Anda di halaman 1dari 11

LEGENDA KEN AROK DAN KEN DEDES

(Jawa Timur)

BABAK I

Di sebuah desa yang terpencil tinggalah seorang wanita yang sedang hamil ditemani seorang wanita tua
yang tidak lain adalah seorang dukun beranak. Sore itu sang wanita yang bernama Ken Ndok sedang
mengurus tanaman bunga kesayangannya.

Ken Ndok : (bersenandung tiba-tiba merasa sakit pada area perutnya) Aduh.. perutku, aww.
Mbok..mbok..mbok.. Gusti, apakah anakku akan keluar.
Mbah Dukun : (mendengar suara Ken Ndok lalu menghampirinya) Nak, ada apa? Kamu akan
melahirkan. Ayo bangun, aku akan membantu mengeluarkan bayimu Nak.
(masuk ke kamar)
Mbah Dukun : Keluarkan semua kekuatanmu Nak, ini tidak sakit. Ayo ngeden Nak, iya, begitu,
bayinya sudah kelihatan, ayo Nak.
(setelah bayi itu lahir Mbah Dukun segera membersihkannya dan menyerahkannya kepada Ken Ndok)
Ken Ndok : (terbaring lemas) Anakku. Cantik sekali.
Mbah Dukun : Dia laki-laki nak.
Ken Ndok : (terkejut) Benarkah? (tertawa ringan) Habisnya dia imut banget sih sampai aku
salah mengira dia perempuan.
Mbah Dukun : Setelah dewasa nanti dia pasti jadi pemuda yang ganteng. (Ken Ndok tersenyum
dan mengangguk) Kalau begitu mbok mau ke belakang dulu ya. Kalau butuh
sesuatu mbok disana.
Ken Ndok : Iya mbok, terimakasih
Mbah Dukun : Iya sama-sama.

BABAK 2
Setelah beberapa hari kemudian Ken Ndok pergi ke sebuah makam dengan membawa putranya.
Diletakkanlah bayinya itu di samping batu nisan seseorang.
Ken Ndok : (bersedih) Maaf, maaf nak. Ibu terpaksa meninggalkanmu. Kamu harus hidup
dan menjadi pemuda yang gagah, mengeri. Ibu sejujurnya mencintaimu tapi, tapi
ibu tidak sanggup membesarkanmu. (mencium bayinya kemudian pergi)

(Lembong berlari)
Lembong : (terengah-engeh akibat kelelahan lari) Ha..ha..ha.. Misi sempurna. Ternyata
sulit sekali mengambilnya dari wanita tua tadi. Untunglah tidak ketahuan.
(mendengar suara tangisan bayi) Suara apa itu, masa ada bayi di kuburan.
Jangan-jangan itu wewe gombel yang bersama anaknya. Ampun, saya cuma
(tersandung batu) eh kucing ngglimpang, numpang lewat. (ketakutan sambil
memohon keselamatan, kemudian terekejut melihat bayi). Astaga naga siapakah
yang tega membiarkan bayi selucu ini sendirian di kuburan, dasar orang tua tak
berprikemanusiaan. Labih baik kamu ikut aku pulang ya bayi.
BABAK 3
Waktu telah terlewati begitu cepat. Seorang bayi yang dulu dipungut Lembong yang ia beri nama Ken
Arok telah tumbuh menjadi pemuda yang tampan, namun sayangnya ia tumbuh dengan didikan yang
salah sehingga menjadi pemuda berandal yang detakuti warga desa.

(Ken Arok merampas uang dan makanan dari seorang anak)

Ken Arok : Heh, anak kecil. Aku minta uangmu, cepat berikan.
Anak kecil : Aku tidak punya uang, tadi minta sama bapak aja nggak dikasih. Huwa.
(menangis tersedu-sedu)
Ken Arok : Memangnya aku peduli, itu kan urusanmu. Cepat, duit, duit, mana.
Anak kecil : Sudah kubilang aku tidak punya. Dibilangin kok ngeyel sih.
(Ken Arok merampas uang dan makanan anak itu)
Ken Arok : Mataku masih normal, ini apa? Daun. Huuu dasar. (melihat makanan di
genggaman anak itu lalu merebutnya)
Anak kecil : (menangis) Padahal kan itu makanan kesukaanku, aku bahkan belum
mencicipinya sama sekali. Huwa.
(Ken Arok menemui temannya)
Ken Arok : Hei bro. Curang kalian, main gak ngajak-ngajak.
Teman Ken Arok : Kamu datangnya telat sih. Udah ayo lanjut.

