Anda di halaman 1dari 30

A.

Latar Belakang
Anak usia dini merupakan anak yang berada pada rentang usia nol
sampai enam tahun. Pada masa ini anak sedang mengalami perkembangan
yang sangat pesat dalam rentang kehidupannya. Sejalan dengan pendapat
Berk (dalam Sujiono, 2009, hlm. 6) yang menyatakan bahwa “pada masa ini
proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang
mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia.”
Bahkan para ahli seringkali menyebut usia dini ini sebagai golden age atau
usia keemasan. Kondisi ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya,
sehingga anak mampu berkembang secara optimal dalam berbagai aspek
perkembangannya. Selain itu, perkembangan usia dini dikenal sebagai dasar
atau pondasi perkembangan selanjutnya, sehingga optimalisasi perkembangan
anak sejak dini adalah mutlak diperlukan dalam upaya menyiapkan sumber
daya manusia yang bekualitas di masa depan.
Adapun dalam upaya optimalisasi perkembangan dan melejitkan
potensinya, setiap anak membutuhkan peran lingkungan yang kondusif dan
mendukung. Lebih jauh hal ini dapat difasilitasi melalui pemenuhan gizi atau
nutrisi, layanan kesehatan, perawatan dan perlidungan serta stimulasi
pendidikan. Berbagai kebutuhan tesebut harus dipenuhi sejak anak lahir
bahkan ketika anak masih dalam kandungan.
Bertemali dengan stimulasi pendidikan yang pada dasarnya dapat
diawali di lingkungan keluarga atau rumah, yaitu sejak anak dalam
kandungan dan saat anak telah lahir. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya
usia dan pekembangan, anak juga memerlukan layanan pendidikan yang lebih
lengkap dari lingkungan luar rumah, baik dari lingkungan masyarakat
ataupun lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan lembaga pendidikan
yang diperuntukan bagi anak usia nol sampai enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan dalam upaya optimalisasi tumbuh
kembang anak sehingga memiliki kesiapan dalam mengenyam pendidikan di
masa depannya.

1
2

Sebagai sebuah lembaga pendidikan, penyelenggaraan PAUD dipandu


oleh sebuah kurikulum. Kurikulum PAUD yang terbaru dan banyak
digunakan saat ini adalah Permendiknas No. 58 tahun 2009 tentang Standar
PAUD. Salah satu standar dalam kurikulum tersebut adalah berkenaan
dengan standar tingkat pencapaian perkembangan anak meliputi aspek
perkembangan nilai-nilai moral agama, fisik motorik, kognitif, bahasa, dan
sosial emosional.
Bertemali dengan aspek perkembangan fisik motorik pada anak usia
dini pada dasarnya berkenaan dengan pertumbuhan struktur dan fungsi tubuh
anak serta kemampuan gerak anak. Lebih lanjut lingkup perkembangannya
terdiri dari kesehatan fisik, motorik kasar, dan motorik halus. Kesehatan fisik
merupakan sesuatu yang harus senantiasa diperhatikan sejak dini bahkan
sejak anak lahir, karena kondisi fisik yang sehat akan memungkinkan anak
untuk terus tumbuh dengan baik, lebih jauh akan menjadi salah satu modal
dasar anak untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan lainnya.
Bahkan pertumbuhan otak yang merupakan pusat tumbuh kembang pun
sangat dipengaruhi oleh kesehatan fisik. Sejalan dengan pendapat Anwar dan
Ahmad (2009: hlm. 8) menyatakan bahwa “…derajat kesehatan yang rendah
akan menghambat pertumbuhan otak, dan pada gilirannya akan menurunkan
kemampuan otak…” Dengan demikian, kondisi fisik yang sehat pada setiap
anak merupakan sebuah keharusan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.
Upaya pengembangan motorik kasar dan motorik halus pun disinyalir
merupakan salah satu upaya untuk menjaga kesehatan anak. Hal ini dapat
dibuktikan dari salah satu isi standar pencapaian perkembangan anak pada
usia lima sampai enam tahun yang harus mampu melakukan kegiatan
kebersihan diri. Melalui kegiatan ini diharapkan anak mampu belajar dan ikut
andil dalam menjaga kesehatan diri sejak usia dini.
Adapun upaya yang dapat dilakukan lembaga PAUD dalam menjaga
kesehatan fisik anak diantaranya dilakukan melalui penyediaan lingkungan
yang baik, pemenuhan dan perbaikan gizi, memberikan iklim psikologis yang
baik, ataupun melalui pembiasaan perilaku hidup sehat. Dalam hal ini upaya
3

belajar yang dapat langsung dilakukan oleh anak adalah berkenaan dengan
perilaku hidup sehat. Membiasakan anak untuk berperilaku hidup sehat
merupakan sebuah upaya untuk membelajarkan anak mengenai cara
memelihara kesehatan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatannya. Disesuaikan dengan standar perkembangan anak usia dini yang
salah satunya menuntut anak untuk memiliki kemampuan melakukan
kegiatan kebersihan diri, oleh sebab itu perilaku hidup sehat pada anak usia
dini dalam penelitian ini berfokus mengenai kemampuan anak dalam
melakukan kegiatan kebersihan diri.
Aplikasi perilaku hidup sehat melalui kegiatan kebersihan diri di
lembaga PAUD dapat dilakukan dengan pembiasaan memelihara kebersihan
kuku, pembiasaan cuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun, dan
pembiasaan menggosok gigi dengan cara yang benar. Berbagai pembiasaan
yang dilakukan hendaknya mampu melibatkan pengetahuan, sikap, dan
tindakan nyata anak tentang pentingnya berperilaku hidup sehat. Melalui
berbagai kebiasaan tersebut diharapkan mampu membekali anak untuk
menjadi pribadi yang sehat dan mampu menjaga kesehatan diri.
Pada dasarnya berbagai kebiasaan di atas memang sudah lama
diselenggarakan di berbagai lembaga PAUD. Hanya saja pelaksanaannya
masih belum optimal. Seperti yang terjadi di salah satu lembaga yang telah
peneliti observasi adalah di kelas B TK X yang menunjukan bahwa anak-
anaknya masih menunjukan indikator perilaku hidup kurang atau tidak sehat.
Hal ini ditandai dengan masih banyak anak yang mencuci tangannya tanpa
sabun atau hanya membasahi dengan air dengan waktu yang sangat singkat.
Dengan demikian sebuah kewajaran apabila anak-anak di kelas B TK X ini
masih ada saja anak yang terserang diare dan cacingan. Begitupun saat
pembiasaan menggosok gigi yang seringkali dilakukan semaunya anak tanpa
memperhatikan cara yang benar. Hal inilah yang disinyalir menjadi salah satu
faktor penyebab anak usia dini yang seringkali terjangkit penyakit gigi seperti
karies atau gigi berlubang. Bahkan banyak pula anak yang secara diam-diam
enggan dan tidak mengikuti kegiatan mencuci tangan dan menggosok gigi.
4

