Anda di halaman 1dari 6

Setiap Detik

“Ahsan?!? Kamu lagi kamu lagi, ini sudah yang ketujuh kalinya kamu terlambat”
teriak Bu Desi, ketika aku baru saja memasuki kelas tepat pada pukul 11 siang.
“Hehehehe maaf bu” kataku sambil menyatukan kedua telapak tanganku.
“Malah cengengesan lagi kamu ini, sudah sebagai hukumannya kamu berdiri
dibelakang kelas sekarang sampe waktu jam istirahat” kata Bu Desi.
“Tapi Bu” kataku yang terpotong oleh Bu Desi.
“Sudah Ibu tidak mau mendengar alasanmu. Sekarang berdiri dibelakang kelas” lanjut
Bu Desi yang memotong perkataanku.
“Baik Bu” jawabku dengan nada sedikit menyesal.
Setelah itu aku berjalan ke belakang kelas untuk menaruh tasku dimeja dan
melakukan hukuman yang diberikan oleh Bu Desi.
“psst… Marathon lagi kamu semalem san ?” tanya laki-laki berambut pirang tersebut
“Hehehe, tau aja kamu kalau aku habis marathon” kataku kepada Oscar.
“Hmm… Kebiasaan deh begadang terus cepet mati nanti baru tau.” celetuk
perempuan yang memiliki warna mata biru tersebut.
“Dih gitu banget doanya, iya-iya enggak marathon malem-malem lagi deh” kataku
kepada Yunita.
Aku,Oscar, dan Yunita pun akhirnya melanjutkan obrolan kita sambil bisik-bisik agar
tidak ketahuan oleh Bu Desi. Dan tidak terasa sudah hampir satu jam aku berdiri dan
beberapa menit lagi menandakan waktu bel istirahat.
“Baik anak-anak sekalian sekian dari ibu, sampai ketemu lagi di pertemuan
selanjutnya terimakasih. Untuk tugasnya jangan lupa dikumpulkan minggu depan ya.” Kata
Bu Desi.
“Baik Bu.” Jawab semua anak dikelas
“Oiya, satu lagi untuk Ahsan setelah bel istirahat langsung ke ruangan ibu ya.” Kata
Bu Desi.
“Baik Bu.” Jawab ku
Tidak lama setelah Bu Desi meninggalkan kelas bel istirahatpun akhirnya berbunyi.
Karena aku tidak mau membuat Bu Desi menunggu terlalu lama aku langsung bergegas
menuju ruangannya. Namun, sebelum aku menuju ruangan Bu Desi. Oscar dan Yunita
mengatakan padaku kalau mereka bakalan menunggu di kantin sekolah, dan aku mengiyakan
apa yang mereka bilang.
Akupun mengetuk pintu ruangan Bu Desi setelah sampai didepannya dan beliau
mempersilahkan aku untuk masuk. Setelah masuk ke ruangannya dan duduk dihadapan
beliau, beliau langsung bertanya padaku kenapa aku selalu terlambat 7 hari belakangan ini.
Jujur saja aku belum siap untuk menceritakan apa yang sedang aku alamin saat ini, akan
tetapi dengan bujukan Bu Desi akhirnya aku menceritakan ke beliau apa yang sedang aku
alamin saat ini. Setelah mendengarkan ceritaku Bu Desi masih menunjukan raut wajah yang
sedih serta perihatin tentang kondisi yang saat ini aku alamin. Akupun mencoba
menenangkan beliau untuk tidak bersedih lagi karena apa yang aku alamin saat ini memang
sudah jalannya dan tidak mungkin aku bisa hindarin. Aku juga mengatakan pada beliau untuk
menyembunyikan masalah ini ke teman-teman sekelasku, terutama kedua sahabatku yaitu
Oscar dan Yunita. Beliau sempat heran mengapa ia harus menyembunyikannya dan akupun
menjelaskannya kembali bahwa aku tidak ingin mereka cemas atau memberi perhatian palsu
terhadapku. Setelah mendengarkan penjelasanku beliau hanya bisa mengiyakan permintaanku
kali ini dan setelah itu aku pamit undur diri karena aku tidak ingin membuat sahabatku terlalu
lama menunggu di kantin.

