Anda di halaman 1dari 15

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

Perjuangan Soewardi Soerjaningrat


dalam bidang pers tahun 1912-1920

Oleh :
Esa Nur Hidayat
K 4402508

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian teori

1. Kolonialisme

a. Pengertian Kolonialisme.
Kata kolonialisme bukan kata asing dalam bagi bangsa Indonesia, sebab
kolonialisme identik dengan penjajahan. Hal ini dikarenakan bangsa Indonesia
pernah mengalami masa penjajahan selama tiga setengah abad dijajah Belanda
dan tiga setengah tahun dijajah oleh Jepang.
Dalam pembukaan UUD 45 juga memuat tentang penjajahan yaitu
dalam alinea 1 yang menyatakan bahwa penjajahan harus dihapuskan dari muka
bumi karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Dari
kalimat tersebut membuktikan bahwa bangsa Indonesia tidak menginginkan
adanya kolonialisme atau penjajahan. Selain itu juga dapat dipastikan bahwa
bangsa-bangsa di dunia juga tidak menginginkan adanya kolonialisme, sebab
tidak ada satupun bangsa yang ingin di kuasai oleh bangsa yang lain.
Secara etimologi, kata kolonialisme berasal dari kata koloni yang artinya
daerah jajahan tempat menempatkan penduduk atau kelompok orang yang
bermukim di daerah baru yang merupakan daerah asing, jauh dari tanah air, yang
tetap mempertahankan ikatan dengan tanah air atau tanah asal. Dalam
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Ensiklopedia Politik (1983: 75), kolonialisme di ambil dari nama seorang petani
Romawi yang pergi jauh untuk mencari tanah yang belum di kerjakan.
Menurut C.S.T Kansil dan Julianto (1986: 7), kolonialisme adalah
rangkaian nafsu suatu bangsa untuk menaklukkan bangsa lain di bidang politik,
ekonomi, sosial dan kebudayaan, dengan jalan dominasi politik, exploitasi
ekonomi, serta penetrasi kebudayaan. Sadengkan menurut Suharsa dan Ana
Retnoningsih (2005: 258) kolonialisme berarti penguasaan oleh suatu negara atas
daerah atau bangsa lain dengan maksud untuk memperluas negara asal.
Jika kolonialisme itu mempunyai koloni-koloni di daerah lain dan
10
berusaha untuk menyatukan menjadi satu sistem penguasaan, maka hal itu disebut
dengan imperialisme. Sedangkan imperialisme itu sendiri berarti politik
eksploitasi bangsa lain untuk kepentingan imperialis. Jadi dapat di katakan bahwa
kolonialisme identik dengan imperialisme.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat di simpulkan bahwa kolonialisme
adalah upaya suatu bangsa untuk menaklukan dan menguasai bangsa lain dengan
jalan mendominasi dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya dalam
rangka memperluas negaranya di luar wilayah dan bahkan di luar benua negara
tersebut.

b. Ciri-ciri kolonialisme.
Dalam kolonialisme terdapat dua bagian penting, yakni bangsa terjajah
dan bangsa penjajah. Ciri-ciri dari bangsa penjajah sangat dipengaruhi oleh faktor
obyektif negerinya, seperti perbedaan mengenai kekayaan alam, kemajuan
teknologi, dan sistem produksi barang. Penggolongan bangsa penjajah menurut
Suhartoyo Hardjosatoto (1985: 83-85) dibedakan manjadi empat, yaitu:
1). Penjajah yang kaya dan royal, artinya kaya akan bahan tambang dan
industrinya maju sehingga tidak menghisap kekayaan alam bangsa
terjajah, bahkan taraf hidup dan pendidikan pribumi dimajukan dan
kelak akan dijadikan partner.
2). Penjajah yang semi kaya, artinya penjajah ini tidak banyak memiliki
bahan tambang, tetapi industrinya maju sehingga memerlukan
pemasaran hasil industri.
3). Penjajah miskin, artinya penjajah ini industrinya telah maju tapi tidak
memiliki bahan baku dan bahan bakar bagi industrinya, sehingga
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mendatangkan dari daerah jajahannya dengan pertimbangan ekonomi


upah buruh pribumi dibuat rendah. Contohnya adalah penjajahan
Belanda atas Indonesia.
4). Penjajah sangat miskin, artinya penjajah ini miskin bahan tambang dan
tanahnya tidak subur. Biasanya penjajah ini menekan dan menghisap
semua yang ada dari negara jajahannya. Sebagai contoh adalah
penjajahan Portugis atas Timor Timur.

