Anda di halaman 1dari 53

MINI PROJECT

UPAYA PENERAPAN 5M DALAM PENCEGAHAN


PENULARAN COVID-19 PADA MASYARAKAT LANSIA DAN
PELATIHAN PEMBUATAN DESINFEKTAN PADA KADER
DI EMPAT POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA
PUSKESMAS LINGGA KABUPATEN KUBU RAYA
PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Disusun Oleh:

dr. Ivo Afiani


dr. Sumarti Fina Martha Wongso
Pendamping:

dr. Evi Aprilia

dr. Zulkarnain Alhinduan

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS LINGGA
KABUPATEN KUBU RAYA
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada akhir tahun 2019, dunia diberitakan dengan munculnya suatu penyakit
infeksi pneumonia yang tidak seperti biasanya, awal muncul infeksi pertama
terjadi di kota Wuhan, China. Gejala tersebut di antaranya batuk, demam, letih,
sesak napas, dan tidak nafsu makan. Penyakit ini dapat berkembang dengan cepat
hingga mengakibatkan infeksi lebih parah dan gagal organ serta kematian.
Kondisi darurat ini terutama terjadi pada pasien dengan masalah kesehatan
sebelumnya.1
Awal tahun 2020, penyakit ini telah menyebar di berbagai provinsi lain di
China, menyebar juga ke negara Thailand, Jepang, dan Korea Selatan, serta 190
negara lainnya terserang hingga mengakibatkan pandemi global yang berlangsung
sampai saat ini. WHO (World Health Organization) mengumumkan penyakit
infeksi ini disebut dengan virus corona/COVID-19 (Coronavirus Diseases-19)
yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus-2). Diketahui bahwa virus ini awalnya berasal dari kelelawar yang
akhirnya tertular ke manusia dan antar manusia, yang mengancam kesehatan
masyarakat secara umum dan telah menarik perhatian dunia.2,3,4,5
Penyakit ini dilaporkan masuk ke Indonesia awal Maret 2020, dan pada
minggu kedua Mei telah menyerang belasan ribu orang dengan jumlah kematian
diatas seribu, sehingga pemerintah Indonesia menetapkan status darurat bencana
dengan pandemi virus ini. Pemerintah mengumumkan agar masyarakat stay at
home dan menerapkan physical distancing untuk mencegah penularan penyakit
ini. Masyarakat dihimbau untuk tidak melakukan kontak langsung dengan orang
lain, menghindari pertemuan yang bersifat massal, aktivitas belajar dan bekerja
semua dilakukan dari rumah (work from home) dalam keadaan daring, dan
beribadah dilaksanakan di rumah.6,7

2
Proses penularan COVID-19 disebabkan oleh pengeluaran droplet yang
mengandung virus SARS-CoV-2 ke udara oleh pasien terinfeksi pada saat batuk
ataupun bersin. Droplet di udara selanjutnya dapat terhirup oleh manusia lain di
dekatnya yang tidak terinfeksi COVID-19 melalui hidung ataupun mulut
kemudian masuk menembus paru-paru dan proses infeksi pada manusia yang
sehat. Penularan tidak langsung terjadi karena jatuhnya percikan dari penderita
dan menempel pada permukaan benda di sekitar penderita. Seseorang yang
menyentuh benda atau permukaan tersebut akan terjangkit apabila menyentuh
mata, hidung, atau mulut.8,9,10
Transmisi virus COVID-19 dikaitkan dengan kontak erat antara orang-orang
di tempat-tempat tertutup seperti rumah tangga, tempat perawatan kesehatan, dan
lingkungan panti jompo serta lembaga hunian. Selain itu, tempat seperti gedung,
pusat komunitas keagamaan, pasar, angkutan, dan tempat-tempat usaha yang
dapat diakses secara umum, penularan COVID-19 diketahui mudah terjadi. Salah
satu penelitian menemukan bahwa virus COVID-19 dapat bertahan 1 hari pada
kain dan kayu, 2 hari pada kaca, 4 hari pada stainless steel dan plastik, dan 7 hari
pada lapisan luar masker medis. Penelitian lain menemukan bahwa virus COVID-
19 bertahan selama 4 jam pada tembaga, 24 jam pada kardus, dan hingga 72 jam
pada plastik dan stainless steel. SARS-CoV-2 merupakan virus berselubung yang
memiliki selubung lipid luar yang rapuh, sehingga lebih rentan terhadap
disinfektan dibandingkan virus-virus tanpa selubung seperti rotavirus, norovirus,
dan poliovirus. Karena itu, perlunya dilakukan disinfeksi dengan tepat sehingga
dapat mencegah penularan lebih lanjut. 5,11,12,13
Masih perlu dipelajari lebih lanjut mengenai bagaimana Covid-19
mempengaruhi orang. Sejauh ini, orang tua dan orang-orang dengan kondisi
medis yang sudah ada sebelumnya seperti diabetes, hipertensi dan penyakit
jantung mempunyai risiko lebih penyakit menjadi parah. Di Indonesia, proporsi
angka kematian akibat Covid-19 tertinggi ada pada kelompok lansia sebesar 44%.
Wilayah kerja Puskesmas Lingga terdapat 741 orang yang tercatat oleh tim
Covid-19 memiliki gejala dan tanda penyakit Covid-19, setelah dilakukan
pemeriksaan sekitar 10 orang terkonfirmasi positif Covid-19 sejak bulan Maret-

3
November 2020. Banyaknya masyarakat terutama lansia yang kurang memahami
Covid-19 sehingga tindakan pencegahan penularan Covid-19 yang masih sangat
kurang. Hal ini terlihat dari pengunjung lansia yang belum menggunakan masker,
tidak mencuci tangan saat memasuki area Puskesmas, dan tidak datang kontrol ke
Puskesmas karena takut tertular Covid-19. Selain itu, tindakan disinfeksi pada
wilayah kerja Puskesmas Lingga hingga saat ini hanya dilakukan sekali, dan tidak
adanya panduan pembuatan disinfektan secara ekonomis bagi tenaga kesehatan
masyarakat.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan
penyuluhan mengenai pemahaman dan pengetahuan tentang pencegahan Covid-19
dengan penerapan 3M seperti penggunaan masker, menutup mulut dan hidung
saat bersin ataupun batuk, mencuci tangan secara teratur dengan sabun atau
desinfeksi dengan pembersih tangan yang mengandung setidaknya 70% alcohol,
menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi, menjaga jarak dari orang-
orang, dan menahan diri dari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan
yang tidak dicuci.14 Selain itu, peneliti juga melakukan pelatihan pembuatan
disinfektan dengan bahan yang ekonomis kepada kader. Desinfektan menjadi
pilihan utama untuk penyemprotan lingkungan sekitar dibandingkan
menggunakan handsanitizer. Sehingga dapat membantu dalam penecegahan
penularan Covid-19 melalui benda atau permukaan.
Kegiatan akan dilakukan di empat posyandu lansia di masing-masing desa
yang mencakup wilayah Puskesmas Lingga yaitu posyandu lansia di desa Lingga,
desa Korek, desa Pancaroba dan desa Teluk Bakung.
1.2 Pernyataan Masalah
1. Rendahnya tingkat pengetahuan dan pemahaman lansia mengenai
Covid-19
2. Rendahnya kesadaran lansia dalam penerapan pencegahan 3M
3. Belum adanya pelatihan pada kader posyandu lansia untuk pembuatan
desinfektan sebagai salah satu cara pencegahan penularan Covid-19

4
4. Rendahnya kesadaran lansia untuk melakukan kontrol rutin penyakit
kronis (hipertensi,diabetes mellitus, kolestrol) yang berpotensi lebih
mudah tertular Covid-19 dan memiliki resiko penyakit lebih parah

