Anda di halaman 1dari 5

PENGERTIAN

Nasionalisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berasal dari kata "Nasional" dan "isme", yaitu
paham kebangsaan yang mengandung makna kesadaran dan semangat cinta tanah air. Rasa
nasionalisme juga identik dengan memiliki rasa solidaritas. Nasionalisme juga mengandung makna
persatuan dan kesatuan. Dari beberapa makna tersebut, pengertian nasionalisme adalah paham yang
menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (nation) dengan mewujudkan satu konsep
identitas bersama untuk sekelompok manusia. Menurut Soekarno, pengertian nasionalisme adalah
sebuah pilar kekuatan bangsa-bangsa terjajah untuk memperoleh kemerdekaannya. Pengertian
nasionalisme dapat juga diartikan sebagai formalisasi (bentuk) dari kesadaran nasional berbangsa dan
bernegara sendiri.

PERKEMBANGAN

sejarah nasionalisme dan nilai-nilainya bermula dari Eropa. Sebelum abad ke-17, belum terbentuk satu
negara nasional pun di Eropa. Yang ada pada periode itu adalah kekuasaan kekaisaran-kekaisaran yang
meliputi wilayah yang luas, misalnya kekuasaan kekaisaran Romawi Kuno atau Kekaisaran Jerman di
bawah pimpinan Karolus Agung. Yang jelas, kekuasaan bergandengan tangan dengan gereja Katolik,
sehingga masyarakat menerima dan menaati penguasa yang mereka anggap sebagai titisan Tuhan di
dunia. Karena itu, kesadaran akan suatu wilayah (territory) sebagai milik suku atau etnis tertentu belum
terbentuk di Eropa sebelum abad ke-17.

Di awal abad ke-17 terjadi perang besar-besaran selama kurang lebih tiga puluh tahun antara suku
bangsa-suku bangsa di Eropa. Misalnya, perang Perancis melawan Spanyol, Prancis melawan Belanda,
Swiss melawan Jerman, dan Spanyol melawan Belanda, dan sebagainya. Untuk mengakhiri perang ini
suku bangsa yang terlibat dalam perang akhirnya sepakat untuk duduk bersama dalam sebuah perjanjian
yang diadakan di kota Westphalia di sebelah barat daya Jerman. Pada tahun 1648 disepakati Perjanjian
Westphalia yang mengatur pembagian teritori dan daerah-daerah kekuasaan negara-negara Eropa yang
umumnya masih dipertahankan sampai sekarang.

Adapun negara-bangsa sendiri baru lahir pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Negara bangsa
adalah negara-negara yang lahir karena semangat nasionalisme. Beberapa gerakan nasionalisme pada
waktu ini bersifat separatis, karena kesadaran nasionalisme mendorong gerakan untuk melepaskan diri
dari kekaisaran atau kerajaan tertentu. Misalnya, setelah kejatuhan Napoleon Bonaparte, Kongres Wina
memutuskan bahwa Belgia yang sebelumnya dikuasai Prancis menjadi milik Belanda, dan lima belas
tahun kemudian menjadi negara nasional yang merdeka.

Begitu pula revolusi Yunani dimana Yunani ingin melepaskan diri dari belenggu kekuasaan Kekaisaran
Ottoman dari Turki. Sementara di belahan Eropa lain, nasionalisme muncul sebagai kesadaran untuk
menyatukan wilayah atau daerah yang terpecah-belah. Misalnya, Italia di bawah pimpinan Giuseppe
Mazzini, Camillo Cavour, dan Giusepe Garibaldi, yang mempersatukan dan membentuk Italia menjadi
sebuah negara-kebangsaan tahun 1848. Di Jerman sendiri, kelompok-kelompok negara kecil akhirnya
membentuk sebuah negara kesatuan Jerman dengan nama Prusia pada tahun 1871 di bawah Otto von
Bismarck. Banyak negara kecil di bawah kekuasaan kekaisaran Austria pun membentuk negara bangsa
sejak awal abad 19 sampai masa setelah Perang Dunia I. Sementara itu, Revolusi 1917 di Rusia juga
telah melahirkan negara-bangsa Rusia.

