TRAGEDI TRISAKTI
Pemeran:
- Pak Soeharto:
- Pak Habibie:
- Ajudan:
- Perwakilan Menteri:
- Perwakilan Ulama:
- Tokoh Masyarakat:
- Mahasiswa 1:
- Mahasiswa 2:
- Mahasiswa 3:
- Mahasiswa lain
- Hery:
- Hafidhin: Agita
- Ketua: Retma
- Hendriawan:
- Aparat 1:
- Aparat 2:
- Aparat lain:
- Komandan:
- Ketua MPR:
Assalamualaikum wr.wb
Pada mei 1998, Indonesia mengalami pukulan terberat krisis ekonomi yang menerpa Asia Timur.
Meningkatnya inflasi dan pengangguran menciptakan penderitaan di mana-mana. Ketidakpuasan
terhadap pemerintah yang lamban dan merajalelanya korupsi juga meningkat. April 1998 segera setelah
Suharto terpilih kembali sebagai presiden, mahasiswa dari berbagai Universitas di seluruh tanah air
menyelenggarakan demonstrasi besar-besaran. Mereka menuntut pemilu ulang dan tindakan efektif
pemerintah untuk mengatasi krisis. Ini adalah insiden terbaru, ketika mahasiswa Indonesia meneriakkan
aspirasi rakyat dan dipukuli karena dianggap menimbulkan kekacaun.
10 Mei 1998
Mahasiswa 2: Hosh hoshhh. Aku baru saja melihat televisi di warung depan. Suharto terpilih lagi menjadi
presiden!
Mahasiswa 2: Iya.
Mahasiswa 3: Gila! Ini benar-benar situasi rumit! Kawan, sudah lelah kita dipimpin oleh pemerintahan
kolot seperti dia!!! Hah! Aku benar-benar tak habis pikir!
Ketua: Suharto dipilih lagi oleh para perut besar itu?! Ya Allah! Ini benar-benar sudah menyalahi aturan.
Kita harus segera berontak!!
Mahasiswa 2: Sejujurnya , kita lelah dengan semua ini. Pemerintah yang tak pernah memperhatikan
nasib rakyat di berbagai wilayah menjadi bukti. Saya merasa kasihan melihat mereka. (tatapan muka
sedih)
Ketua: Siapkan poster dan perlengkapan lainnya kecuali senjata tajam. Tanggal 12 mei nanti kita semua
berkumpul di halaman Universitas ini untuk berdemo. Apa yang kita lakukan nanti yang pasti untuk
masa depan Indonesia.
Ketua: Niat kita hanya untuk berdemo, bukan untuk membunuh. Kita hanya menyampaikan aspirasi
untuk meruntuhkan rezim kakek tua biadab itu.
Hafidhin: Oke. Nanti aku, Elang, Hery, dan Hendriawan Sie akan mempersiapkan poster.
Ketua: Baiklah. Dan untuk mahasiswa lain, hubungi anak-anak dari Universitas di seluruh Indonesia
untuk melakukan demonstrasi bersama.
11 Mei 1998
Saat mentari belum sepenuhnya bangun dari peraduan, seluruh mahasiswa Trisakti sudah berkumpul di
halaman kampus. Poster-poster dan suara-suara mahasiswa yang dituangkan dalam tulisan tangan
rapuh menjadi saksi bisu kekecewaan mahasiswa kepada para wakil rakyat. Tujuan mereka hanya satu.
Mereka hanya ingin membangun Negara Indonesia menjadi Negara demokrasi.
Mahasiswa: Pagi.
Mahasiswa 1: Sesuai dengan perjanjian kemarin, kita semua berkumpul di halaman Universitas ini untuk
berdemo menuntut agar Suharto turun dari kursi pemerintahan.
Mahasiswa 2: Ya, demo yang kita lakukan ini bukan untuk aksi sepele. Hari ini masa depan bangsa ada di
tangan kita semua.
Ketua: Apapun hasil yang telah kita capai, yang pasti kita hanya ingin keselamatan. Apakah kalian semua
siap untuk berdemo?! Apakah kalian semua siap untuk masa depan bangsa?! Apakah kalian siap untuk
mengorbankan nyawa kalian, jika terjadi sesuatu?!
Mahasiswa: Siap!!!
Ketua: Bagus. Kita tinggal meminta izin kepada aparat untuk berdemo. Ayo!