Selain itu perilaku tidak sehat anak kelas B TK X ditunjukan melalui sebuah
tindakan yang masih kerap kali merasa nyaman ketika kukunya panjang, yang
dikhawatirkan adalah dapat dijadikan sarang kuman-kuman dan telur cacing.
Kelirunya perilaku hidup sehat anak kelas B TK X disebabkan oleh
kurang mampunya guru membelajarkan anak untuk berperilaku hidup sehat.
Hal ini dapat dibuktikan dengan pelaksanaan pembiasaan perilaku hidup sehat
anak kelas B TK X yang hanya dilakukan melalui cara intruksi guru tanpa
dilandasi dengan tindak lanjut dan perhatian yang intens, sehingga menjadi
sebuah kewajaran apabila terjadi berbagai kekeliruan. Dengan demikian cara
atau metode belajar yang digunakan guru dalam membelajarkan perilaku
hidup sehat pada anak kelas B TK X ini harus segera dibenahi.
Pembiasaan hidup sehat pada dasarnya merupakan sebuah perilaku
yang dibutuhkan untuk jangka panjang, sehingga membutuhkan metode
pembelajaran yang mampu mengantarkan anak untuk belajar secara
bermakna. Dengan demikian metode pembelajaran yang digunakan adalah
yang sesuai dengan karakteristik anak. Salah satu metode yang tepat dan
dapat digunakan adalah metode bermain. Menurut Abidin (2009, hlm. 7)
menyatakan bahwa “bermain merupakan aktivitas yang menyenangkan
sekaligus memiliki unsur pendidikan bagi anak.” Disisi lain Kline (dlm.
Driden dan Vos, 2002, hal. 22) mengemukakan bahwa “belajar akan efektif
jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.” Dengan demikian
pembelajaran yang didesain melalui bermain diharapkan mampu
membelajarkan anak untuk terbiasa hidup sehat karena dilakukan dengan cara
yang menyenangkan.
Bertemali dengan hidup sehat yang merupakan sebuah perilaku dan
disisi lain perkembangan kognitif anak yang masih dalam taraf berpikir
konkret, maka kegiatan bermain harus dilengkapi dengan media pembelajaran
visual yang menggambarkan cara-cara untuk hidup sehat. Salah satu media
visual yang tepat untuk digunakan adalah flash card yaitu sebuah kartu yang
berisi gambar dan kata. Dalam hal ini gambar dan kata yang disajikan dapat
berupa cara-cara untuk berperilaku hidup sehat. Melalui pelibatan flash card
5

diharapkan mampu memberikan gambaran yang tepat mengenai perilaku


hidup sehat. Meninjau dari manfaat kegiatan bermain dan flash card, kedua
hal ini dapat dikombinasikan untuk dijadikan salah satu alternatif
pembelajaran untuk meningkatkan perilaku hidup sehat pada anak usia dini.
Kombinasi metode bermain dan media visual flash card ini selanjutnya
dinamakan permainan flash card.
Berdasarkan uraian di atas, salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan perilaku hidup sehat adalah melalui permainan flash
card. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk mengadakan perbaikan
pembelajaran di kelas B TK X melalui penelitian tindakan kelas (PTK)
dengan judul “Meningkatkan Perilaku Hidup Sehat Anak Usia Dini
Melalui Permainan Flash Card (Penelitian Tindakan Kelas terhadap
Siswa Kelas B di TK X).” Melalui penelitian ini, diharapkan mampu
meningkatkan kemampuan perilaku anak untuk hidup sehat di kelas B TK X.

B. Rumusan Masalah
Membiasakan anak untuk berperilaku hidup sehat sudah dilakukan
hampir diseluruh lembaga PAUD, sayangnya pelaksanaannya masih belum
optimal. Lebih jauh kebiasaan ini tidak disertai dengan cara yang benar.
Seperti halnya yang terjadi di kelas B TK X bahwa kemampuan siswa dalam
kegiatan kebersihan diri masih asal-asalan dan penuh kekeliruan. Munculnya
kekeliruan tersebut disebabkan karena metode yang digunakan guru dalam
upaya pembiasaan ini hanya dicukupkan dengan memerintahkan tanpa
ditindak lanjuti dan diperhatikan caranya. Menindaklanjuti kondisi tersebut
maka perlu diupayakan sebuah metode pembelajaran yang menarik,
menyenangkan, dan konkret. Metode yang dapat digunakan adalah metode
bermain yang dikombinasikan dengan media visual flash card yang
selanjutnya dinamakan permainan flash card. Permainan flash card adalah
sebuah aktivitas bermain yang melibatkan kartu gambar dan kata. Melalui
permainan flash card diharapkan mampu meningkatkan kemampuan siswa
kelas B TK X dalam pembiasaan berperiaku hidup sehat.
6

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan masalah


sebagai berikut.
1. Bagaimana meningkatkan perilaku hidup sehat siswa kelas B TK X
melalui permainan flash card?
2. Bagaimana aktivitas siswa kelas B TK X selama meningkatkan kebiasaan
perilaku hidup sehat melalui permainan flash card?
3. Bagaimana perilaku hidup sehat siswa kelas B TK X setelah
mendapatkan pembelajaran melalui permainan flash card?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan mendeskripsikan hal-hal
sebagai berikut.
1. Meningkatkan perilaku hidup sehat siswa kelas B TK X melalui
permainan flash card.
2. Aktivitas siswa kelas B TK X selama meningkatkan perilaku hidup sehat
melalui permainan flash card.
3. Perilaku hidup sehat siswa kelas B TK X setelah mendapatkan
pembelajaran melalui permainan flash card.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu mampu memberikan manfaat bagi
berbagai pihak sebagai berikut.
1. Pihak Guru
a. Meningkatkan pemahaman guru mengenai pentingnya membiasakan
siswa untuk berperilaku hidup sehat.
b. Menambah wawasan guru mengenai permainan flash card dalam
upaya meningkatkan kebiasaan siswa untuk berperilaku hidup sehat.
2. Pihak Siswa
a. Menanamkan perilaku hidup sehat dalam upaya menjaga dan
memelihara kesehatan sejak dini.
b. Memotivasi siswa untuk belajar untuk berperilaku hidup sehat.
7

3. Peneliti
a. Menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai perbaikan
pembelajaran untuk meningkatkan perilaku hidup sehat melalui
permainan flash card.
b. Mempunyai sensitivitas terhadap munculnya permasalahan yang ada
di kelas dan berusaha untuk mengatasinya.
4. Pihak Lembaga
a. Memberikan masukan yang positif dalam upaya optimalisasi tumbuh
kembang anak khususnya pemahaman mengenai perilaku hidup sehat
dalam upaya menjaga kesehatan fisik anak.
b. Dasar pertimbangan penggunaan metode pembelajaran yang menarik
dan mudah dipahami anak khususnya berkenaan dengan permainan
flash card dalam upaya meningkatkan perilaku hidup sehat pada anak
usia dini.

