Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KELOMPOK

“RESUME MATERI KONSEKUENSI EKONOMI DAN POSITIVE


ACCOUNTING THEORY (PAT)”

DISUSUN
OLEH:

1. ANNISA NATASHA RAHMAWINA 1802123808


2. DITTA NOVEIRINA 1802123901
3. ELISA KRISTINA WANTI SIANIPAR 1802112011
4. ELANA FATIMA 1802124083
5. IKE KISWORO PRATIWI 1802124486
6. MAYA ARISTA 1802110388

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2021
A. LAHIRNYA KONSEKUENSI EKONOMI
Economic consequences adalah konsep yang menyatakan bahwa, walaupun
bertentangan dengan implikasi teori pasar modal efisien, pilihan kebijakan akuntansi dapat
mempengaruhi nilai perusahaan Walaupun dengan implikasi kebijakan teori pasar modal
efisien, tampak bahwa pilihan kebijakan akuntansi memiliki konsekuensi ekonomi bagi
pamakai laporan keuangan, walaupun tidak secara langsung mempengaruhi aliran kas
perusahaan. Esensi dari economic consequences  adalah bahwa kebijakan akuntansi dan
perubahan kebijakan akuntansi tersebut merupakan suatu permasalahan terutama
permasalahan bagi manajemen.. Akan tetapi, apabila hal tersebut merupakan permasalahan
bagi manajemen, kebijakan akuntansi juga permasalahan bagi investor yang memiliki
perusahaan karena manajer dapat mengubah hasil operasi operasi perusahaan sesungguhnya
dengan melakukan perubahan kebijakan akuntansi.

Economic consequences muncul karena perusahaan melakukan kontrak seperti


kompensasi eksekutif (executive compensation) dan kontrak utang (debt contract). Kebijakan
akuntansi yang digunakan dapat merupakan sumber informasi yang penting bagi investor.
Manajer dapat menggunakan sumber informasi berupa pilihan kebijakan akuntansi yang
dipilih sebagai signal tentang informasi dalam dari perusahaan. Dalam hal ini, teori pasar
modal efisien gagal menjelaskan perilaku pasar. Berdasarkan teori pasar modal efisien, suatu
perubahan akuntansi direaksi oleh pasar hanya apabila perubahan akuntansi tersebut
berpengaruh terhadap arus kas perusahaan. Economic consequences diperlukan untuk
mengetahui respon pasar atas perubahan kebijakan akuntansi walaupun perubahan kebijakan
akuntansi tersebut tidak berpengaruh secara langsung terhadap arus kas. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa economic consequences merupakan salah satu anomali pasar modal
efisien.

Kemudian menurut teori konsekuensi ekonomi, dapat ditemukan bahwa karakteristik


suatu perusahaan memiliki hubungan dengan metoda akuntansi yang dipilihnya. Jadi para
manajer memiliki alas an masing-masing mengapa mereka memilih menggunakan metoda
akuntansi tersebut. Pada teori konsekuensi ekonomi, pelaku-pelaku ekonomi berperilaku
secara rasional. Artinya, mereka melakukan sesuatu didasari pada pertimbangan yang masuk
akal (rasional), dilihat dari perhitungan maupun dengan melihat keadaan sekitar, jadi tidak
semata-mata didasari oleh emosi atau intuisi mereka saja.
Misalkan bahwa perubahan perusahaan dari metoda penyusutan menggunakan saldo
menurun untuk depresiasi garis lurus. Hal ini tidak akan dengan sendirinya mempengaruhi
arus kas perusahaan namun akan ada efek pada pajak penghasilan yang dibayar, karena
otoritas pajak memiliki peraturan biaya modal tunjangan sendiri. Namun, kebijakan
penyusutan tentu akan mempengaruhi pelaporan laba bersih. Dengan demikian, menurut
doktrin konsekuensi ekonomi, perubahan kebijakan akuntansi tidak akan terlalu
memengaruhi (meskipun pasar mungkin bertanya mengapa perusahaan mengubah kebijakan)
karena arus kas masa depan dan nilai perusahaan tidak memiliki pengaruh yang langsung.

