Anda di halaman 1dari 3

5.

Pergerakan Nasionalisme di Mesir

a. Krisis Keuangan Mesir


Sejak dibukanya Terusan Suez pada tahun 1869, negara-negara
Barat terutama Inggris dan Prancis saling berlomba memperebutkan
pengaruhnya di Mesir. Pengaruh kekuasaan Inggris makin kuat mulai
tahun 1875, yakni saat Khedive Ismail (1863–1879) membutuhkan uang
sehubungan dengan krisisnya keuangan Mesir. Khedive Ismail kemudian
menjual sebagian besar saham Mersir pada Terusan Suez kepada Inggris.
Di samping itu, Mesir juga meminjam uang dari Inggris dan Prancis.
Mesir karena tidak dapat membayar hutang-hutangnya maka Inggris dan
Prancis masuk ke Mesir dan memberesi hutang-hutangnya. Dengan
demikian, sejak tahun 1876, Inggris dan Prancis telah ikut campur dalam
pemerintahan di Mesir.
Adanya campur tangan Inggris dan Prancis dalam pemerintahan,
khususnya pada saham-saham Terusan Suez menimbulkan kekecewaan
yang kemudian muncul perlawanan rakyat. Kebangkitan nasional Mesir
ditandai dengan adanya pemberontakan Arabi Pasha (1881–1882).
Mulamula gerakan ini antiorang asing (Inggris, Prancis dan Turki), tetapi
akhirnya menjadi gerakan untuk menuntut perubahan sistem
pemerintahan. Gerakan Arabi ini timbul karena pengaruh Jamaluddin al
Afghani yang ketika itu mengajar di Mesir. Perlawanan rakyat yang
dipimpin oleh Arabi Pasha ini sangat membahayakan kedudukan Inggris
dan Prancis di Mesir. Inggris akhirnya bertindak dan berhasil menumpas
pemberontakan Arabi Pasha.

b. Timbulnya Nasionalime Mesir


Mesir termasuk negara Arab sehingga bangkitnya nasionalisme Mesir
merupakan hal yang sama dengan bangkitnya nasionalisme Arab. Adapun
sebab-sebab timbulnya nasionalisme Mesir adalah sebagai berikut.
1) Adanya gerakan Wahabi, semula merupakan gerakan agama yang
kemudian memberontak pemerintahan Turki. Dengan demikian, secara
politik membangkitkan tumbuhnya nasionalisme Mesir.
2) Adanya pengaruh Revolusi Prancis. Ketika Napoleon Bonaparte
mendarat di Mesir, ia juga membawa suara Revolusi Prancis yang
kemudian menimbulkan paham liberal dan nasionalisme Mesir.
3) Munculnya kaum intelektual yang berpaham modern.
4) Adanya Gerakan Pan Arab, yang dirintis oleh Amir Chetib Arslan
dengan yang menganjurkan persatuan semua bangsa Arab dengan tujuan
untuk mencapai kemerdekaan bangsanya.
Sekalipun pemberontakan Arabi Pasha berhasil dipadamkan, namun cita-
cita perjuangan Arabi Pasha merupakan sumber aspirasi semangat
nasionalisme bangsa Mesir. Hal ini terbukti pada tanggal 7 Desember
1907 telah diadakan kongres nasional yang pertama di bawah pimpinan
Mustafa Kamil. Tujuannya adalah pembangunan Mesir secara liberal untuk
mencapai kemerdekaan penuh. Pemerintah Mesir yang dipengaruhi oleh
Inggris berusaha untuk menindas gerakan ini, akan tetapi gerakan
nasional ini tetap hidup dan makin kuat bahkan kemudian menjelma
menjadi Partai Wafd (Utusan) di bawah pimpinan Saad Zaghlul Pasha.
Ketika Perang Dunia I selesai, Partai Wafd menuntut Mesir sebagai
negara merdeka dan ikut serta dalam konferensi perdamaian di Prancis.
Inggris menolak, bahkan mengasingkan Zaghlul Pasha ke Malta. Pada
tahun 1919 di Mesir timbul pemberontakan dan Zaghlul Pasha dibebaskan
kembali.
Kaum nasionalise Mesir menuntut kemerdekaan penuh. Pemberontakan
berkobar lagi, Zaghlul Pasha ditangkap lagi dan diasigkan ke Gibraltar.
Inggris yang tidak dapat menekan nasionalisme Mesir, terpaksa
mengeluarkan Pernyataan Unilateral (Unilateral Declaration) pada tanggal
28 Februari 1922.
1) Inggris mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Mesir.
2) Inggris berhak atas empat masalah pokok,seperti berikut:
a) mempertahakan Terusan Suez;
b) mempergunakan daerah militer untuk operasi militer;
c) mempertahankan Mesir terhadap agresi bangsa lain;
d) melindungi bangsa asing di Mesir dan kepentingannya.
Uniteral Declaration 1922 merupakan saat yang bersejarah bagi
Mesir sebab sejak itu dunia internasional menganggap Mesir telah
merdeka, meskipun belum penuh. Sebaliknya, di pihak kaum nasionalis
Mesir tetap tetap menentangnya sebab Inggris tetap berhak atas empat
masalah pokok tersebut di atas. Itulah sebabnya, kaum nasionalisme
Mesir terus berjuang melawan Inggris untuk mencapai kemerdekaan
penuh. Hal ini baru terwujud setelah Perang Dunia II berakhir (Oktober
1954).

Anda mungkin juga menyukai