BABAK 4
Di kediaman Lembong
(seorang datang mengamuk untuk menagih utang Ken Arok)

Penagih utang : (masuk rumah tanpa permisi) Ken Arok, Ken Arok, Ken.
Lembong : (marah) Hei, berisik apa yang kau lakukan.
Penagih utang : Dimana Ken Arok, kau bapaknya kan?
Lembong : Dia tidak di sini. Memang kenapa?
Penagih utang : Bohong, dia pasti bersembunyi di suatu tempat, kau jangan menghalangiku.
Cepat katakana dimana dia.
Lembong : Dia tidak di rumah sejak kemarin. Kalau ada perlu dengannya bicaralah yang
sopan.
Penagih utang : Dasar bocah tengik. Karna sudah ada bapaknya di sini sebaiknya cepat bayar
utang.
Lembong : Apa? Ken Arok (menggeram) Akan kulunasi utangnya tapi tidak sekarang, aku
sedang tak ada uang.
Penagih utang : Aku tidak peduli. Pokoknya bagaimanapun juga kau harus melunasinya
sekarang juga. Anakmu hanya berkata manis saja dan tak pernah mengembalikan
uangku, memangnya sampai kapan aku harus menunggu.
Lembong : Ya, aku janji akan melunasinya. Sekarang pergilah. (mendorong si penagih
utang keluar)
Penagih utang : Lepaskan tangan busukmu itu. Sudah cukup. Bagaimanapun caranya aku tak
peduli, berikan uangmu.
(Lembong terus mendorong si penagih utang unuk keluar membuat penagih utang itu marah dan
memukul Lembong hingga tersungkur)
Penagih utang : Tidak tau diri. Awas kau, aku akan datang lagi besok.
(Lembong merintih kesakitan akibat pukulan tadi, tak lama kemudian Ken Arok pulang)
Ken Arok : (bersenandung) Ayah aku pulang. Lihatlah aku bawa ayam goreng. (melihat
ayahnya duduk terdiam di lantai) Ayah, kenapa dengan wajahmu. Siapa yang
melakukannya, katakana padaku, akan kuhabisi dia, katakana ayah.
Lembong : Kau tahu dia.
Ken Arok : Siapa? (innocent)
Lembong : Siapa lagi kalau bukan penagih utang. Anak nakal. Sudah kukatakan jangan
meminjam uang pada rentenir lagi kan. Kau ..
Ken Arok : Aku, maaf.
Lembong : Aku muak denganmu. Pergilah.
Ken Arok : Apa? Ayah mengusirku? Anakmu yang gagah ini? Teganya?
Lembong : Urus dirimu sendiri dan kau bukan anakku, capat pergi. Pergi.
(Ken Arok pun pergi dengan terpaksa sementara Lembong mengambil ayam goreng dan menggigitnya
dengan perasaan yang masih marah)

BABAK 5
Tempat penuh maksiat itu merupakan base camp bagi para preman dan pejudi. Surganya para berandal
yang haus akan kenikmatan duniawi.
Ken Arok : Menyebalkan. Kalau begini aku akan tidur dimana?
Teman Ken Arok : Ken Arok. Bukankah kau tadi sudah pulang. Dari raut wajahmu pasti kau baru
kena sial. Benar kan? Ha..ha..ha..
Ken Arok : Diamlah. Telingaku sakit mendengar ocehanmu.
(pergi menuju meja judi karena melihat seseorang bermain curang)
Ken Arok : Hei, kau curang (menunjuk seorang itu)
(semua orang menoleh pada Ken Arok, kemudian melihat orang yang ditunjuknya)
Bango Samparan : Tikus kecil sepertimu jangan berani main-main denganku. Jadi dari tadi kau
main curang ya, pantas saja kau menang. Cepat kembalikan uang itu.
Pejudi : Tidak. Kau jangan asal ngomong. Aku tidak pernah bermain curang. Lagipula
tidak ada bukti aku berbuat curang.
Ken Arok : Masih menyangkalnya ya. Sebaiknya kau akui kecuranganmu.
Pejudi : Kubilang tidak ya tidak.
(membuktiran kecurangan dan merampas uang dari orang tersebut)
Ken Arok : Kau harus berhati-hati, banyak orang yang menggunakan trik seperti itu.
(Ken Arok pergi menuju meja lain, namun Bango Samparan segera menyusulnya dan mengajaknya
mengobrol)
Bango Samparan : Kau, siapa namamu?
Ken Arok : Ken Arok. (sambil meminum)
Bango Samparan : Bagaimana kau bisa tau jika orang tadi bermain curang?
Ken Arok : Itu, kau tidak perlu tau.
Bango Samparan : Kurasa aku tak keberatan jika kau bergabung denganku? Bisnis ini cukup
menjanjikan. Kau tertarik?
Ken Arok : Tidak. Aku lebih tertarik untuk punya rumah sendiri?
Bango Samparan : Jadi, kau tak punya tempat tinggal? Kalau begitu tinggalah bersamaku tapi kau
harus membantu bisnisku, bagaimana?
Ken Arok : Kalau itu aku tertarik.
Bango Samparan : (mengulurkan tangan mengajak salaman) Aku Bango Samparan.
Ken Arok : Siapa yang tanya namamu?
Bango Samparan : Yyyy lupakalah. Lebih baik lihat para penari yang seksi itu.
(Tari)