Kantin Sekolah
“San dibelakang sini!!!” Teriak Oscar dari bangku pojok belakang kantin. Aku yang
mendengarkan teriakan Oscar langsung datang untuk menghampirinya.
“Jadi gimana? Bu Desi nanyain apa aja sama kamu?” tanya Yunita kepadaku yang
baru saja duduk.
“Yaelah, baru juga duduk sudah ditanyain aja” kata aku dengan nada yang malas.
“Yaa kan kita penasaran” timbrung Oscar.
“Ya biasalah beliau cuman nanyain alasan aku terlambat aja sih selama tujuh hari
belakangan ini dan aku bilang karena marathon anime.” Kataku lagi.
“Yakin kamu alasannya karena itu ?” tanya Yunita dengan tatapan memastikan bahwa
aku tidak sedang berbohong.
“Iyalah yakin, dan ngomong-ngomong tadi Bu Desi ngasih tugas apaan ke kita ?”
tanyaku untuk mengalihkan pembicaraan.
“Makanya guru nerangin itu didengerin.” Celetuk Oscar.
“Yeh… emangnya kamu dengerin ?” tanyaku kepada Oscar.
“Ya dengerin lah, jadi tadi itu bu Desi nyuruh kita buat kelompok yang terdiri dari
tiga orang untuk membuat makalah untuk temanya bebas yang penting ada hubungannya
sama sosiologi.” Kata Oscar menjelaskan tugas yang sebelumnya Bu Desi berikan untuk kita.
“Okay, terus mau dikerjain dirumah siapa ?” tanya Yunita.
“Ya seperti biasa lah pastinya dirumah Bu Astrid kan lumayan sekalian makan
gratis.” Kata Oscar dengan semangat.
“Kebiasaan banget anak Bu Inas ini. Yaudah kalau gitu sekarang aja gimana ?”
tanyaku.
“Gila kamu san bentar lagi kan masih ada kelas.” Kata Yunita.
“Ya tidak apa-apa lagi, sekali-kali bolos sudah lama kita tidak bolos bareng. Lagian
besok jugaan libur dan hidup itu juga harus dibawa santai aja kali.” Kataku.
“Ye… kamu enak santai lah sedangkan aku? yang ada kena bantai sama orangtua aku
nanti.” Balas Yunita.
Pada akhirnya Yunita mengikuti aku dan Oscar untuk bolos sekolah. Walaupun, pada
awalnya ia sempat menolak karena khawatir dan takut kena marah oleh kedua orangtuanya.
Akan tetapi aku berhasil untuk meyakininya dengan cara bahwa orangtuanya tidak akan tau
mengenai kejadian siang hari ini. Kita bertiga akhirnya bergegas untuk menuju kelas terlebih
dahulu untuk mengambil tas kita masing-masing dan setelah itu bersiap untuk keluar sekolah.
Setelah keluar dari sekolah kita bertiga sepakat untuk menuju pusat perbelanjaan
didekat rumahku terlebih dahulu. Kita kesana menggunakan kendaraan pribadi masing-
masing, akan tetapi karena yunita tidak pernah diizinkan untuk membawa kendaraan pribadi
oleh orangtuanya aku yang selalu menggoncengnya setiap kali akan berpergian. Setelah
sampai dipusat perbelanjaan tersebut aku mengajak Oscar dan Yunita untuk bermain di
AreaLingkaran untuk beberapa jam.
Setelah puas bermain dipusat perbelanjaan tersebut kita bertiga langsung menuju
kerumahku untuk melakukan tugas kelompok yang telah diberikan oleh Bu Desi untuk kita.
Kita bertiga saling bagi-bagi tugas untuk mengerjakannya seperti Oscar dan Yunita yang
mencari materi sedangkan aku yang memasukannya kedalam Powerpoint nanti.
“Ehh sudah jam 8 nih san anterin aku pulang ya. Kalian tau sendirikan orangtuaku
kayak apa kalau sudah marah.” Kata Yunita kepadaku.
“Iya juga, yaudah San kamu anterin Yunita dulu gih. Tenang aja setelah makan nanti
aku juga bakalan pulang kok hehehe.” Kata Oscar
“Iya dah, yaudah aku anterin Yunita dulu ya.” Kata aku tanpa menunggu jawaban dari
Oscar.
