kinan :”kok diam, ayo pesan!”kata nya sambil mengunyah dengan asyik
kinan:”kangen tengkleng ya” katanya ketika melihatku meminta tambahan kuah gulai
laut : aku tersenyum “tengkleng buatan ibuku tak ada tandinganya sejak kecil asmara dan aku iku
membantu memasak” kataku
Kinan:” sebenarnya mengapa kamu memilih untuk berkuliah di jogja tidak di UNS saja”
(Seketika laut terdiam)
Laut:” aku ingin bertemu dan bertukar pikiran dengan anak muda Indonesia yang memilih
berkumpul di UGM dan mengutarakan ide ide besar.”
(kinan tertawa besar.)
Kinan:”kamu harus membedakan mereka yang bermulut besar,omongan besar,dengan mereka
yang memang serius ingin memperbaiki negeri ini.” Sambil menyelesaikan suapan terakhir
sambil mengeluh karna lapar “ah masih kurang”
(laut yang masih saja makan)
Kinan:”lalu apa yang ingin kau lakukan dimasa yang akan datang?”
(laut terdiam)
Kinan:”dan apa yang kau bayangkan tentang Indonesia 10 tahun lagi, apakah kita akan terus
menerus membiarkan rezim soeharto berkuasa selama lamanya atau apakah kamu ingin
berbuat sesuatu?”
(laut menganga mendengar pertanyaan sebesar dan seberat itu )
Laut:”aku mahasiswa semester tiga fakultas sastra inggris- “ (Kata laut dengan agak gugup)
Kinan:”yang diam diam membaca buku pramoedya bukan hanya karena estetika sastra, tetapi
karena ada suara lain yang mendorongmu!”
Laut:”mungkin karna aku ingin belajar menulis seperti beliau seperti para penulis lainnya yang
begitu fasih berekspresi”katanya perlahan
Kinan:”laut, aku yakin suatu hari kau akan menjadi penulis besar” sambil menatap laut
“beberapa tulisanmu kubaca dan untuk mahasiswa seperti mu, kamu menggali dengan dalam.
Bahasamu tidak klise. Aku sangat yakin kamu bukan hanya ingin menulis tentang awan
gemawan atau bulan sabit yang di temanis ranting disebuah malam.”
Laut: “apa yang bisa kita lakukan sebagai mahasiswa hijau ditengah guncangan rezim yang
kokoh dan kuat ini?
(kinan tersenyum)
Kinan: “kau tahu apa yang terjadi saat aku masih mahasiswa hijau? (laut menggeleng)
Kinan:”Bram dan aku pernah ditahan bersama beberapa kawan lainnya ketika menemani warga
kedung ombo”
(laut terdiam dan benar benar berhenti mengunyah)
Kinan:”mereka ditipu dengan uang ganti rugi yang tidak sesuai ada yang sudah putus asa
adanya masih bertahan dan mengalami intimidasi. Kami mendampingi mereka yang bertahan,
ikut membantu membangun kelas darurat untuk anak anak dan rakit untuk transportasi”
Laut:”lalu apa alasan mereka menangkap kalian?”
Kinan:”alasan menahan dan menyiksa tak pernah penting dimata mereka, laut. Hanya beberapa
pekan setelah kegiatan itu kami ditahan sekitar tujuh orang, satu per satu diintrogasi dan
ditempeleng, disiram air, dan ditelanjangi.
(laut tercekat)
Laut:”kau juga?”
Kinan:”mira dan aku digarap aparat perempuan. Kami tidak sampai ditelanjangi, tapi mereka
berteriak teriak tepat di telinga kami. Menanyakan siapa pimpinan kami,siapa yang menghasut
penduduk untuk melawan. Demikian bahasa aparat”
Laut:”aku teringat sebuah esai foto majalah tera… foto pertama dalam serial itu sebuah tangan
menunjuk suatu arah, foto kedua penduduk kedung ombo. Foto foto itu hingga kini menggangu
ku”
(kinan tersenyum)
Kinan:”ya aku ingat beberapa wartawan yang kesana pun sering dibuntuti intel”
(tiba tiba kinan menangkap seseorang yang dipojok warung.)