Semangat nasionalisme itu kemudian menyebar ke seantero dunia dan mendorong negara-negara Asia-
Afrika memperjuangkan kemerdekaannya. Hal ini terjadi setelah Perang Dunia I dan selama Perang
Dunia II. Hanya dalam dua puluh lima tahun pasca Perang Dunia II, sekitar 66 negara-bangsa pun lahir.
Indonesia termasuk salah satu dari negara bangsa yang baru lahir pasca Perang Dunia II ini. Di abad ini,
semangat nasionalisme telah mendorong negara-negara di bawah bekas Yugoslavia dan bekas Uni
Soviet lahir sebagai negara-negara bangsa. Dapat dipastikan bahwa ke depan, nasionalisme akan terus
menjadi ideologi yang menginspirasi dan mendorong gerakan pembentukan komunitas bersama
berdasarkan karakteristik etnis, kultur, ataupun politik.

Pergerakan Nasionalisme di Cina

Nasionalisme Cina tersulut setelah rakyat kecewa terhadap penguasa Manchu yang dinilai bukan dinasti
keturunan Cina. Kebencian itu semakin memuncak setelah bangsa Inggris mengungguli pasukan kaisar
dalam Perang Candu tahun 1842. Kaisar dinilai lemah dan bertanggung jawab atas penderitaan rakyat
Cina akibat penjajahan bangsa Eropa, AS dan Jepang. Akhirnya revolusi pun pecah. Kaisar Manchu
tahun 1911 digulingkan oleh rakyatnya sendiri dan Cina menjadi republik. Namun republik ini rapuh
karena panglima perangnya saling bertikai. Dr. Sun Yat Sen merupakan tokoh nasionalis Cina ternama.
Ia mencita-citakan Cina baru yang didasarkan San Min Chu I (Tiga Sendi Kedaulatan Rakyat) yaitu
nasionalisme, demokrasi dan sosialisme.Revolusi nasional di bawah pengaruhnya meletus di Wuchang
11 Oktober 1911.

Pergerakan Nasionalisme di Turki

Turki pernah menjadi negara adidaya. Pada jamannya dimana wilayah kekuasaannya meliputi jazirah
Belkan, Afrika Utara dan jazirah Arab. Nasionalisme dan revolusi bangsa Turki terjadi setelah Perang
Dunia I, dimana Turki berada dipihak yang kalah dan harus tunduk pada keputusan sekutu antara lain
menyerahkan wilayah kekuasaannya. Prancis, Inggris dan Italia mendapatkan wilayah Turki di Afrika dan
Jazirah Arab. Sementara Yunani di Belkan memperoleh kemerdekaannya dari Turki. Nasionalisme Turki
semakin tumbuh setelah negara-negara sekutu berusaha terus melemahkan Turki dengan cara
membantu gerakan nasionalis Yunani merebut wilayah Turki di bagian Barat Balkan tahun 1919.

Dalam perang melawan agresi Barat tampil Mustapha Kemal Pasha (tokoh militer Turki) yang bersimpati
pada gerakan Turki Muda. Gerakan ini dianggap sebagai realisasi dari nasionalisme Turki karena
terbentuk atas dasar semangat kebangsaan yang berusaha mengusir kekuasaan Barat/ asing dan
menentang rezim lama yang lemah (Sultan hamid II). Gerakan tersebut berhasil mengusir sekutu dan
memaksanya untuk duduk dimeja perundingan Perjanjian Laussane 1923 berisikan

- Turki tetap berdaulat, hanya kehilangan daerah pendudukannya di jazirah Arab. Kemal Pasha berhasil
mempengaruhi Majelis nasional (semacam Parlemen)untuk membuktikan memberhentikan Sultan serta
mendirikan negara Republik Turki. Ia menjadi presiden pertama pada 29 Oktober 1923 dan
memindahkan ibukota dari Istambul (wilayah Eropa) ke Arkara (di Asia).

b. Timbulnya Nasionalisme India

LKS HALAMAN 156

Pergerakan Nasionalisme di Mesir

a. Krisis Keuangan Mesir

Sejak dibukanya Terusan Suez pada tahun 1869, negara-negara Barat terutama Inggris dan
Prancis saling berlomba memperebutkan pengaruhnya di Mesir. Pengaruh kekuasaan Inggris makin kuat
mulai tahun 1875, yakni saat Khedive Ismail (1863–1879) membutuhkan uang sehubungan dengan
krisisnya keuangan Mesir. Khedive Ismail kemudian menjual sebagian besar saham Mersir pada Terusan
Suez kepada Inggris.

Di samping itu, Mesir juga meminjam uang dari Inggris dan Prancis. Mesir karena tidak dapat membayar
hutang-hutangnya maka Inggris dan Prancis masuk ke Mesir dan memberesi hutang-hutangnya. Dengan
demikian, sejak tahun 1876, Inggris dan Prancis telah ikut campur dalam pemerintahan di Mesir.

