Anda di halaman 1dari 3

Ulang Tahun yang ke 17

Pagi itu aku bangun jam 5.30. Aku mematikan alarm yang membangunkanku setiap pagi.
Ku lihat kalender yang ada pada HP-ku. Ah, ternyata hari ini adalah 31 Oktober 2017. Tepat hari
ini aku berumur yang ke 17 tahun. Rasanya hari sangatlah cepat berlalu. Tidak kusadari ternyata
aku sudah mulai beranjak dewasa dan sebentar lagi akan memiliki KTP. Aku mulai bereskan
tempat tidur lalu aku mandi bersiap untuk berangkat sekolah. Lalu, mamaku dan papaku
menghampiriku di meja makan.

“Selamat ulang tahun yang ke 17. Semoga semakin rajin belajar, sukses dalam segala hal
dan semakin nurut dengan mama dan papa.” Kata mama dan papaku secara bergantian.

“Xie xie ma, pa. Nadia sayang sama mama papa.” Ucapku membalasnya.

Saat sampai di sekolah, aku mulai masuk ke kelas. Chen-chen teman sekelasku
menghalangiku untuk duduk di bangku ku.

“Aku mau duduk sama Ines.” Kata Chen-Chen.

“Lho, gak mau Chen. Aku nanti duduk sendirian.” Kataku membalasnya.

“Gah-gah, disana itu lho masih banyak bangku kosongnya. Duduk ditempatku itu lho.”
Katanya menjawabku.

“Ini tempat dudukku lho dari awalnya.” Kataku agak kesal.

“Wes to, Nad. Gantian aku duduknya bareng Chen-Chen.” Kata Ines yang pada akhirnya
ikut berbicara.

Tetapi, aku tetap memaksakan agar dia kembali ke tempat duduknya seperti semula. Sayangnya,
kekuatannya seperti besi yang keras sekali. Pada akhirnya, aku mengalah duduk ditempat yang
lainnya. Meskipun duduk sendirian aku tetap sabar.

Aku merasa dijauhi oleh teman-teman sekelasku dan belum ada satupun yang
mengucapkan tentang ulang tahunku dari aku masuk sekolah hingga pelajaran kedua dimulai.
Aku agak merasa sedih karena dibiarkan duduk sendirian sama temanku Chen-Chen. Begitu pula
dengan Ines. Aku agak kecewa dengannya karena dia membiarkan aku duduk sendirian. Lalu,
mengobrol dengan teman di bangku belakangku.

“Mau pinjam penghapusnya Ros.” Mintaku kepada Rosa teman belakangku. Ia tidak
menjawabnya sama sekali.

Aku merasa benar-benar diacuhkan hari itu. Aku agak kesal dengan teman-teman sekelasku yang
tega menjauhi aku sendirian disaat hari ulang tahunku itu.
Pada pergantian jam keempat, teman-teman dekatku seperti Ines, Chen-Chen, Jessica,
Rosa dan Dewi tidak ada di kelas. Aku sama sekali tidak tahu mereka kemana. Padahal di kelas
ada jam bahasa Inggris. Pada akhirnya, aku tetap fokus untuk pelajaran yang aku ikuti di kelas.
Lalu, tidak ku sangka mereka datang dan membawakan kue ulang tahun untukku.

“Happy Birthday to you happy birthday to you happy birthday happy birthday happy
birthday to you.”

“Ya ampun. Makasih banget lho ya.” Kataku kepada teman sekelasku khususnya pada
teman dekatku.

“Buat harapanmu, Nad.” Kata Ines sambil memegang kuenya. Lalu, aku berdoa dan
meniup lilin tersebut.

“Kalian semua jahat. Aku dibully hari ini.” Kataku agak kesal.

“Biarin. Yang penting surprisenya berhasil.” Kata Ines. Kemudian kita berselfie bersama.

Saking banyaknya berfoto, Jessica sampai kesal.

“Ayo, cepetan dimakan ini kuenya! Aku udah laper nih.” Kata Jessica agak kesal.
Akhirnya, kami berhenti berfoto lagi.

“Aku mau yang kebagi coklat sama kejunya.” Minta Dewi saat aku memotong kuenya.

“Aku mau yang coklat.” Minta Rosa.

“Aku mau yang coklat, Nad. Eh, gak jadi wes mau yang keju aja.” Kata Ines.

“Halah banyak maunya kamu, Nes.” Sahut Rosa.

Aku telah selesai memotong semua kuenya dan aku bagikan ke teman-temanku. Aku
tidak menyangka mereka memberikan kejutan untukku. Ini adalah surprise ulang tahunku yang
pertama bersama temanku di sekolah. Aku merasa sangat bahagia hari ini meskipun pada
awalnya aku dibully. Tapi, aku bahagia karena mempunyai teman-teman yang baik kepadaku.

Saat pulang sekolah, aku menyuruh teman dekatku untuk tidak pulang dulu. Aku
mengundang mereka ke rumahku. Aku akan mentraktir mereka. Aku memesankan makanan
melalui Gojek untuk temanku. Sambil menunggu makanan tersebut datang, kami menonton film
yang ada di laptopku. Kami menonton film Korea bersama. Tidak lama kemudian, makanan itu
datang. Kami menyantapnya bersama sambil nonton film.

“Kok ibunya meninggal gitu to.” Kata Dewi sambil menangis karena film.

“Dew jangan nangis to Dew.” Kata Rosa.


“Dewi baperan.” Sahut Jessica.

“Lha ceritanya menyedihkan gitu lho.” Jawab Dewi.

Setelah selesai makan, mereka akan pulang ke rumah masing-masing. Tak lupa juga mereka
mengucapkan terima kasih kepadaku.

Aku sangat beruntung mempunyai teman yang baik padaku. Meskipun mereka jahil,
cerewet, pendiam dan berbagai karakternya, aku tetap berteman dengan mereka apa adanya.

Anda mungkin juga menyukai