1.3 Tujuan
1. Meningkatkan pemahaman lansia mengenai Covid-19, dan
pencegahannya di masa pandemi Covid-19
2. Meningkatkan kesadaran dan kepatuhan warga lansia untuk
menerapkan 3M upaya perlindungan diri terhadap penularan Covid-19
3. Memberikan keterampilan pembuatan desinfektan agar dapat
mengantisipasi penyebaran Covid-10
4. Mengetahui langkah strategis selanjutnya yang dapat dilakukan melalui
pemberdayaan masyarakat
1.4 Manfaat
A. Bagi Masyarakat Lanjut Usia
1. Meningkatkan pengetahuan lansia tentang Covid-19 dan cara
pencegahan penularannya
2. Meningkatkan status kesehatan lansia, karena dengan penerapan 3M
dan mengontrol penyakit kronis mereka akan mengurangi resiko
tertular covid-19 dan resiko penyakit lebih parah
3. Mengurangi angka kejadian Covid-19 dengan tindakan pencegahan
yang baik dan benar
B. Bagi Posyandu Lansia
1. Meningkatkan keterampilan kader untuk pembuatan desinfektan secara
baik dan benar, juga dapat diterapkan untuk mengantisipasi merebahnya
virus Covid-19
2. Meningkatkan angka kesehatan lansia dengan penyakit kronis
3. Menjadi percontohan posyandu lansia peduli sehat bagi posyandu lansia
lainnya
C. Bagi Puskesmas

5
Pelaksanaan kegiatan ini akan sangat bermanfaat bagi puskesmas, karena
merupakan salah satu kegiatan promosi kesehatan yang masih bagian dari
program puskesmas yaitu kartu kontrol rutin lansia. Selain itu, dapat membantu
puskesmas untuk mengurangi angka kejadian Covid-19 dengan penerapan
protokol kesehatan (3M) yang baik dan benar di masa pandemi Covid-19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Corona Virus Disease-19 (Covid-19)


2.1.1 Definisi dan Etiologi
Corona Virus Disease-19 (Covid-19) adalah nama penyakit yang disebabkan
oleh jenis virus Corona yang paling baru. Virus Corona adalah nama dari keluarga
besar virus yang dapat menyerang manusia maupun hewan. Virus Corona pada
manusia menyasar organ pernapasan. Manusia juga tidak bisa menularkan virus
ini kepada hewan peliharaannya Sampai saat ini setidaknya ada lima jenis virus
Corona yang diidentifikasi pada manusia. Tiga yang paling terkenal menyebabkan
penyakit SARS, MERS, dan virus Corona. Virus ini disebut Corona yang dalam
Bahasa Latin memiliki arti mahkota. Ini karena bila dilihat menggunakan
mikroskop, virusnya seperti dilingkari mahkota.14

Gambar 2.1 Struktur Coronavirus


Pada Desember 2019 tepatnya di Wuhan, Cina, ditemukan jenis virus corona
baru yang disebut Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-

6
CoV-2). Infeksi virus ini disebut COVID-19 dan lebih berbahaya disbanding
SARS atau MERS. COVID-19 menimbulkan berbagai komplikasi penyakit
terutama gangguan pada saluran pernapasan seperti gagal pernapasan akut,
pneumonia, acute respiratory distress syndrome (ARDS) dan juga komplikasi dan
masalah pada organ lain hingga menyebabkan kematian bagi penderitanya.15
Belum dipastikan berapa lama virus penyebab COVID-19 bertahan di atas
permukaan, tetapi perilaku virus ini menyerupai jenis-jenis coronavirus lainnya.
Lamanya coronavirus bertahan mungkin dipengaruhi kondisi-kondisi yang
berbeda (seperti jenis permukaan, suhu atau kelembapan lingkungan). Penelitian
(Doremalen et al, 2020) menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat bertahan selama
72 jam pada permukaan plastik dan stainless steel, kurang dari 4 jam pada
tembaga dan kurang dari 24 jam pada kardus. Seperti virus corona lain, SARS-
COV-2 sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas. Efektif dapat dinonaktifkan
dengan pelarut lemak (lipid solvents) seperti eter, etanol 75%, ethanol, disinfektan
yang mengandung klorin, asam peroksiasetat, dan hloroform (kecuali
khlorheksidin). Oleh karena itu, cairan pembersih tangan yang mengandung
klorheksidin tidak direkomendasikan untuk digunakan dalam wabah ini. 8,16
2.1.2 Epidemiologi
Virus baru ini tampaknya sangat menular dan telah menyebar dengan cepat
secara global. Dalam sebuah pertemuan pada 30 Januari 2020, sesuai dengan
Peraturan Kesehatan Internasional, wabah tersebut dinyatakan oleh WHO sebagai
Kesehatan Masyarakat Darurat dari Kepedulian Internasional (PHEIC) karena
telah menyebar ke 18 negara dengan empat negara yang melaporkan transmisi ke
manusia. Sebuah peristiwa tambahan terjadi pada 26 Februari 2020, ketika kasus
pertama penyakit ini, tidak diimpor dari China, tercatat di Amerika Serikat.
Awalnya, virus baru itu disebut 2019- nCoV. Selanjutnya, para ahli dari Komite
Internasional tentang Taksonomi Virus (ICTV) menyebutnya sebagai virus
SARS-CoV-2 karena sangat mirip dengan yang menyebabkan wabah SARS
(SARS-CoVs).16
Penyebaran virus yang begitu cepat dan masif ke berbagai negara di dunia,
menjadikan COVID-19 sebagai pandemi. Dari waktu ke waktu jumlah korban

7
yang terinfeksi cenderung meningkat. Hingga pada tanggal 06 Februari 2021,
Covid-19 sudah menyebar di 223 negara, dengan angka penderita mencapai
104.790.123 dengan angka kasus kematian mencapai 2.285.048 kasus dan angka
ini masih cenderung meningkat.8
Indonesia merupakan salah satu negara yang juga terdampak pandemi
COVID-19. Berdasar data yang dipublikasikan oleh Gugus Tugas Percepatan
Penanganan COVID-19 menunjukkan bahwa perkembangan kasus COVID-19 di
Indonesia cenderung mengalami peningkatan. Akumulasi data nasional per 06
Februari 2021 menunjukkan bahwa terdapat sejumlah 1.147.010 kasus
terkonfirmasi. Data tersebut terdiri dari 939.184 sembuh dan 31.393 meninggal.17
Provinsi Kalimantan Barat sendiri per tanggal 06 Februari 2021 memiliki 9
daerah yang masuk zona kuning dan 3 daerah masih berada di zona oranye
berdasarkan peta penyebaran covid-19. Ketiga daerah tersebut di antaranya adalah
kabupaten Bengkayang, Sekadau dan Kayong Utara. Terdapat 4103 kasus
konfirmasi Covid-19 dengan angka kematian mencapai 30 orang. Kabupaten
Kubu Raya menduduki peringkat kedua terbanyak kasus konfirmasi setelah Kota
Pontianak dengan angka konfirmasi mencapai 560 orang.18
2.1.3 Cara Penularan
Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi saat ini membuktikan bahwa
COVID-19 utamanya ditularkan dari orang yang bergejala (simptomatik) ke orang
lain yang berada jarak dekat melalui droplet. Droplet merupakan partikel berisi air
dengan diameter >5-10 μm. Penularan droplet terjadi ketika seseorang berada
pada jarak dekat (dalam 1 meter) dengan seseorang yang memiliki gejala
pernapasan (misalnya, batuk atau bersin) sehingga droplet berisiko mengenai
mukosa (mulut dan hidung) atau konjungtiva (mata).19
Penularan juga dapat terjadi melalui benda dan permukaan yang
terkontaminasi droplet di sekitar orang yang terinfeksi. Oleh karena itu, penularan
virus COVID-19 dapat terjadi melalui kontak langsung dengan orang yang
terinfeksi dan kontak tidak langsung dengan permukaan atau benda yang
digunakan pada orang yang terinfeksi (misalnya, stetoskop atau termometer).

