PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
3. Kehidupan Bangsa Indonesia di Bidang Sosial
Kehidupan sosial yang dialami oleh rakyat Indonesia pada masa penjajahan
Belanda antara lain diskriminasi ras dan intimidasi yang diterapkan pemerintah
kolonial Belanda. Diksriminasi dan intimidasi itu didasarkan pada golongan dalam
kehidupan masyarakat dan suku bangsa. Penduduk berkulit putih dan kolonial
Belanda termasuk ke dalam golongan dengan status sosial yang lebih tinggi dan
memiliki hak-hak istimewa, sedangkan rakyat pribumi termasuk ke dalam
golongan rendah yang lebih banyak dibebani oleh kewajiban-kewajiban dan tidak
diberikan hak sebagai layaknya warga negara yang dilindungi oleh hukum.
Kemudian, tidak semua anak pribumi memiliki kesempatan untuk
memperoleh pendidikan seperti yang diperoleh anak-anak kolonial Belanda.
Demikian pula, dalam lingkungan pemerintahan, tidak semua jabatan tersedia
untuk orang-orang pribumi. Dengan demikian, adanya diskriminasi ras dan segala
bentuk intimidasi, baik secara langsung maupun tidak langsung telah menimbulkan
kesenjangan antara orang-orang Belanda dan rakyat pribumi.
3
yang baik, akan naik harganya di mata masyarakat. Demikian pula jika seseorang
sukses dalam usahanya. Dengan demikian terjadilah semacam mobilitas sosial
vertikal.
Dalam perkembangannya, pada tahun 1900 penduduk Jawa telah
mencapai hampir 28,5 juta jiwa. Perkembangan penduduk di Jawa pada abad ke-
19 dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain terjadinya peningkatan hidup
dari penduduk pribumi,meluasnya pelayanan kesehatan ( introduksi vaksinasi
cacar), dan perwujudan ketertiban dan perdamaian oleh pemerintah Belanda.
1) Budi Utomo
4
Organisasi-organisasi itu gencar melakukan pengumandangan persatuan
bangsa, khususnya organisasi Perhimpunan Indonesia (PI). PI adalah organisasi
permuda yang terdiri atas pemuda dari berbagai suku yang ada di belanda. Para
pemuda kemudia bersatu dan menjadi satu bangsa Indonesia tanpa memikirkan
sifat kedaerahan lagi.
Sumpah Pemuda merupakan bukti otentik, dimana pada tanggal 28 Oktober
1928 bangsa Indonesia dilahirkan. Karenanya, sudah menjadi sebuah keharusan
bagi seluruh rakyat Indonesia memperingati 28 Oktober sebagai hari lahirnya
bangsa Indonesia. Proses kelahiran bangsa Indonesia ini adalah bukti dari
perjuangan rakyat Indonesia yang selama ratusan tahun tertindas di bawah
kekuasaan kolonialis pada masa itu, kondisi seperti inilah yang kemudian
mendorong para pemuda pada waktu itu membulatkan tekad untuk mengangkat
harkat dan martabat hidup orang Indonesia. Tekad inilah yang menjadi komitmen
perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaan, pada 17
Agustus 1945.
Kongres Pemuda Indonesia ke-II
Gagasan penyelenggaraan Kongres Sumpah Pemuda ke-II berasal dari
Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), dimana sebuah organisasi pemuda
yang beranggotakan para pelajar dari seluruh Indonesia. Atas inisiatif PPPI,
kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan di bagi menjadi tiga kali
rapat.
Rapat pertama
Dilaksanakan pada Sabtu 27 Oktober 1928 di Gedung Katholieke
Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein (Lapangan Banteng). Dalam
sambutannya, ketua PPPI Sugondo Djojopuspito berharap kongres ini dapat
memperkuat semangat persatuan dalam setiap sanubari para pemuda. Acara
dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan kaitan persatuan
Indonesia, yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan dan kemauan.
Rapat kedua
Dilaksanakan pada Minggu, 28 Oktober 1928 di Gedung Oost-Java Bioscoop,
membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernowoelan dan Sarmidi
Mangoensarkoro berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan,
serta juga harus ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah.
Anak juga harus di didik secara demokratis.
Rapat ketiga
Pada rapat penutup di Gedung Indonesische Clugebouw yang di jalan Kramat
raya 106, Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain
gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan
tidak dapat dipisahkan dari gerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini
mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam
perjuangan.
Para peserta dalam Kongres Sumpah Pemuda ke-II berasal dari berbagai wakil
organisasi pemuda yang ada pada waktu itu. Seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong
Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamietan Bond, Sekar Rukun,
5
PPPI, Pemuda Kaum Betawi, dan lain sebagainya. Diantara mereka hadir pula
beberapa pemuda Tionghoa sebagai pengamat, yaitu Oey Kay Siang, John Lauw
Tjoan Hok dan Tjio Djien Kwie. Namun sampai saat ini tidak diketahui latar
belakang organisasi yang mengutus mereka. Sementara Kwee Thiam Hiam hadir
sebagai seorang wakil dari Jong Sumatranen Bond. Diprakarsai oleh AR
Basweden, pemuda keturunan Arab di Indonesia mengadakan kongres di Semarang
dan mengumandangkan Sumpah Pemuda keturunan Arab.
Rumusan Kongres
Rumusan Kongres Sumpah Pemuda ditulis oleh Moehammad Yamin pada
secarik kertas yang disodorkan kepada Soegondo ketika Mr. Sunario tengah
berpidato pada sesi terakhir kongres (sebagai utusan kepanduan) sambil berbisik
kepada Soegondo: Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie (Saya
mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan Kongres ini), yang
kemudian Soegondo membubuhi paraf setuju pada secarik kertas tersebut,
kemudian diteruskan kepada yang lain untuk paraf setuju juga. Sumpah tersebut
awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan secara terperinci oleh
Yamin. Dalam peristiwa sumpah pemuda diperdengarkan lagu kebangsaan
Indonesia yang pertama kalinya, lagu ini diciptakan oleh W.R. Soepratman.
6
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari apa yang telah dipaparkan oleh penulis, dapat disimpulkan bahwa: