Pada mei 1998, Indonesia mengalami pukulan terberat krisis ekonomi yang menerpa Asia
Timur. Meningkatnya inflasi dan pengangguran menciptakan penderitaan di mana-mana.
Ketidakpuasan terhadap pemerintah yang lamban dan merajalelanya korupsi juga meningkat.
April 1998 segera setelah Suharto terpilih kembali sebagai presiden, mahasiswa dari berbagai
Universitas di seluruh tanah air menyelenggarakan demonstrasi besar-besaran. Mereka menuntut
pemilu ulang dan tindakan efektif pemerintah untuk mengatasi krisis. Ini adalah insiden terbaru,
ketika mahasiswa Indonesia meneriakkan aspirasi rakyat dan dipukuli karena dianggap
menimbulkan kekacaun.
Saat mentari belum sepenuhnya bangun dari peraduan, seluruh mahasiswa Trisakti sudah
berkumpul di halaman kampus. Poster-poster dan suara-suara mahasiswa yang dituangkan dalam
tulisan tangan rapuh menjadi saksi bisu kekecewaan mahasiswa kepada para wakil rakyat.
Tujuan mereka hanya satu. Mereka hanya ingin membangun Negara Indonesia menjadi Negara
demokrasi.
Jesslyn : Selamat pagi semuanya.
Gabung : Pagi.
Jesslyn : Sesuai dengan perjanjian kemarin, kita semua berkumpul di halaman Universitas ini
untuk berdemo menuntut agar Suharto turun dari kursi pemerintahan.
Pinta : Ya, demo yang kita lakukan ini bukan untuk aksi sepele. Hari ini masa depan bangsa ada
di tangan kita semua.
Gosyen : Apapun hasil yang telah kita capai, yang pasti kita hanya ingin keselamatan. Apakah
kalian semua siap untuk berdemo?! Apakah kalian semua siap untuk masa depan bangsa?!
Apakah kalian siap untuk mengorbankan nyawa kalian, jika terjadi sesuatu?!
Mahasiswa: Siap!!!
Steven : Bagaimana dengan perlengkapaan yang dibutuhkan?
Pinta : Seluruh bahan perlengkapan sudah siap.
Ketua: Bagus. Kita tinggal meminta izin kepada aparat untuk berdemo. Ayo!
……………………………
Steven : Pak, maaf menggangu waktu bapak. Kedatangan kami kemari untuk meminta izin bapak
untuk berdemo di halaman gedung MPR.
Martohap : Apa? Bukankah Kepala Universitas Trisakti sudah mengatakan, bahwa kalian hanya
boleh berdemonstasi di halaman Universitas saja.
Gosyen : Iya sudah. Kami sudah mendengar penjelasan dari bapak Kepala Universitas. Tapi ini
masalah Hak asasi manusia pak. Kami hanya ingin menyampaikan aspirasi kami. Kami hanya
ingin berdemo di depan gedung MPR agar para wakil rakyat bisa langsung mendengar kami!
Kami tidak ingin dikekang!
Martohap : Sesuai anjuran atasan kami, kalian hanya boleh berdemo di halaman Universitas.
Tidak boleh melanggar lebih dari itu. Atau kalian akan tahu akibatnya nanti.
Steven : Apapun yang akan bapak nyatakan, kami akan membantah jika hal itu memaksa kami
untuk melakukan sesuatu. Kita lihat saja besok.
12 Mei 1998
13 Mei 1998
14 Mei 1998
DUARRR DUARRRRR
Mahasiswa banyak berjatuhan. Mereka mati syahid dalam membela kebenaran.
Pemimpin dari aksi demonstrasi ini menghampiri salah seorang mahasiswa yang masih saja
mengumandangkan suara-suara anak bangsa.
Pinta : SUARA-SUARA RAKYAT DIBUNGKAM PELURU! PARA DOSEN MERASA
SEAKAN TEMBOK BERISI WAJAH-WAJAH TNI! DAN, AKSI DEMONSTRASI
MAHASISWA DIJEGAL DENGAN TANK-TANK BESI! BANGKITLAH KAWANKU! AYO
KITA MAJU! MERDEKA!
Gabung : Merdeka!!! (Satu Nusa Satu Bangsa’s Song)
Gosyen : Berapa banyak korban terlukan dan tewas?
Pinta : Ratusan.
Gosyen : Dimana mereka dirawat?
Martohap : Di Rumah Sakit Sumber Waras. Mereka sedang mendapat perawatan.
Hery,Hafidhin,Elang,dan Hendriawan juga salah satunya.
Gosyen : Lanjutkan perjuangan kawan! Saya akan menengok keadaan mereka.
Seluruh Mahasiswa: TURUNKAN SUHARTO! TURUNKAN SUHARTO! TURUNKAN
SUHARTO! TURUNKAN SUHARTO SEKARANG JUGA!!
……………………………………………………………………
(Di dalam gedung MPR)
Suharto: Untuk memperhatikan ketentuan pasal 8 dengan itu saya memutuskan untuk
menyatakan berhenti. Untuk menghindari kekosongan pemerintahan, posisi presiden akan
digantikan oleh wakilnya.