Kinan:”tama? Ayo gabung
naratama:”hai” dengan mulut penuh dan mengangkat tangannya
Kinan:”itu naratama, seangkatan dengan ku difisip. Jarang kuliah, lebih sering wara wiri digang
rode bersama yang lain”
(laut mengangguk pada tama dari jauh sambil tersenyum)
(naratama membalas dengan senyuman)
Kinan:”ayo selesaikan makan siangmu, aku ingin memperkenalkanmu pada seseorang.”
(*tutup tirai)
Narrator : akhirnya laut bertemu dengan arifin bramantyo yang merupakan pelopor wirasena
winatra. Wirasen winatra merupakan sebuah organisasi mahasiswa dari berbagai jurusan
ataupun universitas, yang dimana organisasi itu banyak berdiskusi tentang buku dan berbagi
gagasan pikiran mereka, bukan hanya itu mereka juga berbicara mengenai konsep yang hendak
mereka lakukan untuk menentang doktrin pemerintahan orde baru, yang menjabat 30 tahun
itu. Dan secara resmi laut bergabung ke wirasena winatra. Mereka melakukan perkumpulan itu
disebuah rumah sederhana yang mereka sebut rumah seyegen
Narrator : mereka semua berkumpul dan mulai berdiskusi tentang usaha melawan doktrin
pemerintah yang sudah dijejalkan kepada mereka sejak orde baru berkuasa
Naratama:”tetapi suatu saat kita harus bergerak. Tak cukup hanya sibuk berduel kalimat disini.
Kita sudah harus menjenguk apa yang sudah dilontarkan oleh petisi 50 dan beberapa tokoh
tokoh yang mengekritik lima paket undang undang politik. Kita adalah generasi yang harus
bergerak, bukan hanya mendiskusikan undang undang yang mengekang kita selama puluhan
tahun dibawah tekanan satu jempol”
(mereka semua mengangguk)
Narrator : lalu mereka melanjutkan diskusi dengan topic yang berbeda pengalaman pak razak
seorag yang belasan tahun di pulau buru dan kembali kejakarta untuk tetap dianggap sebagai
musuh Negara, tentang istri, anak anak, dan kaka adiknya yang masih sulit mencari nafkah
hingga harus mengubah nama nya agar tidak terlalu terlihat bahwa mereka ada hubungannya
dengan seseorang bekas tahanan politik dari pulau buru.
Pak razkak:”masih berharap suatu hari, entah kapan keadilan akan tiba.” Demikian dia menutup
pengantar diskusinya.
(terdengar suara naratama mengomentari dengan pesimisme dan keangkuhannya)
Kinan:”bicaralah naratama! Jangan hanya mendengus” (kinan yang sudah tak bisa Manahan
emosinya)
(yang lain mulai menciut mendengar itu )
Naratama:”saya hanya pesimistis. Kawan kawan kita yang hanya berdiskusi karya pak pram saja
sekarang sudah dipenjara, bagaimana kita bisa berharap para tapol dan keluarganya akan
memperoleh keadilan, rehabilitasi nama, dan pemulihan jiwa? Bukan pak razak saja, tetapi
jutaan korban yang dibunuh pada tahun 1965 sampai 1966..”
Kinan:”itu pertanyaan kita semua, tama. Itulahsebabnya kita berdiskusi, mendata, dan melawan
sejarah palsu buatan mereka dengan terus mengumpulkan kesaksian lisan dari orang orang
seperti pak razak”
(alex dan gusti sedang memotre moment diskusi yang berbeda gusti memakai blitz)
(dari jauh Daniela menggerutu)
Daniela:”inilah mengapa aku tak percaya apa pun dikatakan tama”
Gusti:”maksudmu… tak percaya bagaimana, el?”