Aku pun langsung menuju ke rumah Yunita untuk mempulangkannya. Ketika
dipertengahan jalan menuju rumah Yunita aku sempat khawatir karena takut jika orangtuanya
sudah ada dirumah terlebih dahulu. Syukur saja ketika sampai dirumah Yunita orangtuanya
belum pulang, aku khawatir karena pernah suatu ketika dimana aku telat mengantarkan
Yunita pulang dan orangtuanya marah besar kepada Yunita sekaligus kepadaku.
“Makasih ya San, sampai ketemu senin besok ya.” Kata Yunita ketika baru saja turun
dari sepedah motorku.
“Yoi, santai aja kali. Yaudah aku balik duluan ya.” Kataku.
“Ya, hati-hati dijalan ya.” Balas Yunita dan aku hanya mengacungkan ibu jariku
sebagai tanda okay.
Setelah mengantarkan Yunita pulang aku langsung bergegas menuju rumahku
kembali karena waktu sudah menunjukan setengah sepuluh malam. Ketika aku sampai
dirumahku dan memasuki kamar aku sudah tidak melihat Oscar disana yang dimana berarti
dia sudah pulang. Aku akhirnya melanjutkan tugas kelompok yang barusan materinya sudah
dicari oleh Oscar dan Yunita tinggal memasukannya saja ke dalam file Powerpoint.
Senin, 7 Juli 2000
Hari ini adalah hari dimana kita bakalan melakukan presentasi per kelompok.
“Okay, sekian dari kelompok kami. Kurang lebihnya mohon maaf jika ada salah kata
mohon dimaafkan. Jika ada pertanyaan silah…” kata Yunita yang terpotong karena Ahsan
yang tiba-tiba saja pingsan.
“San?? Kamu kenapa hey bangun?!?!” teriak Yunita yang langsung menghampiri
Ahsan yang sedang tergeletak dilantai.
“Seseorang kasih minyak kayuh putih dan oleskan dibibir bagian atasnya Ahsan. Ibu
baru saja menelpon Ambulan barusan” kata Bu Desi yang baru saja mematikan teleponnya.
“Loh kok sampai Ambulan bu? Kenapa tidak ke uks saja?” tanya Oscar.
“Itu… ah sudahlah, biarkan Ahsan sendiri yang nanti jelaskan ke kalian yang pasti ini
bukan pingsan biasa.” Kata Bu Desi.
Tidak lama dari situ mobil ambulanpun datang untuk membawa Ahsan ke rumah sakit
terdekat. Bu Desi menyuruh Oscar dan Yunita untuk menemani Ahsan kerumah sakit terlebih
dahulu karena ia harus mengabari orangtuanya Ahsan dulu dan memberi laporan kepada
pihak sekolah. Setelah memberitahu orangtua Ahsan dan melapor ke pihak sekolah, Bu Desi
akhirnya bergegas untuk menyusul Ahsan.
“Oscar, Nita gimana Ahsan ?” tanya Bu Desi.
“Untuk saat ini dia baru aja masuk UGD bu, dokter masih memeriksanya.” Kata
Oscar.
“Bu Ahsan, bakalan baik-baik saja kan?” tanya Yunita dengan air mata yang hampir
jatuh.
“Kita berdoa saja ya.” Kata Bu Desi
“Bu Desi, gimana keadaan anak kami?” tanya Bu Astrid yang baru saja dateng
bersama suaminya.
“Saat ini Ahsan masih ditanganin oleh dokter bu, mari kita berdoa semoga dia tidak
apa-apa.” Kata Bu Desi yang mencoba untuk menenangkan ibu Ahsan.