8
Dalam konteks COVID-19, transmisi melalui udara dapat dimungkinkan
dalam keadaan khusus dimana prosedur atau perawatan suportif yang
menghasilkan aerosol seperti intubasi endotrakeal, bronkoskopi, suction terbuka,
pemberian pengobatan nebulisasi, ventilasi manual sebelum intubasi, mengubah
pasien ke posisi tengkurap, memutus koneksi ventilator, ventilasi tekanan positif
noninvasif, trakeostomi, dan resusitasi kardiopulmoner. Masih diperlukan
penelitian lebih lanjut mengenai transmisi melalui udara.19
2.1.4 Gambaran Klinis
Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara
bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun dan
tetap merasa sehat. Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa
lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit,
hidung tersumbat, pilek, nyeri kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare,
hilang penciuman dan pembauan atau ruam kulit.
Menurut data dari negara-negara yang terkena dampak awal pandemi, 40%
kasus akan mengalami penyakit ringan, 40% akan mengalami penyakit sedang
termasuk pneumonia, 15% kasus akan mengalami penyakit parah, dan 5% kasus
akan mengalami kondisi kritis. Pasien dengan gejala ringan dilaporkan sembuh
setelah 1 minggu. Pada kasus berat akan mengalami Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik, gagal multiorgan, termasuk gagal
ginjal atau gagal jantung akut hingga berakibat kematian. Orang lanjut usia
(lansia) dan orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya seperti
tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan paru, diabetes dan kanker berisiko
lebih besar mengalami keparahan.16

Gambar 2.2. Manifestasi Klinis Covid-1919

9
Lama masa inkubasi sekitar 3-14 hari dengan rata-rata 5 hari. Pada fase
awal virus ini menyebar ke jaringan yang mengekspresi ACE-2, seperti paru,
jantung, dan saluran cerna melalui aliran darah. Gejala yang ditimbulkan pada
fase ini biasanya ringan. Gejala dirasa bertambah berat pada hari keempat hingga
ketujuh setelah gejala awal. Bila tidak teratasi, sitokin yang diproduksi akan terus
meningkat hingga terjadi badai sitokin yang berujung pada sepsis, ARDS, dan
komplikasi lainnya.19

Gambar 2.3 Perjalanan Penyakit Covid-19


2.1.5 Klasifikasi
A. Suspek
Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan pada 14 hari
terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di
negara/wilayah Indonesia yang melaporkan transmisi lokal. Orang dengan salah
satu gejala/tanda ISPA dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki
riwayat kontak dengan kasus konfirmasi/probable COVID-19. Orang dengan
ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan perawatan di rumah
sakit dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang
meyakinkan.20
B. Probabel
Kasus suspek dengan ISPA Berat/ARDS/meninggal dengan gambaran klinis
yang meyakinkan COVID-19 dan belum ada hasil pemeriksaan laboratorium RT-
PCR.18
C. Konfirmasi

10
Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 yang
dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium RT-PCR. Kasus konfirmasi dibagi
menjadi 2.20
1. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)
Pada pasien tidak ditemukan gejala.18
2. Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik)
a. Ringan/tidak berkomplikasi
Pasien menunjukkan gejala infeksi saluran napas oleh virus tanpa
komplikasi yang tidak spesifik, seperti lemah, batuk, demam, anoreksia,
malaise, nyeri tenggorokan, nyeri otot, kongesti hidung, sesak ringan,
dan sakit kepala. Pada beberapa pasien dapat dijumpai diare, mual, dan
muntah. 20
b. Sedang/moderat
Pasien dewasa atau remaja: gejala pneumonia namun tidak berat dan
tidak memerlukan suplementasi oksigen.
Pasien anak-anak: gejala yang ditimbulkan adalah pneumonia tidak
berat disertai batuk, sulit bernapas, dan takipneu.20
c. Berat/pneumonia berat
Pasien dewasa atau remaja: demam atau dalam pengawasan infeksi
saluran napas/pneumonia, ditambah satu dari:
1) Distres pernapasan berat
2) Frekuensi napas ≥30 kali/menit
3) Saturasi oksigen (SpO2) <93% pada udara kamar atau
PaO2 /FiO2 <300
4) Pasien anak: batuk atau kesulitan bernapas, ditambah satu dari: 
5) Sianosis sentral atau SpO2 <90%
6) Tanda pneumonia berat: letargi atau penurunan kesadaran,
ketidakmampuan menyusu atau minum, atau kejang
7) Tanda lain pneumonia: takipnea (<2 bulan, ≥60x/menit; 2–11
bulan, ≥50x/menit; 1–5 tahun, ≥40x/menit; >5 tahun, ≥30x/menit)
8) Distres pernapasan berat: retraksi dada berat, mendengkur

11
d. Kritis
Pasien mengalami gagal napas, syok sepsis, Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARDS), atau multiple organ failure .20

2.1.6 Penatalaksanaan
Hingga saat ini, belum ada vaksin dan obat yang spesifik untuk mencegah
atau mengobati COVID-19. Pengobatan ditujukan sebagai terapi simptomatis dan
suportif. Ada beberapa kandidat vaksin dan obat tertentu yang masih diteliti
melalui uji klinis.16
A. Tanpa Gejala
1. Isolasi dan Pemantauan
Isolasi mandiri di rumah selama 10 hari sejak pengambilan specimen
diagnosis konfirmasi, baik isolasi mandiri dirumah maupun di fasilitas
publik yang dipersiapkan pemerintah. Pasien dipantau melalui telepon oleh
petugas Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Kontrol di
FKTP terdekat setelah 10 hari karantina untuk pemantauan klinis
2. Non-Farmakologis
Berikan edukasi terkait tindakan yang perlu dikerjakan (leaflet untuk
dibawa ke rumah):
a. Pasien:
1) Pasien mengukur suhu tubuh 2 kali sehari, pagi dan malam hari
2) Selalu menggunakan masker jika keluar kamar dan saat berinteraksi
dengan anggota keluarga
3) Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer
sesering mungkin
4) Jaga jarak dengan keluarga
5) Upayakan kamar tidur sendiri/terpisah
6) Menerapkan etika batuk (diajarkan oleh tenaga medis)
7) Alat makan minum segera dicuci dengan air/sabun
8) Berjemur matahari minimal sekitar 10-15 menit setiap harinya
(sebelum jam 9 pagi dan setelah jam 3 sore)

12
9) Pakaian yang telah dipakai sebaiknya dimasukkan dalam kantong
plastic/wadah tertutup yang terpisah dengan pakaian kotor keluarga
yang lainnya sebelum dicuci dan segera dimasukkan mesin cuci
10) Ukur dan catat suhu tubuh 2 kali sehari
11) Segera berinformasi ke petugas pemantau/FKTP atau keluarga jika
terjadi peningkatan suhu tubuh >38oC
b. Lingkungan/kamar:
1) Perhatikan ventilasi, cahaya dan udara
2) Membuka jendela kamar secara berkala
3) Bila memungkinkan menggunakan APD saat membersihkan kamar
(setidaknya masker, dan bila memmungkinkan sarung tangan dan
goggle)
4) Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer
sesering mungkin
5) Bersihkan kamar setiap hari, bisa dengan air sabun atau bahan dasar
desinfektan lainnya.
c. Keluarga:
1) Bagi anggota keluarga yang berkotak erat dengan pasien sebaiknya
memeriksakan diri ke FKTP/Rumah sakit
2) Anggota keluarga senantiasa pakai masker
3) Jaga jarak minimal 1 meter dari pasien
4) Senantiasa mencuci tangan
5) Jangan sentuh daerah wajah kalau tidak yakin tangan bersih
6) Ingat senantiasa membuka jendela rumah agar sirkulasi udara
tertukar
7) Bersihkan sesering mungkin daerah yang mungkin tersentuh pasien
misalnya ganggang pintu.
3. Farmakologis
Bila terdapat penyakit penyerta/komorbid, dianjurkan untuk tetap
melanjutkan pengobatan yang rutin dikonsumsi. Apabila pasien rutin
meminum terapi obat antihipertensi golongan obat ACE-inhibitor (ACE-I)

