Anda di halaman 1dari 27

NASKAH LAUT BERCERITA

A). ALUR CERITA


Narrator : laut seorang lelaki yang lahir dikeluarga sederhana pada jaman pemerintahan
soeharto, sejak kecil ia sudah melihat betapa tak adilnya bagi beberapa orang untuk
mendapatkan pekerjaan. Laut yang sejak dulu gemar membaca buku mulai mengenal berbagai
macam buku sastra, baik yang berbahasa Indonesia maupun inggris, kesukaan nya itu yang
membuat ia memilih untuk mengambil bidang studi sastra inggris di universitas gadjah mada
Yogyakarta. Kesukaan nya ini semakin berkembang hingga ia menemukan buku karangan
pramoedya anata toer yang ketika itu peredarannya di larang diindonesia. Hal itu membuat nya
harus diam diam mengfotokopi buku tersebut di satu tempat yang bernama fotokopian yang
terlarang, disitulah ia bertemu kinan seorang mahasiswa fisip.
Scene awal :
(laut sedang melihat selembaran kertas buku terlarang)
(kinan yang berjalan berlawanan arah sambil membawa selembaran kertas juga)
(mereka bertabrakan)
(kinan membantu memunguti selembaran kertas dan menyadari buku yang mereka fotokopi
sama)
(laut memunguti kertas juga)
(kinan menunjuk kertas laut dan milikinya)

1. masuknya laut ke winatra wirasena


(laut,kinan,dan naratama)
Property : meja,kursi,gelas
Costume : celana jeans\celana kain\yang lain kemeja(polos\flannel)
pada saat itu kinan mengajak laut untuk makan di warteg dekat kampusnya saat itu mereka
berdiskusi mengenai gagasan nya tentang buku buku yang disebut terlarang itu ketika kinan
melihat ambisi dan potensi besar laut ia langsung mengajaknya untuk bergabung kesebuah
komunitas bernama winatra wirasena

kinan :”kok diam, ayo pesan!”kata nya sambil mengunyah dengan asyik
kinan:”kangen tengkleng ya” katanya ketika melihatku meminta tambahan kuah gulai
laut : aku tersenyum “tengkleng buatan ibuku tak ada tandinganya sejak kecil asmara dan aku iku
membantu memasak” kataku

kinan:”nama adik mu asmara?bagus sekali”sembari terus makan


kinan:”memang seperti apa adik mu”
laut:”asmara memang sedikit lebih bawel dan suka mengatur, perbedaan sifat ku dan asmara
seperti langit dan bumi”
kinan:”lalu apa perkerjaan bapakmu”
laut :”ia seorang wartawan harian solo beliau yang mengajarkan kami berdua sejak kecil untuk
mencintai bacaan, kami melahap semuanya, mulai dari Koran hingga buku buku dari komik
wayang hingga buku buku klasik karya semua penulis eropa amerika latin yang tentu sudah
diterjemahkan. Tetapi keluarga ku memutuskan untuk pindah kejakarta karna pekerjaan
bapak.sedangkan ibu melakukan keduanya ia mengaku menerima pekerjaan catering karna
kami gemar makan enak saja.”
Laut:”terkadang aku juga suka bergumul dengan kata kata,menulis cerita dan mengulik bahasa
asing dan termasuk orang yang cukup akrab dengan sastra, itu semua karna bapak. Dan aku
juga punya kenangan saat kali pertama aku menyaksikan pembacaan puisi rendra di taman
ismail marzuki dan pertunjukan drama teater koma sangat memukau ku.
( kinan terkesima )

Kinan:” sebenarnya mengapa kamu memilih untuk berkuliah di jogja tidak di UNS saja”
(Seketika laut terdiam)
Laut:” aku ingin bertemu dan bertukar pikiran dengan anak muda Indonesia yang memilih
berkumpul di UGM dan mengutarakan ide ide besar.”
(kinan tertawa besar.)
Kinan:”kamu harus membedakan mereka yang bermulut besar,omongan besar,dengan mereka
yang memang serius ingin memperbaiki negeri ini.” Sambil menyelesaikan suapan terakhir
sambil mengeluh karna lapar “ah masih kurang”
(laut yang masih saja makan)
Kinan:”lalu apa yang ingin kau lakukan dimasa yang akan datang?”
(laut terdiam)
Kinan:”dan apa yang kau bayangkan tentang Indonesia 10 tahun lagi, apakah kita akan terus
menerus membiarkan rezim soeharto berkuasa selama lamanya atau apakah kamu ingin
berbuat sesuatu?”
(laut menganga mendengar pertanyaan sebesar dan seberat itu )
Laut:”aku mahasiswa semester tiga fakultas sastra inggris- “ (Kata laut dengan agak gugup)
Kinan:”yang diam diam membaca buku pramoedya bukan hanya karena estetika sastra, tetapi
karena ada suara lain yang mendorongmu!”
Laut:”mungkin karna aku ingin belajar menulis seperti beliau seperti para penulis lainnya yang
begitu fasih berekspresi”katanya perlahan
Kinan:”laut, aku yakin suatu hari kau akan menjadi penulis besar” sambil menatap laut
“beberapa tulisanmu kubaca dan untuk mahasiswa seperti mu, kamu menggali dengan dalam.
Bahasamu tidak klise. Aku sangat yakin kamu bukan hanya ingin menulis tentang awan
gemawan atau bulan sabit yang di temanis ranting disebuah malam.”
Laut: “apa yang bisa kita lakukan sebagai mahasiswa hijau ditengah guncangan rezim yang
kokoh dan kuat ini?
(kinan tersenyum)
Kinan: “kau tahu apa yang terjadi saat aku masih mahasiswa hijau? (laut menggeleng)
Kinan:”Bram dan aku pernah ditahan bersama beberapa kawan lainnya ketika menemani warga
kedung ombo”
(laut terdiam dan benar benar berhenti mengunyah)
Kinan:”mereka ditipu dengan uang ganti rugi yang tidak sesuai ada yang sudah putus asa
adanya masih bertahan dan mengalami intimidasi. Kami mendampingi mereka yang bertahan,
ikut membantu membangun kelas darurat untuk anak anak dan rakit untuk transportasi”
Laut:”lalu apa alasan mereka menangkap kalian?”
Kinan:”alasan menahan dan menyiksa tak pernah penting dimata mereka, laut. Hanya beberapa
pekan setelah kegiatan itu kami ditahan sekitar tujuh orang, satu per satu diintrogasi dan
ditempeleng, disiram air, dan ditelanjangi.
(laut tercekat)
Laut:”kau juga?”
Kinan:”mira dan aku digarap aparat perempuan. Kami tidak sampai ditelanjangi, tapi mereka
berteriak teriak tepat di telinga kami. Menanyakan siapa pimpinan kami,siapa yang menghasut
penduduk untuk melawan. Demikian bahasa aparat”
Laut:”aku teringat sebuah esai foto majalah tera… foto pertama dalam serial itu sebuah tangan
menunjuk suatu arah, foto kedua penduduk kedung ombo. Foto foto itu hingga kini menggangu
ku”
(kinan tersenyum)
Kinan:”ya aku ingat beberapa wartawan yang kesana pun sering dibuntuti intel”
(tiba tiba kinan menangkap seseorang yang dipojok warung.)
Kinan:”tama? Ayo gabung
naratama:”hai” dengan mulut penuh dan mengangkat tangannya
Kinan:”itu naratama, seangkatan dengan ku difisip. Jarang kuliah, lebih sering wara wiri digang
rode bersama yang lain”
(laut mengangguk pada tama dari jauh sambil tersenyum)
(naratama membalas dengan senyuman)
Kinan:”ayo selesaikan makan siangmu, aku ingin memperkenalkanmu pada seseorang.”
(*tutup tirai)
Narrator : akhirnya laut bertemu dengan arifin bramantyo yang merupakan pelopor wirasena
winatra. Wirasen winatra merupakan sebuah organisasi mahasiswa dari berbagai jurusan
ataupun universitas, yang dimana organisasi itu banyak berdiskusi tentang buku dan berbagi
gagasan pikiran mereka, bukan hanya itu mereka juga berbicara mengenai konsep yang hendak
mereka lakukan untuk menentang doktrin pemerintahan orde baru, yang menjabat 30 tahun
itu. Dan secara resmi laut bergabung ke wirasena winatra. Mereka melakukan perkumpulan itu
disebuah rumah sederhana yang mereka sebut rumah seyegen