E. Tinjauan Teoritis
1. Perilaku Hidup Sehat Anak Usia Dini
a. Pengertian Perilaku Hidup Sehat
1) Pengertian Perilaku
Perilaku merupakan aktivitas atau tindakan yang ditunjukan oleh
manusia. Sebagai makhluk yang aktif, maka tidak bisa dalam satu hari pun
manusia hidup tanpa melakukan aktivitas atau menunjukan perilaku. Berikut
disajikan beberapa pengertian perilaku dari para ahli.
Skinner (dalam Mubarak, dkk. hlm. 24) mengatakan bahwa “perilaku
adalah hasil hubungan antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respon).”
Artinya perilaku ini merupakan pertunjukan untuk merespon stimulus.
Lebih lanjut Notoatmodjo (2007: 133) mengungkapkan bahwa
perilaku (manusia) adalah “semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
dapat diamati langsung, maupun tidak dapat diamati langsung.” Dengan
8

demikian perilaku ini merupakan sebuah aktivitas nyata yang ditunjukan


manusia yang dapat atau pun tidak dapat diobservasi secara langsung.
Sejalan dengan Kwik (dalam Mubarak, dkk. hlm. 25) yang
berpendapat bahwa ‘perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme
yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari.’ Dalam hal ini Kwik memandang
bahwa perilaku merupakan sebuah tindakan nyata yang juga bisa dipelajari.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
perilaku merupakan aktivitas nyata untuk merespon stimulus yang dapat
diamati secara langsung atau pun secara tidak langsung dan bahkan dapat
dipelajari. Dengan demikian untuk menghasilkan perilaku yang baik, perilaku
yang benar, dan perilaku yang sehat, maka seseorang atau individu harus
distimulasi dengan berbagai rangsangan-rangsangan yang baik pula.
2) Pengertian Perilaku Hidup Sehat
Berdasarkan uraian di atas dikatakan bahwa perilaku merupakan
aktivitas nyata untuk merespon stimulus yang dapat diamati secara langsung
atau pun secara tidak langsung dan bahkan dapat dipelajari. Lebih lanjut
bertemali dengan perilaku hidup sehat dapat dipandang sebagai aktivitas
nyata seseorang yang menunjukan pola hidup yang sehat.
Pada dasarnya perilaku hidup sehat ini merupakan bagian dari
perilaku kesehatan. Sejalan dengan pendapatnya Becker (Notoatmodjo, 2007,
hlm. 137-138) mengklasifikasikan perilaku kesehatan yaitu ‘perilaku
kesehatan ini meliputi perilaku hidup sehat, perilaku sakit, dan perilaku peran
sakit.’ Artinya perilaku hidup sehat merupakan salah satu aktivitas yang
dilakukan oleh seseorang untuk mencapai kesehatan yang optimal. Hanya
saja perilaku hidup sehat ini hanya berkenaan dengan upaya mempertahankan
dan meningkatkan kesehatan.
Secara sederhana perilaku hidup sehat dapat dimaknai sebagai
tindakan atau perbuatan yang menunjukan pola hidup yang sehat. Adapun
Becker (dalam Notoatmodjo, 2012, hal 135) menyatakan bahwa ‘perilaku
hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau
9

kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya


atau pola/ gaya hidup sehat (healty life style).’
Sejalan dengan UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 11
menyatakan bahwa “setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk
mewujudkan, mempertahankan, dan memajukan kesehatan yang setinggi-
tingginya.” Dari pernyataan tersebut, yang perlu digaris bawahi dalam upaya
memahami makna dari perilaku hidup sehat adalah sebagai upaya untuk
mewujudkan, mempertahankan, dan memajukan kesehatan yang setinggi-
tingginya.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat dimaknai bahwa
perilaku hidup sehat merupakan perilaku yang ditunjukan seseorang dalam
upaya meningkatkan, mempertahankan, dan memelihara kesehatannya, untuk
mencapai kesehatan yang optimal. Hal ini bisa dilakukan melalui pemenuhan
nutrisi, pola hidup yang bersih, dan mencegah datangnya berbagai penyakit.
b. Ranah/ Domain Perilaku Hidup Sehat
Perilaku hidup sehat sering diartikan sebagai aktivitas atau tindakan
nyata yang menunjukan pola hidup sehat. Namun demikian bahwa perilaku
ini tidak hanya mencakup tindakan saja akan tetapi terdiri dari beberapa
ranah. Bertemali dengan perilaku, menurut Mubarak, dkk. (2012, hlm. 28)
menyatakan bahwa perilaku manusia secara operasional dapat dikelompokkan
menjadi 3 macam domain, yaitu perilaku dalam bentuk pengetahuan, sikap,
dan tindakan nyata atau perbuatan.
Hal ini berawal dari pendapat seorang ahli psikologi pendidikan
Bloom (Notoatmodjo, 2007, hlm. 139) yang membagi perilaku manusia itu ke
dalam 3 domain, ranah, atau kawasan yakni: a) kognitif (cognitive), b) afektif
(affective), c) psikomotor (psychomotor).
Lebih lanjut oleh ahli pendidikan Indonesia (Notoatmodjo, 2010) ke
tiga domain tersebut diterjemahkan ke dalam cipta (kognitif), rasa (afektif),
dan karsa (psikomotor), atau peri cipta, peri rasa, dan peri tindak.
Adapun dalam perkembangannya menurut Notoatmodjo (2012)
mengemukakan bahwa teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil
10

pendidikan kesehatan, yakni pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan


praktik atau tindakan (practice). Uraian lebih lanjut mengenai domain
kesehatan khususnya berkenaan dengan perilaku hidup sehat, peneliti
kemukakan sebagai berikut.
1) Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan dasar seseorang untuk melakukan aktivitas
yang tepat. Namun demikian bahwa pengetahuan ini didapatkan dari hasil
interaksi manusia dengan lingkungannya. Berdasarkan interaksi tersebut
lahirlah pengertian atau pengalaman yang mengantarkan pada pengetahuan.
Uraian lebih lanjut, berikut dikemukakan definisi pengetahuan menurut para
ahli.
Menurut Wahit dkk (Mubarak, 2012, 28) menyatakan bahwa
pengetahuan adalah “hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali
kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan
ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatam terhadap suatu
objek tertentu.”
Senada dengan Notoatmodjo (2010, hlm. 50) menyatakan bahwa
pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
merupakan tanggapan berupa kesan dari hasil bekerjanya panca indera.
Dengan demikian untuk meningkatkan pengetahuan individu atau siswa
dalam upaya perilaku hidup sehat, maka perlu kiranya memberikan
rangsangan terhadap seluruh inderanya, baik indera penglihatan,
pendengaran, pengecap, perabaan, maupun penciuman. Lebih jauh dalam
ranah perilaku berawal dari pengetahuan ini lah akan mengantarkan individu
memahami, memotivasi, dan melakukan hal yang diketahuinya. Bahkan
Mubarak (2012, hlm. 28) mengemukakan bahwa “perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan, sebab perilaku ini terjadi akibat adanya paksaan atau aturan
yang mengharuskan untuk berbuat.”
11