“Panggilan untuk Bu Astrid,Pak Hasan,Bu Desi, serta Oscar dan Yunita.” Kata dokter
yang baru saja keluar dari ruangan UGD
“Syukur pasien sudah siuman untuk saat ini hanya saja, kondisinya sangat kritis dan
kita tidak bisa melakukan apapun. Saat ini pasien menunggu kalian didalam, dan mohon
untuk tidak terlalu gaduh saat didalam.” Kata dokter tersebut lalu meninggalkan mereka
Mereka akhirnya masuk setelah dokter meninggalkan mereka semua. Ketika didalam
ruangan mereka dapat melihat Ahsan yang sedang menggunakan berbagai macam peralatan
medis yang melekat dalam tubuhnya. Kondisinya saat ini sangat berbeda ketika tadi masih
jam pelajaran Bu Desi, Oscar dan Yunita yang tidak mengetahui apa-apa sama sekali
langsung meminta penjelasan terhadap Ahsan. Dan disinilah dia bercerita bahwa selama ini ia
memiliki kanker Hati stadium akhir, yang dimana sudah ia sembunyikan terhadap mereka
berdua selama ini.
Oscar dan Yunita yang mendengarkannya seketika langsung saja menangis sejadi-
jadinya. Mereka juga bertanya mengapa Ahsan lebih memilih menyembunyikannya, dan
Ahsan bilang bahwa ia hanya mau menikmati detik-detik terakhir hidup dengan aman tanpa
perlu ada rasa khawatir sama sekali dari mereka. Ia juga bilang mengapa jumat kemaren
mereka dapat bolos tanpa rasa khawatir karena itu permintaan terakhir dia kepada Bu Desi.
“Yun aku tau selama ini kamu kesakitan juga karena perlakuan orangtuamu
kepadamu, jika kamu butuh sesuatu jangan sungkan untuk menemui ibuku. Ia akan mengurus
kamu aku yakin itu.” Kata Ahsan sambil menoleh ke ibunya
“Ibu dan Ayah terimakasih sudah mau berjuan untuk aku selama ini.” kata Ahsan
sambil memeluk kedua orangtuanya.
“Untuk Bu Desi terimakasih sudah mau mendengarkan permintaanku jumat kemaren.
dan terimakasih untuk ilmu yang sudah ibu berikan kepadaku selama ini, maaf jika aku
belum bisa memanfaatkannya dengan baik.” Kataku sekali lagi
“Car kamu sudah aku anggap sebagai kakak sendiri. Terimakasih untuk waktunya
selama ini.” kataku
“Hey ayolah ini detik terakhirku, aku mau kalian semua tersenyum jangan lagi ada
yang bersedih. Ini semua memang sudah jalannya okay, jadi tolong kedepannya nikmatilah
setiap detik dihidup kalian. Jangan pernah mensia-siakan setiap detik yang ada, seberat
apapun itu tetaplah tersenyum. Ya boleh saja sesekali menangis tetapi jangan setiap saat
okay.” Kata Ahsan dengan nada yang semakin mengecil.
“Sampai bertemu lagi di alam selanjutnya okay.” Kata Ahsan dengan hembusan nafas
terakhirnya sambil tersenyum.
Sesuai dengan permintaan Ahsan yang terakhir tidak ada yang bersedih sama sekali,
mereka semua sudah merelakan ia sekarang juga. Setelah itu Bu Desi memanggil dokter
untuk melakukan pendataan terakhir wafatnya Ahsa. Apa yang terjadi sudah ia beritahukan
kepada pihak sekolah dan sama seperti permintaan Ahsan tidak ada murid yang menangis
sama sekali melainkan mereka semua tersenyum.
Satu Bulan Setelah kematian Ahsan…
Yunita yang sudah muak akan perlakuan orangtuanya sendiri kepada dirinya meminta
pertolongan kepada orangtua Ahsan. Sangat mudah untuk memindahkan hak asuh Yunita dari
orangtuanya karena ayahnya Ahsan adalah seorang Hakim. Keadaan Yunitapun semakin
membaik setelah Hak asuhnya dipindahkan ke orangtua Ahsan.
Tentang Penulis
Nawfal Byan Prabowo adalah pemuda 18 tahun kelahiran Bandung,Jawa Barat. Ia
merupakan siswa SMA yang memiliki hobi membaca dan menonton, ia juga mendalami
beberapa bahasa asing yaitu Bahasa Inggris dan Jepang. Ia memiliki cita-cita untuk
membangun usahanya sendiri bersama sahabatnya, selain itu ia juga suka menulis cerpen
diwaktu senggangnya.

Anda mungkin juga menyukai