2. pertemuan laut dan anjani dirumah seyegan


(laut,kinan,alex,Daniel,naratama,sunu,anjani,beberapa orang random)
Property : meja,kursi,taplak meja,termos,kopi,alat bersih bersih, karpet,4 sendok.
Costume : celana jeans\yang lain,kemeja flannel, kaos
Dirumah sederhana yang merupakan rumah peninggalan belanda itu yang mereka beli dengan
harga murah setelah melalu perdebatan panjang dengan Daniel saat ini mereka sedang
merapihkan dan membersihkan rumah tua itu yang sangat berdebu dan kotor. Saat itu ada
kabar akan ada mahasiswa dari ISI yang akan melukis dinding rumah seyegen tak lama mereka
datang salah satu dari mereka adalah seorang perempuan yang usia sama dengan laut.

(laut menatap anjani sambil masih memegang sapu)


(anjani membalas tatapannya dan tersenyum sambil menjulurkan tangan)
Anjani:”hai aku anjani”(anjani tersenyum)
(laut masih terkesima)
Sunu:”namanya laut, biru laut”
(anjani tersenyum)
(laut masih memegang tangan anjani)
Alex:”laut berikan tangannya kepada pemiliknya” (alex melepas tangan laut dengan perlahan)
Kinan:”anjani semua, semua ini anjani” (kinan memperkenalkan anjani kepada semua)
All:”hai selamat datang\halo iya selamat gabung\hai\halo”
(laut pergi kedapur untuk menghilangkan rasa gugup)
(Daniel berteriak mengeluh untuk dibantu)
(disusul dengan sunu dan alex yang membantu)
(naratama muncul dibelakang laut)
Naratama:”bagus. Rapi.”suara naratama yang berlagak seperti seorang kakak senior.
(naratama mengomentari semua sudut dapur)
(laut hanya diam sambil memenjamkan matanya)
Naratama:”ini lemari es dari mana?jelek amat…”
Laut:”dari gusti”
Laut:”katanya kalau mati ditendang saja, bakal nyala lagi”
Naratama:”soal anjani…” sambil tertawa kecil
Naratama:”kau tak bisa memperolehnya dengan bersembunyi. Kau harus menghampirinya dan
menggenggam tangannya tanpa pernah melepasnya lagi” sambil tertawa meninggalkan dapur
Laut:”asu!”sambil mengetuk meja dapur
Kinan:”laut? Kenapa diam disini, ayo diskusi akan dimulai”

Narrator : mereka semua berkumpul dan mulai berdiskusi tentang usaha melawan doktrin
pemerintah yang sudah dijejalkan kepada mereka sejak orde baru berkuasa

(mereka semua duduk bersila)


Daniela:”memang apa saja hal yang merugikan masyarakat saat ini?”
Kinan:”misalnya- …”
Kinan:”misalnya yang kita rasakan saat ini- … pergusuran lahan…”
(Suara kinan terpotong potong karna naratama bergumal dan tertawa kencang dan berisik)
(kinan yang melihat hal itu lalu bertanya)
Kinan:”mungkin tama ingin menambahkan..” (sambil tersenyum)
(naratama berdiri diantara mereka)
(mereka semua terkejut dan menatap naratama)
Naratama:”diskusi itu penting, bergulat dengan pikiran itu wajib..”
(lalu naratama mengistirahatnya tangannya di belakang kepala)
(alex memotrenya dengan kameranya iseng tanpa berekspresi)
(naratama menatap alex sedikit sinis)

Naratama:”tetapi suatu saat kita harus bergerak. Tak cukup hanya sibuk berduel kalimat disini.
Kita sudah harus menjenguk apa yang sudah dilontarkan oleh petisi 50 dan beberapa tokoh
tokoh yang mengekritik lima paket undang undang politik. Kita adalah generasi yang harus
bergerak, bukan hanya mendiskusikan undang undang yang mengekang kita selama puluhan
tahun dibawah tekanan satu jempol”
(mereka semua mengangguk)

Narrator : lalu mereka melanjutkan diskusi dengan topic yang berbeda pengalaman pak razak
seorag yang belasan tahun di pulau buru dan kembali kejakarta untuk tetap dianggap sebagai
musuh Negara, tentang istri, anak anak, dan kaka adiknya yang masih sulit mencari nafkah
hingga harus mengubah nama nya agar tidak terlalu terlihat bahwa mereka ada hubungannya
dengan seseorang bekas tahanan politik dari pulau buru.

Pak razkak:”masih berharap suatu hari, entah kapan keadilan akan tiba.” Demikian dia menutup
pengantar diskusinya.
(terdengar suara naratama mengomentari dengan pesimisme dan keangkuhannya)
Kinan:”bicaralah naratama! Jangan hanya mendengus” (kinan yang sudah tak bisa Manahan
emosinya)
(yang lain mulai menciut mendengar itu )
Naratama:”saya hanya pesimistis. Kawan kawan kita yang hanya berdiskusi karya pak pram saja
sekarang sudah dipenjara, bagaimana kita bisa berharap para tapol dan keluarganya akan
memperoleh keadilan, rehabilitasi nama, dan pemulihan jiwa? Bukan pak razak saja, tetapi
jutaan korban yang dibunuh pada tahun 1965 sampai 1966..”
Kinan:”itu pertanyaan kita semua, tama. Itulahsebabnya kita berdiskusi, mendata, dan melawan
sejarah palsu buatan mereka dengan terus mengumpulkan kesaksian lisan dari orang orang
seperti pak razak”
(alex dan gusti sedang memotre moment diskusi yang berbeda gusti memakai blitz)
(dari jauh Daniela menggerutu)
Daniela:”inilah mengapa aku tak percaya apa pun dikatakan tama”
Gusti:”maksudmu… tak percaya bagaimana, el?”
Sunu:”maksud Daniela, tama terlalu berapi api. Ada sesuatu yang aneh dibalik api itu” kata
sunu dengan suara pelan
(lalu laut,alex,sunu,gusti,Daniela menatap naratama dari jauh dengan rasa tak nyaman)

(*tutup tirai)
Narrator:malamnya setelah berdiskusi

(naratama sedang berusaha mengobrol dengan anjani dengan bahasa sok puitisnya)
(laut dan alex sedang membuat kopi)
(laut masih memandangi naratama dan anjani)
Alex:”laut cepat masukan airnya”
Laut:”oh iya”(laut langsung membuka termos)
(mereka sibuk membuat kopi saat tiba tiba anjani muncul)
Anjani:”aduh asik sekali. Mau dong..”
(laut yang membelakangi anjani terdiam karna gugup)
(dengan lincah anjani mengambil gelasnya dan menyicipinya)
(laut sekarang mematung dan menatap wajah anjani)
Anjani:”laut ini enak sekali. Kopinya sangat hangat seperti ditambah jahe”
(alex mengambil gelas kedua gelas)
Alex: “ini buat Daniel dan aku saja, kalian buat sendiri sana”
(laut langsung sergap menyiapkan satu bungkus kopi,susu dan memotong jahe)
Anjani:”oh, inikah rahasianya?”
Anjani:”susu dan potongan jahe?”
(anjani menenggadah)
(laut masih tak sadar hingga kalimat kedua)
Laut:”bisa juga ditambahin kayu manis… tapi tadi ditukang sayur…”
(ia menatap anjani kaku)
(anjani tertawa kecil karna laut yang tak bisa menyelesaikan ucapannya)
Anjani:”kata tama. Selain membuat minuman kau juga suka memasak untuk kawan kawan.
Kalau ada waktu dan ada bahan. Seadanya..”
(menyelesaikan membuat kopi)
Anjani:”kata tama nasi goreng buatan mu enak sekali”
Laut:”biasa saja. Mungkin karna aku memperhatikan bumbu. Apa yang ada didapur minim ini,
aku bikin sebisaku, dan untuk anak anak ya terasa enak.”
Laut:”kemana dia?
Anjani:”siapa?”
Laut:”narasumber mu, naratama.” Laut tidak bisa menyembunyikan rasa cemburunya
(anjani tersenyum)
Anjani:”dia mau membicarakan tentang blangguan dengan kinan”
(mereka duduk berhadapan dimeja makan)
(laut yang masih kaku dan canggung)
(akhirnya dengan percaya diri anjani berbicara)
Anjani:”enak kopinya hangat ditenggorokan”
Laut:”kenapa memilih melukis cerita sita yang menyelamatkan rama”
Anjani:”subversif” ujar anjani sambil menyeruput kopi
Anjani:”aku ingin sekali perempuan tak selalu jadi korban, menjadi subjek yang ditekan, yang
menjadi damsel in distress..”
Laut:”ya.. tempo hari kau sudah menjelaskan itu.”
Anjani:”wah, kamu masih ingat ucapanku. Itu langka.”
Laut:”maksudmu?”
Anjani:”pengalamanku, lelaki jarang mendengarkan ketika perempuan bicara. Mereka gemar
memotong pembicaraan”
Laut:”percayalah, anak anak winatra sangat mendengarkan. Lelaki atau perempuan..”
Laut:”maksudku, begini, mengapa kau secara pribadi menginginkan konsep mural seperti ini?
Apa yang mendorongmu?”
Anjani:”mungkin karena aku tumbuh besar bersama banyak lelaki dirumah ku, kakak kakak ku
dan ayah ku yang cukup dominan membuat adanya suasana maskulin yang berlebihan dirumah
kami. Bayangkan bagaimana mereka memperlakukan si adik bungsu perempuan satu satunya..”
Laut:”pasti mereka menyayangi dan melindungimu..”
Anjani:”lebih tepatnya mereka membuat kawan kawan lelaki kabur sejauh jauhnya.”katanya
dengan nada jengkel
(lalu iya menghabiskan langsung setengah kopinya)

Narrator:setelah banyak mengobrol naratama muncul begitu saja

(naratama muncul dengan muka lelah dan masam)


Anjani:”hai” (Anjani menyapa prihatin)
Naratama:”what’s up? Aku balik dulu jan.”
Laut:”loh, kinan bilang apa? blangguan?”
Naratama:”aku tidak ikut.” Melirik laut dengan masam “ada tugas lain..”
(anjani menatap laut dan naratama bergantian)
(naratama mengambil tas lalu pergi dengan layu dan murung)
(*tutup tirai)
Narrator:lalu mereka pergi berangkat untuk melakukan aksi blangguan, namun aksi mereka
gagal karna banyaknya intel yang mengintai dan mengepung mereka, bahkan ketika mereka
ingin kembali ke yogya mereka harus mengendap endap masuk ke bus jurusan bungurasih, dan
sesampainya di bungurasih mereka ditahan,disiksa,dan diintrogasi dimarkas tentara, hingga
esokan harinya mereka dijemput oleh kakak anjani untuk mendapatkan perawatan dan pergi
kerumah pacet yang merupakan salah satu safehouse mereka.

3. rumah pancet(kinan,alex,daniel,anjani,sunu)
Property : meja kursi, taplak meja,perban.
Costume : costume yang dipake sebelumnya, baju baru untuk setelah mandi (kaos\kemeja)

(Mereka tiba dirumah pancet dan berdiskusi di meja makan)


Anjani:”ayo semua masuk, mandi, makan.”
Anjani:”aku juga jago masak seperti laut kok.”
Laut:”percayalah, aku akan makan apa saja. Aromanya sangat membangkitkan selera”
Kinan:”mandilah dulu, laut, lalu makan. Nanti kita jelaskan bagaimana kami bisa di safehouse
ini”
(laut beranjak pergi)
(anjani berlari berusaha menuntun laut)
Laut:”aku bisa kok” (katanya tersenyum)
Anjani:”kamu seperti zombie… wajah mu dan wajah alex hancur” suara anjani terdengar
murung (anjani tetap memegang lengan laut hingga ke depan kamar(back stage))
(yang lain pun mengikuti dari belakang)

Narrator: satu persatu dari mereka berkumpul kembali dimeja makan setelah makan mereka
kembali berdiskusi

(semuanya duduk dimeja makan)