13
dan Angiotensin Reseptor Blocker (ARB) perlu berkonsultasi ke Dokter
Spesialis Penyakit dalam atau Dokter Spesialis Jantung
a. Vitamin C (untuk 14 hari) dengan pilihan:
1) Tablet vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (14 hari)
2) Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
3) Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet/24 jam (selama
30 hari)
4) Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C, B, E, Zink
b. Obat-obatan suportif atau komplementer beruba obat tradisional yang
sudah teregistrasi BPOM, teruji keamanan, manfaat dan bermutu yaitu
Obat modern Asli Indonesia (OMAI), dapat dipertimbangkan namun
dengan tetap memperhatikan perkembangan kondisi klinis pasien.
c. Obat-obatan yang memiliki sifat antioksidan dapat diberikan
B. Gejala Ringan
1. Isolasi dan Pemantauan
Isolasi mandiri dirumah/fasilitas karantina selama maksimal 10 hari sejak
muncul gejala ditambah 3 hari bebas gejala demam dan gangguan
pernapasan, isolasi dapat dilakukan mandiri dirumah maupun difasilitas
public yang dipersiapkan pemerintah. Petugas FKTP diharapkan proaktif
melakukan pemantauan kondisi pasien. Setelah melewati masa isolasi
pasien akan kontrol ke FKTP terdekat.
2. Non-Farmakologis
Edukasi terkait tindakan yang harus dilakukan (sama dengan edukasi
tanpa gejala)
3. Farmakologis
a. Vitamin C
b. Azitromisin 1x500 mg perhari selama 5 hari
c. Salah satu dari antivirus berikut:
1) Oseltamivir (Tamiflu) 75 mg/12 jam/oral selama 5-7 hari, atau
2) Kombinasi Lopinavir + Ritonavir (Aluvia) 2x400/100mg selama 10
hari, atau

14
3) Favipiravir (Avigan) 600 mg/12 jam/oral selama 5 hari
d. Klorokuin fosfat 500 mg/12 jam oral (untuk 5-7 hari) atau
Hidroksiklorokuin (sediaan yanga da 200 mg) dosis 400 mg/24
jam/oral (untuk 5-7 hari) depat dipertimbangkan apabila pasien
dirawat inap di RS dan tidak ada kontraindikasi.
e. Pengobatan simptomatis seperti paracetamol bila demam
f. Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat
Modern Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM dapat
dipertimbangkan untuk diberikan namum dengan tetap
memperhatikan perkembangan kondisi klinis pasien
g. Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada.
C. Gejala Sedang
1. Isolasi dan Pemantauan
Rujuk ke Rumah Sakit ke Ruang Perawatan COVID-19/ Rumah Sakit
Darurat COVID-19 dan Isolasi di Rumah Sakit ke Ruangan Perawatan
COVID-19/ Rumah Sakit Darurat COVID-19
2. Non Farmakologis
a. Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status
hidrasi/terapi cairan, oksigen
b. Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap berikut dengan
hitung jenis, bila memungkinkan ditambahkan dengan CRP, fungsi
ginjal, fungsi hati dan foto toraks secara berkala
3. Farmakologis
a. Vitamin C 200-400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCL 0,9% habis dalam 1
jam diberikan secara drips intravena (IV) selama perawatan
b. Diberikan terapi farmakologis berikut:
1) Klorokuin fosfat 500 mg/12 jam oral (untuk 5-7 hari) ATAU
Hidroksiklorokuin (sediaan yang ada 200 mg) hari pertama 400
mg/12 jam/oral, selanjutnya 400 mg/24 jam/oral (untuk 5-7 hari),
ditambah
2) Salah satu anti virus berikut:

15
a) Oseltamivir (Tamiflu) 75 mg/12 jam/oral selama 5-7 hari,
atau
b) Kombinasi Lopinavir + Ritonavir (Aluvia) 2x400/100mg
selama 10 hari, atau
c) Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600
mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2x600 mg (hari ke
2-5), atau
d) Remdesivir 200 mg IV drip/3 jam dilanjutkan 1x100 mg IV
drip/3 jam selama 9-13 hari
3) Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP
4) Pengobatan simptomatis (Parasetamol dll)
5) Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
D. Gejala Berat
1. Isolasi dan Pemantauan
Isolasi diruang isolasi Rumah Sakit Rujukkan atau Rawat secara
kohorting
2. Farmakologis
a. Vitamin C 200-400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCL 0,9% habis dalam 1
jam deiberikan secara drips intravena (IV) selama perawatan
b. Vitamin B 1 1 ampul/24 jam/ IV
c. Klorokuin fosfat 500 mg/12 jam oral (untuk 1-3 hari) dilanjutkan 250
mg/12 jam/oral (hari ke 4-10) ATAU Hidroksiklorokuin dosis 400
mg/24 jam/oral (untuk 5 hari), setiap 3 hari kontrol EKG.
d. Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral (5-7 hari) ATAU
sebagai alternative Levofloksasin dapat diberikan apabila curiga ada
infeksi bakteri: dosis 750 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7
hari)
e. Bila terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat oleh karena koinfeksi
bakteri, pemilihan antibiotic disesuaikan dengan kondisi klinis, focus
infeksi dan faktor resiko yang ada pada pasien. Pemeriksaan kultur
darah harus dikerjakan dan pemeriksaan kultur sputum (dengan

16
kehati-hatian khusus) patut dipertimbangkan.
f. Antivirus:
1) Oseltamivir (Tamiflu) 75 mg/12 jam/oral selama 5-7 hari, atau
2) Kombinasi Lopinavir + Ritonavir (Aluvia) 2x400/100mg selama 10
hari, atau
3) Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12
jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2x600 mg (hari ke 2-5), atau
4) Remdesivir 200 mg IV drip/3 jam dilanjutkan 1x100 mg IV drip/3
jam selama 9-13 hari
g. Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP
h. Deksamethasone dengan dosis 6 mg/24 jam selama 10 hari atau
kortikosteroid lain yang setara seperti hidrokortison pada kasus berat
yang mendapat terapi oksigen atau kasus berat dengan ventilator
i. Pengobatan komorbid dan komplikasi yang sesuai
j. Apabila terjadi syok, lakukan tatalaksana syok sesuai pedoman
tatalaksana syok yang sudah ada.18,20
2.1.7 Pencegahan dan Pengendalian di Masyarakat
Masyarakat memiliki peran penting dalam memutus mata rantai penularan
COVID-19 agar tidak menimbulkan sumber penularan baru. Mengingat cara
penularannya berdasarkan droplet infection dari individu ke individu, maka
penularan dapat terjadi baik di rumah, perjalanan, tempat kerja, tempat ibadah,
tempat wisata maupun tempat lain dimana terdapat orang berinteaksi sosial.
Prinsipnya pencegahan dan pengendalian COVID-19 di masyarakat dilakukan
dengan:
A. Pencegahan penularan pada individu
Penularan COVID-19 terjadi melalui droplet yang mengandung virus SARS
CoV- 2 yang masuk ke dalam tubuh melalui hidung, mulut dan mata, untuk itu
pencegahan penularan COVID-19 pada individu dilakukan dengan beberapa
tindakan, seperti:
1. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun
dan air mengalir selama 40-60 detik atau menggunakan cairan