Sunu:”maksud Daniela, tama terlalu berapi api. Ada sesuatu yang aneh dibalik api itu” kata
sunu dengan suara pelan
(lalu laut,alex,sunu,gusti,Daniela menatap naratama dari jauh dengan rasa tak nyaman)
(*tutup tirai)
Narrator:malamnya setelah berdiskusi
(naratama sedang berusaha mengobrol dengan anjani dengan bahasa sok puitisnya)
(laut dan alex sedang membuat kopi)
(laut masih memandangi naratama dan anjani)
Alex:”laut cepat masukan airnya”
Laut:”oh iya”(laut langsung membuka termos)
(mereka sibuk membuat kopi saat tiba tiba anjani muncul)
Anjani:”aduh asik sekali. Mau dong..”
(laut yang membelakangi anjani terdiam karna gugup)
(dengan lincah anjani mengambil gelasnya dan menyicipinya)
(laut sekarang mematung dan menatap wajah anjani)
Anjani:”laut ini enak sekali. Kopinya sangat hangat seperti ditambah jahe”
(alex mengambil gelas kedua gelas)
Alex: “ini buat Daniel dan aku saja, kalian buat sendiri sana”
(laut langsung sergap menyiapkan satu bungkus kopi,susu dan memotong jahe)
Anjani:”oh, inikah rahasianya?”
Anjani:”susu dan potongan jahe?”
(anjani menenggadah)
(laut masih tak sadar hingga kalimat kedua)
Laut:”bisa juga ditambahin kayu manis… tapi tadi ditukang sayur…”
(ia menatap anjani kaku)
(anjani tertawa kecil karna laut yang tak bisa menyelesaikan ucapannya)
Anjani:”kata tama. Selain membuat minuman kau juga suka memasak untuk kawan kawan.
Kalau ada waktu dan ada bahan. Seadanya..”
(menyelesaikan membuat kopi)
Anjani:”kata tama nasi goreng buatan mu enak sekali”
Laut:”biasa saja. Mungkin karna aku memperhatikan bumbu. Apa yang ada didapur minim ini,
aku bikin sebisaku, dan untuk anak anak ya terasa enak.”
Laut:”kemana dia?
Anjani:”siapa?”
Laut:”narasumber mu, naratama.” Laut tidak bisa menyembunyikan rasa cemburunya
(anjani tersenyum)
Anjani:”dia mau membicarakan tentang blangguan dengan kinan”
(mereka duduk berhadapan dimeja makan)
(laut yang masih kaku dan canggung)
(akhirnya dengan percaya diri anjani berbicara)
Anjani:”enak kopinya hangat ditenggorokan”
Laut:”kenapa memilih melukis cerita sita yang menyelamatkan rama”
Anjani:”subversif” ujar anjani sambil menyeruput kopi
Anjani:”aku ingin sekali perempuan tak selalu jadi korban, menjadi subjek yang ditekan, yang
menjadi damsel in distress..”
Laut:”ya.. tempo hari kau sudah menjelaskan itu.”
Anjani:”wah, kamu masih ingat ucapanku. Itu langka.”
Laut:”maksudmu?”
Anjani:”pengalamanku, lelaki jarang mendengarkan ketika perempuan bicara. Mereka gemar
memotong pembicaraan”
Laut:”percayalah, anak anak winatra sangat mendengarkan. Lelaki atau perempuan..”
Laut:”maksudku, begini, mengapa kau secara pribadi menginginkan konsep mural seperti ini?
Apa yang mendorongmu?”
Anjani:”mungkin karena aku tumbuh besar bersama banyak lelaki dirumah ku, kakak kakak ku
dan ayah ku yang cukup dominan membuat adanya suasana maskulin yang berlebihan dirumah
kami. Bayangkan bagaimana mereka memperlakukan si adik bungsu perempuan satu satunya..”
Laut:”pasti mereka menyayangi dan melindungimu..”