Kinan:”ketika daniel dan aku berhasil lari dari kepungan pertama kami lakukan adalah
membuang semua bahan bahan leaflet dan banner unjuk rasa, lantas kami menelepon mahesa
kakanya anjani, yang lalu membawa kami kemari.”
Daniel:”jadi… apa yang terjadi diterminal bungurasih?”melirik laut.
Alex:”dan..” menghela napas sambil melototi daniel
Daniel:”apa aku ingin tahu saja.”
Alex :”lihat situasi dong dan”
Daniel:”baiklah maaf-
Anjani:”kalau belum siap bicara, nanti saja di seyegen nanti-” mengusap bahu laut
(laut melepas tangan anjani perlahan)
Laut:”tidak mengapa” memotong semua omongan mereka
(semua diam untuk memperhatikan ucapan laut)
Laut:”kami ditangkap, dibawa ke markas mereka, diintrogasi. Lalu kami dibawa kembali ke
terminal keesokan harinya. Kalian sudah menjemput kami.”
(beberapa menunduk dan termenung)
Laut:”kami mengalami semua yang tak terbayangkan : ditonjok, digebuk, dipukul dengan
penggaris besi setiap kali jawaban ku tidak jujur, diestrum dari jam 10 malam hingga subuh… itu
terjadi. Saya yakin apa yang terjadi pada 12 kawan lainnya juga sama.”
(kinan menggenggam tangan laut dengan kedua tangannya selayaknya seorang kakak)
Kinan:”kita tak ingin selama lamanya berada dibawah pemerintahan satu orang selama puluhan
tahun, laut. Hanya dinegara dictatorial, satu orang bisa memerintah begitu lama… seluruh
Indonesia dianggap milik keluarga dan kroninya. Mungkin kita hanya nyamuk nyamuk
pengganggu bagi mereka. Kerikil dalam sepatu mereka. Tapi aku satu hal: kita harus
mengguncang mereka. Kita harus mengguncang masyarakat yang pasif, malas, dan putus asa,
agar mereka mau ikut memperbaiki negeri yang sungguh korup, dan berantakan ini, yang
sangat tidak menghargai kemanusiaan ini, laut.”
Laut:”peristiwa ini sama sekali tidak mengurangi milintasi ku, atau kawan kawan yang lain….”
Ku melirik alex yang sejak tadi diam
Laut:”aku hanya bertanya, seandainya kami dicambuk hingga mati pun, apakah aka nada
gunanya?”
Kinan menggeleng :” saya tidak tahu. Ini memang bukan sesuatu yang pragmatis. Bukan soal
“berguna” atau “tidak berguna” (perlahan kinan melepas genggaman tangan)
Kinan:”kita tak akan pernah tahu kalau kita tak mencoba. Aku berharap, semoga tak harus
sampai memakan korban.”
Laut:”aku tak keberatan kalau harus mati, kinan. Jangan salah. Aku Cuma mempertanyakan:
kalau hingga saat ini… tahun berapa ini, 1993… tak ada satu tokoh pun yang berani menentang
secara terbuka lalu…”
Kinan:”aka nada yang muncul laut, percayalah.” (kinan berdiri)
Kinan:”mereka mungkin masih diam, tetapi tokoh tokoh oposisi akan muncul. Sementara kita
tetap menyalakan isu isu penting dikampus maupun diluar kampus.”
Kinan:”yang penting kita ingat…” suara kinan lebih berat dan serius dan mata yang bersinar
sinar
Kinan:”setiap langkahmu, langkah kita, apakah terlihat atau tidak, apakah terasa atau tidak,
adalah sebuah kontribusi, laut. Mungkin saja kita keluar dari rezim ini 10 tahun lagi atau 20
tahun lagi, tapi apa pun yang kamu alami di blangguan dan bungurasih adalah sebuah langkah.
Sebuah baris dalam puisimu. Sebuah kalimat pertama dari cerita pendekmu…”
(laut menatap kinan dengan semangat)
(anjani menatap situasi yang mulai hening)
Anjani:”ada yang mau kopi atau teh?”sambil mengusap bahu laut sekilas dan beranjak pergi
Narrator: saat kembali ke jogja mereka mendengar kabar bahwa sekarang mereka di tetapkan
sebagai buronan pemerintah dan organisasi wirasena winatra adalah organisasi terlarang.
Akhirnya mereka memutuskan untuk berpencar keluar pulau jawa agar lebih aman.
Scene monolog (latar rumah seyegen)
(mereka berkumpul sejenak dan bubar kembali
(*tutup tirai)

mereka berpindah pindah selama bertahun tahun bahkan seminggu sekali dan berganti ganti
nama samaran, lalu suatu hari kinan mengabarkan kepada mereka untuk pindah ke pinggiran
jakarta karna meluasnya pemburuan akan anggota wirasena winatra diluar pulau, mereka
menetap di rumah susun yang jauh dari perkotaan dan selama itu mereka kehilangan kontak
dengan beberapa orang termasuk sunu

4. penculikan/penangkapan terakhir
(laut,alex,daniel,kinan,gusti,mata merah,orang seibo,)
Property : meja kursi, sel kerangkeng, kamera, tali tambang, kain penutup mata,tas
ransel,handuk, pistol, darah palsu.
Costume : kemeja(didalam pakai kaos), celana jeans\yang lain,topeng seibo,kemeja hitam
celana kain hitam (orang seibo)
(*buka tirai)
(laut kembali kekamar kos dan langsung menaruh tas dan membawa anduk untuk mandi (back
stage))
(laut masuk ke stage mengusap rambutnya yang basah)
(lampu padam dan ia tidak bisa melihat apa apa)
(laut mencoba mencari senter)
(setelah itu ia menghampiri meja dapur dan mengambil gelas)
Laut : “alex dan niel ini katanya akan pulang sejam yang lalu tertelan bumi kali mereka”
(lalu terdengar suara ketuk kan pintu keras dan tak sabar)
(laut hanya melihat kearah pintu dengan was was)
(laut melangkah perlahan namun mata merah dan orang seibo sudah mendrobak masuk
mengepung laut)
(laut menatap mereka dengan nahan ekspresi cemasnya)
Laut: “mencari siapa?” (dengan nada datar yang menahan rasa cemas)
Mata merah: “tak usah Tanya Tanya, ikut saja!”
(Dua orang bertopeng seibo memegangi laut)
Laut:”kalian siapa ingin apa!”
(laut memberontak dan berteriak teriak)
(salah satu orang seibo menodong pistol ke kepalanya)
(laut berhenti memberontak dan berteriak)
(orang seibo ke tiga mengacak ngacak ransel laut)
Orang seibo 3: “benar. Dia biru laut. Sekjen winatra!”
(mata merah maju perlahan kearah orang seibo ke 3 sambil membawa rokok ditangan dan
menghembuskan asapnya ke muka laut)
Mata merah:”biru laut… aku selalu bertanya Tanya, apakah ini nama samara belaka seperti
amir zein, jayakusuma,rizal amuba. Ternyata biru laut memang nama yang diberikan
orangtuamu…” sambil tersenyum kecil
(mata merah memberi kode untuk membawa laut pergi)
(orang seibo 3 menutup mata laut)
(orang seibo itu menggiring laut untuk keluar)
(laut memberontak diam tak mau berjalan)
(Orang seibo ke 3 menendang laut hingga jatuh dan dua orang seibo itu langsung menarik laut
agar berjalan lagi)
(pergi ke back stage)

(*tutup tirai)
(*2 kursi dan meja)
Narrator: “setelah ditangkap laut dibawa kesuatu tempat yang tidak ia kenal disana ia disiksa
dan di introgasi, laut sempat melawan saat introgasi pertama yang membuat ia mendapatkan
penyiksaan yang luar biasa hingga ia tak sadarkan, esokan harinya mereka melakukan introgasi
lagi kepadanya
Orang seibo ; ” jalan lu anjing, dasar pemalas!”
(menendang punggungnya agar cepat keluar)

(mata merah menunggu sambil merokok)


(diluar sel sudah ada 2 kursi dan meja yang saling berhadapan dan secangkir kopi dan asbak)
(laut berjalan terpincang pincang dan dipaksa duduk di kursi depan si mata merah)

Mata merah :”sudah ingat, dimana tempat pesembunyian kinanti?”