B. HUBUNGAN ANTARA TEORI PASAR EFISIENSI DAN KONSEKUENSI


EKONOMI
konsekuensi ekonomi adalah “Sebuah konsep yang menyatakan bahwa, meskipun implikasi
dari teori pasar sekuritas efisien, pilihan kebijakan akuntansi dapat mempengaruhi nilai
perusahaan” 

Teori pasar modal efisien memprediksi tidak ada reaksi pasar terhadap perubahan kebijakan
akuntansi yang tidak berdampak terhadap profitabilitas danarus kas. Apabila tidak ada reaksi
pasar (terlihat dari tidak berubahnya cost of capital), hal ini menjadi tidak jelas mengapa
manajemen dan pemerintah haruskonsen terhadap kebijakan akuntansi yang digunakan
perusahaan.
teori pasar modal efisien mendukung pengungkapan penuh, termasuk  pengungkapan
kebijakan akuntansi. Namun, sekalipun kebijakan akuntansidiungkapkan, pasar tidak bereaksi
karena pasar tidak mempermasalahkan perubahan nilai perusahaan hanya karena terjadi
perubahan metode akuntansi.Teori pasar modal efisien tidak mampu menjelaskan perubahan
kebijakanakuntansi terhadap reaksi pasar, pada tidak ada pengaruh perubahan
akuntansitersebut terhadap arus kas.

Karena itu, economic consequences dikategorikansebagai anomali pasar modal


efisien.Terlihat bahwa tiga kontituen laporan keuangan, manajemen, pemerintah,dan investor
bereaksi terhadap artikel tentang kebijakan akuntansi. Namun reaksimanajemen mengejutkan
sampai pada intervensi badan penyusun standar.Perbedaan reaksi ini merupakan bagian dari
konsekuensi ekonomi, yaitu bahwa pilihan kebijakan akuntansi dapat menjadi masalah
walaupun tidak ada pengaruhnya terhadap arus kas.Konsekuensi ekonomi merupakan
anomali bagi pasar modal efisien. Halini terjadi karena perubahan kebijakan akuntansi yang
tidak berpengaruh terhadap arus kas memiliki konsekuensi ekonomi tetapi tidak direaksi oleh
pasar. Bagi manajer, kebijakan akuntansi adalah suatu masalah (matter) karena dua hal.

1. bonus manajer seringkali ditentukan berdasarkan variabelakuntansi.


2. kontrak dengan kreditor seringkali terkait dengan variabelakuntansi. Walaupun
memiliki konsekuensi ekonomi, namun kebijakanakuntansi tersebut tidak sesuai
dengan efisiensi pasar modal. Memang,konsekuensi ekonomi dan efisiensi pasar
modal tidak sejalan

Konsekuensi ekonomi dan efisiensi pasar modal dapat direkonsiliasimelalui teori


akuntansi positif yang didukung oleh teori keagenan. Teori inimenjelaskan mengapa
perusahaan terlibat dengan kontrak yang variabelnyaadalah angka akuntansi. Penjelasan lain
selain teori keagenan adalah karenamanajer tidak percaya terhadap teori pasar modal efisien.
Manajer yakin bahwareaksi investor dan biaya modal perusahaan dipengaruhi oleh kebijakan
akuntansiapapun dampaknya terhadap arus kas

