Berbagai Negara - Pada umumnya kemerdekaan tidak ada yang diberikan sebagai hadiah
atau semata-mata karena kebaikan kaum penjajah. Kemerdekaan biasanya direbut dengan
kekuatan senjata. Bagi rakyat terjajah hal demikian sering disebut perang kemerdekaan atau
perjuangan kemerdekaan. Pada puncak kejayaan kaum imperialis Barat masa lampau terjadi
dua kali perang besar, yaitu Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Kedua perang tersebut
sangat berpengaruh terhadap perjuangan nasionalisme atau pergerakan kemerdekaan bangsa-
bangsa di Asia Hubungan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan Perang
Dunia II serta Perang Dingin dan Afrika, termasuk Indonesia. Selama Perang Dunia I, hampir
seluruh Negara Eropa terlibat dalam peperangan yang menimbulkan kehancuran. Oleh karena
itu, bangsa Asia dan Afrika meningkatkan tuntutannya kepada negara-negara penjajah, berupa
pembaruan pemerintahan dan pembentukan lembaga perwakilan rakyat. Akibat krisis
ekonomi setelah Perang Dunia I, negara-negara kolonial berusaha untuk lebih meningkatkan
pemerasan kekayaan di daerah-daerah jajahannya di Asia dan Afrika. Hal itu menimbulkan
gerakan-gerakan perlawanan yang lebih radikal.
Konferensi Asia Afrika Berakhirnya Perang Dunia I membawa pengaruh terhadap bangsa-
bangsa Asia dan Afrika untuk memperoleh kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan.
Di samping itu juga ditandai dengan munculnya dua kekuatan ideologis, politis, dan militer
termasuk pengembangan senjata nuklir. Negara Republik Indonesia dalam menyelenggarakan
kehidupan bermasyarakat dan bernegara selalu berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945.
Salah satu bentuk penyelenggaraan kehidupan bernegara adalah menjalin kerja sama dengan
negara lain. Kebijakan yang menyangkut hubungan dengan negara lain terangkum dalam
kebijakan politik luar negeri. Oleh karena itu, pelaksanaan politik luar negeri Indonesia juga
harus berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.Indonesia mencetuskan gagasannya untuk
menggalang kerja sama dan solidaritas antarbangsa dengan menyelenggarakan KAA.
Negara yang diundang, tetapi tidak hadir pada Konferensi Asia Afrika adalah
Rhodesia/Federasi Afrika Tengah. Ketidakhadiran itu disebabkan Federasi Afrika Tengah
masih dilanda pertikaian dalam negara/dikuasai oleh orang-orang Inggris. Semua persidangan
Konferensi Asia Afrika diselenggarakan di Gedung Merdeka, Bandung.
Latar belakang dan dasar pertimbangan diadakan KAA adalah sebagai berikut.
Kenangan kejayaan masa lampau dari beberapa negara di kawasan Asia-Afrika.
Perasaan senasib sepenanggungan karena sama-sama merasakan masa penjajahan dan
penindasan bangsa Barat, kecuali Thailand.
Meningkatnya kesadaran berbangsa yang dimotori oleh golongan elite
nasional/terpelajar dan intelektual.
4) Adanya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur.
Memiliki pokok-pokok yang kuat dalam hal bangsa, agama, dan budaya.
Secara geografis letaknya berdekatan dan saling melengkapi satu sama lain.
memperbesar peranan bangsa Asia dan Afrika di dunia dan ikut serta mengusahakan
perdamaian dunia dan kerja sama internasional.
bekerja sama dalam bidang sosial, ekonomi, dan budaya,
membicarakan masalah-masalah khusus yang menyangkut kepentingan bersama
seperti kedaulatan negara, rasionalisme, dan kolonialisme.