(laut hanya diam lemas)
Mata merah : “winatra. Apa artinya?”
(dengan suara tenang dan berat)
(laut masih tak menjawab)
(orang seibo disebelahnya meninju perutnya)
(membuat laut terbatuk batuk)

Mata merah : “winatra dan wirasena, ini semua anak didik arifin bramantyo yang sudah
membusuk dipenjara? Masih saja kalian setiap pada anak kurus itu?”
(mata merah tertawa kecil.)
Mata merah :”laut kita berdiskusi saja. Ayo santai.”
(dia mendehem kepada orang seibo itu mengkode untuk membuka penutup mata laut)

(ia melihat sekeliling dan Daniel alex masih menggunakan penutup mata)
(ia menyodori segelas kopi itu kepala laut)

Mata merah :”minum.”


(sambil mengisap rokoknya)

(Laut hanya melihati kopinya dan memandang mata merah datar namun penuh rasa kesal)

Mata merah :”minum!”


(setengah memaksa)

(laut mengambil gelas itu dengan satu tangan yang gemetaran karna siksaan yang kemarin)
(si mata merah mematikan rokoknya yang sudah habis dan menyalakan satu lagi dan
menghembuskan asapnya kemuka laut)

Mata merah :”kenapa kalian berniat mengganti presiden? Urusan apa kalian anak anak kecil
mau mengganti presiden?”
Laut :”kalau kami memang anak kecil kenapa bapak merasa terancam?”

(orang seibo disebelahnya segera mengamparnya)


(laut mengusap bibirnya yang berdarah)

Mata merah :”winantra…”


Mata merah :”apa arti winatra?”
Laut:”membagi secara rata…”
(sambil perlahan mengangkat kepalanya yang tadi sempat menunduk)
Mata merah :”membagi secara rata? Seperti ajaran komunis, begitu?”
(katanya mencibir)
Laut : “ya nggaklah. Semua ajaran baik kan memang menyuruh kita berbagi. Ajaran orang tua,
ajaran agama, dan juga sila kelima pancasila kan juga berbicara keadilan social,”
(mata merah hanya memejamkan matanya yang barus mengirup rokok)

Orang seibo :”sok ngajarin lagi. Kalian ikut ikutan PKI? Pidato pidato arifin bramantyo kan
membela petani dan buruh. Persis PKI!”
laut :”pidatonya membela semua rakyat Indonesia yang miskin.”
(katanya dengan nada jengkel dan menyindir orang seibo)

(orang seibo sudah nyaris menghajar laut)


(namun mata merah masih menahannya dengan mendehem)
(orang seibo itu lantas kembali tegak dan bergumal)

Mata merah :”wirasena?”


Laut: “wirasena kenapa pak?”
Mata merah: “artinya…”
Laut: “sang pemberani.”
(dengan nada tegas dan menekan)

(mereka tertawa sangat keras sampai sampai orang yang tengah mengintrogasi alex dan Daniel
menoleh)

Mata merah :”mereka memang sok berani, kepingin mencabut lima undang undang politik.”
(mengusap air matanya saking gelinya.) “gila anak anak ini”
Orang seibo :”bosmu sudah tertangkap. Dia sudah membusuk dicipinang sana bersama xanana.
Hei… kalian coba ceritakan urusan apa dengan anak anak timtim, he? Urusan tanah air saja
nggak beres, kalian ikut ikutan urusan di timtim”

mata merah :”begini… terserah kamu mau bungkam atau bersuara kinanti akan tertangkap
suatu hari!”
(sambil menyuruh orang seibo kembali mengikat laut kekursi)
mata merah :”Daniel,alex,kinanti,bramantyo,sunu,Julius,narendra,gusti,dan biru laut…” (sambil
memandangi rokok ditanganya)
mata merah :”juga para pelukis teman kalian… para seniman”
(sambil tersenyum angkuh pada laut, laut sontak mematung menatap mata merah ketika iya
menyebutkan kata seniman yang mengarah jelas pada anjani)
mata merah :”…dan tentu saja si kecil manis anjani.”

(laut mengguncang guncang tangannya yang diikat kekursi begitu juga dengan tanganya)
Orang seibo :”apa gua bilang? Pacarnya itu si kecil anjani. Bukan kinan mana…”

(mata merah menyundutkan rokoknya ke lengan kiri kanan laut, telapak tangan kanan kiri
secara bertahap)
(laut memberontak dan berteriak)

Mata merah :”bayangkan kalau kulit anjani yang putih itu aku perlakukan seperti apa.”
(laut berusaha menahan emosinya agar tidak murka)
Mata merah:” cara menyunduti pacar mu itu ada seninya.”
(tersenyum kepada laut)
Mata merah:”mula mula, aku akan menyundut ujung kakinya yang putih dan mungil itu. Lalu,
perlahan naik ke betisnya… cus.. cus..”
(sambil menyundut pipi laut, laut menjerit jerit memberontak)

(laut mulai mengerang)


Laut:”BAJINGAN!”(laut sontak berdiri dengan sekuat tenaga yang masih terikat dikursi)
(orang seibo itu menendang dan menginjak injak laut hingga tak sadarkan diri)
Narrator: setelah nya laut terbangun lagi dan sang mata merah dan anak buahnya melanjutkan
introgasi yang dibarengi oleh penyiksaan itu. hingga akhirnya, laut dipindahkan ke sel yang
berbeda kali ini memiliki empat sel. Disana sudah ada Daniel alex dan sunu, Laut yang masih tak
sadarkan diri di lempar kesalahsatu selnya.

(laut sudah tak mengenakan penutup mata)


(laut yang tadi nya tidak sadar mulai sadar perlahan lahan)
(sudah ada suara sunu yang memanggil manggil laut)

Sunu : “laut! Laut! Laut! Laut! Laut!”