Anjani:”lebih tepatnya mereka membuat kawan kawan lelaki kabur sejauh jauhnya.”katanya
dengan nada jengkel
(lalu iya menghabiskan langsung setengah kopinya)
3. rumah pancet(kinan,alex,daniel,anjani,sunu)
Property : meja kursi, taplak meja,perban.
Costume : costume yang dipake sebelumnya, baju baru untuk setelah mandi (kaos\kemeja)
Narrator: satu persatu dari mereka berkumpul kembali dimeja makan setelah makan mereka
kembali berdiskusi
mereka berpindah pindah selama bertahun tahun bahkan seminggu sekali dan berganti ganti
nama samaran, lalu suatu hari kinan mengabarkan kepada mereka untuk pindah ke pinggiran
jakarta karna meluasnya pemburuan akan anggota wirasena winatra diluar pulau, mereka
menetap di rumah susun yang jauh dari perkotaan dan selama itu mereka kehilangan kontak
dengan beberapa orang termasuk sunu
4. penculikan/penangkapan terakhir
(laut,alex,daniel,kinan,gusti,mata merah,orang seibo,)
Property : meja kursi, sel kerangkeng, kamera, tali tambang, kain penutup mata,tas
ransel,handuk, pistol, darah palsu.
Costume : kemeja(didalam pakai kaos), celana jeans\yang lain,topeng seibo,kemeja hitam
celana kain hitam (orang seibo)
(*buka tirai)
(laut kembali kekamar kos dan langsung menaruh tas dan membawa anduk untuk mandi (back
stage))
(laut masuk ke stage mengusap rambutnya yang basah)
(lampu padam dan ia tidak bisa melihat apa apa)
(laut mencoba mencari senter)
(setelah itu ia menghampiri meja dapur dan mengambil gelas)
Laut : “alex dan niel ini katanya akan pulang sejam yang lalu tertelan bumi kali mereka”
(lalu terdengar suara ketuk kan pintu keras dan tak sabar)
(laut hanya melihat kearah pintu dengan was was)
(laut melangkah perlahan namun mata merah dan orang seibo sudah mendrobak masuk
mengepung laut)
(laut menatap mereka dengan nahan ekspresi cemasnya)
Laut: “mencari siapa?” (dengan nada datar yang menahan rasa cemas)
Mata merah: “tak usah Tanya Tanya, ikut saja!”
(Dua orang bertopeng seibo memegangi laut)
Laut:”kalian siapa ingin apa!”
(laut memberontak dan berteriak teriak)
(salah satu orang seibo menodong pistol ke kepalanya)
(laut berhenti memberontak dan berteriak)
(orang seibo ke tiga mengacak ngacak ransel laut)
Orang seibo 3: “benar. Dia biru laut. Sekjen winatra!”
(mata merah maju perlahan kearah orang seibo ke 3 sambil membawa rokok ditangan dan
menghembuskan asapnya ke muka laut)
Mata merah:”biru laut… aku selalu bertanya Tanya, apakah ini nama samara belaka seperti
amir zein, jayakusuma,rizal amuba. Ternyata biru laut memang nama yang diberikan
orangtuamu…” sambil tersenyum kecil
(mata merah memberi kode untuk membawa laut pergi)
(orang seibo 3 menutup mata laut)
(orang seibo itu menggiring laut untuk keluar)
(laut memberontak diam tak mau berjalan)
(Orang seibo ke 3 menendang laut hingga jatuh dan dua orang seibo itu langsung menarik laut
agar berjalan lagi)
(pergi ke back stage)
(*tutup tirai)
(*2 kursi dan meja)
Narrator: “setelah ditangkap laut dibawa kesuatu tempat yang tidak ia kenal disana ia disiksa
dan di introgasi, laut sempat melawan saat introgasi pertama yang membuat ia mendapatkan
penyiksaan yang luar biasa hingga ia tak sadarkan, esokan harinya mereka melakukan introgasi
lagi kepadanya
Orang seibo ; ” jalan lu anjing, dasar pemalas!”