BABAK 6
Di sore hari itu Ken Dedes sedang asyik menyirami tanaman kesayangannya dengan gembira. Saat itu
Ken Dedes sedang sendirian di rumahnya karena Ayahnya yang sedang pergi ke hutan.
Tunggul Ametung : (menghampiri Ken Dedes) Permisi nona.
Ken Dedes : Iya. Maaf ada perlu apa?
Tunggul Ametung : Aku ingin bertemu dengan Mpu Purwa. Apakah ia ada?
Ken Dedes : Ayah belum pulang. Beliau sedang pergi ke hutan. Apa Anda mau
menunggunya di dalam saja.
Tunggul Ametung : Baiklah. ( masuk rumah kemudian duduk). Ken Dedes, ayahmu pasti ahli
melukis kan.
Ken Dedes : Kok tau?
Tunggul Ametung : Karna dengan melihatmu sudah membuat hariku jadi penuh warna.
(Ken Dedes hanya tersenyum heran)
Tunggul Ametung : Ken Dedes menikahlah denganku.
Ken Dedes : (terkejut) What???????????
Tunggul Ametung : Aku jatuh hati padamu, kau adalah seorang putri yang bersinar bak berlian jatuh
dipangkuanku. Jadilah ratuku Ken Dedes. Aku berjanji hidupmu akan bahagia.
Ken Dedes : (bingung) Aku tidak bisa.
Tunggul Ametung : (emosi) Kau harus jadi miliku. (menculik Ken Dedes)
Tidak lama kemudian Ayah Ken Dedes pulang
Mpu Purwa : Ken Dedes, Ken Dedes… Dimana kamu nak. (mencari-cari) Ken Dedes,
tidak……. Apa dia diculik? Hai orang yang melarikan anakku, semoga tidak
mengenyam kenikmatan, matilah kauuuuuuuuu.

BABAK 7
Suatu ketika Ken Arok sedang mabuk berat sehingga tanpa ia sadari malam itu ia tidur diteras sebuah
rumah yang tak ia kenal pemiliknya. Setelah pagi tiba, seorang Pak Tua membangunkannya.
Lohgawe : Hai nak, ada apa denganmu? mengapa kau tidur disini?
Ken Arok : Hah? (bingung). Anda siapa? (sambil memegang kepalanya dan
mencoba mengingat-ingat apa yg terjadi semalam).Kemarin malam aku minum
dan kurasa aku mabuk berat, laluuuu aku tak ingat lagi, hingga kau
membangunkan tidur nyenyakku Pak Tua.
Lohgawe : Baiklah, masuklah nak. Ini adalah rumahku. Perkenalkan aku Lohgawe, aku
seorang brahmana. Siapa namamu nak?
Ken Arok : Namaku Ken Arok. (sambil berjalan)
Lohgawe : Duduklah Ken Arok!kita ngobrol-ngobrol dulu.
Ken Arok : Tidak adakah minum untuk tamumu ini Pak Tua?
Lohgawe : (tersenyum) Tentu saja akan kujamu tamuku dengan baik. Tidak apa kan hanya
air bening?
Ken Arok : Tidak masalah buatku
Lohgawe : Kau pemuda yang sangat termasyhur. Semua orang pasti tau perihal kegagahan
dan keberanianmu.
Ken Arok : Yah, kurasa memang benar.
Lohgawe : Namun semua orang tahu pula perihal perilakumu yang kurang baik. Ken Arok,
andai kata kau mau berubah, aku akan sangat bahagia, dan aku sudah pula
menyediakan tempat untuk kamu mengabdikan diri pada jalan kebaikan.
Ken Arok : Dimanakah engkau hendak menunjukkanku jalan kebaikan itu kisana?
Lohgawe : Kau akan mengabdi kepada paduka Tunggul Ametung, pemimpin daerah
Tumapel. Ia sedang mencari pengawal pribadi. Aku yakin, kau akan diterima
sebagai pengawal pribadinya dengan mudah.
Ken Arok : Bagaimana kau bisa yakin?
Lohgawe : Sudahlah... Percaya saja padaku.