C. AN EMPIRICAL EVALUATION OF ACCOUNTING INCOME NUMBERS BY


BALL AND BROWN (JOERNAL CCOUNTING INCOME RESEARH,1989)
Penelitian ini merupakan penelitian studi empiris dengan menggunakan metode yang
berhubungan dengan laba akuntansi terhadap harga saham berdasarkan pada teori dan bukti,
serta fokus penelitian ini pada informasi yang unik untuk sebuah perusahaan tertentu. Secara
khusus, peneliti membangun dua model alternatif dari beberapa perkiraan pasar mengenai
laba dan kemudian menyelidiki reaksi pasar ketika ekspektasinya ternyata salah. Tujuan dari
penelitian ini adalah menilai kegunaan angka-angka laba akuntansi yang ada dengan
menyelidiki isi informasi dan ketepatan waktu.
Penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu Canning (1929), menjelaskan bahwa apa
yang ditetapkan sebagai ukuran dari laba bersih tidak akan pernah bisa menjadi fakta dalam
arti apapun kecuali bila hal itu memang benar-benar terjadi ketika akuntan telah selesai
menerapkan prosedur yang digunakan. Pendekatan lain dilakukan oleh Beaver (1968) adalah
dengan menggunakan keputusan investasi, seperti yang tercermin dalam volume transaksi,
untuk kriteria prediktif. Sebagai contoh, Samuelson (1965) menunjukkan bahwa pasar tanpa
bias dalam evaluasi informasi akan menimbulkan time series acak fluktuasi harga. Penelitian
lainnya yaitu Cootner (ed.) (1964); Fama (1965); Fama dan Blume (1966); Fama, et al.
(1967); dan Jensen (1968).
Upaya analitis dalam mengembangkan pengukuran yang mampu interpretasi
maupun definitif tidak menjadi masalah. Namun, yang menjadi masalah adalah model
analitik tidak menilai pentingnya keberangkatan dari pengukuran yang tersirat. Kurangnya
makna substantif menyiratkan kurangnya utilitas, sehingga dalam menyimpulkan suatu
pernyataan harus dilakukan pengujian empiris lebih lanjut.
Evaluasi empiris dari angka laba akuntansi membutuhkan adanya hasil tes yang
kesesuaian dalam kegunaannya. Laba bersih merupakan sejumlah kepentingan tertentu bagi
investor dan keputusan investasi seperti harga sekuritas yang merupakan kriteria prediktif.
Sehingga, angka pendapatan bersih tahunan akan dievaluasi.
Skema yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

informasi yang
Abnormal
terkandung (good news return saham
atau bad news)

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model
regresi OLS, yang terdiri dari model regresi dan model naif. Secara rinci, dua ukuan
penghasilan yaitu laba bersih (variabel 1) dan EPS (variabel 2) untuk model regresi, dan salah
satu ukuran EPS (variabel 3) untuk model naif.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah semua informasi tentang sebuah
perusahaan individu yang menjadi tersedia selama setahun, satu atau lebih ada dalam jumlah
pendapatan tahun itu, serta cukup untuk diperhitungkan. Namun, laporan pendapatan tahunan
sangat tidak tepat digunakan sebagai media, karena kebanyakan isinya (sekitar 85 sampai 90
persen) yang dicakup oleh media yang lebih cepat publikasinya, diantaranya adalah laporan
interim. Karena efisiensi dari pasar modal banyak ditentukan oleh cukupnya sumber datanya,
peneliti tidak terkejut jika pasar beralih ke sumber lain yang dapat diperoleh lebih cepat
dibanding laba bersih tahunan.
Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa informasi yang terdapat dalam
angka laba tahunan berguna terkait dengan harga saham. Namun laporan akuntansi tahunan
hanya merupakan satu dari banyak sumber informasi yang tersedia bagi investor.

D. DESKRIPTIF POSITIVE ACCOUNTING THEORY (PAT)

Positive accounting theory atau bisa disingkat PAT merupakan cabang penelitian
akuntansi yang berusaha untuk menjelaskan dan memprediksi praktik dalam akuntansi. PAT
mengamati fenomena akuntansi berdasarkan alasan-alasan yang mendasari terjadinya
peristiwa. Dengan kata lain, PAT dimaksudkan untuk menjelaskan dan memprediksi
konsekuensi saat manajer mengambil suatu keputusan tertentu.
Selama tahun 1970-an, teori akuntansi bergeser ke arah metodologi positif. Positive
accounting theory atau bisa disingkat PAT merupakan cabang penelitian akuntansi yang
berusaha untuk menjelaskan dan memprediksi praktik dalam akuntansi. PAT mengamati
fenomena akuntansi berdasarkan alasan-alasan yang mendasari terjadinya peristiwa. Dengan
kata lain, PAT dimaksudkan untuk menjelaskan dan memprediksi konsekuensi saat manajer
mengambil suatu keputusan tertentu. PAT beranggapan bahwa perusahaan akan
mengorganisir diri dalam cara yang efisien sehingga memaksimalkan prospek untuk bertahan
hidup.

