Anda di halaman 1dari 8

PERSAHABATANKU

Namaku Veronika banyak orang-orang yang biasa memanggilku vero, aku anak kedua dari
empat bersaudara yaitu 2 adik laki-laki dan 1 kakak laki-laki dan aku adalah anak perempuan
satu-satunya. Banyak orang yang bilang kalo aku anaknya pendiam, nerfesan, dan tidak percaya
diri.

Aku mempunyai sahabat dekat yang bernama Desinta rahayu agus tina, aku biasa
memanggilnya mbak Desi. Dia adalah teman terdekatku, sejak kecil aku sudah berteman dekat
dengan mbak Desi. Karena rumah ia sebelahan dengan rumahku sebab itu aku sangat kenal
dengan karakternya, dia adalah anak yang keras kepala dan penakut.

Di balik sikapnya yang keras kepala dan penakut dia memiliki pemikiran yang sangat baik, ia
sering mendapat juara 1 tetapi kadang-kadang dia juga mendapat juara 2. Umur mbk Desi lebih
tua dari pada aku, kita beda 1 tahun tetapi karena dari kecil kita selalu bermain bersama dia
meminta kepada ibunya untuk sekolah bersama dengan aku. Jadi saat pendaftaran masuk ke
sekolah Tk dia anak yang paling tertua dari semua siswa.

Kita selalu berangkat sekolah bersama dari rumah menuju sekolahan aku dan mbak Desi selalu
jalan kaki. Kita sering menghabiskan waktu bersama-sama sampai beberapa bulan kemudian
aku dibelikan sepeda oleh orang tua ku.

Karena aku masih kecil dan belum bisa menggunakan sepeda orang tua ku juga membelikan
dua roda kecil untuk penyangga sepeda agar tetap berdiri dan tidak roboh ketika digunakan.
Waktu itu aku sangat senang sekali, aku mengajak mbk Desi untuk bermain sepeda bersama.

"mbak Desi ayo kita main sepeda bersama di depan rumah" ajakan ku kepada mbk Desi
dengan sangat gembira.

"Ayo Vero, tapi aku yang boncengin kamu ya" mbak Desi pun menjawab deng semangat.

Lalu aku dan mbk Desi berboncengan keliling depan rumah. Tak lama kemudian mbak Desi
mengajakku untuk main sepeda di ladang.

"wah disini lebih seru" aku berkata sambil tersenyum-senyum.

"iya... disini udaranya lebih sejuk ya Vero!" kata mbak Desi sambil berteriak.

"iya disini sangat sejuk sekali dan jalannya lebih menantang" jawabanku kepada mbk Desi.

Tidak lama kemudian ada sedikit kerusuhan yaitu ada seekor ayam tepat didepan kami. Dan
setir sepeda oleng dan tidak terkendali.

"a........" kita berdua teriak bersama dengan tidak sengaja.


"awas mbk Desi didepan ada pohon jati" perkataanku sambil menjerit ketakutan.

"brak......."suara sepeda dengan keras menabrak pohon jati.

Setelah kejadian itu aku dan mbak Desi mengalami luka-luka goresan di tanggan dan kaki. Aku
tidak berarti pulang ke rumah karena sepeda ku rusak ban depannya melengkung.

Tetapi lama kelamaan sudah sore hampir menjelang malam, mbak Desi dan aku terpaksa
pulang kerumah aku ditolong mbak Desi mengangkat sepeda sampai depan rumah.

Dan sampai nya aku dirumah ternyata kedua orang tua ku mencariku kemana-mana, orang tua
ku kuatir dengan aku tapi aku tidak segera pulang malah diam dan takut kalau dimarahin.

Beberapa tahun kemudian aku naik kelas 1 SD, aku sekolah di SDN Demit selain itu mbak Desi
juga sekolah bersamaku di sekolahan yang sama. Kita berangkat sekolah jalan kaki karena
sepeda ku rusak dan tidak dibelikan lagi oleh orang tua ku.

Selain aku dan mbak Desi yang jalan kaki menuju sekolah ada juga teman-teman lainnya yaitu
mbak Anak, Nike, kurnia, Seli, mbak Nia dan banyak anak-anak yang lainnya.

Ada salah satu guru yang kita semua takut karena orangnya galak dan suka marah-marah.
Pada suatu hari ketika mau berangkat sekolah aku dan mbak Desi kesiangan kita lari menuju
sekolah. Dari kejauhan kita melihat ada guru-guru yang menjaga di depan gerbang dan kita juga
melihat ada guru yang sangat galak. Lalu kita berhenti di pinggir jalan karena anak-anak yang
lain masih senam dan guru-guru masih berjalan didepan kita menunggu sampai senam selesai.