BABAK 8
Tunggul Ametung sedang duduk sambil memikirkan seseorang pengawal yang pantas untuknya.
Pembantu : Maaf kanjeng. Ada tamu yang ingin bertemu dengan kanjeng.
Tunggul Ametung : Siapa? Suruh saja dia masuk.
Pembantu : Baik kanjeng.
(memanggil tamu yang hendak bertemu dengan Tunggul Ametung)
(Ken Dedes menghampiri Tunggul Ametung)
Ken Dedes : Kangmas. (Tunggul Ametung sedang asyik berfikir sampai tak menyadari
kehadiran Ken Dedes, setelah bahunya ditepuk ia baru sadar) Kangmas, apa yang
sedang kangmas pikirkan sehingga tidak menyadari kehadiranku?
Tunggul Ametung : Aku… (kalimatnya terpotong oleh panggilan Lohgawe)
Lohgawe : Kanjeng Tunggul Ametung.
(Ken Arok terpesona melihat Ken Dedes, ia selalu saja mencuri pandang terhadapnya)
Tunggul Ametung : Lohgawe. Ternyata kau, sudah lama sekali ya? Kau semakin tua saja. (tertawa).
Duduklah, siapa pemuda yang kau bawa Lohgawe?
Lohgawe : Perkenalkan dirimu nak.
Ken Arok : Aku Ken Arok, senang berjumpa denganmu Kanjeng Tunggul Ametung.
Tunggul Ametung : Oh ya, perkenalkan ini istriku, Ken Dedes.
Lohgawe : Sebenarnya. Aku kemari bersama Ken Arok karena kukira ia cukup bisa
diandalkan untukmu. (Tunnggul Ametung menganggukkan kepala).
Ken Arok : Aku cukup mahir bermain dengan pedang. Kalau kau mau aku bisa tunjukan
sedikit kemampuanku.
Tunggul Ametung : Mengapa tidak.
(Ken Arok bermain pedang)
Tunggul Ametung : (bertepuk tangan, terkagum-kagum melihat kehebatan Ken Arok) Itu tak pantas
disebut cukup mahir. Kau itu ahlinya, kau tahu.
Ken Arok : Terimakasih atas pujianmu
Tunggul Ametung : Ken Arok, kuminta datanglah lagi besok kemari. Aku ingin kau menjadi
pengawal pribadiku.
Ken Arok : Aku pasti akan datang.
Lohgawe : Kanjeng Tunggul Ametung. Kurasa ini sudah cukup, kami harus pamit dulu.
Tunggul Ametung : Kenapa buru-buru. Disini saja dulu. Anggaplah rumah sendiri.
Lohgawe : Aku masih ada urusan lain.
Tunggul Ametung : Ya sudah, hati-hatilah di jalan

BABAK 9
Sepulang dari kediaman Tunggul Ametung, Ken Arok terus saja tersenyum-senyum sendiri. Lohgawe
yang berjalan disampingnya pun heran.
Lohgawe : Kuperhatikan sejak tadi kau cengar-cengir sendiri Ken Arok. Apa ada yang
lucu?
Ken Arok : Aku hanya sedang bahagiaaaaaaa saja. Pak Tua, menurutmu bagaimana dengan
Ken Dedes?
Lohgawe : Istri Tunggul Ametung? Dia ramah.
Ken Arok : Dan mengagumkan.
Lohgawe : Apa kau tahu Ken Arok. Dari yang kulihat, kelak Ken Dedes akan menurunkan
raja-raja di Tanah Jawa. Maka dari itu kau harus menjaga Ken Dedes juga
melebihi nyawamu.
Ken Arok : (terkejut) Benarkah? Kau tidak berbong kan? (senyum-senyum)
Lohgawe : Untuk apa aku berbohong padamu? Bohong itu kan dosa. (memperhatikan Ken
Arok) Ingatlah statusmu Ken Arok, kau hanya pengawalnya.