Sedangkan ciri-ciri pokok imperialisme Belanda di Indonesia menurut


Raymon Kennedey yang dikutip oleh C.S.T Kansil dan Julianto (1986: 13-14)
adalah sebagai berikut:
1). Membeda-bedakan warna kulit (Color Line).
2). Menjadikan tanah jajahan sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi negara induk.
3). Perbaikan sosial-ekonomi bangsa penjajah (Belanda).
4). Jarak sosial yang jauh antara bangsa penjajah dengan bangsa terjajah.

Setiap kali penjajahan dilakukan, pasti menimbulkan reaksi dari bangsa


yang terjajah seperti yang terjadi di Indonesia. Beberapa hal yang menimbulkan
reaksi bangsa Indonesia terhadap kolonialisme Belanda menurut C.S.T Kansil dan
Julianto (1986: 17-18) adalah:
1). Tersia-sianya rakyat Indonesia dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
2). Perlakuan pemerintah kolonial yang sangat melukai hati rakyat.
3). Suara beracun pers Belanda serta sikap angkuh dari masyarakat Belanda
diIndonesia.
4). Adanya gerakan orang-orang Cina dengan di dirikannya perguruan bagi
masyarakat mereka, yakni Tionghoa Hwe Kwan pada tahun 1901.

Akibat dari kolonialisme Belanda yang dilakukan di Indonesia, banyak


daerah kehilangan kebebasan polotik, perekonomian, serta kebudayaannya. Selain
dalam tiga bidang tersebut, bidang pers juga terkekang kebebasannya yang dalam
hal ini dapat dilihat jelas dengan adanya perlakuan yang sangat berbeda antara
pers pribumi dengan pers Belanda. Pers Belanda mendapat kemudahan dan segala
fasilitas, sehingga dapat berkembang dengan pesat. Sedangkan pers Pribumi tidak
dapat berkembamng karena terkekang kebebasannya sehingga menimbulkan
perjuangan pers untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia umumna dan
kemerdekaan pers khususnya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Perjuangan di bidang pers di Indonesia yang pertama kali di lakukan


untuk menghantam pemerintah kolonial Belanda terjadi pada tahun 1913 yang
dilakukan oleh Soewardi Soerjaningrat dengan media surat kabar melalui
tulisannya yang berjudul Als ik eens Nederlander was. Tulisan itu berisi tentang
sidiran kepada pemerintah kolonial Belanda yang telah di susun secara rapi yang
menyoroti tentang perayaan seratus tahun kemerdekaan Belanda yang akan di
adakan di tanah jajahannya yaitu Indonesia dengan memungut dana dari rakyat
pribumi yang secara langsung sangat membebani rakyat. Berawal dari keberanian
dan kenekatan Soewardi Soerjaningrat untuk menghantam pemerintah secara
halus itu, kemudian banyak bermunculan penulis-penulis terutama dari tokoh-
tokoh pergerakan nasional yang juga melontarkan kritik terhadap pemerintah
kolonial Belanda secara langsung melalui media yang sama yaitu pers. Jadi
melalui media pers ini dapat di gunakan sebagai media perjuangan melawan
penjajahan disamping melalui media diplomasi dan perang secara fisik.

c. Keterkaitan Kolonialisme dengan Imperialisme.


