area lain. Sebagai contohnya, seseorang mungkin
menganggap huruf J sebagai hijau atau mengatakan bahwa setiap rasa terasa seperti
bentuk tertentu pada lidah.

Published by psychology student


View all posts by psychology student


20th Mar 2019
Uncategorized

BLOG AT WORDPRESS.COM.

UP ↑

Anda mungkin juga menyukai