"Vero kita tunggu di sini dulu ya, kalau semua guru-guru sudah masuk kantor kita langsung
masuk lewat belakang"kata mbak Desi sambil ber bisik-bisik.

" iya mbk" jawapan ku sambil ketakutan dan cemas.

Tidak lama kemudian setelah guru masuk kantor aku dan mbak Desi lari menuju belakang
sekolahan. Lali kita masuk ke kelas ternyata guru belum datang.

"Desi, Vero kenapa kalian terlambak" tanya teman-teman ku kepada aku dan mbak Desi.

"kita terlambat karena bangunku kesiangan" jawab mbak Desi.

Lalu guru datang semua murid-murid duduk di tempatnya masing-masing. Aku dan mbak Desi
sudah merasa takut kalo guru menyadari kita terlambat, tetapi guru tidak menyadarinya.
Selama jelaskan itu aku dan mbak Desi selalu bangun pagi-pagi dan selalu tepat waktu.

Beberapa tahun kemudian aku dan mbak Desi sudah naik bangku SD kelas 3. Ibu mbak Desi
terkena sakit kencing manis beliau tidak bisa apa-apa untuk duduk pun susah.
Akuu merasa sangat kasian kepada mbak Desi dia selalu menangis setiap hari. Dia merasa
sedih karena di usianya yang masih kecil dia masih butuh kasih sayang dari orang tua nya.
Tetapi sekarang ibunya tak berdaya, terbaring di tempat tidur.

Karena aku sebagai teman terdekatnya setiap malam aku selalu menjengguk ibunya mbak Desi
kedua orang tua ku juga selalu iku menjenguk.

Beberapa bulan kemudian ibu mbak Desi berpesan kepada buk tri.

"ketika aku sudah tiada aku titipan anakku kepada kamu mbak tri" ucapan ibu mbk Desi sambil
menahan kesakitan.

"mbak ini bicara apa, mbak pasti bisa melawan penyakit ini mbak pasti sembuh" kata buk tri
sambil memegang tangan ibu nya mbak Desi.

Ibunya mbak Desi terus-menerus menjeri kesakitan. Semua perkataan-perkataan yang keluar
dari mulut nya ibu mbak Desi sudah ngelantur kemana-mana. Semua orang yang ada di rumah
mbak Desi menangis karena merasa kasihan kepada mbak Desi.

Saat tengah malam ibu mbak Desi sudah tidak menjeri kesakitan. Belia tidur dengan pulas, lalu
orang-orang pulang karena sudah melihat ibu mbak Desi sudah tidak menjeri-njeri kesakitan
lagi.

Keesokan harinya mbak Desi dan aku berangkat sekolah kita melakukan pembelajaran seperti
biasa.

Tiba-tiba saat masi pembelajaran berlangsung ibuku ke sekolahan untuk menjemput mbak
Desi agar segera pulang. Ibuku mengajak keluar mbak Desi dan memberi taunya kalau ibunya
sudah meninggal dunia.

Mbak Desi kaget dan sempat tidak percaya kalau ibunya sudah meninggal. Mbak Desi
menangis, semua guru menenangkan mbak Desi. Lalu ibu ku memboncengkan mbk Desi agar
segera pulang dan ibunya dimakan kan.

Lalu semua murid-murid dipulangkan agar guru-guru bisa segera melayat ke rumahnya mbak
Desi.

Malam harinya aku bersama ibuku pergi kerumah mbak Desi, dia menangis tidak selesai-
selesai. "Desi kamu hari ini tidur di rumahmu apa di rumah ku" pertanyaan buk tri kepada mbak
Desi. Ko

"aku ikut buk tri saja, dirumah aku merasa takut karena aku cuma tinggal berdua dengan
bapak" jawapan mbak Desi sambil sambil menangis.
"ooo ya sudah jangan nangis terus nanti kamu tidur sama ibuk" bicara buk tri sambil
menenangkan mbak Desi.

Lalu beberapa jam kemudian semua orang pun pulang mbak Desi ikut pulang kerumah buk tri.
Dua mingguan setelah ibunya mbk Desi meninggal dunia, mbak Desi merasa tidak betah tinggal
di sana. Dia ingin tidur dirumah bersama bapaknya tetapi dia tidak berani. Dia mempunyai
keinggina tinggal di rumah mbah kembali.

"mbah kem apakah aku boleh tinggal di sini?" pertanyaan mbak Desi ke mbah kem.

"iya boleh, kalo kamu ingin tinggal disini tidak apa-apa" mbah kem menjawab pertanyaan
mbak Desi sambil menatap matanya mbak Desi dengan penuh kasihan.