(menendang punggungnya agar cepat keluar)
Mata merah : “winatra dan wirasena, ini semua anak didik arifin bramantyo yang sudah
membusuk dipenjara? Masih saja kalian setiap pada anak kurus itu?”
(mata merah tertawa kecil.)
Mata merah :”laut kita berdiskusi saja. Ayo santai.”
(dia mendehem kepada orang seibo itu mengkode untuk membuka penutup mata laut)
(ia melihat sekeliling dan Daniel alex masih menggunakan penutup mata)
(ia menyodori segelas kopi itu kepala laut)
(Laut hanya melihati kopinya dan memandang mata merah datar namun penuh rasa kesal)
(laut mengambil gelas itu dengan satu tangan yang gemetaran karna siksaan yang kemarin)
(si mata merah mematikan rokoknya yang sudah habis dan menyalakan satu lagi dan
menghembuskan asapnya kemuka laut)
Mata merah :”kenapa kalian berniat mengganti presiden? Urusan apa kalian anak anak kecil
mau mengganti presiden?”
Laut :”kalau kami memang anak kecil kenapa bapak merasa terancam?”
Orang seibo :”sok ngajarin lagi. Kalian ikut ikutan PKI? Pidato pidato arifin bramantyo kan
membela petani dan buruh. Persis PKI!”
laut :”pidatonya membela semua rakyat Indonesia yang miskin.”
(katanya dengan nada jengkel dan menyindir orang seibo)
(mereka tertawa sangat keras sampai sampai orang yang tengah mengintrogasi alex dan Daniel
menoleh)
Mata merah :”mereka memang sok berani, kepingin mencabut lima undang undang politik.”
(mengusap air matanya saking gelinya.) “gila anak anak ini”
Orang seibo :”bosmu sudah tertangkap. Dia sudah membusuk dicipinang sana bersama xanana.
Hei… kalian coba ceritakan urusan apa dengan anak anak timtim, he? Urusan tanah air saja
nggak beres, kalian ikut ikutan urusan di timtim”
mata merah :”begini… terserah kamu mau bungkam atau bersuara kinanti akan tertangkap
suatu hari!”
(sambil menyuruh orang seibo kembali mengikat laut kekursi)
mata merah :”Daniel,alex,kinanti,bramantyo,sunu,Julius,narendra,gusti,dan biru laut…” (sambil
memandangi rokok ditanganya)
mata merah :”juga para pelukis teman kalian… para seniman”
(sambil tersenyum angkuh pada laut, laut sontak mematung menatap mata merah ketika iya
menyebutkan kata seniman yang mengarah jelas pada anjani)
mata merah :”…dan tentu saja si kecil manis anjani.”
(laut mengguncang guncang tangannya yang diikat kekursi begitu juga dengan tanganya)
Orang seibo :”apa gua bilang? Pacarnya itu si kecil anjani. Bukan kinan mana…”
(mata merah menyundutkan rokoknya ke lengan kiri kanan laut, telapak tangan kanan kiri
secara bertahap)
(laut memberontak dan berteriak)
Mata merah :”bayangkan kalau kulit anjani yang putih itu aku perlakukan seperti apa.”
(laut berusaha menahan emosinya agar tidak murka)
Mata merah:” cara menyunduti pacar mu itu ada seninya.”
(tersenyum kepada laut)
Mata merah:”mula mula, aku akan menyundut ujung kakinya yang putih dan mungil itu. Lalu,
perlahan naik ke betisnya… cus.. cus..”
(sambil menyundut pipi laut, laut menjerit jerit memberontak)
Laut:”sunu!!”
Sunu:”ah syukur… syukur… sebelahmu siapa?”
laut:”ndak tahu…bangun bangun aku sudah disini. Piye, nu?”
sunu:”lha.. awakmu piye, laut?”
alex:”alex nu”
(laut masih menggosok gosokan matanya yang masih buram)
Sunu:”Daniela?”