Kata imperialisme berasal dari kata imperium yang berarti perintah,
kemudian berubah arti menjadi hak memerintah atau kekuasaan memerintah,
kemudian berubah lagi menjadi daerah dimana kekuasaan itu di lakukan.
Imperialisme dapat di bedakan menjadi dua yakni imperialisme kuno
dan imperialisme modern. Imperialisme kuno adalah ambisi untuk mencari tanah
jajahan dengan tujuan utama mennguasai perdagangan yang mempunyai ciri
utamanya yaitu Gold, Gospel dan Glory (kekayaan, penyebaran agama dan
kejayaan). Sedangkan imperialisme modern adalah perluasan daerah jajahan
sebagai tempat pemasaran hasil industri, mencari bahan mentah, dan bahkan
untuk mendapatkan tenaga kerja buruh yang murah.
Menurut Sukarno (1983: 14) imperialisme adalah suatu nafsu, suatu
sistem menguasai atau mempengaruhi ekonomi bangsa lain. Sedangkan menurut
Suhartoto Harjosatoto (1985: 11) Imperialisme adalah nafsu untuk menguasai satu
sistem wilayah bangsa lain.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Adapun tujuan di berlakukannya Imperialisme menurut Soermarsono


Mestoko (1985: 33) adalah:
1). Perjuangan untuk memperoleh daerah strategis, basis militer, serta urat
nadi lalu lintas.
2). Keinginan untuk membangun imperium ekonomi demi kesejahteraan
bangsa yang mendominasi.
3). Keinginan untuk mendapatkan daerah baru untuk menanamkan modal
surplus yang terdapat pada negara yang mendominasi.
4). Usaha untuk mencari sumber bahan mentah bagi keprluan bangsa yang
mendominasi.
5). Untuk mencari pasaran baru bagi pemasaran barang-barang bangsa yang
mendominasi.
6). Keinginan untuk memperoleh prestasi yang datang sebagai akibat dari
timbulnya imperium baru.
Dari berbagai penjelasan di atas, jelas sekali terlihat keterkaitan
kolonialisme dengan imperialisme yaitu sama-sama untuk menguasai dan
mempengaruhi bangsa lain dalam segalabidang kehidupan. Hal ini sejalan dengan
pendapat C.S.T. Kansil dan Julianto (1986: 8) yang menyebutkan pokok
imperialisme adalah eksploitasi terhadap bangsa lain untuk kepentingan si
Imperialis (Mother Country). Karena itu, pada hakekatnya tidak ada perbedaan
antara kolonialisme dengan imperialisme.

2. Nasionalisme
a. Pengertian Nasionalisme.
Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai adanya ungkapan bahwa
perlunya dipupuk semangat kebangsaan untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air,
sebab rasa cinta tanah air ini penting bagi suatu negara. Rasa cinta tanah air ini
juga sering dikaitkan dengan nasionalisme. Di Indonesia sendiri, nasionalisme
tumbuh karena adanya kolonialisme Belanda yang melakukan eksploitasi di
segala bidang.
Menurut Hans Kohn (1984: 11), bahwa nasionalisme adalah suatu faham
yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada
negara kebangsaan. Dalam kamus politik yang dikutip oleh Suhartoyo
Hardjosatoto (1985: 42) juga di jumpai makna natie dan nasionalisme seperti di
bawah ini:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Natie : batja : naatsi : nasion. Yang dinamakan nation adalah masyarakat


yang bentuknya diwujudkan oleh sejarah. Kesatuan bahasa adalah salah satu
sifat dari suatu nasion, begitu juga kesatuan daerah. Selanjutnya sifat-sifat
lain dari suatu nasion adalah: kesatuan hidup ekonomis (economis leaven),
hubungan ekonomis, kesatuan keadaan jiwa, yang terlukis dalam kesatuan
kebudayaan.
Nasionalisme adalah kesadaran diri yang mengikat dan diwujudakan oleh
kecintaannya yang melimpah pada negeri dan bangsa sendiri dan kadang-
kadang disertai akibat pengecilan arti dan sifat bangsa-bangsa lain.
Nasionalisme di Indonesia timbulnya sudah tahun 1905 dengan menangnya
Jepang atas Rusia dan timbulnya pergerakan Budi Utomo pwda tahun 1908.