Tujuan Positive Accounting Theory:


1. Menjelaskan dan memprediksi praktik akuntansi, bukan memberi panduan
2. Memastikan tidak ada tujuan yang lebih superior dibanding dengan tujuan-tujuan perusahaan
lainnya.
3. Menilai prktik akuntansi yang ada dengan cara yang sistematis
4. Menggambarkan model hubungan antara akuntansi, perusahaan, dan pasar, serta menganalisis
persoalan-persoalan dalam kerangka kerja ekonomi

Kelebihan Positive Accounting Theory:


1. Teori positif diperlukan sebelum teori normatif dikembangkan, untuk memahami kejadian di
dunia nyata.
2. Berdasarkan pada metode atau observasi yang teridentifikasi dan empiris
3. Memberikan pernyataan dan hipotesis yang dapat diuji secara empiris
4. Bersifat objectif -- netral, tidak dipengaruhi oleh fenomena yang diamati
5. Teori positif dikembangkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan teori normative

Kekurangan Positive Accounting Theory:


1. Hanya memberi penjelasan dan prediksi apa yang akan terjadi, tidak ada rekomendasi apa yang
seharusnya dilakukan
2. Berasumsi bahwa manajer (agen) dan pemilik (principal) memiliki kepentingan masing-masing
untuk memaksimalkan kekayaannya tanpa mempertimbangkan efek buruk terhadap kelangsungan
perusahaan
3. Tidak sepenuhnya objektif, tidak bebas dari pertimbangan nilai-nilai karena unsur-unsur yang sulit
dihindarkan oleh peneliti
E. TIGA HIPOTESIS PAT

1. Hipotesis rencana bonus (The bonus plan hypothesis)


Manajer perusahaan dengan rencana bonus tertetu cenderung menyukai metode yang dapat
meningkatkan laba periode berjalan. Hal ini diharapkan agar dapat meningkatkan nilai
sekarang bonus yang akan diterima.

2. Hipotesis persyaratan perjanjian pinjaman / Utang (The debt covenant hypothesis)


Semakin tinggi rasio utang / ekuitas perusahaan maka semakin dekat perusahaan dengan
batas perjanjian kredit. Semakin tinggi batasan kredit, makin tinggi kemungkinan
penyimpangan perjanjian kredit dan pengeluaran biaya. Sehingga manajer akan memilih
metode akuntansi yang dapat menaikkan laba perusahaan, guna mengendurkan batasan kredit
dan mengurangi biaya-biaya.

3.Hipotesis biaya politik (The political cost hypothesis)


Ukiran perusahaan merupakan variabel proksi dari aspek politik. Perusahaan besar cenderung
menggunakan menggunakan metode akuntansi yang dapat mengurangi laba periodik
dibandingkan dengan perusahaan kecil. Untuk melaksanakan kontrak dengan pihak lain
dalam proses politik dalam rangka menegakkan hukum dan regulasi guna meningkatkan
kesejahterahaan membutuhkan biaya yang tinggi. Semakin besar biaya politik yang dihadapi
oleh perusahaan, manajer cenderung memilih prosedur akuntansi yang menangguhkan
pendapatan yang dilaporkan dari periode berjalan ke periode akan datang.

Tiga hipotesis di atas menjunjukkan bahwa PAT mengakui adanya 3 hubungan keagenan,
yaitu antara manajemen dengan pemilik, manajemen dengan kreditor, dan manajemen dengan
pemerintah. Secara umum, PAT menilai bahwa pilihan kebijakan akuntansi yang diambil
oleh manajer merupakan bagian dari kebutuhan perusahaan secara menyeluruh untuk
meminimalkan biaya.

F. PENELITIAN BERKAITAN DENGAN PAT


Sejak kemunculannya pada tahun 1970-an, Riyono (1996) mengemukakan bahwa
PAT telah melahirkan beberapa penelitian penting untuk mengeksplorasi praktek akuntansi
dan perilaku pihak terkait dalam suatu organisasi secara empiris. Penelitian empiris mengenai
PAT pertama kali dilakukan oleh Ball dan Brown pada tahun 1968 serta Beaver pada tahun
yang sama telah berhasil memberikan bukti empiris bahwa pengumuman laba berpengaruh
terhadap harga saham dan juga volume perdagangan saham suatu perusahaan. Kedua karya
inilah yang menjadi acuan bagi penelitian-penelitian PAT pada masa mendatang.Scott
(2015:290-293) mengemukakan beberapa penelitian dari PAT yaitu antara lain:

