Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

DISUSUN OLEH :

DITTA NOVEIRINA (1802123901)

FEBIANI DELFINA (1802112006)

IKE KISWORO PRATIWI (1802124486)

RAHMI MELISA (1802123928)

DOSEN PENGAMPU :

MAHARDI, SE.,M.Sc

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada TUHAN YME yang masih memberikan kita
kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dengan
judul “Teori Perdagangan Internasional.”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bisnis
Internasioanl. Dalam makalah ini mengulas tentang “Teori Perdagangan Klasik, Teori
Perdagangan Modern, Teori-Teori Investasi Internasiobal, Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Penanaman Modal Asing.”

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak


yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Kami juga berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami
harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan
makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Pekanbaru, 20 Oktober 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................5
1.3 Tujuan...............................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
2.1 Teori Perdagangan Internasional......................................................................................6
2.2 Teori Perdagangan Klasik................................................................................................8
2.3 Teori Perdagangan Modern............................................................................................10
2.4 Teori-Teori Investasi Internasional................................................................................12
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing.....................................13
BAB III.....................................................................................................................................17
PENUTUP................................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................17
3.2 Saran...............................................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perdagangan adalah segala bentuk kegiatan jual beli barang atau jasa antara dua
orang atau entitas berdasarkan kesepakatan bersama.

Maka, pengertian perdagangan internasional adalah transaksi perdagangan / jual


beli antara satu negara dengan negara lain, dalam rangka  mendapatkan keuntungan
yang maksimal di antara kedua belah pihak. Perdagangan internasional terdiri dari
barang dan jasa yang bergerak dalam dua arah, yaitu Impor – mengalir ke suatu negara
dari luar negeri dan ekspor – keluar dari suatu negara dan dijual ke luar negeri.

Perdagangan internasional mencakup semua transaksi antar negara yang


melibatkan pertukaran barang dan jasa. Keberadaan perdagangan global membuka pasar
baru untuk penjualan barang dan jasa dan memungkinkan perusahaan untuk secara
efektif mencari sumber bahan baku atau memproduksi barang yang mengarah pada
harga yang lebih rendah bagi konsumen.

Perdagangan secara global memungkinkan konsumen dan negara mendapat


kesempatan untuk terpapar barang dan jasa yang tidak tersedia di negara mereka sendiri.
Hampir setiap jenis produk dapat ditemukan di pasar internasional seperti makanan,
pakaian, suku cadang,  perhiasan,  mata uang, hasil sumber daya alam dan sebagainya.
Jasa juga diperdagangkan seperti pariwisata, perbankan, konsultasi dan transportasi.

Negara-negara melakukan perdagangan internasional ketika tidak ada sumber


daya atau kapasitas untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan domestik. Dengan
mengembangkan dan mengeksploitasi sumber daya domestik mereka, negara-negara
dapat menghasilkan surplus. Mereka dapat menggunakan surplus ini untuk membeli
barang yang mereka butuhkan dari luar negeri, yaitu melalui perdagangan internasional.

Konsep perdagangan internasional sudah ada sejak beberapa abad yang lalu.
Teori perdagangan internasional pun telah berevolusi selama abad terakhir sebagai
sarana untuk mengevaluasi dampak terhadap kebijakan perdagangan. Seiring dengan

4
waktu, para ekonom telah mengembangkan teori untuk menjelaskan mekanisme
perdagangan global.

Dalam teori perdagangan internasional dianalisis tentang pola perdagangan


internasional, asal-usulnya, dan implikasinya terhadap kesejahteraan. Beberapa teori
perdagangan internasional tersebut dibagi menjadi dua kategori, yaitu teori klasik dan
teori modern. Pada teori perdagangan internasional klasik berbasis pada perspektif suatu
negara, sedangkan teori perdagangan internasional modern berbasis pada perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan teori perdaganagn internasioanl?


2. Apakah yang dimaksud dengan teori perdagangan klasik?
3. Apakah yang dimaksud dengan teori perdagangan modern?
4. Apa saja teori-teori investasi internasioanl?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman modal asing?