Beberapa tahun kemudian mbak Desi dan aku sudah SD kelas 5.Raut wajah mbak Desi sudah
tidak sedih lagi,sepertinya mbak Desi sedikit-demi sedikit bisa mengiklaskan kepergian ibunya.

Aku berjalan kaki menuju rumah mbak kem. "mbak ayo kita berangkat sekolah" ajukan ku
kepada mbak Desi.

"tunggu sebentar aku mau pakai sepatu dulu" ucap mbak Desi.

"okeee" perkataan sambil mengangkat satu jempol tanganku.

Sesudahnya mbak Desi memakai sepatunya kita berangkat bersama dengan jalan kaki. Karena
pada saat itu ada pelajaran olahraga, pada saat itu praktek olahraganya adalah bola voli. Kita
semua diberi waktu untuk latian dulu.

Setelah beberapa jam kemudian kita semuanya disuruh untuk berkumpul, agar prateknya
segera di mulai.

Satu persatu dipanggil untuk melakukan passing bawah. Tak lama kemudian namaku di
panggil. Aku disuruh maju ke tengah lapangan, saat aku dipanggil ke depan aku sedikit merasa
gerogi karena aku tidak terlalu bisa bermain bola voli.

Dan saat itu juga ada pemilihan untuk anak yang di pilih untuk ekstra voli. Dan ternyata banyak
satu kelasku yang terpilih yaitu, mbak silva, arin, mbak nia, seli, mbak Desi, dan aku.

"anak-anak yang terpilih untuk mengikuti ekstra voli, nanti sore diharapkan untuk ikut latin"
perkataan pak guru kepada kami yang terpilih untuk mengikuti ekstra voli.

"iya pak guru" jawapan anak-anak yang terpilih.


Sesudah praktek olahraga kita semuanya istirahat. Sehabisnya istirahat kita semua
melanjutkan perjalanan berikutnya. Lalu bel pulang sekolah berbunyi, kita segera berdoa
pulang.

Aku, mbak Desi dan teman-teman yang lainnya segera pulang.

"mbak nanti kita berangkat bersama ya" aku ber bicara dengan mbak Desi.

"iya nanti kalo kamu mau berangkat aku panggil ya" jawapan mbak Desi.

"iya mbak Desi" jawapan sambil berjalan kaki.

Beberapa jam kemudian waktunya sudah sore. Aku segera mandi lalu aku berjalan menuju
rumah mbah kem.

"mbak Desi....." aku berteriak memanggil mbak Desi.

"iya sebenta" jawapan mbak Desi.

Tak lama kemudian mbak Desi keluar dari dalam rumah. Lalu kita berdua segera berangkat.
Sampai tiba kita di sekolahan ternyata sudah banyak teman-teman ku dan kakak kelas 6 yang
sudah berkumpul.

Beberapa menit kemudian guru olahraga datang. Lalu kita di ajarkan teknik-teknik daras dalam
permainan bola voli.

Selama ber bulan-bulan kami latian voli dengan tekun, ada lomba voli semua anak yang iku
ekstra voli di ajak untuk mengikuti perlombaan tersebut.

Keesokan harinya kita semua berkumpul agar cepat-cepat melaksanakan turnamen tersebut.
Dan ternyata kita kalah, kita semua gagal dalam perlombaan tersebut. Kita semua disemangati
oleh guru olahraga agar selalu giat latian voli.

Beberapa tahun kemudian aku naik kelas 6 SD. Kebetulan pada beberapa bulan kemudian ada
lomba voli. Teman-teman ku dan ada juga beberapa adik kelas yang iku ekstra voli di ikutan
lomba.

Ternyata lomba tersebut diadakan di belakang pasar cilek sugian dekat lapangan sepak bola.

"anak-anak kita semua harus percaya diri, kita pasti bisa menang"kata-kata pak guru untuk
menyemangati kita.

" siap pak... "jawap anak-anak.


Dalam lomba tersebut kita mendapatkan juara tiga. Meskipun kita mendapat juara tiga kita
semua sudah bangga. Tetapi kita semuanya tidak menyerah, kita semuanya giat latian voli terus
agar berjaga-jaga kalo ada lomba lagi kita bisa mendapat juara satu dan membanggakan
sekolah.

Beberapa bulan kemudian aku lulus sekolah SD, aku berpencar dengan semua teman-teman
ku. Selain itu sahabat dari kecil ku yang bernama mbak Desi tidak melanjutkan sekolah karena
tidak ada biaya.

Anda mungkin juga menyukai