1. Penelitian Lev (1979), Lev tidak membuat rekomendasi apapun tentang bagaimana
perusahaan dan investor harus bereaksi terhadap eksposure draft dari SFAS 19. Lev hanya
menekankan pada bagaimana investor bereaksi pada prospek perusahaan minyak dan gas
yang menggunakan metode full-cost untuk berpindah pada metode succesfull-effort. Jadi
studi Lev membantu kita memahami mengapa perusahaan yang berbeda memilih kebijakan
akuntansi yang berbeda dan mengapa sejumlah manajer keberatan terhadap perubahan dalam
kebijakan tersebut serta mengapa investor bereaksi pada dampak potensial dari perubahan
kebijakan akuntansi atas income bersih.

2. Penelitian Healy (1985) yang menguji tentang hypotheses bonus plan. Healy menemukan
bukti bahwa manajer perusahaan yang mempunyai rencana bonus akan mengadopsi secara
sistematis kebijakan akrual untuk memaksimalkan bonusnya.

3. Penelitian Sweeney (1994) mengenai hypotheses debt covenant. Sweeney menemukan


bahwa perjanjian yang paling sering dilanggar berhubungan dengan pemeliharaan modal
kerja dan ekuitas pemegang saham, sedangkan rasio hutang terhadap ekuitas dan rasio
cakupan bunga tidak terlalu sering dilanggar.

4. Penelitian Jones (1991)meneliti tentang hypotheses political cost. Jones menemukan


bahwa perusahaanmenurunkan income bersih yang dilaporkannya selama investigasi
keringanan/pembebasan impor. Ini terkait dengan aspek biaya politik.

G. POSITIVE ACCOUNTING THEORY BY WATT,RL. AND J.L ZIMMERMAN


Kehadiran teori akuntansi positif telah memberikan sumbangan yang berarti bagi
pengembangan akuntansi, yaitu menghasilkan pola sistematik dalam pilihan akuntansi dan
memberikan penjelasan spesifik terhadap pola tersebut, memberikan kerangka yang jelas
dalam memahami akuntansi, menunjukkan peran utama contracting cost dalam teori
akuntansi, menjelaskan mengapa akuntansi digunakan dan memberikan kerangka dalam
memprediksi pilihan-pilihan akuntansi, mendorong riset yang relevan dimana akuntansi
menekankan pada prediksi dan penjelasan terhadap fenomena akuntansi.
Teori Akuntansi Positif. Riset akuntansi positif pertama kali diketahui dilakukan oleh
William H. Beaver (1968) dengan terbitnya artikel yang berjudul “The Information Content
of Annual Earnings Announcements” (Jensen, 1976: 4, 8). Selanjutnya teori akuntansi positif
diakui kemunculannya ketika Watts dan Zimmerman mempublikasikan artikelnya yang
berjudul “Towards a Positive Theory of The Determination of Accounting Standard” pada
tahun 1978. Artikel tersebut telah menjadikan teori akuntansi positif sebagai paradigma riset
akuntansi yang dominan yang berbasis empiris kualitatif dan dapat digunakan untuk
menjustifikasi berbagai teknik atau metode akuntansi yang sekarang digunakan atau mencari
model baru untuk pengembangan teori akuntansi dikemudian hari.

Tujuan teori akuntansi positif adalah untuk menjelaskan (to explain) dan memprediksi
(to predict) praktik akuntansi. Penjelasan berarti memberikan alasan-alasan terhadap praktik
yang diamati. Misalnya, teori akuntansi positif berusaha menjelaskan mengapa perusahaan
tetap menggunakan akuntansi cost historis dan mengapa perusahaan tertentu mengubah
teknik akuntansi mereka. Sedangkan prediksi terhadap praktik akuntansi berarti teori
berusaha memprediksi fenomena yang belum diamati.