1.3 Tujuan

1. Dapat mengetahui dan memahami apa itu teori perdaganga internasional


2. Dapat mengetahui dan memahami apa itu teori perdagangan klasik
3. Dapat mengetahui dan memahami apa itu teori perdagagan modern
4. Dapat mengetahui apa saja teori-teori investasi internasional
5. Dapat mengetahui faktor-fator yang mempengaruhi penanaman modal asing

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional dapat diartikan sebagai transaksi dagang antara


subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi negara yang lain, baik
mengenai barang atau pun jasa. Adapun subyek ekonomi yang dimaksud adalah
penduduk yang terdiri dari negara biasa, perusahaan ekspor, perusahaan impor,
perusahaa industri, perusahaan negara ataupun departemen pemerintah yang dapat
dilihat dari neraca perdagangan (Sobri, 2000)

Perdagangan atau pertukaran dapat diartikan sebagai proses tukar menukar yang
didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Masing-masing pihak
harus mempunyai kebebasan untuk menentukan untung rugi dari pertukaran tersebut,
dari sudut kepentingan masing-masing dan kemudian menentukan apakah ia mau
melakukan pertukaran atau tidak (Boediono, 2000)

Tujuan dari perdagangan internasional adalah sebagai berikut :

1. Memperluas Pasar dan Meningkatkan Produksi

Perdagangan internasional memungkinkan beberapa negara produsen yang


produktivitasnya sangat tinggi  untuk memperluas wilayah perdagangannya ke
negara lain.  Sehingga  produktivitas suatu produsen dapat terus tumbuh tanpa
perlu khawatir kelebihan stok karena bisa terjual dengan jangkauan pasar yang
lebih luas. Dan biaya produksinya juga dapat ditekan.

2. Meningkatkan Devisa Negara

Ekspor produk ke negara lain tentunya akan menambah Devisa Negara. Dengan
meningkatnya devisa negara, maka akan meningkatkan pertumbuhan sektor
ekonomi , menstabilkan harga barang dan menyerap banyak tenaga kerja.

3. Transfer Teknologi dan Modern

6
Perdagangan internasional sangat berdampak terhadap budaya, kepentingan
sosial, politik dan ekonomi bahkan juga dalam hal transfer teknologi modern
untuk membantu meningkatkan efisiensi dalam proses produksi. Hal ini juga
akan mendorong terbentuknya sumber daya manusia yang semakin handal dan
unggul untuk mengikuti perkembangan teknologi.

Manfaat Perdagangan Internasional

Dampak perdagangan internasional dapat memberikan beberapa manfaat dan


keuntungan bagi masing-masing negara. Beberapa dampak positif perdagangan
internasional antara lain :

1. Mempererat Hubungan Antar Negara

Interaksi antar negara yang terjadi dalam perdagangan internasional secara tidak
langsung dapat membuat hubungan bilateral antar negara tersebut semakin erat
dan harmonis. Antar negara akan bisa saling membantu, misalnya dalam hal
mempercepat proses pembangunan di negara yang terlibat kerjasama dengan
cara mengirimkan  para investornya untuk menginvestasikan modalnya ke
beberapa proyek pemerintah maupun swasta yang potensial dan strategis.

2. Meningkatkan Kesejahteraan Suatu Negara

Perdagangan internasional berpotensi menambah Pendapatan Nasional melalui


penjualan komoditas yang mereka hasilkan, sehingga membuat negara tersebut
menjadi lebih sejahtera karena terjadi  peningkatan devisa.

3. Mempermudah Kehidupan Masyarakat

Dengan adanya perdagangan internasional memudahkan masyarakat untuk


mendapatkan barang-barang yang tidak bisa diproduksi oleh negeri sendiri.
Sebagai contoh masyarakat Indonesia tidak perlu terbang ke Arab Saudi untuk
membeli kurma, atau tidak perlu terbang ke Korea hanya untuk membeli
smartphone, karena importir telah membuatnya lebih dekat ke masyarakat yang
membutuhkan barang tersebut.

7
4. Memperluas Kesempatan Kerja

Eksistensi sebuah negara dalam perdagangan internasional akan meningkatkan


permintaan ekspor barang yang cukup tinggi. Untuk mendukung peningkatan
produksi demi terpenuhinya permintaan di pasar global maka dibutuhkan
tambahan tenaga kerja untuk memenuhi target produksi tersebut.