……………………………
Hendriawan: Pak, maaf menggangu waktu bapak. Kedatangan kami kemari untuk meminta izin bapak
untuk berdemo di halaman gedung MPR.
Aparat 1: Apa? Bukankah Kepala Universitas Trisakti sudah mengatakan, bahwa kalian hanya boleh
berdemonstasi di halaman Universitas saja.
Ketua: Iya sudah. Kami sudah mendengar penjelasan dari bapak Kepala Universitas. Tapi ini masalah Hak
asasi manusia pak. Kami hanya ingin menyampaikan aspirasi kami. Kami hanya ingin berdemo di depan
gedung MPR agar para wakil rakyat bisa langsung mendengar kami! Kami tidak ingin dikekang!
Aparat 2: Sesuai anjuran atasan kami, kalian hanya boleh berdemo di halaman Universitas. Tidak boleh
melanggar lebih dari itu. Atau kalian akan tahu akibatnya nanti.
Hafidhin: Apapun yang akan bapak nyatakan, kami akan membantah jika hal itu memaksa kami untuk
melakukan sesuatu. Kita lihat saja besok.
12 Mei 1998
Mahasiswa 2 (diikuti oleh mahasiswa lain): TURUN SUHARTO! TURUN SUHARTO! TURUN SUHARTO
SEKARANG JUGA!
Aparat 1: Jika mahasiswa bertindak lebih dari ini, kita harus cepat melakukan sesuatu. (berbisik kepada
kawannya)
Aparat 1: Apa yang akan menjadi tanggung jawab kami akan terus kami emban. Kalian tetap tidak boleh
berdemo di depan gedung MPR.
Ketua: Siap-siap bergerak kawan! Insyaallah kita bisa mewujudkan reformasi! Apa yang kita lakukan hari
ini untuk masa depan Indonesia! Untuk anak cucu kita! Panjatkan doa dalam hati! Jangan takut! Ada
Tuhan di samping kita! MAJU!!!
DUAR DUARR DDUARRR DUARRRR (tembakan dari aparat menjadi pembuka demonstrasi mahasiswa)
13 Mei 1998
Suharto: Sebelumnya assalamualaikum wr. wb (dijawab salam). Terima kasih atas kedatangan anda
disini. Tujuan saya untuk mengumpulkan para menteri, tokoh masyarakat, dan para ulama adalah untuk
membantu saya dalam mempertahankan pemerintahan 5 tahun mendatang. Pastinya kita semua tahu
bahwa para mahasiswa telah berdemo di halaman gedung MPR untuk menurunkan saya dari jabatan
presiden. Apa yang mereka sebut dengan korupsi,kolusi,nepotisme dan lain-lain ini tidak sepenuhnya
benar. Buktinya banyak masyarakat mayoritas mengatakan bahwa dalam pemerintahan saya, mereka
sejahtera. Nah,yang saya inginkan adalah mendapat dukungan dari anda sekalian. Karena anda adalah
orang-orang terpercaya yang saya pilih untuk tetap mendampingi saya.
(hening sejenak)
Suharto: (tersenyum kecil) Sudah saya duga, pasti anda sekalian tetap mendukung saya untuk
pemerintahan mendatang.
Ulama: Maaf, kami tidak dapat mendukung bapak. Bukan saya membela mahasiswa, tapi ini masalah
hati nurani. Saya rela jika saya dibunuh setelah ini. (sambil menundukkan kepalanya)
Tokoh masyarakat: Kami juga. Banyak masyarakat dan mahasiswa mengadu kepada saya bahwasannya
mereka menginginkan pemerintahan bapak turun. (menundukkan kepala)
Suharto: Saya yakin kalian akan membantu saya untuk meyakinkan mahasiswa bahwa saya tidak seperti
apa yang mereka kira selama ini.
Menteri: Saya dan 13 kementerian lain akan mengundurkan diri. Terima kasih. (menteri meninggalkan
ruang utama)
Tokoh masyarakat dan ulama: Terima kasih pak. Kami permisi dahulu.
Ajudan: Siap!
Suharto: Apa yang harus saya lakukan sekarang? Apakah saya benar-benar harus mengundurkan diri?!!
Ajudan: Ti..tidak ada jalan lain pak. (dengan wajah penuh kecemasan dan gugup)
Ajudan: …..