Watt and Zimmerman (1986) mengungkapkan bahwa terdapat tiga alasan mendasar
terjadinya pergeseran pendekatan normatif ke positif, yaitu 1) ketidakmampuan pendekatan
normatif dalam menguji teori secara empiris, karena didasarkan pada premis atau asumsi
yang salah sehingga tidak dapat diuji keabsahannya secara empiris, 2) pendekatan normatif
lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara individual daripada kemakmuran
masyarakat luas, 3) pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya
alokasi sumber daya ekonomi secara optimal di pasar modal. Hal ini mengingat bahwa dalam
sistem perekonomian yang mendasarkan pada mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat
menjadi alat pengendali bagi masyarakat dalam mengalokasi sumber daya ekonomi secara
efisien. Lebih lanjut Watt and Zimmerman menyatakan bahwa dasar pemikiran untuk
menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu sederhana dan tidak
memberikan dasar teoritis yang kuat. Untuk menutupi kelemahan dari teori normatif, Watt
and Zimmerman mengembangkan pendekatan positif yang berlaku dalam specific scientific
period (1970-sekarang).

Kritik terhadap teori akuntansi positif yang disampaikan sebelum Wattz dan
Zimmerman menulis artikel pada tahun 1990, pertama diungkapkan oleh Christenson (1983:
5) yang menyatakan bahwa riset positif lebih berkaitan dengan sosiologi akuntansi. Hal ini
disebabkan karena isinya berupa deskripsi dan prediksi mengenai perilaku individu, baik
akuntan maupun manajer, dalam memilih metode akuntansi. Menurut Christenson, pada sisi
pembangunan teori akuntansi, perilaku yang dijelaskan dan diprediksi seharusnya adalah
perilaku entitas akuntansi. Hal ini senada dengan Godfrey et al (2010: 391) yang menyatakan
bahwa teori akuntansi positif lebih merupakan sosiologi akuntansi, karena memfokuskan
pada perilaku manusia daripada perilaku atau pengukuran entitas akuntansi.

Kritik kedua disampaikan oleh Sterling (1990) yang dibagi dalam tiga bagian, yaitu 1)
dua pilar utama terkait studi fenomena dan value free, 2) asumsi dasar ekonomi yang berakar
pada teori ekonomi positif, 3) sciense yang berakar dari positivis logis dan pencapaian yang
aktual dan potensial.

Kritik terhadap teori akuntansi positif merupakan diskursus yang justru dapat
memberikan kontribusi keilmuan akuntansi. Kritik muncul dikarenakan kerangka berpikir
Watts dan Zimmerman lebih dimotivasi oleh adanya pragmatism utility of knowledge of
accounting research, dimana ukuran yang digunakan ditetapkan sesuai dengan kontribusi
yang dihasilkannya, yaitu teori akuntansi positif dapat memberikan manfaat langsung berupa
kemampuan untuk menjelaskan dan meramalkan praktek akuntansi yang dikaitkan dengan
perilaku individu dalam maksimisasi utilitasnya. Para kritikus mengharapkan peran lebih
yaitu masuk ke dalam keilmuan akuntansi dan tidak hanya pada praktek akuntansi saja.

Pada hipotesis program bonus, manajer perusahaan dengan rencana kompensasi


cenderung lebih menyukai metode yang memindahkan laba periode mendatang menjadi laba
periode sekarang (Watts dan Zimmerman, 1986: 208). Dalam hal ini karena alasanalasan
tertentu, manajer memiliki insentif untuk “memanipulasi” atau “mengatur” laba yang
dilaporkan dengan menggunakan kewenangannya melalui pemilihan metode akuntansi yang
dapat mempengaruhi besar kecilnya laba. Pilihan tersebut diharapkan dapat meningkatkan
nilai sekarang bonus yang akan diterimanya seandainya komite kompensasi dari Dewan
Direktur tidak menyesuaikan dengan metode yang dipilih.

Watts dan Zimmerman melakukan evaluasi atas konsep metodologi, bagaimana


perkembangannya sampai saat ini, dan pengembangan hipotesis yang dapat menunjang
konsep utama teori akuntansi positif, yaitu untuk memprediski (to predict) dan menjelaskan
(to explain) perilaku individu, baik akuntan maupun manajer, sebagai upaya memaksimalkan
utilitasnya. Watts dan Zimmerman mengakui tidak konstruktifnya asumsi filosofis dan
saintifik dan juga mengakui bahwa science tidak bebas nilai.

Anda mungkin juga menyukai