Demikian pula menurut Meriam Budiharjo (1984: 44) yang berpendapat


bahwa nasionalisme merupakan suatu perasaan subyektif pada sekelompok
manusia bahwa mereka satu bangsa dan bahwa cita-cita serta aspirasi mereka
bersama hanya dapat tercapai jika mereka bergabung dalam satu negara atau
nation.
Berdasarkan beberapa definisi nasionalisme diatas, maka dapat
dinyatakan bahwa nasionalisme muncul karena adanya reaksi terhadap
kolonialisme dan imperialisme. Nasionalisme merupakan keinginan untuk bersatu
dalam satu pendirian yang dimiliki sejumlah inividu yang terbentuk dalam kurun
waktu yang tertentu menuju tercapainya cita-cita.

b. Sebab-sebab Nasionalisme.
Sementara itu, nasionalisme yang muncul di Asia secara umum,
kebanyakan timbul akibat dari kolonialisme. Pernyataan serupa di kemukakan
oleh Toynbee dalam C.S.T Kansil dan Julianto (1985: 15) bahwa nasionalisme
merupakan jawaban bangsa Asia terhadap tantangan Barat, reaksi tersebut ada
dua macam yaitu: (1) Zelotisme, yaitu menutup pintu rapat-rapat bagi bangsa
Barat atau isolasi, dan (2) Herodianisme yaitu membuka pintu bagi pengaruh
Barat, menyerapnya dan kemudian digunakan untuk memukul kekuatan Barat.
Menurut Hertz dalam F. Isjwara (1982: 127), menyebutkan ada empat
cita-cita yang terkandung dalam nasionalisme, yaitu:
1). Perjuangan mewujudkan cita-cita nasional yang meliputi persatuan
dalam bidang politik, ekonomi, sosial, keagamaan, kebudayaan dan
persekutuan serta adanya solidaritas.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2). Perjuangan untuk mewujudkan kebebasan nasional yang meliputi


kebebasan dari penguasaan asing atau campur tangan dunia, dan
kebebasan dari kekuatan intern yang tidak bersifat nasional atau yang
hendak mengesampingkan bangsa dan negara.
3). Perjuangan mewujudkan kemandirian, pembedaan, individualitas,
keaslian, dan keistimewaan.
4). Perjuangan untuk mewujudkan pembedaan diantara bangsa-bangsa yang
meliputi perjuangan untuk memperoleh kehormatan, kewibawaan,
gengsi, dan pengaruh.
Mengenai timbulnya nasionalisme di Indonesia mempunyai ikatan yang
sangat erat dengan kolonialisme Belanda. Nasionalisme Indonesia pada tingkat-
tingkat pertama juga dikenal sebagai nasionalisme sempit, yang bersifat lokal atau
kedaerahan. Nama-nama seperti Sarekat Ambon, Roekoen Minahasa, Pasoendan,
Sarekat Soematera menunjukkan sifat kedaerahan dan kesukuan (Sartono
Kartodirjo, 1992: 239).
Sedangkan Roeslan Abdulgani (1957: 29), mengatakan bahwa:
Nasionalisme Indonesia lahir sebagau reaksi terhadap kolonial Eropa karena
kolonial itu mengandung dimensi-dimensi eksploitasi polituk, ehonomi, dan
penetrasi kebudayaan. Maka nasionalisme Indonesia mempunyai tiga
dimensi yang mengandung arti ingin menumbangkan dominasi politik
kolonial untuk membangun negara nasional yang demokratis yang
menghentikan eksploitasi ekonomi untuk membangun suatu masyarakat
yang berkeadilan sosial dan menghentikan penetrasi kultural untuk
menghidupkan kembali kepribadiannya.