Suharto: Namun, jika saya terus menjalankan roda pemerintahan siapa yang akan membantu saya?. 14
kementerian sudah mengundurkan diri. Apa saya harus mengangkat para menteri yang baru?. Bahkan,
saya tidak memecat mereka. Ini keputusan yang sangat sulit.
Ajudan: Bapak Presiden yang terhormat, jika saya boleh memberi saran, bapak ikuti saja kemauan
mahasiswa, selain untuk kebaikan bapak yang saya lihat akhir-akhir ini sering lelah , keputusan bapak
pasti dapat membuat mereka mematahkan persepsi bahwa bapak tidak seperti apa yang mereka
pikirkan. Lagipula, bukankah ada bapak B.J.Habibie yang nantinya akan menggantikan bapak?
Suharto: BRAKKK! (memukul menja) Jadi kau membela para mahasiswa tengik itu?!
Ajudan: B..Bukan begitu p..pak. Maaf.. maafkan saya. (membungkuk beberapa kali)
Suharto: Saya masih belum rela melepas jabatan saya sebagai kepala Negara dan pemerintahan. (nada
bicaranya melunak). Saya tidak ikhlas jika Negara Indonesia yang kaya raya ini jatuh ke tangan
B.J.Habibie. (memijit kepalanya). Para mahasiswa itu memang pantas dibunuh!!
14 Mei 1998
DUARRR DUARRRRR
Mahasiswa banyak berjatuhan. Mereka mati syahid dalam membela kebenaran. Pemimpin dari aksi
demonstrasi ini menghampiri salah seorang mahasiswa yang masih saja mengumandangkan suara-suara
anak bangsa.
Mahasiswa 1: SUARA-SUARA RAKYAT DIBUNGKAM PELURU! PARA DOSEN MERASA SEAKAN TEMBOK
BERISI WAJAH-WAJAH TNI! DAN, AKSI DEMONSTRASI MAHASISWA DIJEGAL DENGAN TANK-TANK BESI!
BANGKITLAH KAWANKU! AYO KITA MAJU! MERDEKA!
Mahasiswa 1: Ratusan.
Mahasiswa: Di Rumah Sakit Sumber Waras. Mereka sedang mendapat perawatan. Hery,
Hafidhin,Elang,dan Hendriawan juga salah satunya.
……………………………………………………………………
Suharto: Untuk memperhatikan ketentuan pasal 8 dengan itu saya memutuskan untuk menyatakan
berhenti. Untuk menghindari kekosongan pemerintahan, posisi presiden akan digantikan oleh wakilnya.
Mahasiswa: Indonesia Merdeka!!!! (mahasiswa bersorak-sorai setelah Suharto turun dari jabatannya)
B.J.Habibie: Demi Allah saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden RI dengan sebaik-baiknya.
Mahasiswa 1: Yang mau tolak Habibie tepuk tangan (prok prok prok) 3X
Mahasiswa 2: Habibie pun tak luput dari tindak KKN! BELIAU JUGA MELAKUKAN KKN! APA KITA INGIN,
BANGSA KITA DIPIMPIN OLEH PEMIMPIN KKN?!
Ketua: Sumpah mahasiswa Indonesia! Kami mahasiswa Indonesia bersumpah! Bertanah air satu! Tanah
air tanpa penindasan! Kami mahasiswa Indonesia bersumpah! Berbangsa satu! Bangsa penuh keadilan!
Kami mahasiswa Indonesia bersumpah! Berbahasa satu! Bahasa tanpa kebohongan! Hidup rakyat!!
HIDUP RAKYAT!!!
(Kembali ke mahasiswa 1 dan mahasiswa 2)
Ketua: Negeri ini dikuasai oleh fasis, militer yang sewenang-wenang menginjak-injak hak rakyat,
menginjak-injak kita semua. ABRI! ABRI! Tugasnya dwifungsi! Harusnya melindungi rakyat kini tak
ubahnya seperti NAZI! Tidak ubahnya seperti fasis Itali!!. Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Tidak
berguna. Bubarkan saja (song)
20 Mei 1998
Seminggu kemudian mahasiswa berhasil menduduki gedung MPR tanpa perlawanan berarti dari
aparat keamanan.
DUARRR DUARRRRR
Ketua: Hari ini kita berhasil menduduki gedung MPR. Namun, selain membawa berita menggembirakan
ini, ada hal lain yang tak kalah menyedihkan. Ke empat sahabat baik kita Hery, Hafidhin,Elang,dan
Hendriawan meninggal di rumah sakit Sumber Waras karena tertembak peluru karet. Kemarin, setelah
saya sampai di rumah sakit, tubuh mereka sudah tertutupi selimut. Mari kawan kita doakan mereka di
hari Kebangkitan Nasional ini. Kawan, kita lanjutkan perjuangan yang telah mereka bayar dengan nyawa.
Kita harus bisa bangkit! Jangan takut untuk mati! Ingatlah, bawa Tuhan Yang Maha Esa selalu berada di
sisi kalian! MERDEKA!!
28 Oktober 1998
Komandan: Sersan.
Aparat 2: Siap!
Aparat 2: Siap!
Komandan : Siapkan juga ribuan peluru karet yang persediaannya semakin menipis.
Aparat 2: Siap!
Dalam pandangan pihak militer, anak-anak kelas menengah Indonesia ini adalah musuh Negara
yang tidak bisa diatur. Di dalam gedung MPR tengah dilaksanakan Sidang Istimewa, namun
beranggotakan era Suharto yang semakin membuat mahasiswa geram.
Mahasiswa: Pasti menang!! Pasti menang! Lawan, lawan,lawan dan menang! Kita semua pasti kan
menang!!!!!
Ketua MPR: Untuk membahas persiapan pemilu tahun 1999, Sidang Istimewa MPR dibuka!!
(Halaman MPR)
Ketua: Sia-sia pengorbanan kami, dibunuh, ditembaki semuanya jika pemerintah tetap tidak menaruh
perhatian seinci pun pada kami.
Ketua: Ucapan kami tidak pernah digubris oleh pemerintah!!! Kami benci! Kami benci terhadap siapapun
yang tidak diajari untuk menghargai pendapat orang lain! Kami dibunuh! Kami ditembaki!!
12 November 1998
Ketua: Siapkan bus-bus umum untuk mengangkut mahasiswa lain ke halaman gedung MPR. Besok hari
terakhir Sidang Paripurna.
Mahasiswa: Baik.
13 November 1998
Sepanjang sidang istimewa mahasiswa terus turun ke jalan. Pada hari ini mahasiswa berusaha
menembus garis batas 2 km dari gedung MPR dan harus menghadapi pemukulan yang semakin kerap
dan brutal. Malam semakin larut, tembakan makin menderas dan korban semakin berjatuhan
BRUKKK
BRKKKK
Ayah seorang mahasiswa: Karena anak laki-laki saya terbunuh! Saya ingin mengatakan kepada kalian.
Para pejuang muda, jangan berhenti sampai disini!!!!! Lanjutkan perjuangan kalian!!
Drama ini didedikasikan kepada segenap mahasiswa dan rakyat Indonesia yang telah
menyumbangkan segalanya, bahkan jiwa mereka untuk berjuang membela kebenaran, keadilan, dan
demokrasi. Selamat jalan Elang Mulia Lesmana, Hafidhin Royan, Hery Haryanto, dan Hendriawan Sie 4
mahasiswa Trisakti yang tewas dalam tragedi 1998. Semoga Tuhan memberkati mereka. Dan juga untuk
ABRI yang dengan gagah berani berupaya memerangi segala kekuatan yang anarkis, bertempur mati-
matian melawan mahasiswa yang bersenjatakan poster dan megafon. Semoga Tuhan mengampuni
mereka.
Monumen ini dipersembahkan bagi tujuh pahlawan revolusi korban kebiadaban gerakan 30 September
PKI yang mencoba menghianati pancasila yang sakti.
20 juli 1965
Revolusi Indonesia hanyalah bisa selesai kalau bangsa Indonesia ini bersatu-padu,bahwa Nasakom
bukan saja kita lihat sebagai satu fenomena bersatu, tetapi saja meminta kepada seluruh kaum
tani,seluruh kaumburuh, seluruh sukarelawan, seluruh Angkatan Bersenjata,supaya berkata, Nasakom
jiwaku, Nasakom jiwaku, Nasakom jiwaku! Hanya jikalau demikianlah,Saudara-saudara, kita benar-benar
bisa melanjutkan Revolusi ini sehingga tercapai segala apa yang diamanatkan oleh Rakyat kepada kita
yang hidup sekarang ini.
Sekian,Saudara-saudara, terimakasih”
Penculikan pertama di rumah A.H Nasution pukul 03.04.Pada saat itu pasukan cakra birawa masuk ke
rumah jendral nasution.