17
antiseptic berbasis alkohol (handsanitizer) minimal 20 – 30 detik.
Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang tidak
bersih.
2. Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung
dan mulut jika harus keluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain
yang tidak diketahui status kesehatannya (yang mungkin dapat
menularkan COVID-19).
3. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari
terkena droplet dari orang yang yang batuk atau bersin. Jika tidak
memungkin melakukan jaga jarak maka dapat dilakukan dengan
berbagai rekayasa administrasi dan teknis lainnya.
4. Membatasi diri terhadap interaksi / kontak dengan orang lain yang tidak
diketahui status kesehatannya.
5. Saat tiba di rumah setelah bepergian, segera mandi dan berganti pakaian
sebelum kontak dengan anggota keluarga di rumah.
6. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan pola hidup bersih
dan sehat (PHBS) seperti konsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik
minimal 30 menit sehari, istirahat yang cukup termasuk pemanfaatan
kesehatan tradisional. Pemanfaatan kesehatan tradisional, salah satunya
dilakukan dengan melaksanakan asuhan mandiri kesehatan tradisional.
7. Mengelola penyakit penyerta/komorbid agar tetap terkontrol
8. Mengelola kesehatan jiwa dan psikososial
Kondisi kesehatan jiwa dan kondisi optimal dari psikososial dapat
tingkatkan melalui:
a. Emosi positif: gembira, senang dengan cara melakukan kegiatan
dan hobi yang disukai, baik sendiri maupun bersama keluarga atau
teman dengan mempertimbangkan aturan pembatasan social
berskala besar di daerah masing-masing;
b. Pikiran positif: menjauhkan dari informasi hoax, mengenang semua
pengalaman yang menyenangkan, bicara pada diri sendiri tentang
hal yang positif (positive self-talk), responsif (mencari solusi)

18
terhadap kejadian, dan selalu yakin bahwa pandemi akan segera
teratasi;
c. Hubungan sosial yang positif: memberi pujian, memberi harapan
antar sesama, saling mengingatkan cara-cara positif, meningkatkan
ikatan emosi dalam keluarga dan kelompok, menghindari diskusi
yang negatif, tetap melakukan komunikasi secara daring dengan
keluarga dan kerabat. Ketentuan teknis peningkatan kesehatan jiwa
dan psikososial merujuk pada pedoman dukungan kesehatan jiwa
dan psikososial pada pandemic COVID-19 yang disusun oleh
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa
dan NAPZA.
9. Apabila sakit menerapkan etika batuk dan bersin. Jika berlanjut segera
berkonsultasi dengan dokter/tenaga kesehatan.
10. Menerapkan adaptasi kebiasaan baru dengan melaksanakan protocol
kesehatan dalam setiap aktivitas.
B. Perlindungan kesehatan pada masyarakat
COVID-19 merupakan penyakit yang tingkat penularannya cukup tinggi,
sehingga perlu dilakukan upaya perlindungan kesehatan masyarakat yang
dilakukan secara komprehensif. Perlindungan kesehatan masyarakat bertujuan
mencegah terjadinya penularan dalam skala luas yang dapat menimbulkan beban
besar terhadap fasyankes. Tingkat penularan COVID-19 di masyarakat
dipengaruhi oleh adanya pergerakan orang, interaksi antar manusia dan
berkumpulnya banyak orang, untuk itu perlindungan kesehatan masyarakat harus
dilakukan oleh semua unsur yang ada di masyarakat baik pemerintah, dunia usaha,
aparat penegak hukum serta komponen masyarakat lainnya. Adapun perlindungan
kesehatan masyarakat dilakukan melalui,
1. Upaya pencegahan (prevent)
a. Kegiatan promosi kesehatan (promote) dilakukan melalui sosialisasi,
edukasi, dan penggunaan berbagai media informasi untuk memberikan
pengertian dan pemahaman bagi semua orang, serta keteladanan dari
pimpinan, tokoh masyarakat, dan melalui media mainstream.

19
b. Kegiatan perlindungan (protect) antara lain dilakukan melalui
penyediaan sarana cuci tangan pakai sabun yang mudah diakses dan
memenuhi standar atau penyediaan handsanitizer, upaya penapisan
kesehatan orang yang akan masuk ke tempat dan fasilitas umum,
pengaturan jaga jarak, disinfeksi terhadap permukaan, ruangan, dan
peralatan secara berkala, serta penegakkan kedisplinan pada perilaku
masyarakat yang berisiko dalam penularan dan tertularnya COVID-19
seperti berkerumun, tidak menggunakan masker, merokok di tempat
dan fasilitas umum dan lain sebagainya.
2. Upaya penemuan kasus (detect)
a. Deteksi dini untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19 dapat
dilakukan semua unsur dan kelompok masyarakat melalui koordinasi
dengan dinas kesehatan setempat atau fasyankes.
b. Melakukan pemantauan kondisi kesehatan (gejala demam, batuk,
pilek, nyeri tenggorokan, dan/atau sesak nafas) terhadap semua orang
yang berada di lokasi kegiatan tertentu seperti tempat kerja, tempat
dan fasilitas umum atau kegiatan lainnya.
3. Unsur penanganan secara cepat dan efektif (respond)
Melakukan penanganan untuk mencegah terjadinya penyebaran yang
lebih luas, antara lain berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat atau
fasyankes untuk melakukan pelacakan kontak erat, pemeriksaan
laboratorium serta penanganan lain sesuai kebutuhan. Penanganan kesehatan
masyarakat terkait respond adanya kasus COVID-19 meliputi:
a. Pembatasan Fisik dan Pembatasan Sosial
Pembatasan fisik harus diterapkan oleh setiap individu. Pembatasan
fisik merupakan kegiatan jaga jarak fisik (physical distancing) antar
individu yang dilakukan dengan cara:
1) Dilarang berdekatan atau kontak fisik dengan orang mengatur
jaga jarak minimal 1 meter, tidak bersalaman, tidak berpelukan
dan berciuman

20
2) Hindari penggunaan transportasi publik (seperti kereta, bus, dan
angkot) yang tidak perlu, sebisa mungkin hindari jam sibuk ketika
berpergian.
3) Bekerja dari rumah (Work from Home), jika memungkinkan dan
kantor memberlakukan ini
4) Dilarang berkumpul massal di kerumunan dan fasilitas umum
5) Hindari bepergian ke luar kota/luar negeri termasuk ke tempat-
tempat wisata
6) Hindari berkumpul teman dan keluarga, termasuk
berkunjung/bersilaturahmi/mengunjungi orang sakit/melahirkan
tatap muka dan menunda kegiatan bersama. Hubungi mereka
dengan telepon, internet, dan media sosial
7) Gunakan telepon atau layanan online untuk menghubungi dokter
atau fasilitas lainnya
8) Jika anda sakit, dilarang mengunjungi orang tua/lanjut usia. Jika
anda tinggal satu rumah dengan mereka, maka hindari interaksi
langsung dengan mereka dan pakai masker kain meski di dalam
rumah
9) Untuk sementara waktu, anak sebaiknya bermain bersama
keluarganya sendiri di rumah
10) Untuk sementara waktu, dapat melaksanakan ibadah di rumah
11) Jika terpaksa keluar harus menggunakan masker kain
12) Membersihkan /disinfeksi rumah, tempat usaha, tempat kerja,
tempat ibadah, kendaraan dan tempat tempat umum secara
berkala
13) Dalam adaptasi kebiasaan baru, maka membatasi jumlah
pengunjung dan waktu kunjungan, cek suhu pengunjung,
menyediakan tempat cuci tangan pakai sabun dan air mengalir,
pengecekan masker dan desinfeksi secara berkala untuk mall dan
tempat tempat umum lainnya

21
14) Memakai pelindung wajah dan masker kepada para
petugas/pedagang yang berinteraksi dengan banyak orang8,15
b. Pengendalian Lingkungan
Prosedur pembersihan dan disinfeksi lingkungan harus diikuti dengan
benar dan konsisten. Petugas kebersihan perlu diedukasi dan dilindungi
dari infeksi COVID-19 dan petugas kebersihan harus memastikan bahwa
permukaan lingkungan dibersihkan secara teratur selama periode
observasi:
1) Bersihkan dan disinfeksi permukaan yang sering disentuh seperti
meja, rangka tempat tidur, dan perabotan kamar tidur lainnya
setiap hari dengan disinfektan rumah tangga yang mengandung
larutan pemutih encer (pemutih 1 bagian hingga 99 bagian air).
Untuk permukaan yang tidak mentolerir pemutih maka dapat
menggunakan etanol 70%
2) Bersihkan dan disinfeksi permukaan kamar mandi dan toilet
setidaknya sekali sehari dengan disinfektan rumah tangga yang
mengandung larutan pemutih encer (1 bagian cairan pemutih
dengan 99 bagian air)
3) Membersihkan pakaian, seprai, handuk mandi, dan lain-lain,
menggunakan sabun cuci dan air atau mesin cuci di 60–90°C
dengan deterjen biasa dan kering
4) Harus mempertimbangkan langkah-langkah untuk memastikan
sampah dibuang di TPA yang terstandar, dan bukan di area
terbuka yang tidak diawasi
5) Petugas kebersihan harus mengenakan sarung angan sekali pakai
saat membersihkan atau menangani permukaan, pakaian atau
linen yang terkotori oleh cairan tubuh, dan harus melakukan
kebersihan tangan sebelum dan sesudah melepas sarung tangan.
2.2 Puskesmas Lingga
2.2.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah

22
Secara geografis, Puskesmas Lingga terletak diwilayah Kecamatan Sungai
Ambawang Kabupaten Kubu Raya terletak antara 0 02.22”LU-0 01.22”LS dan
109 24’21”BT-109 31’06”BT. Secara administratif, batas Puskesmas Lingga
adalah sebagai berikut :
Sebelah utara : Kecamatan Kuala Mandor B Kabupaten Kubu Raya
Sebelah timur : Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau
Sebelah selatan :Puskesmas Parit Timur Kecamatan Sungai Ambawang
Kabupaten Kubu Raya
Sebelah barat : Desa Jawa Tengah Puskesmas Sungai Ambawang
Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya

Gambar 2.4 Peta Wilayah Puskesmas Lingga Kabupaten Kubu Raya


Luas wilayah Puskesmas Lingga adalah 367,62 km2, terdiri dari satu (1)
kecamatan, 4 Desa, 21 Dusun, 23 RW dan 104 RT. Luas wilayah Puskesmas
Lingga tidak merata, Desa terluas adalah Desa Teluk Bakung yaitu 216,88 Km 2
dan yang terkecil adalah Desa Lingga 28,43 Km2., desa lainnya yaitu desa Korek
50,00 Km2.dan Desa Pancaroba dengan luas 72,71 M 2. Untuk luas wilayah
Puskesmas Lingga menurut Desa dapat dilihat pada gambar 2.5

23
Korek; 50

Lingga; 28.43

Teluk Bakung;
216.88 Pancaroba;
72.71

Gambar 2.5 Luas Wilayah Puskesmas Lingga menurut Desa


Puskesmas Lingga sebagian besar wilayahnya memiliki topografi yang
relatif datar. Sebagian kecil berbukit dan lereng. Desa korek, desa lingga dan desa
Pancaroba relatif Datar, sedangkan Desa Teluk Bakung relatif berbukit dan
lereng.
2.2.2 Kondisi Demografi
Jumlah penduduk diwilayah kerja Puskesmas Lingga sampai Desember
tahun 2018 sebanyak 21,580 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 11,255 jiwa
dan perempuan 10,325 jiwa. Penduduk terbanyak terpadat di Desa Lingga yaitu
sebesar 6,343jiwa, sedangkan penduduk terjarang di Desa Pancaroba dengan
jumlah penduduk 4,349 jiwa.
Jumlah Penduduk
No Nama Desa
Laki-laki Perempuan Total
1 Korek 2,974 2,828 5,802
2 Lingga 3,305 3,038 6,343
3 Pancaroba 2,281 2,068 4,349
4 Teluk Bakung 2,695 2,391 5,086
Jumlah 11,255 10,325 21,580

2.2.3 Perekonomian Daerah


Data mengenai perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di
Wilayah Puskesmas Lingga masih mengikuti data dari Kecamatan Sungai

24
Ambawang, dimana kondisi dan potensi ekonomi yang terdapat di wilayah kerja
Puskesmas Lingga meliputi sektor pertanian dan perkebunan, perindustrian,
perdagangan, peternakan, koperasi serta pertambangan. Sektor pertanian sebagian
masyarakat masih bersawah menanam padi, sector perkebunan terdapat lebih dari
dua perusahan sawit dan tanaman industry diantaranya PT. Palem Deldan
PT.KSP, serta perkebunan karet rakyat. Sektor Koperasi: Masyarakat diwilayah
kerja puskesmas lingga sangat terbantu dengan adanya koperasi yaitu CU Pancur
Kasih yang terdapat di desa Lingga dan CU Lantang Tipo didesa Pancaroba.
Sektor Industri terdapat 2 industri perabot rumah tangga yang ada di desa lingga
dan pancaroba. Sektor Peternakan diantaranya peternakan ayam putih, babi,
kambing dan sapi.
2.2.4 Sosial Budaya
A. Agama dan Budaya
Kabupaten Kubu Raya merupakan kabupaten yang terdiri dari berbagai
multi etnis. Keragaman budaya dan agama. Di wilayah Puskesmas Lingga hal ini
memperkaya kasanah budaya dan menjadi suatu keunikan tersendiri sebagaimana
daerah-daerah lainnya. Etnis yang tersebut antara lain adalah Dayak, Madura,
Melayau, Jawa, Bugis dan etnis Cina dengan latar budaya yang beraneka ragam.
Berbagai adat istiadat sebagai keragaman budaya suku menjadi suatu
potensi tersendiri di Wilayah Kerja Puskesmas Lingga. Etnis Dayak dengan
budaya Naik Dango-nya dan etnis Jawa dengan budaya sedekah bumi-nya, Etnis
Melayu dengan budaya Robo’ - Robo’-nya, etnis China dengan budaya kesenian
Naga-nya,etnis madura dengan Rongengnya. Kebiasaan masing-masing suku
dengan adat istiadatnya juga mewarnai kehidupan sehari-hari penduduk di
Wilayah kerja Puskesmas Lingga. Di wilayah Kerja Puskesmas Lingga juga
terdapat multi agama yaitu agama Katolik, Protestan, Islam, Budha, Hindu dan
kepercayaan KhongHucu. Sektor Agama sangat mendukung dalam kehidupan
bermasyarakat, karena dalam agama mengajarkan bagaimana cara hidup
bermasyarakat yang baik hal ini tercermin dengan dibangunnya sarana dan
prasaranan tempat ibadah. Adapun data mengenai jumlah dan tempat ibadah dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :

25
No Desa Gereja Kapel Masjid Surau Kelenteng
1 Korek 5 - 8 15 -
2 Lingga 6 2 3 4 -
3 Pancaroba 2 2 1 4 -
4 Teluk 12 1 1 - -
Bakung
Jumla 25 5 13 23 0
h
Sumber : Profil KecamatanSungai Ambawang, tahun 2016
B. Pendidikan
Berdasarkan jenjang pendidikan penduduk per Desa di Wilayah Kerja
Puskesmas Lingga terlihat bahwa sebagian besar penduduknya mempunyai latar
belakang pendidikan setingkat SD/sederajat, diikuti oleh lulusan SMP dan
SMA/SMK. Jumlah sarana pendidikan di Wilayah kerja Puskesmas Lingga secara
keseluruhan berjumlah 20 unit terdiri SD/MI 15 unit, SMP3 unit dan SMU/SMK
2unit. Persebaran sarana pendidikan hampir merata di tiap desa . Data jumlah
sarana Pendidikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
TK/ SD/ SLTP/ SLTA/
No Desa Diniyah MI MTs MA
Neg Swa Neg Swa Neg Swa Neg Swa
1 Korek - - 4 - - - - 1
2 Lingga - - 3 1 1 - - -
3 Pancaroba - - 2 1 1 - 1 -
4 Tlk Bkung - - 4 - 1 - - -
Jumlah 0 0 13 2 3 0 1 1
Sumber : Profil Kecamatan Sungai Ambawang,2016
C. Mata Pencarian
Sebagian besar penduduk diwilayah kerja Puskesmas Lingga mengandalkan
sektor pertanian dan perkebunan sebagai mata pencariannya. Wilayah Kerja
Puskesmas Lingga dengan luas sekitar 368Km2, mempunyai berbagai potensi
sumber daya alam yang berupa lahan untuk pengembangan pertanian,
perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan serta dalam bentuk potensi
bahan tambang dan sumberdaya energi. Selain sektor pertanian dan perkebunan
yang menjadi pimadona, sektor peternakan memiliki potensi yang dapat
diandalkan yang didominasi oleh peternakan ayam, kambing, sapi dan babi.