Dipaparkan lebih lanjut oleh Notoadmodjo (2010, hlm. 56)


menyatakan bahwa “pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa
yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan.”
Dalam hal ini dapat dimaknai bahwa pengetahuan sebagai ranah perilaku
hidup sehat merupakan segala hal yang diketahui mengenai cara-cara
memelihara kesehatan, misalnya mengetahui cara-cara menyikat gigi yang
baik, mengetahui cara-cara mencuci tangan yang baik, dan sebagainya.
2) Sikap (Attitude)
Sikap seringkali dimaknai sebagai tanggapan seseorang terhadap baik
dan buruknya tentang sesuatu. Adapun menurut Mubarak (2010, hlm. 31)
mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan “sikap adalah reaksi atau
respons seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.” Diuraikan lebih lanjut
oleh Cardno (dalam Notoatmodjo 2012, hlm. 140) menyatakan bahwa
‘attitude entails an existing predisposition to respon to social objecs which in
interaction with situasional and other disposional variables, guides and
direct the overt behavior of the individual.’
Berdasarkan berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa sikap
merupakan respon tertutup seseorang berupa penilaian terhadap stimulus
tertentu. Dalam hal ini peran sikap melibatkan tanggapan dan emosional.
Lebih jauh Notoatmodjo (2010, hlm. 57) menyatakan bahwa sikap terhadap
kesehatan adalah pendapat atau penilaian orang terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan.” Dengan demikian sikap dalam
perilaku hidup sehat dapat diartikan sebagai penilaian atau pandangan
seseorang mengenai pentingnya memelihara kesehatan melalui cara-cara yang
benar. Misalnya menyukai saat kondisi fisiknya bersih dan sehat, dan tidak
menyukai ketika kondisi fisiknya kotor dan sakit. Tertanamnya sikap yang
baik akan kesehatan anak, akan mendorong terjadinya tindakan atau praktik
pemeliharaan kesehatan yang baik.
3) Praktik atau Tindakan (Practice)
12

Secara sederhana praktik atau tindakan identik dengan kegiatan yang


ditujukan secara fisik. Berikut pendapat para ahli mengenai pengertian
praktik terhadap kesehatan.
Menurut Notoatmodjo (2012, hlm. 146) menyatakan bahwa
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,
kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang
diketahuinya, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan
apa yang diketahuinya dan disikapinya (dinilai baik). Inilah yang
disebut praktik (practice) kesehatan…
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa praktik atau
tindakan kesehatan adalah kegiatan nyata yang dilakukan seseorang dalam
memelihara kesehatannya setelah mendapat pengetahuan dan menyikapi.
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa keutuhan ranah/ domain perilaku
hidup sehat terdiri dari pengetahuan, sikap, dan tindakan mengenai cara-cara
hidup sehat. Dengan demikian ketika seseorang mampu mengaplikasikan apa
yang telah diketahui dan disikapi mengenai cara-cara hidup sehat lalu
diaplikasikan dengan tindakan, maka itulah yang dinamakan perilaku hidup
sehat yang menyeluruh.
c. Macam-macam Perilaku Hidup Sehat di Pendidikan Anak Usia Dini
Kurikulum PAUD yang digunakan saat ini adalah Permen 58 tahun
2009 mengenai Standar PAUD. Dalam kurikulum tersebut terdapat standar
pencapaian perkembangan anak usia lima sampai enam tahun terkait dengan
fisik motorik salah satunya mengenai perilaku hidup sehat yang diaplikasi
melalui kegiatan kebersihan diri. Sejalan dengan Notoatmodjo, dkk (2012)
menyatakan bahwa salah satu bahan/ materi/ informasi yang dapat
menstimulasi perilaku hidup sehat pada anak Taman Kanak-kanak adalah
kebersihan diri sendiri (personal hygiene).
Kegiatan kebersihan diri pada anak usia dini khususnya anak usia lima
sampai enam tahun ini tidak otomatis tertanam dalam diri anak, akan tetapi
harus distimulasi dengan pembelajaran dan pendidikan yang dapat dilakukan
sehingga anak mampu mengetahui, menyikapi, dan mempraktekkan
kebersihan diri.
13

Sebagaimana dipaparkan oleh Notoatmodjo (2010, hlm. 365)


menyatakan bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rangka
pemeliharaan kebersihan diri perorangan bagi murid-murid antara lain;
1) Kebersihan kulit, kuku, rambut, telinga, dan hidung.
2) Kebersihan mulut dan gigi.
3) Kebersihan dan kerapihan pakaian.
4) Memakai alas kaki (sepatu atau sandal).
5) Cuci tangan sebelum memegang makanan, dan sebagainya.
Senada dengan pendapat Arifin (2011, hlm. 91) menyatakan bahwa
kebersihan diri dalam ranah pendidikan kesehatan dalam upaya menjaga diri
agar tetap segar dan sehat, antara lain meliputi:
1) Kebersihan kulit.
2) Kebersihan rambut.
3) Kebersihan kuku.
4) Kebersihan mata.
5) Kebersihan rongga mulut dan gigi.
6) Kebersihan telinga.
7) Kebersihan hidung.
8) Kebersihan tangan dan kaki.
9) Pemeliharaan pakaian.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk
menumbuhkan perilaku hidup sehat pada anak usia dini dapat dilakukan
melalui penanaman kebiasaan pemeliharaan kebersihan diri yang meliputi
cara-cara menjaga kebersihan ke lima indera anak, membiasakan anak untuk
memotong dan membersihkan kuku, membelajarkan anak mengenai cara
menggosok gigi dan mencuci tangan yang benar, membiasakan anak untuk
menjaga kebersihan dan kerapihan pakaian dan memakai alas kaki. Melalui
berbagai pembiasaan tersebut diharapkan anak mampu mengetahui,
menyikapi, dan mengaplikasikan cara-cara memelihara kebersihan dirinya
sejak dini yang kemudian dapat dijadikan bekal cara hidup sehat anak di masa
depan.
2. Permainan Flash Card
Permainan flashcard merupakan upaya membelajarkan anak usia dini
melalui penggunaan metode bermain yang dikombinasikan dengan media
visual flash card. Uraian lebih lanjut adalah sebagai berikut.
a. Bermain dan Anak Usia Dini
14

1) Pengertian Bermain
Bermain merupakan dunia anak. Sebagian besar waktu anak diisi
dengan kegiatan bermain, baik dilakukan sendiri, dengan teman sebayanya
ataupun dengan orang yang lebih dewasa atau lebih kecil. Bahkan bermain
dapat dikatakan sebagai sifat lahiriah manusia karena setiap individu
diindikasikan pernah melakukannya. Lebih jauh Bruner (Hurlock, 1980, hlm.
121) memandang bahwa ‘bermain pada masa kanak-kanak adalah kegiatan
yang serius yang merupakan bagian penting dalam perkembangan tahun-
tahun pertama masa kanak-kanak.’ Berdasarkan fenomena tersebut maka
bermain dijadikan salah satu faktor penting dalam pembelajaran anak usia
dini, sehingga lahirlah salah satu metode pembelajaran yang tepat digunakan
dalam pembelajaran anak usia dini yakni metode bermain. Para ahli
mengungkapkan yang dimaksud dengan bermain sebagai berikut.
Dipaparkan oleh Abidin (2009, hlm. 7) menyatakan bahwa “bermain
merupakan aktivitas yang menyenangkan sekaligus memiliki unsur
pendidikan bagi anak.”
Lebih jauh menurut Getting Serious about Play-DCMS (dalam
Smidt, 2011, hlm. 1) yang menyatakan bahwa’ play is what children and
young people do when they follow their own ideas and their own interest in
their own way for their own reasons.’
Senada dengan pendapat Masitoh, dkk. (Abidin, 2009, hlm. 2-3)
yang mengemukakan bahwa ‘bermain adalah suatu wahana yang sangat
penting bagi anak untuk mempraktikan keterampilan baru dan berfungsi
untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangannya.’
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
bermain merupakan aktivitas yang menyenangkan dan memiliki unsur
pendidikan serta tempat anak mengembangkan seluruh aspek
perkembangannya. Bertemali dengan kebutuhan anak yang salah satunya
adalah kegiatan bermain, dengan demikian pendidik baik orang tua atau pun
guru harus mampu memenuhi dengan memfasilitasinya melalui kegiatan
belajar seraya bermain.
15