Sedangkan munculnya nasionalisme Indonesia yang sifatnya nasional


dimulai sejak berdirinya Boedi Oetomo pada tahun 1908. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi untuk bergerak secara nasional adalah:
1). Adanya tekanan dan penderitaan yang terus menerus, sehingga rakyat
Indonesia harus bangkit melawan penjajah.
2). Adanya rasa senasib sepenanggungan yang hidup dalam cengkraman
penjajah, sehingga timbul semangat bersatu membentuk negara.
3). Adanya rasa kesadaran nasional dan harga diri karena kehendak
memiliki tanah air dan hak menentukan nasib sendiri (Depdikbud, 1997:
14).
Berkaitan dengan perjuangan pers di Indonesia , timbulnya nasionalisme
dalam bidang pers khususnya, terutama sekali juga dimulai sejak timbulnya
organisasi pergerakan nasional. Seperti kita ketahui bahwa masing-masing
organisasi pergerakan nasional pada masa itu kebanyakan memiliki penerbitan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

surat kabar sendiri yang digunakan sebagai sarana mengobarkan semangat


perjuangan dalam membebaskan bangsa dari kolonialisme Belanda. Sebagai
contoh, Boedi Oetomo mempunyai surat kabar Medan Prijaji, Sarekat Islam
dengan surat kabarnya Oetoesan Hindia, serta Indische Partij dengan harian de
Expres.
Jadi jelas, bahwa pers Indonesia turut memberikan sumbangan yang
tidak kecil bagi perjuangan mencapai kemerdekaan. Selain itu juga berjuang
dalam bidang pers sendiri, yaitu untuk mencapai kebebasan pers agar terbebas
dari tekanan-tekanan yang di berikan oleh kolonial Belanda kepada pers Pribumi.

3. Pers
a. Pengertian Pers.
Istilah pers sebagai terjemahan dari bahasa Inggris Press dapat
mempunyai pengertian luas maupun sempit. Dalam pengertian luas, pers
mencakup semua media komunikasi massa seperti radio, televisi, dan film.
Sedangkan dalam arti sempit, pers hanya digolongkan produk-produk penerbitan
yang melewati proses percetakan, seperti surat kabar harian, majalah mingguan,
serta majalah tengah bulanan, dan yang disebut sebagai media cetak (F.
Rachmadi, 1990: 9-10).
Menurut Undang-Undang Pers No. 11 tahun 1996 yang mengatur
tentang ketentuan umum, pasal 1 yakni: Pers adalah lembaga kemasyarakatan,
alat revolusi yang mempunyai karya sebagai salah satu media komunikasi massa
yang bersifat umum berupa penerbitan yang teratur terbitnyadilengkapi atau tidak
dilengkapi alat-alat milik sendiri berupa percetakan, alat-alat klise, mesin stensil
atau tenik-teknik lainnya (Onong U Efendi, 1986: 192). Sedangkan menurut
Onong U Efendi, Pers yaitu penyiaran-penyiaran, pikiran, gagasan atau berita-
berita dengan kata-kata tertulis.

b. Peran Dan Fungsi Pers.


Pers mempunyai peran penting sekali sebagai alat perubahan sosial dan
pembaharuan masyarakat. Akan tetapi perannya lebih menunjuk pada peran yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

“membangun”, untuk memberi informasi, mendidik, dan menggerakkan


masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan. Selain itu, pers juga berperan
dalam penyampaian kebijaksanaan. Disamping itu masyarakat juga dapat
menggunakan pers sebagai penyalur aspirasi dan pendapat serta kritik atau
kontrol sosial.
Peran pers selain melakukan pemberitaan yang objektif, juga berperan
dalam pembentukan pendapat umum. Bahkan dapat berperan aktif dalam
meningkatkan kesadaran politik rakyat. Berkaitan dengan perannya, sebagai agen
perubahan sosial memiliki beberapa tugas yang dapat dilakukan untuk menunjang
pembangunan sebagai salah satu tempat terjadinya pembaharuan dan perubahan
sosial. Menurut F. Rachmadi (1990: 17), tugas pers adalah:
1). Pers dapat memperluas pandangan. Melalui pers, orang dapat
mengetahui kejadian-kejadian yang dialami negara lain.
2). Pers dapat memusatkan perhatian khalayak dengan pesan-pesan yang
ditulisnya. Dalam masyarakat modern, gambaran kita tentang
lingkungan yang jauh diperoleh dari pers dan media massa lainnya.
Masyarakat mulai menggantungkan pengetahuan pada pers dan media
massa lainnya.
3). Pers mampu menumbuhkan aspirasi. Dengan penguasaan media, suatu
masyarakat dapat mengubah kehidupan mereka dengan cara meniru apa
yang telah disampaikan oleh media tersebut.
4). Pers mampu menciptakan suasana membangun. Melalui pers dan media
massa dapat disebar luaskan informasi kepada masyarakat. Ia dapat
memperluas cakrawala pemikiran serta membangun simpati.