(laut sontak bangun dan mendekati sel sunu)

Laut:”sunu!!”
Sunu:”ah syukur… syukur… sebelahmu siapa?”
laut:”ndak tahu…bangun bangun aku sudah disini. Piye, nu?”
sunu:”lha.. awakmu piye, laut?”
alex:”alex nu”
(laut masih menggosok gosokan matanya yang masih buram)
Sunu:”Daniela?”
Daniela:”hadir”
Sunu:”sebelah kiri kananmu siapa, el?”
alex:”aku, laut”

(setelah itu mereka semua kembali termenung)


(salah satu orang seibo setangah melemparkan makanan kedalam sel merek)
Laut:”nu”
Sunu:”yo”
Laut:”sudah berapa lama kau disini?”
Sunu:”sejak aku diambil… aku lupa kapan.”
Alex:”awal maret”
Laut: “sekarang… kira kira tanggal berapa to, nu? Ada yang mencatat?”
Alex :”sekarang kemungkinan sudah tanggal 19 maret 1998”
Daniela:”kok tahu?”
Alex:”aku menggores dinding dengan tusuk gigi untuk menghitung hari.”
Sunu:”bagaimana kau tahu sudah berganti hari?”
Alex:”setiap kali dia menyalakan musik jelek itu artinya sudah pagi. Itu perkiraan ku saja karna
tampaknya dia ingin kita semua bangun”
Daniela:”kok bisa dapat tusuk gigi”
alex:”nggak tahu, ada ditoilet!”
Daniela:”ngana kobok kobok air jamban?brr…”
(dengan jijik)
Alex:”jangan sok borju, coy!”
Laut:”kinan dimana ya nu?”

(hening)

Sunu:”aku betul betul tidak tahu, laut. Dia tidak pernah dibawa ketempat ini. Aku ras./a dia
masih diluar karena mereka bulak balik bertanya tentang kinan.”
Daniela:”makanlah dulu”
(sambil membuka bungkus nasi)

(akhirnya mereka makan)

Daniela:”laut, kemana naratama selama ini?”


Laut:”aku tak tahu, el. Kata kinan, dia ditugaskan kesana kemari
Sunu:”curiga?... karna dia tak ada disini?”
Alex:”ya, dia tidak pernah ditahan. Satu satunya yang selalu luput.”
Alex:”rokok dong..”
(meminta kepada seibo yang menjaga didepan sel mereka)
Daniela:”heh!”
(Daniela terkejut dan berusaha menahan teriakannya ketika orang seibo itu berdiri
menghampiri alex)

(orang seibo itu mulai menawarkan satu satu kepada mereka)


(hanya alex yang mengambil rokokny dan mulai merokok)

Daniela:”yakin itu rokoknya nggak ada racun?”


(semua mulai murung dan kesal karna Daniela merusak suasana)
(tiba tiba orang seibo lain masuk dan menyeret paksa Daniela keluar)
(alex tak kuasa menahan emosinya dan mulai memegangi tangan Daniel dari dalam sel)

Alex:”bajingan mau kalian apa kan, kalian mau apa!”


(sambil berusaha meraih Daniela yang sontak di tampar tangannya oleh orang seibo)
Alex:”el mau dibawa ke mana, nu? Mau diapakan dia!!”
(alex berteriak dengan suara parau sambil)
Alex:”dia pasti akan kembalikan nu?”

(Semua diam merenung)


(alex berteriak teriak sambil memukul lantai)

Laut:”lex.. lex.. tenang, lex” kita baru saja dibawa kesini mungkin mereka mau mengintrogasi
saja

(alex mulai diam dan merenung)


Narrator : Daniela diintrogasi selama berjam jam akhirnya dibawa kembali kedalam sel. Ia
membawa berita untuk semua..

(daniela dilempar kembali kedalam selnya)


Alex:”niel…”
Sunu:”niel..”
Daniela:”ya…”
Sunu:”pakai kain yang didekat mu itu sebagai selimut”

(Daniela segera menurutinya)

Sunu:”niel… kamu diapakan?”


Daniela:”aku diintrogasi oleh aparat perempuan sambil disiram air es berkali kali”

(laut Manahan rasa kesalnya)

Daniela:”kinan… sudah tertangkap laut”

(alex berteriak kesal sambil memukul lantai)

Laut:”apa kata mereka?”


Daniela:”mereka hanya mengatakan kinan sudah terjaring. Mereka bertanya siapa yang
mendanai aksi kita dan siapa yang berada diatas kinan dan bram”

Narrator: mereka semua mendapat gilirannya untuk diintrogasi kecuali laut, introgasi tersebut
berlangsung hingga keesokan harinya
(terdengar suara music box si orang seibo)
(sunu langsung mengabsen semua)
Sunu:”alex”
Alex:”hadir!”
Sunu:”Daniela”
Daniela:”ya..”
Sunu:”laut”
laut:”mau mati”
Sunu:”eh kenapa kenapa… music goblok iki.”

(tiba tiba terdengar suara gerendel pintu)


(dua orang seibo menggiring naratama yang sudah babak belur tak berdaya)
(semua orang sontak berdiri mencengkram terali)
(berteriak memaki maki)
(dua orang seibo itu membuka sel sunu dan melempar naratama ke dalamnya dan menggiring
sunu)
(sunu berusaha memberontak)
(semua orang berteriak memanggil nama nya)

Laut:”SUNU….SUNU…!!”
Laut:”ANJING KALIAN! Sunu mau dibawa ke mana?!”

(orang seibo itu menonjok laut hingga tak sadarkan diri)

Alex:”bajingan mereka!” (sambil kembali duduk)


Daniela:”jadi… kau terjaring bersama kinan?” (bertanya kepada naratama)
Naratama:”ya..” (dengan suara letih dan kecil)
Daniela:”kau tahu dia dibawa kemana?”
Naratama:”nggak… sejak dijaring , kami dipisah. Mobil kami terpisah aku nggak tahu dia dibawa
kemana.”
Alex:”kau baringkan saja tubuh mu”
Naratama:”laut..” (laut masih tak menyaut)
Naratama:”laut..” (Laut hanya menghela napas)
Naratama:”anjani terus menerus mencari informasi tentang engkau laut.” (laut tercekat)
Naratama:”adik mu, orang tuamu, dan anjani setiap hari mencarimu ke sana kemari. Kinan dan
aku senantiasa memperoleh informasi melalu abi dan hamdan. Kami tidak bisa berada di area
Jakarta pusat” (alex mendehem memberi kode agar naratama tidak terlalu bicara banyak karna
ada diorang seibo diluar)

(laut tetap diam bahkan berusaha untuk tertidur)


(saat ia tidur beberapa saat kemudian si orang seibo masuk dan menggiring laut keluar)

Alex:”laut..!!laut…!!”
(laut hanya diam lemas tak berkutip)
Daniela:”brengsek! Lepaskan laut!”