2) Karakteristik Bermain
Bermain sebagai sebuah aktivitas yang menyenangkan, memiliki
karakteristik atau ciri khusus dibandingkan dengan kegiatan lain. Menurut
Abidin (2009) menyatakan bahwa bermain memiliki karakteristik antara lain
motivasional, emosional, felksibilitas, enjoyable, terbuka, imajinatif, bebas,
dan dimensional. Lebih lanjut karakteristik tersebut diuraikan secara singkat
sebagai berikut.
a) Motivasional, artinya bermain harus membangkitkan semangat.
b) Emosional, artinya bermain melibatkan emosi.
c) Fleksibilitas yaitu bermain mudahnya melakukan permainan yang
berbeda-beda.
d) Enjoyable, yiatu kegiatan bermain lebih menekankan pada proses
dibandingkan hasil bermain.
e) Terbuka, yaitu anak bebas memilih permainan yang diinginkan, tanpa
paksaan.
f) Imajinatif, yaitu kegiatan bermain seringkali mampu melibatkan dan
mempunyai imajinasi yang tinggi.
g) Dimensional, artinya bermain memiliki batasan tertentu.
Senada dengan Brewer (dalam Abidin, hlm. 9) yang mengungkapkan
bahwa bermain memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut.
a) Bermain itu dilandasi motivasi personal.
b) Bermain itu aktif.
c) Bermain itu tidak literal.
d) Bermain itu tidak memiliki motivasi ektrinsik.
e) Makna bermain dibangun oleh pemainnya.
f) Bermain tidak memiliki aturan ektrinsik.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat dikemukan kegiatan
dapat dikatan sebagai bermain ketika anak melakukannya dengan senang hati
(motivasi intrinsik) dan dilakukan sesuai dengan keinginan anak/ diatur oleh
anak.
b. Flash Card
Flash card merupakan salah satu bentuk media pembelajaran visual.
Pada dasarnya bagi anak usia dini flash card ini sudah banyak digunakan
16

dalam pembelajaran kosa kata bahasa dan bilangan. Adapun dalam sejarahnya
flash card ini ditemukan seorang dokter ahli bedah yang berusaha membantu
pasiennya untuk mengembalikan ingatannya. Lebih lanjut berikut pendapat
para ahli menganai definisi flash card.
Menurut Mubarak, dkk (2012, hlm. 119) menyatakan bahwa “flash
card merupakan kartu yang berisi gambar-gambar (benda-benda, binatang, dan
sebagainya)…”
Lebih lanjut Arsyad (2013, hlm. 115) yang menuturkan bahwa media
flash card merupakan “kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol,
yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan
dengan gambar itu.” Dalam paparannya ukuran flash card ini disesuaikan
dengan besar dan kecilnya kelas yang dihadapi.
Berbeda dengan Suyanto (2010, hlm. 109) yang mengemukakan
bahwa “flash card adalah kartu ukuran besar, biasanya menggunakan kartu
agak tebal, kaku, dan ukurannya A4. flash card memperlihatkan gambar atau
tulisan kata-kata.”
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
flash card merupakan kartu yang memperlihatkan gambar dan kata. Lebih jauh
Indriana (2011, hlm. 68-69) menyatakan bahwa “gambar yang ditampilkan
dalam kartu flash card adalah gambaran tangan atau foto, atau gambar/ foto
yang sudah ada dan ditempelkan pada lembaran kartu-kartu tersebut.” Dengan
demikian berbagai gambar bisa dimanfaatkan untuk membuat flash card.
Lebih jauh dalam penelitian ini, gambar dan kata yang akan
disajikan dalam flash card akan berkenaan dengan perilaku hidup sehat anak
usia dini khususnya cara-cara anak untuk mampu melakukan kegiatan
kebersihan diri.
c. Permainan Flash Card dalam Upaya Meningkatkan Perilaku Hidup Sehat
pada Anak Usia Dini (Anak Usia 5-6 Tahun)
Permainan flash card merupakan sebuah desain pembelajaran yang
dilakukan melalui kegiatan bermain yang dikombinasikan dengan penggunaan
media flash card. Melalui kegiatan bermain diharapkan anak mampu belajar
17

dengan cara menyenangkan sehingga pembelajaran yang diperoleh menjadi


bermakna. Selain itu melalui penggunaan media flash card secara tidak
langsung bertujuan untuk menampilkan materi yang akan disampaikan secara
lebih nyata.
Bertemali dengan pembiasaan perilaku hidup sehat, dalam hal ini
flash card sebagai alat permainan didesain dengan gambar dan atau kata
menganai cara-cara hidup sehat khususnya cara memelihara kebersihan diri
anak antara lain cara-cara memelihara kuku tangan dan kaki, cara-cara mencuci
tangan yang benar, dan cara-cara menggosok gigi yang benar.
Selain itu kegiatan bermain dirancang pun berusaha menggali dan
mengoptimalkan pengetahuan, sikap, dan tindakan atau praktik anak mengenai
perilaku hidup sehat. Melalui permainan flash card ini diharapkan anak dapat
belajar dan terbiasa berperilaku hidup sehat serta mendorong anak untuk ikut
serta bertanggungjawab dalam memelihara kesehatan diri dan lingkungannya.

F. Penelitian Relevan
Dalam upaya memperoleh penelitian yang berkualitas, maka peneliti
melakukan pengkajian terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang dipandang
relevan dengan penelitian ini. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh
Tatenge (2013) yang berjudul “Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat Melalui Metode Demonstrasi di Kelompok A TK Putra Bangsa Berdikari
Kecamatan Palolo.” Berdasarkan penelitian tersebut menunjukan bahwa
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat pada anak usia dini
membutuhkan sebuah metode pembelajaran yang bermakna bagi anak yaitu
melalui penggunaan metode belajar demonstrasi. Melalui penggunaan metode
domonstrasi, hasil penelitian tersebut menunjukan mampu meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat anak usia dini.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Wachyuni (2012) berjudul “Metode
Demonstrasi untuk Meningkatkan Kemampuan Menggosok Gigi yang Benar
pada Anak Usia Taman Kanak-kanak” yang diselenggarakan di kecamatan
Palolo . Berdasarkan penelitian tersebut peneliti memaknai bahwa menggosok
18

gigi yang merupakan salah satu kegiatan kebersihan diri dalam upaya
mengembangkan perilaku hidup sehat pada anak usia dini, membutuhkan
metode pembelajaran yang menyenangkan tetapi harus dapat dipahami oleh
anak yaitu melalui penggunaan demonstrasi. Melalui penggunaan metode
demonstrasi, penelitian yang dilakukan Wachyuni berhasil yaitu mampu
meningkatkan kemampuan anak dalam menggosok gigi yang benar.