Berbagai peranan tersebut memperlihatkan apa yang dapat dilakukan


oleh pers dan media massa sebagai agen perubahan sosial dan pembaharuan
masyarakat. Selain hal tersebut diatas, tentu saja masih banyak lagi peranan yang
dapat dilakukan oleh pers.
Selain peran, pers juga mempunyai fungsi yang penting dalam
komunikasi massa. Fungsi pers pada hakekatnya bersifat relatif dan bertalian
dangan keperluan yang beraneka ragam di dalam masyarakat dan negara yang
berbeda-beda. Memang pers tidak lepas dari struktur masyarakat, oleh karena itu
struktur sosial dan politik sifatnya menentukan bagi corak, sepak terjang, serta
tujuan yang hendak dicapai pers. Sebagai salah satu media komunikasi, pers turut
ambil bagian dalam proses perubahan masyarakat dan pers dapat memberikan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sumbangannya yang cukup basar sebagai alat perubahan sosial dalam usaha
pembangunan bangsa.
Secara umum, pers berfungsi sebagai alat penyebaran gagasan, cita-cita,
serta pikiran manusia. Menurut pendapat Wilbur Schramm yang dikutip oleh F.
Rachmadi (1970: 20) mengatakan bahwa surat kabar merupakan buku harian
tercetak bagi manusia, dan merupakan sumber informasi terperinci dan
interpretasi tentang masalah-masalah umum. Dari pernyataan tersebut, terlihat
bahwa pentingnya surat kabar itu terletak pada aspek edukasi yang dibawakannya.
Mengenai fungsi pers di Indonesia, seperti yang dikutip T. Atmadi (1985:
9) tentang GBHN 1988 (Tap MPR No. II/MPR/1988) telah mencantumkan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
Dalam rangka meningkatkan peranan pers dalam pembangunan perlu
ditingkatkan usaha pembangunan pers yang sehat, pers yang bebas dan
bertanggung jawab, taitu pers yang dapat menjalankan fungsinya sebagai (1)
informasi yang objektif dan edukatif, (2) melakukan kontrol sosial yang
konstruktif, (3) menyalurkan aspirasi rakyat, dan (4) meluaskan komunikasi
dan partisipasi rakyat.

Sedangkan Onong U Efendi (1986: 207), mengemukakan tentang empat


fungsi pers. Ke empat fungsi pers tersebut adalah:
1). Fungsi menyiarkan informasi. Fungsi ini merupakan fungsi yang utama,
karena khalayak yang membeli surat kabar memerlukan informasi
mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi, gagasan dan pikiran orang
lain, serta apa yang dikatakan orang lain.
2). Fungsi mendidik. Yang dimaksud dalam fungsi ini adalah pers yang
memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan (mass
education), sehingga khalayak pembaca bertambah ilmu
pengetahuannya.
3). Fungsi menghibur. Merupakan fungsi surat kabar untuk mengimbangi
berita-berita berat (hard news) dan artikel-artikel berbobot. Maksud
pemuatan isi surat kabar yang bersifat hiburan ini semata-mata untuk
melemaskan pikiran pembaca setelah di hidangi berita dan artikel berat.
4). Fungsi mempengaruhi, adalah fungsi pers yang menyebabkan pers
memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Pers dapat
mempengaruhi masyarakat melalui berita-beritanya, yang menyebabkan
pers harus berhati-hati dalam menyampeikan berita agar tidak
menimbulkan kekacauan dalam masyarakat. Fungsi mempengaruhi dari
pers ini secara eksplisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dalam hal penyampaian informasi, pers seharusnya mempunyai


kebebasan yang bertanggung jawab sehingga dapat menyampaikan informasi
secara obyektif. Mengenai kebebasan mengeluarkan pendapat dan pikiran ini, di
Indonesia telah dijamin dalam UUD 45 yang hal ini berarti juga terdapat jaminan
terhadap kebebasan pers. Sedangkan mengenai tanggung jawab pers, menurut
Kurniawan Junaedie (1991: 126) pers mempunya tanggung jawab tersendiri
kepada:

1). Tuhan Yang Maha Esa.