26
D. Kemiskinan
Jumlah Penduduk Miskin Tahun 2018 di Wilayah kerja Puskesmas Lingga
menurut data Dinas Kesehatan Kubu Raya tahun 2018 mencapai 9.921 Jiwa, di
mana jumlah persentasenya mencapai 52.9% dari jumlah penduduk di wilayah
kerja puskesmas Lingga.

Data jumlah penduduk miskin yang berada di wilayah kerja Puskesmas Lingga
per desa dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
No. Desa Jumlah % jlh Pddk Jlh Pddk
1. Korek 2.585 51 % 5,386
2. Lingga 2.916 52.6 % 5,887
3. Pancaroba 2.129 56 % 4,037
4. Teluk Bakung 2.291 52 % 4,722
JUMLAH 9.921 52.9 % 20,032

27
BAB III
MATERI DAN METODE

3.1 Corona Virus 2019


A. Materi
Untuk meningkatkan pengetahuan warga lansia mengenai Covid-19, dan
pencegahan penularannya maka dilakukan kunjungan ke posyandu lansia di 4
desa wilayah kerja Puskesmas Lingga untuk melakukan penyuluhan dan
memberikan edukasi secara langsung kepada warga lansia. Materi yang
disampaikan dalam penyuluhan meliputi:
1. Pengertian Corona virus-19
2. Cara penularan Covid-19
3. Gejala dan tanda tertular Covid-19
4. Cara menerapkan protokol kesehatan dengan penerapan 3M
B. Waktu dan Tempat Penyuluhan
Waktu penyuluhan : ± 20 menit
Tempat penyuluhan : empat Posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas
Lingga
Peserta : Warga lansia yang datang saat jadwal pengobatan
Pemateri : dr. Ivo Afiani dan dr. Sumarti Fina Martha
Wongso
C. Metode

28
Metode yang dilakukan adalah penyuluhan kelompok dalam bentuk
ceramah dan diskusi 2 arah (Tanya jawab), sehingga peserta penyuluhan dapat
bertanya bila ada yang tidak mengerti.
D. Media
Media yang digunakan berupa slide power point materi penyuluhan.
3.2 Desinfektan
A. Materi
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader di posyandu
lansia mengenai desinfektan dan cara pembuatannya maka dilakukan penyuluhan
dan demontrasi pembuatan desinfektan dengan menggunakan alat dan bahan yang
lebih murah dan mudah untuk didapatkan.
B. Waktu dan Tempat Penyuluhan
Waktu penyuluhan : ± 30 menit
Tempat penyuluhan : Empat Posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas
Lingga
Peserta : Kader yang datang saat jadwal pengobatan
Pemateri : dr. Ivo Afiani dan dr. Sumarti Fina Martha
Wongso
C. Metode
Metode dilakukan adalah penyuluhan kelompok dalam bentuk ceramah dan
diskusi 2 arah (Tanya jawab) dan demontrasi pembuatan desinfektan.
D. Media
Media yang digunakan berupa slide power point materi penyuluhan, dan alat
bahan untuk pembuatan desinfektan.
3.3 Kartu Kontrol Pengobatan
A. Materi
Untuk meningkatkan kepatuhan dan mengetahui keberhasilan pengobatan
pada lansia, maka dibuat kartu kontrol pengobatan yang digunakan untuk
mencatat tekanan darah, kadar gula darah, kolesterol, dan asam urat warga lansia
yang datang berobat ke posyandu lansia.
B. Metode

29
Metode dilakukan adalah pembuatan kartu kontrol pengobatan yang akan
dibagikan kepada masing-masing warga lansia diposyandu lansia, dan kepada
kader, serta penjelasan kepada kader cara pengisian kartu kontrol pengobatan.
C. Media
Media yang digunakan berupa kertas quarto putih untuk pembuatan kartu
kontrol pengobatan.

BAB IV
DISKUSI

Masyarakat yang mengikuti kegiatan posyandu lansia diwilayah kerja


Puskesmas Lingga sebagian besar memiliki mata pencaharian di sektor pertanian
dan perkebunan. Selama pandemi Covid-19 ini memberikan pengaruh yang
beragam pada masyarakat. Pengaruh dirasakan dapat secara langsung ataupun
tidak
Kegiatan penyuluhan ini dilakukan pada bulan Februari 2021 yang diadakan di
empat posyandu lansia di empat desa wilayah kerja Puskesmas Lingga. Sesuai
dengan metode pelaksanaan yang telah dipaparkan sebelumnya, kegiatan
penyuluhan ini dilakukan melalui 3 tahapan yaitu (1) penyuluhan mengenai covid-
19 dan pencegahannya, (2) penyuluhan mengenai pembuatan desinfektan, dan (3)
pelatihan pembuatan desinfektan dengan menggunakan bahan kimia yang mudah
didapatkan di rumah tangga seperti bayclin.
Masyarakat lansia yang hadir mendapatkan penjelasan tentang pengetahuan
dasar mikroorganisme, terutama penyebab covid-19, penularan, gejala serta
pencegahannya dengan metode 5M. Selain itu masyarakat juga mendapatkan
penjelasan mengenai etika saat batuk, pola hidup bersih dan sehat, sesuai yang
dianjurkan oleh pemerintah. Kegiatan ini mengajak masyarakat untuk lebih

30
mengetahui mengenai penyakit Covid-19, serta memiliki tingkat kesadaran dan
kepedulian yang tinggi terhadap bahaya penularan Covid-19, dan disiplin terhadap
protokol kesehatan Covid-19. Kegiatan ini cukup mendapatkan respon positif dan
manfaat yang banyak bagi masyarakat khususnya lansia yang datang saat kegiatan
posyandu lansia. Pada pelaksanaannya, kegiatan penyuluhan berjalan lancar dan
antusiame masyarakat baik dewasa dan lansia cukup tinggi selama mengikuti
kegiatan ini dengan memperhatikan dan menerapkan protokol kesehatan Covid-
19.
Materi penyuluhan disampaikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah
dimengerti, sehingga setelah proses penyuluhan diharapakan masyarakat bisa
meningkatkan pengetahuan yang berkaitan dengan penyebab Covid-19, dan
tindakan pencegahan dengan melaksanakan 5M. Selain itu, diharapakan juga para
kader posyandu lansia dapat memberikan contoh dalam pembuatan disinfektan
dengan menggunakan bahan yang mudah didapatkan kepada masyarakat
binaannya.
Penyuluhan pembuatan disinfektan dengan bahan rumah tangga bertujuan
sebagai sarana edukasi bagi kader untuk dapat disampaikan kepada masyarakat
binaannya. Disinfektan dapat digunakan untuk membunuh virus yang terdapat
pada benda-benda, sebagai salah satu upaya mencegah mata rantai penyebaran
Covid-19 selain penerapan 5M. Selain penyuluhan materi, para kader juga di
berikan tutorial dalam pembuatan disinfektan dengan benar dan aman. Bahan dan
alat yang digunakan dalam pembuatan disinfektan dapat mudah dijumpai dalam
kegiatan sehari-hari, seperti bahan pemutih bayclin, botol semprot plastik, dan
sarung tangan.
Kegiatan penyuluhan ini khususnya pada lansia memiliki manfaat besar
dalam menimbulkan kesadaran dan kepedulian dalam pencegahan penularan
penyakit, karena masyarakat yang mengikuti kegiatan posyandu lansia diwilayah
kerja Puskesmas Lingga sebagian besar memiliki mata pencaharian di bidang
pertanian dan perkebunan. Sehingga kegiatan sehari-hari dilakukan diluar rumah
dan bertemu banyak orang.