Selain menetapkan keputusan tersebut, konferensi juga mengajak setiap bangsa di dunia
untuk menjalankan beberapa prinsip bersama, seperti:
1. menghormati hak-hak dasar manusia, tujuan, serta asas yang termuat dalam Piagam
PBB;
2. menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa;
3. mengakui persamaan ras dan persamaan semua bangsa, baik bangsa besar maupun
bangsa kecil;
4. melakukan intervensi atau ikut campur tangan dalam persoalan dalam negeri negara
lain;
5. menghormati hak-hak tiap bangsa untuk mempertahankan diri, baik secara sendirian
maupun secara kolektif sesuai dengan Piagam PBB;
6. a) tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak
bagi kepentingan khusus salah satu negara besar; b) tidak melakukan tekanan
terhadap negara lain;
7. tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan
terhadap integritas teritorial atas kemerdekaan politik suatu negara;
8. menyelesaikan segala perselisihan internasional secara damai sesuai dengan Piagam
PBB;
9. memajukan kepentingan bersama dan kerja sama internasional;
10. menghormati hukum dan kewajiban internasional lainnya.
Kesepuluh prinsip yang dinyatakan dalam Konferensi Asia Afrika itu dikenal dengan nama
Dasasila Bandung atau Bandung Declaration.
Pengaruh Konferensi Asia Afrika bagi Solidaritas dan Perjuangan Kemerdekaan
Bangsa di Asia dan Afrika
Konferensi Asia Afrika membawa pengaruh yang besar bagi solidaritas dan perjuangan
kemerdekaan bangsa di Asia dan Afrika. Pengaruh Konferensi Asia Afrika adalah sebagai
berikut.
Perintis dalam membina solidaritas bangsa-bangsa dan merupakan titik tolak untuk
mengakui kenyataan bahwa semua bangsa di dunia harus dapat hidup berdampingan
secara damai.
Cetusan rasa setia kawan dan kebangsaan bangsa-bangsa Asia Afrika untuk
menggalang persatuan.
Penjelmaan kebangkitan kembali bangsa-bangsa di Asia dan Afrika.
Pendorong bagi perjuangan kemerdekaan bangsa di dunia pada umumnya serta di
Asia dan Afrika khususnya.
Memberikan pengaruh yang besar terhadap perjuangan bangsa-bangsa di Asia dan
Afrika dalam mencapai kemerdekaannya.
Banyak negara-negara Asia-Afrika yang merdeka kemudian masuk menjadi anggota
PBB.
Selain membawa pengaruh bagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa di Asia dan
Afrika, Konferensi Asia Afrika juga menimbulkan dampak yang penting dalam
perkembangan dunia pada umumnya. Pengaruh atau dampak itu, antara lain sebagai berikut.
Konferensi Asia Afrika mampu menjadi penengah dua blok yang saling berseteru
sehingga dapat mengurangi ketegangan/détenteakibat Perang Dingin dan mencegah
terjadinya perang terbuka.
Gagasan Konferensi Asia Afrika berkembang lebih luas lagi dan diwujudkan dalam
Gerakan Non Blok.
Politik bebas aktif yang dijalankan Indonesia, India, Burma (Myanmar), dan Sri
Lanka tampak mulai diikuti oleh negara-negara yang tidak bersedia masuk Blok
Timur ataupun Blok Barat.
Belanda cemas dalam menghadapi kelompok Asia Afrika di PBB sebab dalam Sidang
Umum PBB, kelompok tersebut mendukung tuntutan Indonesia atas kembalinya Irian
Barat ke pangkuan RI.
Australia dan Amerika Serikat mulai berusaha menghapuskan diskriminasi ras di
negaranya.
Konferensi Asia Afrika dan pengaruhnya terhadap solidaritas antarbangsa tidak hanya
berdampak pada negara-negara di Asia dan Afrika, tetapi juga bergema ke seluruh dunia.[am]
Sejarah Gerakan Non Blok Perang Dunia II (1939–1945) telah menimbulkan berbagai
akibat yang mengerikan bagi umat manusia. Selain jutaan manusia mati, terjadi pula
kehancuran berbagai bangunan, sarana produksi, sarana transportasi, terjadi krisis ekonomi,
dan penyebaran wabah penyakit. Peta politik dunia pun ikut berubah. Dua kekuatan adidaya
telah lahir yang menyebabkan terjadinya pertentangan di antara keduanya.
Gerakan Non Blok (GNB) atau Non Alignment(NAM) merupakan gerakan yang tidak
memihak/netral terhadap Blok Barat dan Blok Timur.