(tutup tirai (Kosongkan stage hanya ada 2 kursi dan meja)


(selesai introgasi)
(laut dipaksa untuk jalan kembali ke sel bawah tanah)
(orang seibo lain menendang nya)
(laut tersungkur dan berusaha bangun)

Gusti :”halo biru laut”


(laut menoleh gusti memotre nya dengan blitz sambil tersenyum)
(orang seibo memaksanya berdiri kembali)
(orang seibo menggiring laut)
(laut berusaha berteriak namun suaranya sudah habis)
(gusti masih saja memotret)

Laut:”anjing! Berhenti kau!anjing!!”(dengan suara yang tak jelas karna suaranya sudah hilang)
Gusti:”kenapa laut? Sik sik to… laut mau ngomong sama aku…”
(dengan nada angkuh ia membungkukan badannya dan mendekatkan telinganya kemulut laut)
Laut:”persetan kau.. pengkhianat!”
(dengan kesal dan sekuat tenaga laut berusaha berteriak)

Gusti:”tsk.. aku paham perasaan mu laut..”


(gusti langsung berdiri tegak dan mengusap ngusap telinganya dan masih tersenyum masam)

(orang seibo hanya tertawa dan membawa laut kembali ke selnya)


(tutup tirai)
(orang seibo melempar laut kembali ke sel)

Daniela:”laut… oh,aku lega kau kembali.. makanlah dulu laut”


Daniela:”jam berapa.. alex?hari apa?”
Alex:”ini sudah tanggal 16 april 1998. Jam empat sore..”
alex:”laut.. kau gosok gosok tanganmu biar hangat. Itu yang biasanya kami lakukan kalau
sedang mencari ikan di pagi buta…”
naratama:”laut… tolong jawab laut”
Laut:”alex, Daniel,tama..”

(semua terdiam kecuali alex)

Alex:”ada apa laut?”


Laut:”aku bertemu gusti mengenakan kemeja batik dengan kamera blitznya sibuk memotreku
selama disiksa…”(dengan nada agar mengigil dan dengan posisi tertidur sambil meringkut)
(semua kembali hening)

Alex:”laut.”
Laut:”ya.”
Alex:”kau yakin yang kau lihat gusti suroso?”
Laut:”ya. tidak lain, tidak bukan, gusti dengan kamera dan blitznya”
(masih sambil tiduran)
Alex:”kita kebobolan… bagaimana kinan tidak mecium kehadiran musang itu.”
Daniela:”jangan hina musang, binatang itu jauh lebih baik dan berguna daripada bangsat itu.”
Laut:”ular. Dia lebih cocok disebut ular, merayap, melilit, dan mengigit sembari mengirim
beberapa tetesan racun yang mematikan.”
Naratama:”kalian terlalu sibuk mencurigai aku, sehingga pengkhianat sesungguhnya lolos”
(dengan suara yang masih letih dan lemas)

(suasana hening)

Daniela:” sebetulnya , siapaka gusti yang kita kenal? Bapaknya berkerja di BUMN, makanya dia
punya duit dan selalu menyediakan barang barang dimarkas kita . ibunya pemilik salon kecil.
Tapi selebihnya?”
Alex:”dia pernah keceplosan katanya dua minggu nggak nongol karena anak pamannya
menikah.”
Daniela:”terus?”
Alex:”pamanya katanya jendral polisi…”
Naratama:”hah?”
Alex:”kita tidak bisa memusuhi seseorang karna pekerjaan ayahnya, kalau begitu nanti sama
saja dengan pemerintah yang sekarang sedang kita lawan.”
Daniela:”betul”

(suasana kembali hening)

Laut:”lex..”
Alex:”ya.”
Laut:”kalau sampai aku diambil dan tidak kembali…”
Alex:”halah taik, jangan ngomong begitu!”
laut:”kalau sampai aku diambil dan tidak kembali, sampaikan pada asmara, maafkan aku
meninggalkan dia ketika bermain petak umpet… dia akan paham. Aku akan selalu mengirim
pesan kepadanya melalui apapun yang dimiliki alam. Dan sampaikan pada anjani.. carilah kata
kata yang tidak terungkap didalam cerita pendekku…”
alex:”ya.”

(terdengar suara gelender pintu)


(orang seibo dan mata merah membawa laut pergi)
(semuanya berteriak memanggil laut dan berteriak kesal memaki orang seibo bahkan naratama
juga ikut berteriak)
(mereka menutup mata laut)

Mata merah :”jalan sana.. mati lu”


Laut:”kita akan kemana?”
Mata merah:”kemakam masing masing!”
Mata merah:”ke laut, sesuai namamu . ke kuburanmu!”
(sambil menyeret laut keluar)

(*tutup tirai stage bersih)


(#suara pistol ditembakan dan suara terjatuh ke air)
(*buka tirai)

(laut tertidur di tengan stage lalu terbangun ditengah stage)


(melihat kursi yang sudah ada fotonya)
(mengambil fotonya)
(puisi laut) :
di hari kematianku
Nyalakan apimu
Karena satu jiwa yang kandas
Tak akan menghilangkan
Rindu pada keadilan

Dihari kematianku
Genapkan malam malam itu
Menjadi pagi
Yang penuh kepal ke udara
“ingin kukatakan, kita telah merdeka”

Mata yang lapar


Perut yang gusar
Burung yang tertembak
Jiwa yang merangkak

Tak mungkin kita tak bersuara


Tak mungkin kita tak menyala nyala
Tak mungkin kita tak meniup serumai

Maka dihari kematianku, kawan


Pastikan suaraku datang laut
Pastikan jiwaku menjadi bagian dari api
Pastikan ruhku menghidupi sajak ini
Biarkan kata kata ku meniupka roh perlawanan ini
Narrator:ketika itu laut menghilang keluarganya dihari minggu sore itu sedang bersiap untuk
makan bersama seperti biasanya dan menunggu laut untuk pulang.

5. rumah kediaman keluarga laut


properti: 4 kursi, meja makan, piring, gelas taplak meja
costume :
ibu (baju gamis)
asmara (bebas rapih bersih)
anjani (bebas)

Ibu:”Mara, cepat bawa kan piring gelas nya nanti mas laut keburu datang”
Mara:”iya…”
(dengan suara khawatir dan menahan sedih karna tau kakanya itu tak akan kembali)
(selesai menata meja makan ibu duduk dikursi sambil berusaha menelepon)
(mara duduk disebelahnya)
Ibu:”aduh mas mu ini loh, susah sekali dihubungi.”
(memencet telepon dan menelepon lagi)
Ibu:”halo.. iya pak ini mas laut sudah sekali ditelepon anaknya, mana tidak ada kabar sama
sekali”
(menelepon bapak)

Narrator:sudah hampir 2 jam mereka menunggu laut tak kunjung muncul

(mara hanya diam menahan kepalanya dimeja makan)


(ibu yang sedari tadi menunggu dekat pintu sambil menelepon bapak)
Ibu:”iya toh pak ibu ndak tau mas laut kemana ini sudah dari tadi nunggu
Bapak:”iya bu bapak tau, tenang dulu mungkin macet, atau dia telat karna kelas”
Ibu:”ndak bisa pak, mas laut berbulan bulan gk ada kabar, ibu gk bisa tenang”
Bapak:”yasudah yasudah coba mara dan kamu makan duluan saja, bapak coba hubungi mas
laut”
Ibu:”aku ngga bisa hubungi dia pak, ibu sudah dari tadi loh coba telepon, nda ada jawaban”