BABAK 10
(Suatu ketika Ken Dedes sedang merawat tanaman bunganya sambil ngalamun)
Pembantu : Kanjeng ayu. Kau bukannya menyiram bunganya malah menyiramku.
Ken Dedes : OH, maaf. Aku tidak sengaja.
Pembantu : Sudah tadi menginjak kakiku, menyiramku, nanti apa lagi?
Ken Dedes : (tertawa)
Pembantu : Kanjeng ayu. Ken Arok itu orangnya sangat tampan ya? Bak pangeran jatuh
dari surga.
Ken Dedes : Ya
Pembantu : Aku pasti akan mendapatkannya Kanjeng Ayu, lihatlah nanti.
Ken Dedes : Ambisius sekali. Ayo bantu aku merapikan tanaman di sana.
Pembantu : Oke.
BABAK 11
Ken Arok dan Bango Samparan sedang duduk dan mengobrol di depan teras rumah.
Ken Arok : Bango Samparan, apa kau tahu dimana tempat membuat pusaka.
Bango Samparan : Pembuat pusaka ya? Ehm.. aku punya kenalan, dia pembuat pusaka yang sangat
hebat, dia juga mahir dalam menggunakannya. Pokoknya…
Ken Arok : Sudah-sudah aku tak mau kau bercerita tentangnya. Katakan dimana dia tinggal.
Bango Samparan : Pergilah kau ke sebuah desa sebelah barat kita, carilah rumah yang paling tua
disana ada seorang mpu yang bernama Mpu Gandring pembuat pusaka..
Ken Arok : Terima kasih, kalau begitu aku pamit. Aku akan segera ke sana.
(Dengan tergesa-gesa dan penuh rasa gembira Ken Arok segera ke tempat tersebut untuk memesan keris
pusaka kepada Mpu Gandring.)
(di kediaman Mpu Gandring banyak terdapat pusaka yang dipajang)
Ken Arok : Permisi. Apakah kau Mpu Gandring.
Mpu Gandring : Ya, akulah Mpu Gandring si pembuat pusaka yang hebat. Kau siapa?
Ken Arok : Aku Ken Arok, bolehkah aku masuk?
Mpu Gandring : Iya, silahkan.
Ken Arok : Aku datang kemari hendak memesan keris pusaka padamu.
Mpu Gandring : Bisa, tapi butuh waktu lama sekitar satu tahun. Bagaimana?
Ken Arok : (merenung) Buatlah secepat mungkin, aku akan bayar berapapun biayanya.
Mpu Gandring : Baik, aku akan secepatnya membuatnya.
Ken Arok : Kalau begitu aku pamit, aku ini sibuk jadi waktu luang untukku amat sulit.
Kuharap saat aku kembali nanti untuk mengambilnya keris itu sudah jadi. Sudah
ya, aku pergi dulu.
Mpu Gandring : Berhati-hatilah di jalan Tuan.
(Ken Arok hanya mengangkat tangannya)
(Mpu Gandring membuat keris, hanya adegan menyiapkan peralatan )