Daniela:”hadir”
Sunu:”sebelah kiri kananmu siapa, el?”
alex:”aku, laut”
(hening)
Sunu:”aku betul betul tidak tahu, laut. Dia tidak pernah dibawa ketempat ini. Aku ras./a dia
masih diluar karena mereka bulak balik bertanya tentang kinan.”
Daniela:”makanlah dulu”
(sambil membuka bungkus nasi)
Laut:”lex.. lex.. tenang, lex” kita baru saja dibawa kesini mungkin mereka mau mengintrogasi
saja
Narrator: mereka semua mendapat gilirannya untuk diintrogasi kecuali laut, introgasi tersebut
berlangsung hingga keesokan harinya
(terdengar suara music box si orang seibo)
(sunu langsung mengabsen semua)
Sunu:”alex”
Alex:”hadir!”
Sunu:”Daniela”
Daniela:”ya..”
Sunu:”laut”
laut:”mau mati”
Sunu:”eh kenapa kenapa… music goblok iki.”
Laut:”SUNU….SUNU…!!”
Laut:”ANJING KALIAN! Sunu mau dibawa ke mana?!”
Alex:”laut..!!laut…!!”
(laut hanya diam lemas tak berkutip)
Daniela:”brengsek! Lepaskan laut!”
Laut:”anjing! Berhenti kau!anjing!!”(dengan suara yang tak jelas karna suaranya sudah hilang)
Gusti:”kenapa laut? Sik sik to… laut mau ngomong sama aku…”
(dengan nada angkuh ia membungkukan badannya dan mendekatkan telinganya kemulut laut)
Laut:”persetan kau.. pengkhianat!”
(dengan kesal dan sekuat tenaga laut berusaha berteriak)
Alex:”laut.”
Laut:”ya.”
Alex:”kau yakin yang kau lihat gusti suroso?”
Laut:”ya. tidak lain, tidak bukan, gusti dengan kamera dan blitznya”
(masih sambil tiduran)
Alex:”kita kebobolan… bagaimana kinan tidak mecium kehadiran musang itu.”
Daniela:”jangan hina musang, binatang itu jauh lebih baik dan berguna daripada bangsat itu.”
Laut:”ular. Dia lebih cocok disebut ular, merayap, melilit, dan mengigit sembari mengirim
beberapa tetesan racun yang mematikan.”
Naratama:”kalian terlalu sibuk mencurigai aku, sehingga pengkhianat sesungguhnya lolos”
(dengan suara yang masih letih dan lemas)
(suasana hening)
Daniela:” sebetulnya , siapaka gusti yang kita kenal? Bapaknya berkerja di BUMN, makanya dia
punya duit dan selalu menyediakan barang barang dimarkas kita . ibunya pemilik salon kecil.
Tapi selebihnya?”
Alex:”dia pernah keceplosan katanya dua minggu nggak nongol karena anak pamannya
menikah.”
Daniela:”terus?”
Alex:”pamanya katanya jendral polisi…”
Naratama:”hah?”
Alex:”kita tidak bisa memusuhi seseorang karna pekerjaan ayahnya, kalau begitu nanti sama
saja dengan pemerintah yang sekarang sedang kita lawan.”
Daniela:”betul”
Laut:”lex..”
Alex:”ya.”
Laut:”kalau sampai aku diambil dan tidak kembali…”
Alex:”halah taik, jangan ngomong begitu!”
laut:”kalau sampai aku diambil dan tidak kembali, sampaikan pada asmara, maafkan aku
meninggalkan dia ketika bermain petak umpet… dia akan paham. Aku akan selalu mengirim
pesan kepadanya melalui apapun yang dimiliki alam. Dan sampaikan pada anjani.. carilah kata
kata yang tidak terungkap didalam cerita pendekku…”
alex:”ya.”
Dihari kematianku
Genapkan malam malam itu
Menjadi pagi
Yang penuh kepal ke udara
“ingin kukatakan, kita telah merdeka”
Ibu:”Mara, cepat bawa kan piring gelas nya nanti mas laut keburu datang”
Mara:”iya…”
(dengan suara khawatir dan menahan sedih karna tau kakanya itu tak akan kembali)
(selesai menata meja makan ibu duduk dikursi sambil berusaha menelepon)
(mara duduk disebelahnya)
Ibu:”aduh mas mu ini loh, susah sekali dihubungi.”