Mahasiswa: Indonesia Merdeka!!!! (mahasiswa bersorak-sorai setelah Suharto turun dari
jabatannya)
B.J.Habibie: Demi Allah saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden RI dengan sebaik-
baiknya.
Mahasiswa: Indonesia Merdeka!!
Jesslyn : Yang mau tolak Habibie tepuk tangan (prok prok prok) 3X
Jesslyn : Habibie pun tak luput dari tindak KKN! BELIAU JUGA MELAKUKAN KKN! APA
KITA INGIN, BANGSA KITA DIPIMPIN OLEH PEMIMPIN KKN?!
Gosyen : Sumpah mahasiswa Indonesia! Kami mahasiswa Indonesia bersumpah! Bertanah air
satu! Tanah air tanpa penindasan! Kami mahasiswa Indonesia bersumpah! Berbangsa satu!
Bangsa penuh keadilan! Kami mahasiswa Indonesia bersumpah! Berbahasa satu! Bahasa tanpa
kebohongan! Hidup rakyat!! HIDUP RAKYAT!!!
(Kembali ke mahasiswa 1 dan mahasiswa 2)
Gosyen : Negeri ini dikuasai oleh fasis, militer yang sewenang-wenang menginjak-injak hak
rakyat, menginjak-injak kita semua. ABRI! ABRI! Tugasnya dwifungsi! Harusnya melindungi
rakyat kini tak ubahnya seperti NAZI! Tidak ubahnya seperti fasis Itali!!. Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia. Tidak berguna. Bubarkan saja (song)
20 Mei 1998
28 Oktober 1998
Steven : Sersan.
Anju: Siap!
Steven : Kerahkan seluruh serdadu untuk menghadapi demonstrasi mahasiswa.
Anju : Siap!
Steven : Siapkan juga ribuan peluru karet yang persediaannya semakin menipis.
Anju : Siap!
Dalam pandangan pihak militer, anak-anak kelas menengah Indonesia ini adalah musuh
Negara yang tidak bisa diatur. Di dalam gedung MPR tengah dilaksanakan Sidang Istimewa,
namun beranggotakan era Suharto yang semakin membuat mahasiswa geram.
Jesslyn : Pasti menang!! Pasti menang! Lawan, lawan,lawan dan menang! Kita semua pasti kan
menang!!!!!
(Di dalam gedung MPR)
Anju : Untuk membahas persiapan pemilu tahun 1999, Sidang Istimewa MPR dibuka!!
(seluruh peserta bertepuk tangan!!)
(Halaman MPR)
Gosyen : Sia-sia pengorbanan kami, dibunuh, ditembaki semuanya jika pemerintah tetap tidak
menaruh perhatian seinci pun pada kami.
(Gugur Bunga’s song)
Gosyen : Ucapan kami tidak pernah digubris oleh pemerintah!!! Kami benci! Kami benci
terhadap siapapun yang tidak diajari untuk menghargai pendapat orang lain! Kami dibunuh!
Kami ditembaki!!
(Satu Nusa Satu Bangsa’s song)
12 November 1998
Gosyen : Siapkan bus-bus umum untuk mengangkut mahasiswa lain ke halaman gedung MPR.
Besok hari terakhir Sidang Paripurna.
Steven : Baik.
13 November 1998
Sepanjang sidang istimewa mahasiswa terus turun ke jalan. Pada hari ini mahasiswa berusaha
menembus garis batas 2 km dari gedung MPR dan harus menghadapi pemukulan yang semakin
kerap dan brutal. Malam semakin larut, tembakan makin menderas dan korban semakin
berjatuhan
Ketua+Mahasiswa: PEMBUNUH!! PEMBUNUH!!!
DUARRR DARRRRR DUARRRRRRRRRRRRRRRRRRR
BRUKKK
BRKKKK
BRKKKK (mahasiswa banyak yang tewas)
Peran pembantu: Kita menang!! Kita menang!
Ayah seorang mahasiswa: Karena anak laki-laki saya terbunuh! Saya ingin mengatakan kepada
kalian. Para pejuang muda, jangan berhenti sampai disini!!!!! Lanjutkan perjuangan kalian!!
(Gugur Bunga’s song)
(Kami menang… aparat meneriakkan kami menang terus menerus)
(Mahasiswa memberikan bungaa)
Drama ini didedikasikan kepada segenap mahasiswa dan rakyat Indonesia yang telah
menyumbangkan segalanya, bahkan jiwa mereka untuk berjuang membela kebenaran, keadilan,
dan demokrasi. Selamat jalan Elang Mulia Lesmana, Hafidhin Royan, Hery Haryanto, dan
Hendriawan Sie 4 mahasiswa Trisakti yang tewas dalam tragedi 1998. Semoga Tuhan
memberkati mereka. Dan juga untuk ABRI yang dengan gagah berani berupaya memerangi
segala kekuatan yang anarkis, bertempur mati-matian melawan mahasiswa yang bersenjatakan
poster dan megafon. Semoga Tuhan mengampuni mereka.
SELAMAT HARI PAHLAWAN UNTUK SEGENAP LAPISAN BANGSA!