BABAK 12
5 bulan kemudian. Hati Ken Arok amat galisah, galau, merana, menunggu harapan menjadi raja yang
entah kapan akan terkabulnya. Ia sudah tidak sabar lagi memegang keris yang telah ia pesan dulu pada
Mpu Gandring. Menemui Mpu Gandring menjadi keputusannya saat itu.
Ken Arok : Mpu Gandring. Apa kau ada? Mpu… (muncul Mpu Gandring)
Mpu Gandring : Ken Arok? Jangan katakana bahwa kau ingin mengambil kerismu?
Ken Arok : Kebetulan kalau kau sudah tahu. Aku butuh keris itu sekarang.
Mpu Gandring : Apa? Tidak bisa, keris itu belum sempurna, sudah kubilang kan waktu yang
kubutuhkan 1 tahun, dan ini baru separuhnya.
Ken Arok : (mencari keris pesanannya) Aku tak perduli. Dimana kerisnya? (melihat keris
dan mengambilnya)
Mpu Gandring : (mengikuti Ken Arok) Kau mau kemana? Keris itu belum sempurna. Cepat
kembalikan padaku Ken Arok.
Ken Arok : Tidak mau. Akhirnya kau akan menjadi milikku Ken Dedes. (tertawa)
Mpu Gandring : (merebut keris dari tangan Ken Arok namun gagal) Berikan keris itu padaku.
(Ken Arok mendorong Mpu Gandring kemudian terlibat perkelahian lalu dibunuhlah Mpu Gandring
dengan keris buatannya sendiri)
Mpu Gandring : (sekarat) Percayalah Ken Arok, keris itu nantinya pasti akan menewaskanmu
serta keturunan-keturunanmu hingga 7 kali. Waspadalah, waspadalah,
waspadalah…
(setelah Mpu Gandring meninggal Ken Arok segera pergi dari tempat itu)

BABAK 13
Ken Arok berjalan sendirian di jalanan yang sepi. Tanpa disadarinya, Kebo Ijo datang dari arah
sebaliknya.
Kebo Ijo : ( berjalan santai) Hai kawan (diabaikan oleh Ken Arok) Ken Arok, sombong
sekali kau. (sambil menepuk bahunya)
Ken Arok : Maaf, aku tidak melihatmu tadi.
Kebo Ijo : Tidak melihat (berfikir), ah lupakan saja. Ngomong-ngomong apa itu?
(menunjuk keris yang digenggam Ken Arok)
Ken Arok : Ini keris. Lihatlah bagus bukan. Aku baru mengambilnya tadi.
Kebo Ijo : Wahh (hendak memegangnya tapi dijauhkan oleh Ken Arok) Coba kulihat, ini
bagus sekali.
Ken Arok : Jauh-jauhlah, kau akan mengotori kerisku.
Kebo Ijo : Pelit sekali kau Ken Arok. Aku kan hanya mau lihat.
Ken Arok : Aku baru ingat aku ada perlu dengan seseorang. Bisakah kutitipkan keris ini
padamu? Mana mungkin aku membawa keris ke kediaman bangsawan.
Bagaimana?
Kebo Ijo : Serahkan saja padaku, akan kujaga kerismu dengan nyawaku. Pergilah Ken
Arok, jangan khawatir.
Ken Arok : Baiklah, berjanjilah dengan apa yang kau ucapkan.

BABAK 14
Di malam itu para warga desa telah tidur terlelap dalam masing-masing kediaman mereka. Suasana yang
sunyi dimanfaatkan oleh Ken Arok untuk menyelinap di rumah Kebo Ijo. Ketika itu Kebo Ijo sedang tidur,
Ken Arok mengendap-endap mencari kerisnya.

BABAK 15
(ke rumah Tunggul Ametung mengendap-endap)
(setelah melihat Tunggul Ametung sedang tidur, Ken Arok segera menusuknya dengan keris)
Tunggul Ametung : Ah, siapa kau? Kenapa kau menusukku? Ahh…… tolong.. tolong.. (sekarat)
Ken Dedes : (masuk, melihat kejadian itu terkejut dan menjerit) Kangmasssssss….
(mendorong Ken Arok). Siapa kamu, apa yang kau lakukan, kurang ajar, (Ken
Arok membuka penutup wajahnya) kauuu???? (marah, ketakutan, terkejut)
Ken Arok : Ya, Ken Dedes?
Ken Dedes : Kenapa? Bagaimana bisa? Tidak. Ken Arok mengapa? Kau membunuh
suamiku? (marah, ketakutan, sedih)
Ken Arok : Tenanglah sayang. Jangan takut aku tak akan menyakitimu. (sambil mendekati
Ken Dedes)
Ken Dedes : Apa katamu? Sayang? Pala lu peang. Aku tak menyangka, setega itu kau
membunuh Kangmas Tunggul Ametung, mau dikemanakan aku?
Ken Arok : Jangan khawatir sayangku, kau akan kujadikan ratuku.
Ken Dedes : Apa? Apa maksudmu Ken Arok?
Ken Arok : Ken Dedes, sejujurnya aku jatuh cinta padamu sejak pertama kali melihatmu.
Ken Dedes : (kaget dan terharu) Mengapa? Benarkah?
Ken Arok : Tentu saja. Jadi kau mau kan menjadi ibu dari anak-anak ku kelak?
Ken Dedes : (senang namun juga sedih) Ken Arok. Itu tak mungkin terjadi. Aku kan masih
berstatus sebagai istri sah Kangmas Tunggul Ametung.
Ken Arok : Itu bukan masalah. Aku akan mengatakan kepada orang-orang bahwa Tunggul
Ametung telah menyerahkan kehidupan istrinya kepadaku, segera aku akan
menikahimu, kau tidak perlu khawatir Ken Dedes karena cintaku hanya
untukmu seorang dan tak kan pernah tergantikan selamanya.
Ken Dedes : Ken Arok, selamanya adalah waktu yang lama, segalanya bisa berubah.
Ken Arok : Aku bersumpah akan membahagiakanmu, percayalah padaku.
(Ken Dedes menganggukkan kepalanya)
Ken Arok : Aku harus segera mengurus kejadian ini. Kau jangan bilang pada siapapun
tentang kebenaran ini, mengerti?
Ken Dedes : Ya.