Adanya campur tangan Inggris dan Prancis dalam pemerintahan, khususnya pada saham-saham
Terusan Suez menimbulkan kekecewaan yang kemudian muncul perlawanan rakyat. Kebangkitan
nasional Mesir ditandai dengan adanya pemberontakan Arabi Pasha (1881–1882). Mulamula gerakan ini
antiorang asing (Inggris, Prancis dan Turki), tetapi akhirnya menjadi gerakan untuk menuntut perubahan
sistem pemerintahan. Gerakan Arabi ini timbul karena pengaruh Jamaluddin al Afghani yang ketika itu
mengajar di Mesir. Perlawanan rakyat yang dipimpin oleh Arabi Pasha ini sangat membahayakan
kedudukan Inggris dan Prancis di Mesir. Inggris akhirnya bertindak dan berhasil menumpas
pemberontakan Arabi Pasha.

b. Timbulnya Nasionalime Mesir

Mesir termasuk negara Arab sehingga bangkitnya nasionalisme Mesir merupakan hal yang sama dengan
bangkitnya nasionalisme Arab. Adapun sebab-sebab timbulnya nasionalisme Mesir adalah sebagai
berikut.
1) Adanya gerakan Wahabi, semula merupakan gerakan agama yang kemudian memberontak
pemerintahan Turki. Dengan demikian, secara politik membangkitkan tumbuhnya nasionalisme Mesir.

2) Adanya pengaruh Revolusi Prancis. Ketika Napoleon Bonaparte mendarat di Mesir, ia juga membawa
suara Revolusi Prancis yang kemudian menimbulkan paham liberal dan nasionalisme Mesir.

3) Munculnya kaum intelektual yang berpaham modern.

4) Adanya Gerakan Pan Arab, yang dirintis oleh Amir Chetib Arslan dengan yang menganjurkan
persatuan semua bangsa Arab dengan tujuan untuk mencapai kemerdekaan bangsanya.

Sekalipun pemberontakan Arabi Pasha berhasil dipadamkan, namun cita-cita perjuangan Arabi Pasha
merupakan sumber aspirasi semangat nasionalisme bangsa Mesir. Hal ini terbukti pada tanggal 7
Desember 1907 telah diadakan kongres nasional yang pertama di bawah pimpinan Mustafa Kamil.
Tujuannya adalah pembangunan Mesir secara liberal untuk mencapai kemerdekaan penuh. Pemerintah
Mesir yang dipengaruhi oleh Inggris berusaha untuk menindas gerakan ini, akan tetapi gerakan nasional
ini tetap hidup dan makin kuat bahkan kemudian menjelma menjadi Partai Wafd (Utusan) di bawah
pimpinan Saad Zaghlul Pasha.

Ketika Perang Dunia I selesai, Partai Wafd menuntut Mesir sebagai negara merdeka dan ikut serta
dalam konferensi perdamaian di Prancis. Inggris menolak, bahkan mengasingkan Zaghlul Pasha ke
Malta. Pada tahun 1919 di Mesir timbul pemberontakan dan Zaghlul Pasha dibebaskan kembali.

Kaum nasionalise Mesir menuntut kemerdekaan penuh. Pemberontakan berkobar lagi, Zaghlul Pasha
ditangkap lagi dan diasigkan ke Gibraltar. Inggris yang tidak dapat menekan nasionalisme Mesir,
terpaksa mengeluarkan Pernyataan Unilateral (Unilateral Declaration) pada tanggal 28 Februari 1922.

1) Inggris mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Mesir.

2) Inggris berhak atas empat masalah pokok,seperti berikut:

a) mempertahakan Terusan Suez;

b) mempergunakan daerah militer untuk operasi militer;

c) mempertahankan Mesir terhadap agresi bangsa lain;

d) melindungi bangsa asing di Mesir dan kepentingannya.

Uniteral Declaration 1922 merupakan saat yang bersejarah bagi Mesir sebab sejak itu dunia
internasional menganggap Mesir telah merdeka, meskipun belum penuh. Sebaliknya, di pihak kaum
nasionalis Mesir tetap tetap menentangnya sebab Inggris tetap berhak atas empat masalah pokok
tersebut di atas. Itulah sebabnya, kaum nasionalisme Mesir terus berjuang melawan Inggris untuk
mencapai kemerdekaan penuh. Hal ini baru terwujud setelah Perang Dunia II berakhir (Oktober 1954).

Pergerakan Nasionalisme di INDONESIA

LKS HALAMAN 158 Paragraf 2

Anda mungkin juga menyukai