(mara mulai mengusap air matanya dan kembali ke kamarnya)


(back stage)
(tiba tiba anjani masuk dari pintu depan)
Ibu:”loh anjani?”
(anjani tersenyum)
Ibu:”masuk masuk… ada perlu apa”
Anjani:”hanya ingin bertemu mara dan menjenguk mas laut.”
Ibu:”loh malah sekarang kami sedang bingung kemana mas laut”
Ibu:”sudah berbulan bulan tak ada kabar”
anjani:”saya kesini juga karna tidak dapat kabar bu”
Ibu:”yasudah kita tunggu bersama sini makan bersama. Mara ayo sini ada anjani”

(asmara masuk)
(asmara duduk di kursi sebelah kursi mas laut)
(anjani yang ingin duduk di kursi laut)

Ibu:”anjani jangan duduk disitu.. kalau mas laut pulang dia duduk dimana?”
(sambil menunjuk kursi)
(Anjani sontak duduk dikursi lain)

Narrator :”setelah menunggu sangat lama laut tak kunjung muncul,


(*tutup tirai stage bersih)
karna kekhawatiran itu keluarganya mulai mencari informasi tentang laut, selama berbulan
bulan hingga bertahun tahun. mereka mencari kemana laut berada sementara satu persatu
kawan nya sudah kembali kerumahnya dengan selamat seperti alex,daniel dan naratama.
(*anjani,asmara, ibu menyebarkan selembaran dan menanyakan ke komnas orang ilang)
Dan kehawatiran mereka bertambah pada suatu sore ibu mendapatkan telepon bahwa terjadi
kecelakaan pada bapak
(ibu menelepon dan mulai terjatuh lemas dan menangis asmara berlari menghampiri ibu)
Asmara:”bu bu, kenapa bu?”
(kata asmara dengan suara panik dan sambil memeluk ibu)
Namun kepergian bapak bukan melemahkan asmara dan sebaliknya hal itu menumbuhkan
semangat dan amarah akan kebenaran yang membuat ia tegar dan tetap menuntut jawaban
atas kematian mas laut
(*tutup tirai)
Setelah mengetahui bahwa kawan kawan laut sudah dibebaskan asmara segera mencari
informasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi lewat alex, yang memang dekat dengan nya.
(*buka tirai)
(*2 kursi dan meja)
(mereka berdua menunduk tau bahwa hal terberat apa yang akan disampaikan oleh alex)
Alex:”kami disekap, di introgasi dan disiksa selama berbulan bulan, dalam sebuah markas yang
bahkan kita tidak tau dimana. Kami sudah curiga dari awal sunu dibawa entah kemana dan tak
kembali lagi. dan setelah introgasi entah keberapa kali, mereka membawa mas laut keluar dari
sel, ia penuh amarah yang menggebu gebu, tapi kondisinya yang melemah membuat ia tak bisa
memberontak. Mara aku tak ingin kau mendengar ini aku ingin kau menganggap mas laut
hanya memulai kehidupan yang lebih baik entah dimana pun itu, tapi.. mereka mengatakan hal
sebaliknya bahwa mas laut sudah kembali pulang ketempat yang menjadi rumahnya sekarang..
laut..”(alex mengatakan dengan nada halus sambil memegang tangan mara dengan mata
berkaca kaca)
(mara hanya termenung menatap kosong kedepan merasakan kehancura yang mendalam
dalam dirinya hingga meluap menjadi air mata)
(alex segara berdiri dan menghampiri mara dan membiarkan mara menyender ke badannya
dan menangis)
(*tutup tirai)

6. PELEPASAN
Property: foto laut, sunu,kinan,kursi, bunga(untuk asmara), jaket denin (untuk anjani)
Costume : baju serba hitam
AUDIO ASMARA JATI :
(*awal scene hanya asmara)
(asmara membawa mawar dan mendekati kursi yang berisi foto laut dan menaruh mawar dia
atasnya sambil menangis)
(ibu dan yang datang dan memeluk asmara yang sedang memeluk bingkai foto laut)
Pada kamis keempat diawal tahun 2007 itu, dibawah mata hari senja, dihadapan istana Negara
kami berdiri dengan baju hitam dinaungi payung hitam. Kami tak berteriak atau melonjak,
melainkan bersuara dalam diam.
Ini sebuah langkah baru bagi ibu. Seperti anjani ibu perlahan telah membuka pintu jagat yang
selama ini tertutup dan bergabung bersama kami menuntut jawaban. Aku merasa dari
tempatnya yang disebut “aman dan tentram” mas laut dan mungkin juga bapak, sedang
tersenyum memperhatikan kami semua.
(lalu mereka sama sama memandangi foto foto yang berada dikursi)
(mereka pergi meninggalkan anjani yang sedari tadi membawa jaket laut)

Audio anjani :
Laut ku yang biru, ketika akhirnya kami semua sama sama sepakat mengadakan upacara
pelepasan kalian yang hilang. Tiba tiba saja dunia berubah. senja itu, setelah kami mengantar
kalian ketepi laut, membawa foto, buku, cerita pendek karyamu puisi mas gala bunga dan lilin
yang menjadi harapan penerangan bagi kami. Ini sesuatu yang penting untuk dilakukan melalui
pembicaraan yang panjang dan berliku.

Kami mendengar beragam versi tentang nasibmu, nasib sunu, mas gala, kinan, narendra, dan
yang lain. Tapi kami memutuskan untuk cenderung percaya kalian bersatu dengan laut. Bersatu
dengan laut.. ini juga berarti aku harus menerima bahwa kamu sudah menyatu dengan birunya
laut. Mungkin kamu sudah tersebar kemana mana seperti kata mu suatu hari “anjani, jenguk
saja pucuk daun dan rintik hujan. Aku berada di antaranya.”

Dan sejak hari itu, tiba tiba saja aku merasakan kehadiran mu, kau bukan saja berada
dipepohonan dan tampil di bayang bayang air hujan, tetapi kau masih hadir di mana mana
seperti sebuah potongan potongan film yang tak beraturan dan tidak kronologis.

Laut, bukankah laut hanya bersifat pasang dan surut tetapi tak pernah terhapus sebagai bagian
dari alam? Kamu tak akan pernah bisa terhapus dari diriku, dan aku juga tak akan mungkin bisa
menoleh kepada orang lain.

Tetapi semua itu sama sekali tak bisa kuucapkan, karena kamu sudah pergi…
Laut, jangan pergi dulu. Kau harus mengenakan jaket ini karena kemana pun kau pergi akan
selalu terasa dingin. Aku berjanji kelak mencarimu dipucuk daun atau rintik hujan…
(sambil memeluk erat jaket denin laut)
THE END

Anda mungkin juga menyukai