BABAK 16
(Ken Arok dengan tergesa-gesa berlari menghampiri pengawal kerajaan)
Ken Arok : Pengawal. Ada berita buruk yang harus kusampaikan padamu. Kanjeng
Tunggul Ametung telah tewas oleh Kebo Ijo, ia menggunakan keris untuk
membunuh Kanjeng Tunggul Ametung. Kuperintahkan kau untuk menangkap
dan menghukum mati Kebo Ijo.
Pengawal : (terkejut) Baik akan kami laksanakan.
Ken Arok : Umumkan juga berita duka ini pada masyarakat.
Pengawal : Siap laksanakan (bergegas mencari Kebo Ijo, sementara Ken Arok pergi entah
kemana)
(Kebo Ijo sedang berjalan di depan teras rumah)
Pengawal 1 : Itu, lihat. Dia Kebo Ijo kan?
Pengawal 2 : Mana? Mana? (diputarlah kepalanya oleh pengawal 1)
Pengawal 1 : Itu
Pengawal 2 : Itu kan Kebo Ijo. Ayo cepat tangkap dia.
Pengawal 1 : Hei, tunggu.
Pengawal 2 : Kebo Ijo. Kau kami tangkap atas tuduhan telah membunuh Kanjeng Tunggul
Ametung. (Kebo Ijo bingung)
Pengawal 1 : (menangkap Kebo Ijo)
Kebo Ijo : Apa-apaan. Lepaskan aku. Demi Tuhan aku tak tau apapun.
tidaaaaaaaaakkkkkkkkkkkk
BABAK 17
Ken Arok : Rakyatku, nikmatilah pesta ini. Makanlah sepuas kalian dan yang terpenting
doakanlah kebahagiaan kami.
(Perayaan pernikahan Ken Arok dan Ken Dedes)
(Tari)

BABAK 18
Beberapa tahun kemudian. Keluarga Ken Arok dan Ken Dedes masih terjaga dan bertahan sampai
sekarang. Keluarga itu dikaruniai lima orang anak. Mereka adalah Anusupati, Mahisa Wonga Teleng,
Panji Saprang, Agnibhaya, dan si cantik Dewi Rimba.
(Dewi Rimba tertawa sendiri)
Ken Arok : Purti ayah kenapa seperti orang gila?
Dewi Rimba : Tega sekali. Masa aku disamain ama wong gendeng.
Agnibhaya : Ayah tepat sekali. Kalau diperhatikan, Rimba memang sering ketawa sendiri.
Iya kan Anusupati?
Anusupati : (tertawa) Iya.
Dewi Rimba : Jangan panggil aku dengan nama jelek itu.
Ken Arok : Kau menghancrkan hati ayah dengan kata-katamu.
Dewi Rimba : Bukan begitu maksudku, ayah, ini gara-gara Bhaya selalu memanggilku begitu.
Ah menyebalkan.
Keharmonisan keluarga itu sangat tampak, namun tak pernah secuilpun kebahagiaan yang yang
dipancarkan raut wajah Anusupati. Kepergiannya dari tempat itu pun tak disadari.

