Anda di halaman 1dari 5

A.

PENGERTIAN MONOPOLI DAN PERSAINGAN CURANG

Salah satu bidang yang dilingkupi oleh hukum bisnis adalah bidang anti monopoli dan
antitrust(persaingan curang). Hukum mengartikan monopoli sebgai suatu penguasaan atas
produksi dan atau pemasaran barang atau atas penggunaan jasa tertentu oleh 1 (satu) pelaku
usaha atau 1(satu) kelompok pelaku usaha. Dengan demikian,menurut perundang-undangan
tentang anti monopoli,dengan praktek monopoli dimaksudkan adalah sebagai suatu
pemusatan kekuatan ekonomi oleh 1 (satu) atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan
dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga
menimbulkan suatu persaingan usaha secara tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan
umum.

Sedangkan yang di maksudkan dengan “persaingan curang”(persaingan tidak


sehat)adalah suatu persaingan antarpelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan
atau pemasaran barang atau jasa yang dilakukan dengan cara-cara yang tidak jujur atau
dengan cara melawan hukum atau menghambat persaingan usaha. Apabila tidak ditentukan
dengan tegas sebaliknyaa ,maka semua penyebutan “monopoli”dalam buku ini sudah
termasuk ,baik monopoli(dalam arti sempit) dan persaingan curang/persaingan tidak sehat
(antitrust)

Kepada istilah “pemusutan kegiatan ekonomi” diberikan arti oleh perundang-undangan


sebagai suatu penguasaan yang nyata atas suatu pasar oleh satu atau lebih pelaku usaha
sehingga dapat menetukan harga barang atau jasa.

Dan dengan istilah “posisi dominan” yang dimaksudkan adalah suatu keadaan dimna
pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang berarti di pasar yang bersangkutan dalam
kaitannya dengan kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan atau penjualan
,serta kemampuan untuk menyesuaikan pasoka atau permintaan barang atau jasa.

Monopoli harus di larang dan diatur oleh hukum karena tindakan monopoli dapat
memberikan dampak negatif terhadap :

 Harga barang dan/atau jasa


 Kualitas barang dan/atau jasa
 Kuantitas barang dan/atau jasa
Dalam melarang kegiatan yang mengakibatkan timbulnya monopoli hukum menggunakan
2 pendekatan sebagai berikut :

 Pendekatan per-se
 Pendekatan Rule of reason

Dengan pendekatan “per se” yang dimaksudkan adalah bahwa dengan hanya melakukan
tindakan yang dilarang , demi hukum tindakan tersebut dianggap bertentangan dengan hukum
yang berlaku. Sementara yang yang dimaksud dengan “rule of reason” adalah bahwa dengan
telah terbukti dilakukannya tindakan tersebut saja ,tidak otomatis tindakan tersebut sudah
bertentangan dengan hukum ,tetapi harus dilihat dulu sejauh mana akibat dari tindakan
tersebut menimbulkan monopoli atau akan mengakibatkan kepada persaingan curang.

Larangan dan pengaturan tentang monopoli ini diatur dalam perundang-undangan yang
berkenaan dengan monopoli dan persaingan tidak sehat. Tujuan pengaturannya adalah agar
tercapai keadilan dan efisiensi di pasar dengan jalan menghilangkan distorsi pasar sebagai
berikut :

 Mencegah penguasaan pangsa pasar yang besar oleh seorang atau segelintir pelaku
pasar
 Mencegah timbulnya hambatan terhadap entri dari pelaku pasar pendatang baru (first
entry barrier )
 Menghambat atau mencegah perkembangan pelaku pasar yang merupakan
pesaingnya

B. RUANG LINGKUP ATURAN MONOPOLI

Adapun yang merupakan ruang lingkup dan pengaturan anti monopoli adalah sebagai
berikut:

1. Perjanjian yang dilarang ,berupa :


 Oligopoli
 Penetapan harga
 Pembagian wilayah
 Pemboikotan
 Kartel
 Trust
 Oligopsoni
 Integrasi vertikal
 Perjanjian tertutup
 Perjanjian dengan pihak luar negri
2. Kegiatan yang dilarang yaitu sebagai berikut :
 Monopoli
 Monopsoni
 Penguasaan pangsa pasar
 Persengkolan
3. Posisi dominan di pasar ,yaitu posisi yang timbul dari kegiatan sebagai berikut:
 Pencegahan konsumen untuk memperoleh barang atau jasa yang bersaing
 Pembatasan pasar dan pengembangan teknologi
 Menghambat pesaing untuk bisa masuk pasar
 Jabatan rangkap
 Pemilik saham
 Merger,akuisisi dan konsolidasi
4. Diskriminasi harga
5. Prosedur penegakkan hukum
6. Badan penegakkan hukum,yaitu komisi pengawas persaingan usaha
7. Sansi administrasi ,perdata dan pidana
8. Pengecualian-pengecualian

KOMISI PENGAWASAN PERSAINGAN USAHA

Komisi pengawasan persaingan usaha (KPPU) adalah sebuah lembaga independen di


indonesia yang di bentuk untuk memenuhi amanat undang-undang no.5 tahun 1999 tentang
larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