(memencet telepon dan menelepon lagi)
Ibu:”halo.. iya pak ini mas laut sudah sekali ditelepon anaknya, mana tidak ada kabar sama
sekali”
(menelepon bapak)
(asmara masuk)
(asmara duduk di kursi sebelah kursi mas laut)
(anjani yang ingin duduk di kursi laut)
Ibu:”anjani jangan duduk disitu.. kalau mas laut pulang dia duduk dimana?”
(sambil menunjuk kursi)
(Anjani sontak duduk dikursi lain)
6. PELEPASAN
Property: foto laut, sunu,kinan,kursi, bunga(untuk asmara), jaket denin (untuk anjani)
Costume : baju serba hitam
AUDIO ASMARA JATI :
(*awal scene hanya asmara)
(asmara membawa mawar dan mendekati kursi yang berisi foto laut dan menaruh mawar dia
atasnya sambil menangis)
(ibu dan yang datang dan memeluk asmara yang sedang memeluk bingkai foto laut)
Pada kamis keempat diawal tahun 2007 itu, dibawah mata hari senja, dihadapan istana Negara
kami berdiri dengan baju hitam dinaungi payung hitam. Kami tak berteriak atau melonjak,
melainkan bersuara dalam diam.
Ini sebuah langkah baru bagi ibu. Seperti anjani ibu perlahan telah membuka pintu jagat yang
selama ini tertutup dan bergabung bersama kami menuntut jawaban. Aku merasa dari
tempatnya yang disebut “aman dan tentram” mas laut dan mungkin juga bapak, sedang
tersenyum memperhatikan kami semua.
(lalu mereka sama sama memandangi foto foto yang berada dikursi)
(mereka pergi meninggalkan anjani yang sedari tadi membawa jaket laut)
Audio anjani :
Laut ku yang biru, ketika akhirnya kami semua sama sama sepakat mengadakan upacara
pelepasan kalian yang hilang. Tiba tiba saja dunia berubah. senja itu, setelah kami mengantar
kalian ketepi laut, membawa foto, buku, cerita pendek karyamu puisi mas gala bunga dan lilin
yang menjadi harapan penerangan bagi kami. Ini sesuatu yang penting untuk dilakukan melalui
pembicaraan yang panjang dan berliku.
Kami mendengar beragam versi tentang nasibmu, nasib sunu, mas gala, kinan, narendra, dan
yang lain. Tapi kami memutuskan untuk cenderung percaya kalian bersatu dengan laut. Bersatu
dengan laut.. ini juga berarti aku harus menerima bahwa kamu sudah menyatu dengan birunya
laut. Mungkin kamu sudah tersebar kemana mana seperti kata mu suatu hari “anjani, jenguk
saja pucuk daun dan rintik hujan. Aku berada di antaranya.”
Dan sejak hari itu, tiba tiba saja aku merasakan kehadiran mu, kau bukan saja berada
dipepohonan dan tampil di bayang bayang air hujan, tetapi kau masih hadir di mana mana
seperti sebuah potongan potongan film yang tak beraturan dan tidak kronologis.
Laut, bukankah laut hanya bersifat pasang dan surut tetapi tak pernah terhapus sebagai bagian
dari alam? Kamu tak akan pernah bisa terhapus dari diriku, dan aku juga tak akan mungkin bisa
menoleh kepada orang lain.
Tetapi semua itu sama sekali tak bisa kuucapkan, karena kamu sudah pergi…
Laut, jangan pergi dulu. Kau harus mengenakan jaket ini karena kemana pun kau pergi akan
selalu terasa dingin. Aku berjanji kelak mencarimu dipucuk daun atau rintik hujan…
(sambil memeluk erat jaket denin laut)
THE END