31
Setelah penyuluhan selesai, pemateri memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk bertanya mengenai materi. Setelah itu, pemateri melakukan
review bersama dengan meminta beberapa peserta untuk mengulangi apa yang
telah disampaikan pemateri serta mempratekkan teknik mencuci tangan yang
benar.
Hasil yang dicapai dari kegiatan penyuluhan ini di antaranya yaitu wawasan
dan pengetahuan masyarakat meningkat tentang disiplin protokol kesehatan
Covid-19. Masyarakat dapat mengetahui secara jelas bagaimana potensi penularan
Covid-19 dan upaya pencegahannya. Selain itu, masyarakat mulai membiasakan
praktik protokol kesehatan Covid-19 yang terdiri dari mencuci tangan, menjaga
jarak, menggunakan masker dengan benar, dan menjaga kebersihan.

BAB V
KESIMPULAN DAN INOVASI

5.1 Kesimpulan
Kegiatan penyuluhan mengenai Covid-19 dan upaya pencegahan dengan
metode 5M merupakan kegiatan yang penting dilakukan sebagai pengabdian
dokter internsip dalam membantu memutus penyebaran Covid-19, khususnya di
wilayah kerja Puskesmas Lingga kabupaten Kubu Raya. Kegiatan ini meliputi
penyuluhan, dan pelatihan pembuatan disinfektan. Masyarakat di posyandu lansia
pada umumnya belum memiliki pengetahuan yang cukup mengenai Covid-19,
gejala, dan upaya pencegahan penularan dengan baik dan benar. Dengan adanya
penyuluhan ini, masyarakat khususnya lansia memiliki pengetahuan yang benar
mengenai Covid-19 dan pencegahannya, dan memiliki kesadaran serta kepedulian

32
untuk melakukan tindakan pencegahan penularan covid-19 dengan melaksanakan
metode 5M.
5.2 Saran
A. Bagi Peserta
Diharapkan agar perilaku pencegahan Covid-19 dapat selalu diterapkan oleh
lansia dalam kegiatan sehari-hari
B. Bagi Kader
1. Diharapakan untuk lebih memperhatikan penerapan protokol
kesehatan saat melakukan kegiatan pengobatan.
2. Diharapakan agar dapat memberikan informasi dan pelatihan
pembuatan disinfektan pada masyarakat binaan, sebagai salah satu
cara penularan Covid-19
5.3 Inovasi
 Pembuatan kartu kontrol berobat yang dapat digunakan sebagai rekam
medis pasien dalam mencatat hasil pemeriksaan tekanan darah, gula darah,
kolesterol, dan asam urat. Selain itu juga dapat sebagai acuan dalam
keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Kartu ini akan diberikan kepada
kader, dan masing-masing lansia.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Mona, Nailul. 2020. Konsep Isolasi Dalam Jaringan Sosial Untuk


Meminimalisasi Efek Contagious (Kasus Penyebaran Virus Corona Di
Indonesia). Jurnal Sosial Humaniora Terapan. Vol. 2 No.2. Universitas
Indonesia : Program Studi Periklanan Kreatif Program Pendidikan Vokasi.
2. Güner, R., Hasanoğlu, İ., & Aktaş, F. (2020). Covid-19: Prevention and
control measures in community. Turkish Journal of Medical Sciences,
50(SI-1), 571–577. https://doi.org/10.3906/sag2004-146.
3. Burhan, R., Isbaniah, F., Susanto, A. D., Aditama, T. Y., Soedarsono,
Sartono, T. R., Suguri, Y. J., Tantular, R., Sinaga, B. Y. M., Handayani, R.
R. D., & Agustin, H. (2020). Pneumonia Covid-19 Diagnosis &
Penatalaksanaan Di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.

34
4. Sebayang, R. 2020. Awas! WHO akhirnya tetapkan Corona darurat global.
CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/news/20200131060856-
4-134146/awas-who-akhirnya-tetapkan-coronadarurat-global.
5. WHO. 2020. ‘Novel Coronavirus (2019- nCoV) Situation Report-1’ Januari
21,2020. (https://www.who.int>docsPDFNovel CoronaVirus (2019-nCov) –
World Health Organization diakses 31 Januari 2021).
6. Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional. 2020. Kasus Positif
COVID-19 Capai 17.025, Pasien Sembuh 3.911, Meninggal 1.089 Orang.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-1.
7. Ihsanuddin. 2020. Jokowi: Kerja dari Rumah, Belajar dari Rumah, Ibadah di
Rumah Perlu Digencarkan Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan
judul “Jokowi: Kerja dari Rumah, Belajar dari Rumah, Ibadah di Rumah
Perlu Digencarkan”.
8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. ‘Pedoman Pencegahan
dan Pengendalian CoronaVirus Disease (Covid-19)’. Jakarta: Kemenkes RI.
9. Wei, W. E., Li, Z., Chiew, C. J., Yong, S. E., Toh, M. P., & Lee, V. J. 2020.
Presymptomatic Transmission of SARS-CoV-2-Singapore. Morbidity and
Mortality Weekly Report, 69(14).
10. Shereen, M. A., Khan, S., Kazmi, A., Bashir, N., & Siddique, R. 2020.
COVID-19 infection: Origin, transmission, and characteristics of human
coronaviruses. Journal of Advanced Research, 24(1).
11. Koh, D., 2020. Occupational risks for COVID-19 infection. Occup Med 70,
3–5.
12. Van Doremalen, N., Bushmaker, T., Morris, D.H., Holbrook, M.G., Gamble,
A., Williamson, B.N., et al., 2020. Aerosol and Surface Stability of SARS-
CoV-2 as Compared with SARS-CoV-1. N Engl J Med
13. Di Gennaro, F., Pizzol, D., Marotta, C., Antunes, M., Racalbuto, V.,
Veronese, N., & Smith, L. 2020. Coronavirus diseases (COVID-19) current
status and future perspectives: A narrative review. International Journal of
Environmental Research and Public Health, 17(8).

35
14. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Tanya Jawab Seputar Virus
Corona. 2020.
15. Zendrato, Walsyukurniat. Gerakan Mencegah Daripada Mengobati Terhadap
Pandemi Covid 19. Jurnal Education and Development Institut Pendidikan
Tapanuli Selatan Vol 8 No 2 Edisi Mei 2020. 2020
16. Tim Kerja Kementrian Dalam Negeri. Pedoman Umum Menghadapi
Pandemi Covid 19 Bagi Pemerintah Daerah: Pencegahan, Pengendalian,
Diagnosis dan Manajemen. 2020
17. World Health Organization (WHO). WHO Coronavirus Disease (COVID-
19). http://covid19.who.int/ diakses pada 06 Februari 2021
18. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Hotline Covid 19.
https://covid19.go.id/ diakses pada 06 Februari 2021
19. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. Covid 19.
http://dinkes.kalbarprov.go.id/covid19/ diakses pada 06 Februari 2021
20. Susilo A, et al. Coronavirus disease 2019: Tinjauan literatur terkini. Jurnal
Penyakit Dalam Indonesia. 2020;7(1):45-67.

LAMPIRAN 1. MATERI PENYULUHAN COVID-19 DAN CARA


PENCEGAHAN

36
37
38
LAMPIRAN 2. MATERI PENYULUHAN PEMBUATAN DISINFEKTAN

39
40
LAMPIRAN 3. KARTU KONTROL PENGOBATAN

41
42
LAMPIRAN 4. DOKUMENTASI
POSYANDU LANSIA DI DESA KOREK

43
POSYANDU LANSIA DI DESA LINGGA

44
45
POSYANDU LANSIA DI DESA PANCAROBA

46
POSYANDU LANSIA DI DESA TELUK BAKUNG

47
LAMPIRAN 5. ABSENSI
POSYANDU LANSIA DI DESA LINGGA

48
POSYANDU LANSIA DI DESA KOREK

49
POSYANDU LANSIA DI DESA PANCAROBA

50
POSYANDU LANSIA DI DESA TELUK BAKUNG

51
52
53

Anda mungkin juga menyukai