KPPU menjalankan tugas untuk mengawasi tiga hal pada UU tersebut :

1. Perjanjian yang dilarang ,yaitu melakukan perjanjian dengan pihak lain untuk secara
bersama-sama mengontrol produksi dan pemasaran barang atau jasa yang dapat
menyebabkan praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat seperti perjanjian
penetapan harga ,deskriminasi harga,boikot,perjanjian tertutup ,oligopoli,predator
pricing,pembagian wilayah ,kartel,trust(persekutuan),dan perjanjian dengan pihak luar
negri yang dapat menyebabkan persaingan usaha tidak sehat.
2. Kegiatan yang dilarang ,yaitu melakukan kontrol produksi dan pemasaran melalui
pengaturan pasokan ,pengaturan pasar yang dapat menyebabkan praktek monopoli
atau persaingan usaha tidak sehat.
3. Posisi dominan,pelaku usaha yang menyalahgunakan posisi dominan yang
dimilikinya untuk membatasi pasar,menghalangi hak hak konsumen, atau
menghambat binis pelaku usaha lain.

Dalam pembuktian,KPPU menggunakan unsur pembuktian perseilegal,yaitu sekedar


membuktikan ada tidaknya perbuatan,dan pembuktian rule of reason , yang selain
mempertanyakan eksistensi perbuatan juga melihat dampak yang ditimbulkan.

Keberadaan KPPUdi harapkan menjamin hal-hal berikut di masyarakat:

1. Konsumen tidak lagi menjadi korban posisi produsen sebagai price taker .
2. Keragaman produk dan harga dapat memudahkan konsumen menetukan pilihan.
3. Efisiensi alokasi sumber daya alam
4. Konsumen tidak lagi di perdaya dengan harga tinggi tetapi kualitas seadanya,yang
lazimdi temui pada pasar monopoli.
5. Kebutuhan konsumen dapat di penuhi karena produsen telah meningkatkan kualitas
dan layanannya.
6. Menjadikan harga barang dan jasa ideal,secara kualitas maupun biaya produksi
7. Membuka pasar sehingga kesempatan bagi pelaku usaha menjadi lebih banyak
8. Menciptakan inovasi dalam perusahaan

SANKSI DALAM MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA

Pasal 36 UU anti monopoli ,salah satu wewenang KPPU adalah melakukan penelitian
,penyelidikan dan menyimpulkan hasil penyelidikan mengenai ada tidaknya praktik monopoli
dan atau persaingan tidak sehat. Masih di pasal yang sama,KPPU juga berwenang
menjatuhkan sanksi administrasi kepada pelaku usaha yang melanggar UU anti monopoli.
Apa saja yang termasuk dalam sanksi administratif diatur dalam pasal 47 ayat (2) UU anti
monopoli juga mengatur mengenai sanksi pidana . pasal 48 menyebutkan mengenai pidana
pokok. Sementara pidana tambahan di jelaskan dalam pasal 49.
Pasal 48
1. Pelanggaran terhadap ketentuann pasal 4, pasal 9 sampai dengan pasal 14 ,pasal 16
sampai dengan pasal 19 , pasal 25 , pasal 27, dan pasal 28 diancam pidana denda
serendah-rendahnya Rp25.000.000.000.(dua puluh lima miliar rupiah )
Rp100.000.000.000 (seratus miliar rupiah ) atau pidana kurungan pengganti denda
selama-lamanya 6 (enam) bulan.
2. Pelanggaranb terhadap ketentuan pasal 5 sampai dengan pasal 8 , pasal 15,pasal 20
sampai dengan pasal 24 , dan pasal 26 undang-undang ini di ancam pidana denda
serendah-rendahnya Rp5.000.000.000(lima miliar rupiah ) dan setinggi-tingginya
Rp25.000.000.000 ( dua puluh lima miliar rupiah )atau pidana penjara pengganti
denda selama-lamanya 5(lima)bulan .
3. Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 41 undang-undang ini diancam pidan denda
serendah-rendahnya Rp1.000.000.000 (satu miliar rupiah ) dan setinggi-tingginya
Rp5.000.000.000(lima miliar rupiah) atau pidana kurungan pengganti denda selama-
lamanya 3(tiga)bulan.
Pasal 49
Dengan menunjuk ketentuan pasal 10 kitab undang-undang hukum pidana , terhadap pidana
sebagaimana diatur dalam pasal 48 dapat di jatuhkan pidana berupa :
1. Pencabutan izin usaha
2. Larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti melakukan pelanggaran terhadap
undang-undang ini untuk menduduki jabatan direksi atau komisaris sekurang-
kurangnya 2 tahun dan selama-lamanya 5 tahun
3. Penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugian
pada pihak lain.
Aturan ketentuan pidana di dalam UU antimonopoli menjadi aneh lantaran tidak
menyebutkan secara tegas siapa yang berwenang melakukan penyelidikan atau penyidikan
dalam konteks pidana.

Anda mungkin juga menyukai