Anda di halaman 1dari 5

Naskah Drama Bahasa Indonesia

“Maling Pulpen”

Kelompok 6
XI MIA 4

1) Fitrian Adicahya
2) Handiko Lantang Bimantoro
3) Muhammad Wildan Widiyantoro
4) Syifa Sarwahita
5) Trisinta Nurul Fathimah
Pada suatu hari di jalan, ada dua orang siswa dari SMA KORPRI
Bekasi, mereka adalah Fitrian dan Handiko, dalam perjalanan menuju
sekolah, mereka sedang mengobrol tentang tugas sekolah.

Diko : “Eh Ian, lu dah ngerjain pr bahasa indonesia belom?” (menoleh


kea rah Ian)
Ian : “Belom ko.” (sambil menatap jalanan)
Diko : “Sama yan, gua juga belom, gimana nih yan?” (kelihatan panik)
Ian : “Liat aja sama yang udah nanti.” (menjawab dengan santai)
Diko : “Yaudah.”

Kemudian mereka tiba di kelas, saat tiba di kelas mereka meminjam


buku latihan dari salah seorang murid dan langsung menyalin pr murid
tersebut. Namun terjadi lah sebuah tragedi. Diko lupa membawa pulpen.

Diko : (panik) “Eh yan, lu bawa pulpen kagak?”


Ian : “Bawa, tapi cuma satu doang.” (menunjukan pulpen)
Diko : “Mampus, gua ngerjain pake apa dah.”
Ian : “Minjem aja sama yang lain.”
Diko : “Yaudah gua cari.” (sambil keliling kelas mencari pulpen)

Lalu Diko melihat pulpen milik murid perempuan bernama Syifa. Ia pun
berpikir untuk mengambil pulpen tanpa izin dari pemiliknya. Akhirnnya
Diko pun mengambil pulpen tersebut tanpa sepengetahuan Syifa.

Diko : (bergembira) “Yan, mantep nih dapet pulpen satu.”


Ian : (tertawa sedikit) “Parah lu, maling pulpen orang.”
Diko : “Biarin, yang penting bisa ngerjain pr.”

Bel berbunyi, Pak Wildan pun masuk ke kelas untuk memulai pelajaran
Bahasa Indonesia.

Pak Wildan : “Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh.”


(sambil masuk ke dalam kelas)
Murid-Murid : “Wa’alaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh.”
(sambil duduk siap)
Pak Wildan : “Sebelum pelajaran dimulai, Pr yg kemarin nya kumpulkan
dulu ke meja bapak.”

Murid-Murid pun mengumpulkan pr mereka ke meja guru. Kemudian


Syifa menyadari bahwa pulpennya menghilang dari mejanya. Ia lalu
melihat pulpennya di tangannya Diko

Syifa : “Eh Diko, itu pulpen gua, lu betak ya?” (menunjuk pulpen yang
dipegang Diko)
Diko : “Lah emang napa, kagak boleh?”
Sinta : (marah) “Ya kagak lah, itu bukan punya lu tapi punya gua, lu
ambil sama aja mencuri.”
Syifa : “Tau nih Diko, balikin ngga pulpen gua.”
Diko : “Yaudah gua pinjem dulu, nanti gua balikin.”
Syifa : “Iih mau gua pake.”
Sinta : “Udahlah Sif, nih pake punya gua, masih ada satu lagi nih
gua.”(memberikan pulpennya ke Syifa)

Diko merasa kesal karna ditegur temannya, berencana untuk mengambil


pulpen Sinta untuk balas dendam.

Sinta : (teriak)“DIKO!!! PULPEN GUA BALIKIN!! NGGA IKHLAS


GUA!!!”
Pak Wildan : “Ini ada apa sih ribut-ribut.” (menghampiri tempat Sinta)
Sinta : “Diko pak, maling pulpen saya.” (menunjuk Diko)
Diko : “Apaan sih, gua cuma minjem doang.”
Syifa : “Bohong pak, pulpen saya juga diambil.”
Pak Wildan : (dengan tegas) “Handiko, balikin pulpennya sinta sama
syifa, ke ruang piket tulis poin.”
Ian : (Sambil tertawa) “Mampus, lagian main betak sih.”
Diko : (kesal) “Ahh, Nyesel gua, tau gini mending gua beli di kosma
dah.” (sambil berjalan keluar kelas)
Diko kembali ke dalam kelas dari ruang piket sambil membawa pulpen
dan ditanya oleh Pak Wildan

Pak Wildan : “Diko kamu sudah menulis point!”


Diko : “Sudah pak!”(sambil berdiri)
Pak Wildan : ”Kalo begitu silahkan duduk kembali”
Ian : (dengan nada heran) ”Ko lu dapet pulpen dari mana?”
Diko: “Ada deh “ (sambil tersenyum)

Setelah pulang dari sekolah pak wildan curiga atas sikap diko yang tadi
dan ke ruang piket untuk memeriksanya.

Pak Wildan : “Diko tadi udah nulis poin belom ya?”(sambil berjalan ke
ruang piket)

Setelah sampai di ruang piket, Pak Wildan terkejut dengan apa yang
dilihatnya di ruang piket. Kertas poin yang tertulis nama Handiko tidak
terdapat catatan poin, dan juga pulpen yang ada di ruang piket telah
menghilang.

Pak Wildan : (terkejut) “Buset, tuh anak. ngga cuma ngga nulis poin,
pulpen ruang piket juga di ambil. Parah nih, besok saya panggil tuh
anak.”

Keesokan harinya Diko berjalan menuju kelas, saat di koridor ia bertemu


dengan Pak Wildan.

Pak Wildan : (dengan tegas) “Diko ikut bapak ke ruang piket!”


Diko: (bingung) hah, kenapa saya pak?” (sambil menggaruk garuk
kepala)
Pak Wildan : “Ikut aja!” (berjalan menuju ruang piket)
Saat di ruang piket

Pak Wildan : (marah) “Kamu kemarin ngga nulis poin ya?”


Diko : (dengan polos) “Nulis kok saya”
Pak Wildan : “Terus kenapa di kertas poin kamu ngga ada catatan poin
nya?” (menunjukan kertas poin kepada Diko)
Diko : (terdiam sejenak)
Pak Wildan : “Ngga cuma kamu ngga nulis poin, kamu juga sudah
membohongi bapak sama mengambil pulpen ruang piket. Kamu nakal
sekali ya” (sambil memarahi Diko)
Diko : (menyesal) “Ampun pak, Diko khilaf, Diko ngga mau ngulangin
lagi.”
Pak Wildan : “Kamu saya skors selama seminggu, ini jadi sanksi buat
kamu, jangan diulangi lagi.” (menulis kertas skors dan memberikannya
ke Diko)

Setelah di panggil Pak Wildan, Diko masuk ke dalam kelas dangan


wajah lemas karena mendapat surat dari Pak Wildan bahwa dia akan di
skors selama seminggu.

Diko : (duduk dengan lemas) “Nasib dah nasib”

Anda mungkin juga menyukai