Di sela-sela puing kehancuran akibat Perang Dunia II, muncullah dua negara adidaya yang
saling berhadapan. Mereka berebut pengaruh terhadap negara-negara yang sedang
berkembang agar menjadi sekutunya. Dua negara adidaya itu ialah Amerika Serikat dan Uni
Soviet. Persaingan kekuatan di antara dua blok itu mengakibatkan terjadinya Perang Dingin
(the Cold War).Mereka saling berhadapan, bersaing, dan saling memperkuat sistem
persenjataan.
Setiap kelompok telah mengarahkan kekuatan bomnya ke negara lawan. Akibatnya, situasi
dunia tercekam oleh ketakutan akan meletusnya Perang Dunia III atau Perang Nuklir yang
jauh lebih mengerikan dibandingkan Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Menghadapi situasi
dunia yang penuh konflik tersebut, Indonesia menentukan sistem politik luar negeri bebas
aktif. Prinsip kebijak-sanaan politik luar negeri Indonesia tersebut ternyata juga sesuai
dengan sikap negara-negara sedang berkembang lainnya. Oleh karena itu, mereka sepakat
untuk membentuk suatu kelompok baru yang netral, tidak memihak Blok Barat ataupun Blok
Timur. Kelompok inilah yang nantinya disebut kelompok negara-negara Non Blok. Dengan
demikian faktor-faktor yang melatarbelakangi berdirinya Gerakan Non Blok adalah sebagai
berikut.
Munculnya dua blok, yaitu Blok Barat di bawah Amerika Serikat dan Blok Timur di
bawah Uni Soviet yang saling memperebutkan pengaruh di dunia.
Adanya kecemasan negara-negara yang baru merdeka dan negara-negara
berkembang, sehingga berupaya meredakan ketegangan dunia.
Ditandatanganinya “Dokumen Brioni” tahun 1956 oleh Presiden Joseph Broz Tito
(Yugoslavia), PM Jawaharlal Nehru (India), Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir),
bertujuan mempersatukan negara-negara non blok.
Terjadinya krisis Kuba 1961 karena US membangun pangkalan militer di Kuba secara
besar-besaran, sehingga mengkhawatirkan AS.
Pertemuan 5 orang negarawan pada sidang umum PBB di markas besar PBB, yaitu:
Presiden Soekarno (Indonesia), PM Jawaharlal Nehru (India), Presiden Gamal Abdul
Nasser (Mesir), Presiden Joseph Broz Tito (Yugoslavia), dan Presiden Kwame
Nkrumah (Ghana).
Berdirinya Gerakan Non Blok (Non Aligned Movement)diprakarsai oleh para pemimpin
negara dari Indonesia (Presiden Soekarno), Republik Persatuan Arab–Mesir (Presiden Gamal
Abdul Nasser), India (Perdana Menteri Pandith Jawaharlal Nehru), Yugoslavia (Presiden
Joseph Broz Tito), dan Ghana (Presiden Kwame Nkrumah).
Tujuan Gerakan Non Blok
Gerakan Non Blok mempunyai tujuan, antara lain:
1. meredakan ketegangan dunia sebagai akibat pertentangan dua blok adidaya yang
bersengketa;
2. mengusahakan terciptanya suasana dunia yang aman dan damai;
3. mengusahakan terwujudnya hubungan antarbangsa secara demokratis;
4. menentang kolonialisme, politik apartheid,dan rasialisme;
5. memperjuangkan kebebasan dalam bidang ekonomi dan kerja sama atas dasar
persamaan derajat;
6. meningkatkan solidaritas di antara negara-negara anggota Gerakan Non Blok;
7. menggalang kerja sama antara negara berkembang dan negara maju menuju
terciptanya tata ekonomi dunia baru.
Pada waktu berdirinya, GNB hanya beranggota 25 negara. Setiap diseleng-garakan KTT
anggotanya selalu bertambah, sebab setiap negara dapat diterima menjadi anggota GNB
dengan memenuhi persyaratan. Adapun syarat menjadi anggota GNB adalah sebagai berikut:
menganut politik bebas dan hidup berdampingan secara damai;
mendukung gerakan-gerakan kemerdekaan nasional;
tidak menjadi anggota salah satu pakta militer Amerika Serikat atau Uni Soviet.[am]