2). Kepentingan rakyat dan keselamatan Negara.
3). Kelangsungan dan penyelesaian revolusi.
4). Moral dan tata susila.
5). Kepribadian bangsa.

C. Keadaan Pers Di Indonesia.


Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, Belanda melakukan
tekanan terhadap pers Indonesia sehingga tidak jarang kaum pers Indonesia
mengalami tekanan secara fisik maupun larangan untuk menerbitkan surat
kabarnya. Dengan kata lain bahwa pers pada masa kolonialisme Belanda adalah
pers yang selalu berjuang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia dan
kemerdekaan pers dari tekanan penjajah. Mengenai perjuangan pers ini tidak
hanya pada masa penjajahan, tetapi sampai pada masa kemerdekaan. Hal ini
seperti yang di jelaskan dalam ensiklopedia pers Indonesia tentang pers
perjuangan yang di rumuskan sebagai berikut:
Bahwa pers nasional Indonesia adalah salah satu pencerminan kehidupan
bangsa dan kegiatan bangsa dalam perkembangan masyarakat Indonesia dan
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perjuangan bangsa secara
keseluruhan, juga mengandung pengertian bahwa pers nasional harus
mencerminkan aspirasi perjuangan untuk mewujudkan suatu sistem pers
yang idiil, aktif, kreatif, dan positif memberikan sumbangan ke arah
tegaknya demokrasi sesuai dengan ketentuan pasal 33 UUD 45 dan
pengelolaan usaha penerbitan pers di Indonesia secara profesional yang
bernafasakan kebebasan yang bertanggung jawab, dengan dukungan keras di
bidang pengabdiannya yang mampu memberi isi serta bobot pada asas
kebebasan yng bertanggung jawab (Kurniawan Junaidhie, 1991: 210).
Berdasarkan keterangan di atas dapat di simpulkan bahwa pers juga
memegang peranan penting dalam perjuangan rakyat Indonesia melawan ketidak
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

adilan pemerintah kolonial Belanda dalam segala bidang termasuk pers.


Perlawanan tersebut di wujudkan berupa tulisan-tulisan yang menyerang dan
mengkritik kepada pemerintah kolonial.