Istri A.H Nasution:”Cepat pergi, dari rumah ini ada seseorang diluar sana aku merasa khawatir”
Serma Surono: “Jendral keluar keadaan negara sedang genting, Jendral ditunggu segera menghadap
presiden”
Istri A.H Nasution: (keluar dari kamar) ada urusan apa malam-malam ke sini?
Istri A.H Nasution: “A.H Nasution tidak ada di rumah dia sudah di Bandung selama tiga hari”
Istri A.H Nasution:”Teganya kau menari Nasution tapi anakku yang kau bunuh”
Pasukan PKI berhasil menyusup ke dalam rumah A.Yani dan menemuinya di ruang tamu
Pel tu bugijan:”Tidak usah banyak omong langsung keluar mengikutiku”(sambil menodong pistol ke
Letjen A.Yani)
(Letjen A.Yani ingin mengganti baju tidurnya dengan seragam tapi tak diijinkan oleh Pel tu bugijan)
Pel tu bugijan:”Tidak usah ganti baju,langsung ikut kami!”(langsung menembak letjen A.Yani di depan
kamar ketika Letjen A.Yani balik badan)
Istri Letjen A.Yani dan anaknya: (menangis sambil berteriak A.Yani di dalam kamar)
Serma Surono:”Atasan kami, sudah jangan banyak tanya langsung ikut saya!”
S.Parman:”Iya”
Istri S.Parman: (mencoba menelopon A.Yani namun ketika dia mengangkat gagang telpon ternyata kabel
telpon sudah diputus)
Serma Sattar:”Sudah jangan banyak cakap,pak presiden sudah menunggu!”(mengajak pergi S.Parman ke
markas PKI)
Penculikan kelima Brigjen Suprapto
Istri Suprapto:”Tunggu sebentar sebenarnya ini ada apa?”(bertanya kepada tentara PKI)
Pel Tu Bugijan:”Sudah, masuk !”(menyuruh dan mendorong istri Suprapto masuk ke kamar)
Setelah menenangkan anaknya Istri Mayjen Haryono keluar dari kamar dan menemui Semar Sattar di
ruang Tamu...
Istri Haryono:”Pak, bangun ada yang mencari!” segera memanggil Haryono untuk segera menemui
tentara tersebut)
Mayjen Haryono:”Ada apa malam-malam bertemu apa tidak bisa besok saja?”
Serma Sattar:”Tidak bisa segera ikut!”(menyeret pergi Mayjen Haryono menuju markas PKI)
Epilog
“Hari ini, 4 Oktober 1965, kita menyaksikan pembongkaran jenazah para jenderal kita dengan satu
perwira pertama dalam satu lubang sumur lama. Jenderal-jenderal kita dan perwira pertama ini telah
menjadi korban kebiadaban dari Gerakan 30 September. Kalau melihat daerah ini, berada di Kawasan
Lubang Buaya yang termasuk Lapangan Halim. Di dekat sumur ini telah menjadi pusat latihan dari
sukwan dan sukwati yang dilaksanakan oleh Angkatan Udara. Mereka melatih anggota Pemuda Rakyat
dan Gerwani.
Jadi, kalau melihat fakta tersebut, apa yang diamanatkan Presiden dan Pemimpin Besar Revolusi yang
sangat kita cintai, bahwa Angkatan Udara tidak terlibat mungkin ada benarnya. Tapi, tidak mungkin,
tidak ada hubungan peristiwa ini dengan oknum-oknum Angkatan Udara. Saya sebagai anggota dari
Angkatan Darat mengetuk perasaan dari Patriot Angkatan Udara apabila benar ada oknum yang terlibat
dengan pembunuhan kejam ini, agar dapat bersihkan.
Saya berterima kasih pada satuan-satuan khususnya resimen Parako, KKO dan satuan lainnya serta
rakyat, yang membantu menemukan bukti ini dan turut serta mengangkat jenazah. Sehingga seluruh
korban dapat ditemukan.”
Sekian naskah dramanya, sedikit ya tapi kisahnya terkenang banget apalagi tentang sejarah bangsa.
Kalian bisa improvisasi pada saat penampilan dengan background kain hitam lalu pada saat pementasan
diiringi dengan musik pengiring dan ditutup dengan lagu nasional dan musikalisasi puisi untuk
mengenang jasa para pahlawan