5. Mendapatkan Keuntungan Internal dan Eksternal

Salah satu tujuan dari perdagangan internasional adalah mencari keuntungan,


baik keuntungan internal maupun keuntungan eksternal. Keuntungan internal
bisa berupa meningkatnya pesanan dari luar negeri (ekspor ) yang akan
memperbaiki kondisi ekonomi suatu perusahaan menjadi lebih baik. Sedangkan
keuntungan eksternal berupa keuntungan spesialisasi yang berfungsi untuk
meningkatkan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi. Itulah beberapa
dampak positif yang terjadi dengan adanya perdagangan internasional.

2.2 Teori Perdagangan Klasik

1. Teori Merkantilisme
Pandangan teori Merkantilisme menyatakan bahwa kesejahteraan sebuah
negara adalah lebih tinggi dibandingkan dengan kesejahteraan perseorangan.
Dikembangkan pada abad keenam belas, merkantilisme adalah salah satu
upaya paling awal untuk mengembangkan teori ekonomi.  Teori ini menyatakan
bahwa kesejahteraan suatu negara hanya ditentukan oleh banyaknya aset atau
modal yang disimpan oleh negara tersebut. Dalam pengertian yang paling
sederhana, merkantilis percaya bahwa suatu negara harus meningkatkan
kepemilikan emas dan peraknya dengan mempromosikan ekspor dan
mengurangi impor.
Tujuan setiap negara adalah untuk memiliki surplus perdagangan, atau
situasi di mana nilai ekspor lebih besar dari nilai impor, dan untuk menghindari
defisit perdagangan, atau situasi di mana nilai impor lebih besar dari nilai
ekspor.

8
Salah satu cara yang dilakukan banyak negara untuk mempromosikan
ekspor adalah dengan memberlakukan pembatasan impor. Strategi ini disebut
proteksionisme dan masih digunakan sampai sekarang. Meskipun merkantilisme
adalah salah satu teori perdagangan tertua, ia tetap menjadi bagian dari
pemikiran modern.

2. Teori Keunggulan Mutlak (Absolut Advantage)

Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith, yang berfokus pada


kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang yang lebih efisien
daripada negara lain. Perdagangan antar negara tidak boleh diatur atau dibatasi
oleh kebijakan atau intervensi pemerintah, tetapi perdagangan harus mengalir
secara alami sesuai dengan kekuatan pasar. Sebagai contoh, jika negara A dapat
menghasilkan barang yang lebih murah atau lebih cepat (atau keduanya) dari
negara B, maka negara A memiliki keunggulan dan dapat fokus pada spesialisasi
dalam memproduksi barang tersebut. Demikian pula, jika negara B lebih baik
dalam menghasilkan barang lain, itu bisa fokus pada spesialisasi juga. Dengan
spesialisasi, negara akan menghasilkan efisiensi, karena tenaga kerja mereka
akan menjadi lebih terampil dengan melakukan tugas yang sama. Produksi juga
akan menjadi lebih efisien.

Dengan peningkatan efisiensi, orang-orang di kedua negara akan


mendapat manfaat dan meningkatkan perdagangan. Teori ini menyatakan bahwa
kekayaan suatu negara tidak boleh dinilai dari seberapa banyak emas dan perak
yang dimilikinya, tetapi dari standar hidup rakyatnya.

Tantangan terhadap teori keunggulan absolut adalah bahwa beberapa


negara mungkin lebih baik dalam memproduksi barang dan oleh karena itu
memiliki keunggulan di banyak bidang. Sebaliknya, negara lain mungkin tidak
memiliki apa keunggulan mutlak yang berguna.

3. Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage)

9
Teori ini untuk menjawab tantangan dalam teori keunggulan mutlak.
Dikemukakan oleh David Ricardo, seorang ekonom Inggris, yang menyatakan
bahwa meskipun sebuah negara tidak memiliki keunggulan mutlak dalam
memproduksi suatu barang dibandingkan negara lain, maka perdagangan
internasional antar negara tersebut yang saling menguntungkan tetap dapat
dilakukan.

Keunggulan komparatif terjadi ketika suatu negara tidak dapat


menghasilkan suatu produk lebih efisien daripada negara lain. Perbedaan antara
kedua teori ini sangat halus. Teori keunggulan komparatif berfokus pada
perbedaan Produktivitas secara relatif, sedangkan teori keunggulan mutlak
melihat produktivitas secara absolut.