2. Kerangka Berpikir

Kolonialisme Belanda
di Indonesia

Nasionalisme

Munculnya Organisasi Munculnya Pers


sosial, budaya dan politik perjuangan

Perjuangan
Soewardi Soerjaningrat Tindakan
Pemerintah Kolonial
dalam bidang pers

Perjuangan Pers
Nasional
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Keterangan :
Seperti yang tercatat dalam sejarah bangsa Indonesia, bahwa bangsa
Indonesia pernah mengalami masa penjajahan selama berabad-abad. Diantara
bangsa yang pernah menjajah di Indonesia adalah Belanda. Pada masa
kolonialisme Belanda di Indonesia, terdapat dua bagian masyarakat yang penting,
yaitu masyarakat Indonesia sebagai bangsa terjajah dan masyarakat Belanda
sebagai bangsa penjajah. Dalam melaksanakan praktek kolonialismenya, Belanda
melakukan penaklukan dalam bidang politik, ekonomi dan kebudayaan di
Indonesia. Selain dalam bidang tersebut, Belanda juga melakukan pengekangan
terhadap pers pribumi yang dianggap sebagai menggangu ketertiban umum.
Karena pers tersebut oleh masyarakat Indonesia digunakan sebagai sarana
perjuangan.
Akibat dari tekan-tekanan dari Belanda, rakyat Indonesia mengalami
penderitaan yang lama kelamaan dari penderitaan tersebut membangkitkan jiwa
nasionalisme rakyat Indonesia. Rasa nasionalisme rakyat Indonesia mula-mula
hany bersifat kedaerahan dengan jalan mendirikan organisasi-organisasi. Akan
tetapi sejak tahun 1908 tepatnya sejak berdirinya Boedi Oetomo, sifat-sifat
kedaerahan tersebut berubah menjadi sifat yang berorientasikan nasional. Hal ini
dikarenakan masyarakat Indonesia secara keseluruhan sadar akan adanya rasa
senasib sepenanggungan dan sama-sama menjadi korban dari kkolonialisme
Belanda.
Berawal dari berdirinya Boedi Oetomo, mendorong lahirnya pergerakan
kebangsaan lainnya seperti Sarekat Islam dan Indische Partij yang secara terang-
terangan bergerak dalam bidang politik. Organisasi perjuangan tersebut merasa
memerlukan sarana yang digunakan sebagai wadah perjuangan. Salah saut dari
wadah perjuangan bagi organisasi perjuangan itu adalah di bidang pers. Bidang
pers dirasa sangat cocok untuk melakukan perjuangan non fisik, karena melalui
tulisan-tulisan yang tajam mengkritik pemerintah kolonial yang dimuat dalam
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

surat kabar dapat dijadikan sebagai pengobaran semangat nasionalisme bangsa


Indonesia.
Salah satu tokoh yang menjadikan pers sebagai media perjuangannya
adalah Soewardi Soerjaningrat. Nama Soewardi Soerjaningrat mulai mencuat
sejak diterbitkannya karangan Soewardi sendiri yang berjudu Als iks een
Nederlander was, dimana dalam karangan itu ditulis secara jelas kritikan yang
ditujukan kepada pemerintah kolonial terutama menyangkut perayaan
kemerdekaan Belanda yang akan dirayakan di Indonesia.
Akibat dari tindakannya tersebut membuat pemerintah kolonial
melakukan penangkapan terhadap Soewardi beserta orang yang membantu dalam
penyebar luasan tulisan Soewardi. Selang beberapa hari setelah penangkapan
Soewardi dan kawan-kawan dilakukan, pemerintah kolonial menjatuhkan
hukuman penjara kepada Soewardi. Setelah kurang lebih dua bulan penjara
dijalani, kemudian pemerintah kolonial mengubah hukuman terhadap Soewardi
dari hukuman penjara menjadi hukuman pengasingan ke luar negeri. Dalam
menjalani hukum pengasingan Soewardi tidak sendirian, tapi ditemani oleh kedua
rekannya yaitu Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo yang keduanya
juga menjalani hukuman pengasingan karena berusaha membela Soewardi dengan
cara mengkritik pemerintah kolonial melalui tulisan-tulisan yang tajam.
Perjuangan Soewardi dan kedua rekannya yang dikatakan nekad itu,
membuat para jurnalis-jurnalis yang lain mengikuti jejaknya serta juga membawa
angin segar bagi perjuangan pergerakan. Setelah ada kejadian itu, para tokoh-
tokoh pergerakan nasional yang ada di Hindia Belanda dengan gencar melakukan
perjuangan melawan kolonial Belanda dengan jalan yang sama seperti yang
dilakukan Soewardi yaitu dengan membuat artikel-artikel yang berisi kritikan-
kritikan terhadap pemerintah kolonial Belanda.
Hal yang sama juga dilakukan oleh tokoh pergerakan maupun
mahasiswa Indonesia yang kuliah di luar negeri. Para mahasiswa yang ada diluar
negeri tersebut menulis karangan-karangan yang berisi tentang kekejaman
kolonialisme Belanda di Indonesia yang kemudian mengiraimkannya ke surat
kabar di negeri tempat ia tinggal. Selain itu, para tokoh yang ada di luar negeri
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

juga sering mengadakan kontak dengan tokoh di Hindia Belanda yang biasanya
berisi tentang semangat-semangat perjuangan untuk melawan kolonialisme
Belanda.

Anda mungkin juga menyukai