G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian yang relevan, maka
hipotesis tindakan yang dirumuskan peneliti adalah sebagai berikut: melalui
penggunaan permainan flash card, perilaku hidup sehat dapat meningkat.

H. Metode Penelitian
1. Subjek Penelitian
Penelitian akan dilakukan peneliti di TK X yang beralamat di Kota
Bandung. Subjek yang akan diteliti adalah anak yang berada di kelas B TK
X yang berjumlah Y orang, dengan klasifikasi perempuan sebanyak Y
orang dan laki-laki Y orang. Usia anak di kelas B tersebut berada pada
rentang 5 sampai 6 tahun.
Anak-anak di kelas B TK X ini menunjukan kemampuan untuk
berperilaku hidup sehat khususnya kebersihan diri yang masih belum
berkembang. Dengan demikian untuk meningkatkan perilaku hidup sehat
pada anak di kelas B TK X maka perlu dilakukan tindak lanjut, yaitu
melalui penelitian ini.
Alasan pemilihan anak Kelas B TK X ini karena peneliti
menemukan masalah mengenai perilaku hidup sehat anak yang masih
rendah. Di sisi lain metode yang digunakan guru dalam upaya
memfasilitasi anak untuk berperilaku hidup sehat pun cenderung monoton,
sehingga kurang terciptanya pembelajaran yang bermakna. Selain itu TK
X ini merupakan tempat peneliti melakukan PPL.
2. Metode Penelitian
19

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah


Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan “peneliti an yang
dilakukan untuk memecahkan masalah, mengkaji langkah pemecahan
masalah itu sendiri, dan atau memperbaiki proses pembelajaran secara
berulang dan bersiklus” (Abidin, 2011, hlm. 217). Dengan demikian
melalui PTK diharapkan masalah yang muncul bisa dipecahkan dan proses
pembelajaran pun dapat diperbaiki.
Sejalan dengan Kunandar (2012, hlm. 46) menuturkan bahwa”
PTK diartikan suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan guru di kelasnya
sendiri dengan jalan merancang, melaksanankan, mengamati, dan
merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif dan
pastisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu
proses pembelajaran di kelasnya.”
Senada dengan Ebut dan Eliot (Undang, 2008) yang menyatakan
bahwa orientasi PTK adalah “perbaikan” praktek pengajaran di dalam
kelas yang dilaksanakan secara sistematis. Artinya sistematis dalam hal ini
adalah dalam PTK ada pengkajian mengenai langkah pemecahan. Selain
itu prosesnya pun dilakukan secara berulang dan bersiklus.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
PTK adalah penelitian untuk memecahkan masalah dan memperbaiki
proses pembelajaran secara sistematis, berulang, dan bersiklus.
Alasan memilih PTK dalam penelitian ini karena terdapat masalah
(belum berkembangnya kemampuan anak dalam berperilaku sehat).
Adapun dalam hal ini peneliti menganalisis bahwa proses
pembelajarannya lah yang harus diperbaiki. Lebih jauh Abidin (2011)
menyatakan bahwa PTK bertujuan untuk memecahkan permasalahan nyata
yang terjadi di dalam kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah terkait
dengan alasan tindakan yang dilakukan dapat dijadikan pemecahan
masalah. Selain itu juga melalui PTK peneliti tetap melaksanakan atau
tidak meninggalkan tugasnya untuk membelajarkan anak.
20

Lebih lanjut dalam implementasinya, desain penelitian yang akan


digunakan adalah model Elliot. Hal ini dilatarbelakangi dengan
kompleksitasnya penelitian yang akan dilakukan yaitu terkait dengan
perilaku hidup sehat khususnya kebersihan diri yang pada dasarnya
memerlukan beberapa tindakan dalam setiap siklusnya. Menurut model ini
penelitian tindakan kelas terdiri dari beberapa tahap antara lain ide awal,
temuan analisis, perencanaan umum siklus I yang terdiri dari 3 tindakan,
implementasi siklus I berdasarkan rancangan yang telah direncanakan,
monitoring implementasi dan efeknya, dan penjelasan kegagalan
implementasi (refleksinya). Berikut bagan model PTK menurut Eliot.

Ide Awal

Temuan Analisis

Perencanaan Umum Siklus I


Tindakan 1, 2, dan 3 Implementasi Siklus I Tindakan 1,
2, dan 3
Monitoring Kegagalan
Implementasi dan Efeknya

Revisi Perencanaan Umum


Penjelasan Kegagalan
Implementasi
Perbaikan Perencanaan:

Implementasi Siklus II Tindakan


Monitoring Kegagalan
1, 2, dan 3
Implementasi dan Efek

Penjelasan Kegagalan Revisi Perencanaan Umum


Implementasi
Perbaikan Perencanaan:

Monitoring Kegagalan Implementasi Siklus II Tindakan


Implementasi dan Efek 1, 2, dan 3
21

Gambar 1
Model PTK Elliot
(Adapted from Hopkins, 1993, dalam Abidin, 2011, hlm. 239)
Uraian kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian antara lain
sebagai berikut.
a. Ide Awal
Ide awal dalam penelitian ini didapatkan identifikasi masalah
yang peneliti temukan di kelas B TK X. Melalui observasi dan
wawancara kepada guru, peneliti menemukan permasalahan yang
terjadi di kelas B TK X, yaitu kurangnya kemampuan anak dalam
berperilaku hidup sehat khususnya mengenai kegiatan kebersihan diri.
b. Temuan Analisis
Munculnya masalah mengenai kurangnya kemampuan anak
dalam berperilaku hidup sehat khususnya bertemali dengan kegiatan
kebersihan diri ini. Hal ini dibuktikan dengan kebiasaan anak yang
merasa nyaman ketika kuku tangan atau kakinya sudah panjang dan
kotor. Selain itu kegiatan pembiasaan cuci tangan dan gosok gigi pun
seringkali dilakukan secara asal-asalan.
Banyak faktor yang menyebabkan muncul masalah di atas,
salah satunya adalah metode pembelajaran yang digunakan guru
kurang menarik bagi anak. Hal ini ditunjukan dari kegiatan guru yang
hanya memberikan perintah atau tugas saja kepada anak saat kegiatan
kebersihan diri.
c. Perencanaan Umum Siklus I
Pada perencaaan umum siklus I peneliti akan menyusun
rencana tindakan yang akan dilakukan dalam upaya meningkatkan
perilaku hidup sehat anak. Pada siklus I peneliti akan merencanakan
pembelajaran hidup sehat melalui permainan flash card. Permainan
dan gambar yang disajikan dalam flash card adalah bertemali dengan
22