4. Teori Proporsi Faktor Produksi (Heckscher-Ohlin)

Teori-teori Smith dan Ricardo tidak membantu negara menentukan


produk mana yang akan menguntungkan suatu negara. Kedua teori
mengasumsikan bahwa pasar bebas dan terbuka akan mengarahkan negara dan
produsen untuk menentukan barang mana yang dapat mereka hasilkan dengan
lebih efisien.

Teori ini dikemukakan oleh dua ekonom Swedia, Eli Heckscher dan
Bertil Ohlin, yang memusatkan perhatian pada bagaimana suatu negara dapat
memperoleh keunggulan komparatif dengan menghasilkan produk yang
memanfaatkan faktor-faktor yang berlimpah di negara itu. Teori ini didasarkan
pada faktor-faktor produksi suatu negara seperti sumber daya, tenaga kerja, dan
modal, yang menyediakan dana untuk investasi dalam pabrik dan peralatan.
Sebaliknya, negara akan mengimpor barang yang membutuhkan sumber daya
yang terbatas, tetapi permintaan lebih tinggi.

2.3 Teori Perdagangan Modern

Perlu diketahui teori  berbasis perusahaan berkembang seiring dengan


berkembangnya perusahaan multinasional. Teori berbasis perusahaan menggabungkan

10
faktor produk dan layanan lainnya, termasuk loyalitas merek dan pelanggan, teknologi 
dan kualitas, ke dalam aliran perdagangan.

Terdapat beberapa teori perdagangan modern atau berbasis perusahaan. Berikut


selengkapnya:

1. Teori Persamaan Negara

Teori ini dikembangkan oleh ekonom Swedia Steffan Linder, ketika ia


mencoba menjelaskan konsep perdagangan intra industri. Linder mengusulkan
bahwa konsumen di negara-negara yang berada pada tahap perkembangan yang
sama atau serupa akan memiliki preferensi yang sama. Dalam teori berbasis
perusahaan ini, Linder menyarankan agar perusahaan memproduksi terlebih
dahulu untuk konsumsi dalam negeri.

Perusahaan sering menemukan bahwa pasar domestik, dalam hal


preferensi pelanggan, menawarkan potensi paling besar untuk sukses. Teori
kesamaan negara Linder kemudian menyatakan bahwa sebagian besar
perdagangan barang-barang manufaktur adalah antara negara-negara dengan
pendapatan per kapita yang sama. Pada teori ini seringkali paling berguna dalam
memahami perdagangan barang di mana merek dan reputasi produk adalah
faktor penting dalam proses pengambilan keputusan pembelian.

2. Teori Siklus Hidup Produk

Pencetus teori ini adalah seorang profsor Harvard Business School yaitu
Raymond Vernon. Teori  ini menyatakan bahwa siklus hidup produk memiliki
tiga tahap yang berbeda, yaitu produksi baru, pertumbuhan produksi dan
standarisasi produk. Pada teori ini dapat dilihat asumsi bahwa produksi barang
baru akan terjadi sepenuhnya dari inovasinya di negara asalnya.

Teori siklus hidup produk kurang mampu menjelaskan pola perdagangan


saat ini di mana inovasi dan manufaktur terjadi di seluruh dunia. Sebagai contoh,
perusahaan global bahkan melakukan penelitian dan pengembangan di pasar

11
negara berkembang, di mana tenaga kerja dan fasilitas yang lainnya biasanya
lebih murah.

3. Teori Persaingan Strategis Global

Pada teori persaingan strategis global didasarkan pada karya ekonom


Paul Krugman dan Kelvin Lancaster. Teori ini berfokus pada perusahaan
multinasional dan upaya mereka untuk mendapatkan keunggulan kompetitif
terhadap perusahaan global lainnya. Perusahaan akan menghadapi persaingan
global dalam industrinya dan harus mengembangkan keunggulan kompetitif.

Cara agar perusahaan dapat memperoleh keunggulan kompetitif yang


berkelanjutan adalah ketika mencoba untuk masuk ke dalam industri atau pasar
baru dengan mengoptimalkan penelitian dan pengembangan, kepemilikan hak
kekayaan intelektual, skala ekonomi, proses atau metode bisnis yang unik serta
pengalaman luas dalam industri, dan kontrol sumber daya atau akses yang baik
ke bahan baku.