BABAK 18
Anusupati : Ibu.
Ken Dedes : Iya anakku. Ada apa? Kemarilah bantu ibu memilih bunga mana yang paling
cantik. Yang ini atau itu?
Anusupati : Apakah aku anak kalian?
Ken Dedes : Mengapa kamu bertanya begitu nak? Tentu saja kamu putra tercinta kami.
(Anusupati memandang ibunya penuh tanya) Ada apa? Apakah kau sedang ada
masalah nak. Katakan pada ibumu yang cantik ini.
Anusupati : Anu.. sebenarnya ada sesuatu hal yang mengganjal di hatiku bu.
Ken Dedes : Katakanlah nak.
Anusupati : Aku merasa ayah tidak menyukaiku. Kami tidak dekat kami juga jarang
mengobrol. Aku merasa iri pada Mahi, Saprang, Bhaya, dan Rimba. Mereka
sangat akrab dengan ayah.
Ken Dedes : Kamu adalah putra kami jadi apapun yang terjadi kami tetap menyayangimu
nak.
Anusupati : Ibu, sewaktu kecil aku seperti apa sih?
Ken Dedes : Kamu sangat nakal dan cengeng.
Anusupati : Bohong. Aku kan pria sejati, memangnya kapan aku pernah nangis, itu nggak
ada di dalam kamusku.
Ken Dedes : (tertawa) Memang begitu adanya kok.
Anusupati : Sudahlah bu, tidak perlu mengenang masa lalu yang tak kuketahui. Aku hanya
penasaran dengan jati diriku. Ibu tak merahasiakan sesuatu dariku kan?
Ken Dedes : Hmmmm. (merenung) Anusupati, ibu rasa ini waktu yang tepat.
Anusupati : Untuk?
Ken Dedes : Maaf, memang benar kamu bukan anak kandung Ken Arok. Tapi aku adalah ibu
kandungmu nak. (memandang Anusupati yang terkejut) Anusupati?
Anusupati : (kaget) Lalu siapa ayah kandungku? Dimana dia sekarang? (Ken Dedes hanya
diam dan menangis) Ibu katakana sesuatu.
Ken Dedes : Ayah kandungmu sudah lama meninggal nak. Ken Arok telah menusuknya
dengan keris. Maaf ibu baru memberitahukan kebenaran ini padamu sekarang.
Namanya adalah Tunggul Ametung.
Anusupati : Ibu jangan bercanda, aku serius.
Ken Dedes : Ibu serius kok.
(Anusupati pergi mencari keris dan mencari Ken Arok)
Ken Dedes : Nak kamu mau kemana? Anusupati.

BABAK 19
Ken Arok merupakan seorang pemimpin yang ambisius sehingga selalu serius dalam bekerja. Di lain sisi
ia adalah kepala keluarga yang pekerja keras mencari uang sehingga gila kerja. Ia tak menyadari
kehadiran anak tirinya yang datang dengan aura kelam.
Anusupati : Ken Arok. Apa kau tuli. (berteriak) Ken Arok..
Ken Arok : Anusupati. Apa yang kau lakukan disini. Jangan mengganggu pekerjaanku,
cepat pergilah.
Anusupati : Kejam. Manusia macam apa kau. Tega sekali membunuh ayahku Tunggul
Ametung.
Ken Arok : (terkejut) Ternyata Ken Dedes telah memberitahumu kebenaran itu ya?
Memangnya kenapa kalau iya. Kau mau membunuhku juga?
Anusupati : Ya. Lihat ini (menunjukkan keris) akan kubuhuh kau dengan keris yang dulu
kau gunakan untuk membunuh ayahku.
(kedua orang itu bertarung, Ken Arok tertusuk keris dan mati)
Ken Dedes : (sudah datang sejak keduanya bertarung, dia memanggil nama keduanya namun
diabaikan, sambil menangis) Anusupati, hentikan. Kumohon berhentilah.
(terkejut melihat Ken Arok yang tertusuk, kemudian menghampirinya yang
sedang sekarat) Suamiku, Ken Arok. Bertahanlah sayang.
Anusupati : (tertawa) Rasakan itu Ken Arok, matilah dan pergilah ke neraka jahanam.
(Anusupati pergi, sementara Ken Dedes menagis tersedu-sedu)
Ken Arok : (mengusap air mata Ken Dedes) Ken Dedes terima kasih. Aku mencintaimu.

……………………………………………..TAMAT……………………………………………….

Anda mungkin juga menyukai