kegiatan yang bisa anak lakukan dalam upaya meningkatkan perilaku


hidup sehat khususnya mengenai cara menjaga kebersihan kuku kaki
dan tangan, mencuci tangan yang benar, dan ,menggosok gigi yang
benar. Adapun pada siklus selanjutnya adalah berdasarkan refleksi
siklus sebelumnya.
d. Implementasi Siklus I (Tindakan 1, 2, dan 3)
Implementasi siklus I ini merupakan tahap untuk melakukan
berbagai tindakan yang harus dilakukan sebagai upaya perbaikan
pembelajaran. Berbagai kegiatan yang dilaksanakan disesuaikan
dengan perencanaan yang telah ditentukan. Pada siklus I ini terdiri dari
3 tindakan.
Adapun dalam implementasinya kegiatan yang akan dilakukan
pada siklus I meliputi kegiatan yang disajikan dalam permainan flash
card. Bahan ajar yang akan disampaikan melalui permainan yang
disajikan antara lain meliputi stimulasi pengetahuan, sikap, dan
tindakan anak dalam menjaga kebersihan kuku, mencuci tangan yang
benar, dan ,menggosok gigi yang benar. Dengan demikian flash card
yang digunakan pun berisi cara-cara dan pentingnya memelihara
kebersihan kuku, mencuci tangan dan menggosok gigi yang benar.
e. Monitoring Implementasi dan Efeknya
Pada kegiatan monitoring, peneliti mengobservasi berbagai
peristiwa atau aktivitas yang ditunjukan anak selama proses
pembelajaran dengan bantuan observer yaitu guru kelas B TK X.
Melalui kegiatan observasi ini peneliti melakukan pengumpulan data
dengan melakukan pengamatan dan disertai dengan instrumen
penelitian, sehingga perilaku siswa diharapkan dapat diukur
ketercapaian dalam pembelajarannya. Lebih jauh melalui monitoring
yang dilakukan ini diharapkan peneliti dapat mengetahui sebarapa jauh
keefektifan tindakan yang telah dilakukan.
f. Penjelasan Kegagalan Implementasi (Refleksi)
23

Pada tahap ini peneliti menganalisis kegiatan yang telah


dilakukan. Adapun ketika diketemukan berbagai kegagalan dalam
tindakan maka kemudian akan dijadikan bahan pertimbangan dan
perbaikan dalam siklus berikutnya. Hal ini dilakukan agar peneliti
mampu merumuskan strategi baru yang lebih tepat dalam upaya
meningkatkan perilaku hidup sehat anak kelas B TK X.
3. Definisi Operasional
a. Perilaku Hidup Sehat
Perilaku hidup sehat dalam penelitian ini adalah kemampuan
yang berhubungan dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan anak
dalam berperilaku hidup sehat khususnya dalam kegiatan kebersihan
diri yang meliputi cara memelihara kebersihan kuku, cara mencuci
tangan yang benar, dan cara menggosok gigi yang benar. Perilaku
hidup sehat dapat diukur berdasarkan indikator (1) anak mampu
mengetahui (menyebutkan) cara-cara perilaku hidup sehat, (2) anak
mampu menyikapi (menunjukan perasaan) mengenai perilaku hidup
sehat, (3) anak mampu mempraktekkan cara-cara perilaku hidup sehat.
Kemampuan ini diukur melalui penggunaan skoring rubrik dengan
besar skor terdiri 1 sampai 4.
b. Permainan Flash Card
Permainan flash card merupakan kegiatan bermain yang
dikombinasikan dengan penggunaan media pembelajaran visual flash
card. Dalam penelitian ini permainan yang disajikan berusaha untuk
menstimulasi pengetahuan, sikap, dan tindakan anak dalam kegiatan
kebersihan diri.
Adapun flash card adalah suatu media berupa kartu gambar
dan kata. Gambar yang disajikan dalam flash card adalah bertemali
dengan cara-cara berperilaku hidup sehat khususnya mengenai
kegiatan kebersihan diri meliputi menjaga kebersihan kuku kaki dan
tangan, cara mencuci tangan yang benar, dan cara menggosok gigi
yang benar.
24

4. Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain
sebagai berikut.
a. Instrumen Performa
Instrumen performa yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan instrumen untuk mengetahui tampilan anak dalam
berperilaku hidup sehat. Indikator perilaku hidup sehat ini antara lain
berkenaan dengan pengetahuan (menyebutkan), sikap (menunjukan/
menyetujui), dan tindakan (mempraktekkan) anak dalam berperilaku
hidup sehat.
Berdasarkan kisi-kisi di atas peneliti menyusun penskoran
sebagai berikut.
1) Anak mengetahui (menyebutkan) cara-cara berperilaku hidup sehat.
Adapun kriteria penilaiannya antara lain: apabila anak mampu
menyebutkan sebagian (1/4 dari langkah-langkah) cara perilaku
hidup sehat maka akan mendapat satu bintang (*), sedangkan ketika
anak mampu menyebutkan sebagian (1/2 dari langkah-langkah) cara-
cara perilaku hidup sehat maka memperoleh dua bintang (**),
adapun ketika anak mampu menyebutkan cara-cara perilaku hidup
sehat secara lengkap tapi belum berurutan, maka diperoleh tiga
bintang (***), dan apabila anak mampu menyebutkan seluruh cara-
cara berperilaku hidup sehat secara lengkap dan berurutan maka
akan diperoleh empat bintang (****).
2) Anak mampu menyikapi/ menyetujui/ menunjukan perasaanya
mengenai perilaku hidup sehat. Kriteria penilaiannya antara lain:
apabila anak tidak mampu menyikapi/ menunjukan perasaanya
mengenai perilaku hidup sehat maka mendapatkan satu bintang (*),
sedangkan ketika anak mampu menyikapi/ menunjukan perasaanya
mengenai perilaku hidup sehat dengan emoticon  maka mendapat
dua bintang (**), adapun ketika anak mampu menyikapi/
menunjukan perasaanya mengenai perilaku hidup sehat dengan
25

emoticon (gambar ekspresi wajah datar) maka diperoleh tiga bintang


(***), dan apabila anak mampu menyikapi/ menunjukan perasaanya
mengenai perilaku hidup sehat dengan emoticon  maka anak
mendapat empat bintang (****).
3) Anak bertindak (mempraktekkan) cara-cara berperilaku hidup sehat.
Dengan kriteria sebagai berikut. Apabila anak mampu
mempraktekkan sebagian (1/4 dari langkah-langkah) cara perilaku
hidup sehat maka mendapatkan satu bintang (*), adapun ketika anak
mampu mempraktekkan sebagian (1/2 dari langkah-langkah) cara
perilaku hidup sehat maka mendapatkan dua bintang (**), sedangkan
ketika anak mampu mempraktekkan cara-cara berperilaku hidup
sehat secara lengkap, namun belum berurutan maka mendapat tiga
bintang (***) dan apabila anak mampu mempraktekkan seluruh
cara-cara berperilaku hidup sehat secara lengkap dan berurutan maka
mendapatkan empat bintang (****).
b. Observasi
Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh
gambaran mengenai aktivitas guru dan anak. Indikator yang diamati
dalam kegiatan observasi terhadap aktivitas guru antara lain saat
kegiatan pembukaan meliputi keterampilan dalam memilih dan
meyiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran sesuai tema
pembelajaran, membuka pembelajaran, menguasai tema dan subtema
pembelajaran, dan menjalankan pembelajaran sesuai RKH. Sedangkan
dalam kegiatan inti aktivitas yang diamati meliputi keterampilan dalam
memberikan penjelasan dalam pembelajaran melalui permainan flash
card, menggunakan media dan alat pembelajaran yang menunjang
pembelajaran melalui permainan flash card, melibatkan siswa dalam
pembelajaran melalui permainan flash card, membimbing siswa dalam
kegiatan pembelajaran melalui permainan flash card, dan memberikan
kesempatan anak untuk bertanya. Adapun dalam kegiatan penutup
aktivitas yang diamati meliputi keterampilan mengevaluasi kegiatan
26

