Kedudukan para bupati dianggap sebagai pegawai negeri yang digaji oleh
pemerintah kolonial Belanda. Kewibawaan para bupati telah jatuh di mata rakyat
Indonesia, bahkan jabatan para bupati dimanfaatkan untuk menekan dan memeras
rakyat Indonesia. Perilaku para penguasa pribumi selalu diawasi secara ketat sehingga
mereka sulit untuk melakukan tindakan yang menyimpang dari aturan yang telah
ditetapkan. Dengan demikian, rakyat Indonesia saat itu tidak memiliki pemimpin yang
dapat diharapkan untuk menyalurkan aspirasi.
Perdagangan
Infrastruktur
Kehidupan sosial yang dialami oleh rakyat Indonesia pada masa penjajahan
Belanda antara lain diskriminasi ras dan intimidasi yang diterapkan pemerintah
kolonial Belanda. Diksriminasi dan intimidasi itu didasarkan pada golongan dalam
kehidupan masyarakat dan suku bangsa. Penduduk berkulit putih dan kolonial
Belanda termasuk ke dalam golongan dengan status sosial yang lebih tinggi dan
memiliki hak-hak istimewa, sedangkan rakyat pribumi termasuk ke dalam golongan
rendah yang lebih banyak dibebani oleh kewajiban-kewajiban dan tidak diberikan hak
sebagai layaknya warga negara yang dilindungi oleh hukum.Dengan demikian adanya
diskriminasi ras dan segala bentuk intimidasi telah menimbulkan kesenjangan antara
orang orang Belanda dengan rakyat Pribumi.
D.Bidang Pendidikan
Usaha – usaha yang dilakukan oleh kolonial Belanda dalam bidang pendidikan
tidak lain adalah untuk keuntungan pemerintahan Belanda, yaitu menghasilkan
pegawai administrasi Belanda yg murah, terampil, dan terdidik.
Tidak semua anak pribumi memiliki kesempatan untuk memperoleh
pendidikan seperti yang diperoleh anak-anak kolonial Belanda. Hanya masyarakat
yang mempunyai jabatanlah yang dapat merasakan pendidikan ,seperti keturunan
raja,keturunan bangsawan ,pengusaha kaya, dan lainnya. Para pahlawan kita lah yang
mengajarkan pendidikan kepada rakyat – rakyat jelata dengan tujuan agar masyarakat
tidak dibodohi lagi oleh para kolonial Belanda.
kaum wanita Indonesia dibelenggu dengan aturan-aturan tradisi dan adat yang
cenderung membatasi peran mereka dalam kehidupan masyarakat. Kaum perempuan
Indonesia lebih banyak hanya berperan sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pelayan
suami di rumah.
Perempuan pada waktu itu tidak mendapatkan hak untuk mengenyam pendidikan.
Pendidikan yang mereka peroleh hanya terbatas pada usaha untuk mempersiapkan diri
untuk menjadi seorang ibu. Kaum perempuan Indonesia juga tidak memiliki kebebasan
untuk menentukan masa depannya sendiri.