4. Teori Keunggulan Kompetitif

Teori ini dikembangkan oleh Michael Porter dari Harvard Business


School. Menurut teori ini bahwa daya saing negara dalam suatu industri
tergantung pada kemampuan industrinya dalam melakukan inovasi dan
meningkatkan kapasitasnya. Teorinya menjelaskan mengapa beberapa negara
lebih kompetitif dalam industri tertentu dibanding negara lain.

Ada empat faktor penentu yang bisa meningkatkan daya saing sebuah
industri dalam suatu negara, yaitu  (1) sumber daya dan kemampuan pasar lokal,
(2) kondisi permintaan pasar lokal, (3) pemasok lokal dan industri pelengkap,
dan (4) karakteristik perusahaan lokal.

Selain empat faktor penentu, teori ini  juga mencatat bahwa pemerintah
dan kesempatan berperan dalam daya saing industri nasional. Pemerintah dengan
kebijakannya, dapat meningkatkan daya saing perusahaan dan seluruh industri.

12
2.4 Teori-Teori Investasi Internasional

1) Teori Keunggulan Monopolistik


Teori ini berasal dari disertasi Stephen Hymer tahun 1960-an yang menunjukkan
bahwa investasi langsung luar negeri lebih banyak terjadi dalam industri-industri
oligopolistik daripada dalam industri-industri yang beroperasi dalam
persaingan hampir sempurna. Ini berarti perusahaan-perusahaan dalam industri
ini harus memiliki keunggulan yang tidak dapat diperoleh perusahaan-
perusahaan lokal.
2) Ketidaksempurnaan Pasar Produk dan Faktor Produksi
Caves, seorang ahli ekonomi Harvard memperluas karya Hymer untuk
menunjukkan bahwa pengetahuan unggul memungkinkan perusahaan yang
melakukan investasi untuk memproduksi berbagai produk yang lebih disukai
konsumen daripada barang-barang yang sama buatan local, dan dengan
demikian akan memberikan kepada perusahaan itu beberapa kendali
untuk harga jual dan keunggulan atas perusahaan-perusahaan pribumi.
3) Daur Hidup Produk Internasional
Konsep IPLC menjelaskan investasi langsung luar negeri sebagai tahap alamiah
dalam kehidupan suatu produk. Untuk menghindari kehilangan pasar yang
dilayaninya melalui ekspor, sebuah perusahaan dipaksa untuk menanamkan
modal dalam sarana produksi di luar negeri ketika perusahaan-perusahaan lain
mulai menawarkan produk-produk yang sama.
4) Teori ikut sang pemimpin (follow-the-leader-theory)
Sebuah teori lain dikembangkan oleh Knickerbocker yang mengemukakan
bahwa apabila sebuah perusahaan khususnya yang memimpin dalam
oligopolistik memasuki sebuah pasar, maka perusahaan-perusahaan lain dalam
industri itu mengikutinya. Teori ini dianggap defensif karena para pesaing
melakukan investasi untuk menghindari kehilangan pasar yang dilayani
dengan ekspor ketika investor pertama memulai produksi lokal. Mereka juga
mungkin takut pemrakarsa itu akan mencapai beberapa keunggulan dengan
melakukan diversifikasi risiko yang tidak ingin mereka derita kecuali mereka
juga memasuki pasar itu. Selain itu, dengan menduga pemrakarsa itu mengetahui

13
sesuatu yang tidak mereka ketahui, mereka mungkin merasa lebih baik
menyelamatkan diri daripada menyesal nantinya.
5) Teori internalisasi
Teori internalisasi merupakan pengembangan teori ketidak-sempurnaan pasar.
Sebuah perusahaan memiliki pengetahuan unggul, tetapi ia dapat memperoleh
harga yang lebih tinggi untuk pengetahuan itu dengan cara menggunakannya
daripada menjualnya di pasar terbuka. Dengan melakukan investasi di anak
perusahaan luar negeri ketimbang memberikan lisensi, perusahaan itu mampu
mengirim pengetahuannya melewati batas negara, sementara tetap
mempertahankannya di dalam perusahaan dengan harapan dapat mewujudkan
hasil yang lebih baik atas investasi yang dilakukan untuk memproduksinya.
6) Teori Eklektik Produksi Internasional dari Dunning
Teori ini menggabungkan unsur-unsur dari beberapa teori yang telah kita bahas.
Dunning menyatakan apabila sebuah perusahaan bermaksud melakukan
investasi dalam sarana produksi luar negeri, ia harus memiliki tiga jenis
keunggulan:
a. Kepemilikan yang khas (ownership specific), yaitu sejauh mana sebuah
perusahaan memiliki atau dapat memperoleh aset-aset yang kelihatan
(tangible) dan tidak kelihatan (intangible) yang tidak dapat diperoleh
perusahaan-perusahaan lain.
b. Internalisasi (internalization) adalah dalam kepentingan terbaik
perusahaan untuk menggunkana keunggulan kepemilikan khas
(menginternalisasi) ketimbang melisensikannya kepada pemilik asing
(mengeksternalisasi).
c. Kekhasan lokasi (location-spesific), perusahaan akan memperoleh
keuntungan dengan menempatkan sebagian fasilitas produksinya di luar
negeri.

2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing

Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan


usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal
asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan
dengan penanam modal dalam negeri. Masuknya perusahaan asing dalam kegiatan

14
investasi di Indonesia dimaksudkan sebagai pelengkap untuk mengisi sektor-sektor
usaha dan industri yang belum dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh pihak swasta
nasional, baik karena alasan teknologi, manajemen, maupun alasan permodalan.
Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya keengganan masuk investasi ke
Indonesia pada saat ini. Faktor-faktor yang dapat menjadi pendukung masuknya arus
investasi ke suatu negara, seperti jaminan keamanan, stabilitas politik, dan kepastian
hukum, tampaknya menjadi suatu permasalahan tersendiri bagi Indonesia. Bahkan
otonomi daerah yang sekarang diterapkan di Indonesia dianggap menjadi permasalah
baru dalam kegiatan investasi di beberapa daerah.
Apabila seorang investor asing akan menanamkan modalnya pada suatu negara,
tentunya banyak aspek yang harus dipertimbangkan sebagai faktor yang menentukan
bagi invest-nya tersebut. Secara garis besar faktor yang dimaksudkan, dapat
dikategorikan atas tiga bagian berikut:
a. Faktor politik
Investor mau datang ke suatu negara sangat dipengaruhi faktor
political stability (stabilitas politik). Terjadinya konflik elite politik atau
konflik masyarakat akan berpengaruh terhadap iklim investasi. Penanam
modal asing akan datang dan mengembangkan usahanya jika negara
yang bersangkutan terbangun proses stabilitas politik dan proses
demokrasi yang konstitusional.
Faktor politik merupakan aspek yang sangat diperhatikan investor asing
manakala mereka akan menanamkan modalnya pada suatu negara. faktor
ini sangat menentukan adanya iklim usaha yang kondusif bagi usaha-
usaha penanaman modal asing. Apabila suhu politik dalam negeri tidak
stabil, sudah barang tentu investor asing tidak akan berminat untuk
menanamkan modalnya pada suatu negara yang mengalami suhu politik
yang tidak stabil.
b. Faktor ekonomi
Untuk menarik modal asing dibutuhkan adanya keuntungan
ekonomi bagi investor, seperti dekat dengan sumber daya alam, tersedia
bahan baku, tersedianya lokasi untuk mendirikan pabrik yang cukup,
tersedianya tenaga kerja yang murah dan pasar yang prospektif. Ditinjau

15
dari aspek ekonomi, Indonesia secara umum masih memiliki keunggulan
alamiah dan komparatif, seperti: negeri yang sangat luas dengan
kekayaan alam yang melimpah, sumber daya alam Indonesia masih
cukup banyak, dan jumlah penduduk sangat besar yang membetuk pasar
dan potensi tenaga kerja yang murah. Dengan melihat beberapa potensi,
Indonesia masih menjadi tempat tujuan penanaman modal yang menarik
bagi investor asing meskipun penegakan keamanan dan kepastian hukum
masih dipertanyakan banyak pihak.
c. Faktor hukum
Faktor hukum atau aspek yuridis juga merupakan faktor yang
tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan para investor asing yang ingin
menanamkan modalnya pada suatu negara. hal ini, terutama berkaitan
dengan perlindungan yang diberikan pemerintah nasional bagi kegiatan
investasi asing di negaranya dalam bentuk perlindungan hukum.
Menurunya wibawa hukum dalam negeri akan memengaruhi minat
investor asing untuk menanamkan modalnya pada suatu negara.
Daya tarik investor asing untuk melakukan investasi di Indonesia akan sangat
tergantung pada sistem hukum yang diterapkan. Sistem hukum itu harus mampu
menciptakan kepastian, keadilan dan efisiensi. Bahkan dalam era globalisasi ekonomi
sekarang ini, ketiga unsur tersebut menjadi kian bertambah penting, antara lain dengan
berkembangnya mekanisme pasar.
Minat investor asing untuk menanamkan modalnya, selain dipengaruhi situasi di
dalam negeri sebagaimana diuraikan diatas juga, dipengaruhi oleh kondisi eksternal.
Antara lain, tanda-tanda akan terjadinya resesi ekonomi diseluruh dunia. Resesi yang
melanda negara-negara di dunia, yang saat ini mulai muncul tanda-tandanya, akan
menjadi penghalang utama bagi masuknya investor asing ke dalam negeri.
Secara garis besar, seluruh aspek tersebut diatas, dapat dikelompokkan menjadi:
1. Faktor Dalam Negeri
a) Stabilitas politik dan perekonomian;
b) Kebijakan dalam bentuk sejumlah deregulasi dan debirokratisasi yang
secara terus-menerus dilakukan pemerintah dalam rangka menggairahkan
iklim investasi;

16
c) Diberikannya sejumlah pembebasan dan kelonggaran dibidang
perpajakan, termasuk sejumlah hak lain bagi investor asing yang
dianggap sebagai perangsang (insentif);
d) Tersedianya sumber daya alam yang berlimpah seperti minyak bumi, gas,
bahan tambang, dan hasil hutan si wilayah Indonesia;
e) Iklim dan letak geografis serta kebudayaan dan keindahan alam
Indonesia yang merupakan daya tarik tersendiri, khusus bagi proyek-
proyek yang bergerak di bidang industri kimia, industri perkayuan,
industri kertas dan industri perhotelan (tourisme), yang justru sekarang
menjadi sektor primadona yang banyak diminati para investor asing;
f) Sumber daya manusia dengan upah yang cukup kompetitif, yang sangat
perlu, khususnya bagi proyek-proyek yang bersifat padat karya seperti
tekstil, industri sepatu dan mainan anak-anak.

2. Faktor Luar Negeri


a) Apresiasi mata uang dari negara-negara yang jumlah investasinya di
Indonesia cukup tinggi, seperti Jepang, Korea Selatan, Hongkong, dan
Taiwan;
b) Pencabutan GSP (Sistem Preferensi Umum) terhadap 4 negara industri
baru di Asia (Korea Selatan, Taiwan, Hongkong, dan Singapura);
c) Meningkatnya baiaya produksi di luar negeri

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk


suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk
yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara
individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan
pemerintah negara lain.
Pada dasarnya ada dua teori yang menerangkan tentang timbulnya perdagangan
internasional yaitu teori pra-klasik merkantilisme, teori klasik dan teori modern.
Merkantilisme merupakan suatu kelompok yang mencerminkan cita-cita dan ideologi
kapitalisme komersial, serta pandangan tentang politik kemakmuran suatu negara yang
ditujukan untuk memperkuat posisi dan kemakmuran negara melebihi kemakmuran
perseorangan.
Adam Smith berpendapat bahwa sumber tunggal pendapatan adalah produksi
hasil tenaga kerja serta sumber daya ekonomi. Dalam hal ini Adam Smith sependapat
dengan doktrin merkantilis yang menyatakan bahwa kekayaan suatu negara dicapai dari
surplus ekspor. Teori J.S.Mill menyatakan bahwa suatu negara akan menghasilkan dan
kemudian mengekspor suatu barang yang memiliki comparative advantage terbesar dan
mengimpor barang yang dimiliki comparative disadvantage(suatu barang yang dapat
dihasilkan dengan lebih murah dan mengimpor barang yang kalau dihasilkan sendiri
memakan ongkos yang besar).
Teori Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan beberapa pola perdagangan dengan
baik, negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan
faktor produksi yang relatif melimpah secara intensif. Menurut Heckscher-Ohlin, suatu
negara akan melakukan perdagangan dengan negara lain disebabkan negara tersebut
memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan dalam teknologi dan keunggulan
faktor produksi

18

Anda mungkin juga menyukai