belajar yang telah dilakukan, mengapresiasi siswa, dan menutup


kegiatan pembelajaran.
Selain itu indikator yang diamati dalam aktivitas siswa meliputi
kemauan dan kemampuan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,
antusias ketika belajar, ketertiban anak dalam mengikuti kegiatan
belajar, dan keterampilan dalam merapikan kembali alat dan media
yang digunakan dalam pembelajaran.
c. Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
perkembangan anak khusus terkait kebiasaan perilaku hidup sehat.
Wawancara ini dilakukan kepada guru kelas B TK X dengan pokok
pertanyaan mengenai kebiasaan perilaku hidup sehat kelas B TK X
ketika pertama kali masuk ke TK X dan kebiasaan perilaku hidup sehat
kelas B TK X saat ini (setelah perbaikan pembelajaran melalui
permainan flash card.
Selain itu wawancara dalam penelitian ini akan dilakukan pada
siswa. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana respon siswa
terhadap pelaksanaan dan kesulitan-kesulitan yang dialami anak dalam
pembelajaran khususnya pembelajaran melalui permainan flash card
dalam upaya meningkatkan perilaku hidup sehat anak. Adapun pokok
pertanyaan dalam wawancara ini meliputi perasaan (senang/ tidak
senang) saat kegiatan pembelajaran, kegiatan yang paling anak sukai,
ketertarikan dan kesukaan anak terhadap permainan flash card dan
media flash card yang disediakan.
d. Catatan Lapangan
Pencatatan lapangan dalam penelitian ini merupakan instrumen
untuk mencatat seluruh kejadian yang dianggap penting selama proses
pembelajaran. Catatan tersebut akan dijadikan refleksi untuk kegiatan
pembelajaran selanjutnya.
e. Dokumentasi
27

Dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto yang kemudian


dijadikan bukti keberlangsungan pembelajaran. Selain itu melalui
dokumentasi ini juga akan dianalisis dalam upaya refleksi bagi
pembelajaran selanjutnya.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.

a. Observasi
Observasi adalah teknik mengamati dengan menggunakan
panduan pedoman observasi untuk mengumpulkan berbagai data
mengenai aktivitas siswa dan guru serta data yang menggambarkan
seluruh proses pembelajaran.
b. Teknik Wawancara
Teknik wawancara merupakan teknik yang dilakukan melalui
memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada guru untuk mengumpulkan
data mengenai kebiasaan perilaku hidup sehat siswa. Selain itu
dilakukan pula wawancara kepada anak dengan memberikan berbagai
pertanyaan untuk mengumpulkan data mengenai respon dan masalah
yang dihadapi anak selama kegiatan pembelajaran. Teknik ini dipandu
oleh pedoman wawancara yang telah disediakan.
c. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan sebuah teknik pengumpulan data
untuk mencatat kejadian-kejadian yang dianggap penting saat
pembelajaran.
d. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan sebuah teknik pengumpulan
data melalui foto atau video untuk memperoleh gambaran kegiatan
pembelajaran.
6. Teknik Analisis Data
28

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


teknik analisis data kualitatif dan teknik analisis data kuantitif. Analisis
data kualitatif adalah menganalisis data hasil observasi, wawancara,
catatan lapangan, dan observasi. Setelah dianalisis data tersebut akan
disimpulkan melalui uraian dalam bentuk deskripsi. Sedangkan Analisis
data kuantitatif adalah menganalisis data yang berasal dari performa anak
yang akan diambil dari nilai rata-rata akhir penilaian.
Adapun uji validitas dalam PTK ini menggunakan teknik
triangulasi. Menurut Sugiyono (Abidin, 2011, hlm. 205) triangulasi
diartikan sebagai “teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.” Melalui
pengumpulan data yang digabungkan dari berbagai teknik pengumpulan
data dan sumber data, diharapkan dapat meningkatkan keabsahan atau
kebenaran dalam menganalisis data.

I. Jadwal Penelitian
Bulan Ke
No Kegiatan
12 1 2 3 4 5 6
Mengajukan judul
1
proposal
2 Menyusun proposal
3 Seminar proposal
4 Melaksanakan PPL
5 Menyusun instrumen
Melaksanakan penelitian
6
Siklus 1
7 Siklus 2
8 Siklus 3
9 Penyusunan skripsi
10 Sidang skripsi
29

J. Daftar Pustaka
Abidin, Y. (2009). Bermain Pengantar Bagi Penerapan Pendekatan Beyond
Centers and Circle Time (BCCT) dalam Dimensi PAUD. Bandung:
Rizky Press.
Abidin, Y. (2011). Penelitian Pendidikan dalam Gamitan Pendidikan Dasar
dan PAUD. Bandung: Rizqi Press.
Anwar dan Ahmad, A. (2003). Pendidikan Anak Dini Usia (Panduan Praktis
Bagi Ibu dan Calon Ibu). Bandung: Alfabeta.
Arifin, R. R. M. (2011). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung: Rizki
Press.
Arsyad, A. (2013). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.
Dryden, G. dan Vos, J. (2002). Revolusi Cara Belajar. Bandung: Mizan
Media Utama.
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan). Jakarta: Bandung.
Indriana, D. (2011). Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Jogjakatra. Diva
Press.
Kunandar. (2012). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Press.
Mubarak, I., dkk. (2012). Promosi Kesehatan (Sebuah Pengantar Proses
Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan (Teori dan Aplikasi). Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S., dkk. (2012). Promosi Kesehatan di Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta.
Smidt, S. (2011). Playing to Learn (The Role of Play in The Early Years.
Canada: Routledge.
30

Sujiono, Y. N. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakara: PT


Indeks.
Suyanto, K. K. E. (2010). English for Young Learners Melejitkan Potensi
Anak Melalui English Class yang Fun, Asyik, dan Menarik. Jakarta:
Bumi Aksara.
Tatenge. (2013). Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Melalui
Metode Demonstrasi di Kelompok A TK Putra Bangsa Berdikari
Kecamatan Palolo. (Skripsi). Univesitas Tadulako.
Undang, G. (2008). Teknik Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Sayagatama.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Wachyuni, N. S. (2012). Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan
Kemampuan Menggosok Gigi yang Benar pada Anak Usia Taman
Kanak-kanak. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai