Anda di halaman 1dari 9

Menjadi Sang Juara

(Oleh: Theresia Samosir)

Kring..... kring...... kring....suara jam weker yang berbunyi tak henti-henti.Entah sudah berapa
kalinya berbunyi ingin membangunkan sang empunya yang terbaring pulas di atas kasur ."Devan....!!!"
terdengar suara yang memanggil dengan nada yang keras dari luar kamar, namun tetap tak ada
respon.Hingga akhirnya pintu kamar dibuka dan memperlihatkan seorang anak lelaki yang
membalutkan tubuhnya dengan selimut bewarna coklat tua."Devan..!! berapa lama lagi kamu beranjak
dari tempat tidurmu , ini sudah jam 05.30" kata kakek."Hoaaa...." Devan menguap dengan santainya.
"ah kakek mengganggu saja ,ini masih pagi sekali kek sebentar lagi ya kek" ucap Devan sembari ingin
melanjutkan tidurnya. Kakeknya yang memperhatikan sedari tadi pun cukup kesal lalu beranjak
mengambil jam weker dan melemparkannya kepada cucunya itu. Devan pun mengambil jam weker itu
lalu duduk sambil mengumpulkan nyawanya terlebih dahulu dan lalu mengkucek-kucek matanya.

Setelah diperkirakan dapat melihat dengan jelas ia melihat jam weker itu, seketika itu juga matanya
terbelalak."Bagaimana ini kek, aku bisa terlambat ke sekolah" tapi sang Kakek sudah berlalu terlebih
dahulu dari kamar sang cucu. Segera Devan mengambil handuk nya. Ia langsung menuju kamar mandi
yang berada di belakang rumah. Kamar mandi yang seadanya kamar mandi yang tampak tua dan hanya
ditutupi dengan karung yang disambungkan sehingga menjadi sebuah tirai yang dapat menutup seluruh
area kamar mandi tersebut .

Didalamnya terdapat sumur tua sebagai sumber air untuk keperluan mereka.Devan segera
mengambil air didalam sumur lalu memandikannya ,seketika itu juga Devan menggigil ,air yang
dimandikan nya terasa seperti air es batu. Sangat dingin. Tapi itu sudah menjadi kebiasaan Devan setiap
pagi .Selesai mandi Devan langsung mengenakan seragam sekolahnya, mengemasi alat belajarnya, lalu
terakhir Devan mengambil sepatunya yang juga terlihat tampak lusuh.

"Pagi nek..." sapa Devan. "Pagi cucuku yang tampan" jawab nenek seraya mengelus kepala Devan.
"nek..di mana kakek?" tanya Devan. "Kakek sedang pergi memperbaiki saluran air di sawah, tadi malam
kan hujannya deras Van" kata nenek. "Oh yasudah nek" lalu Devan melirik meja makan yang tepat
disebelahnya "Wah sepertinya lauk pagi ini semua menu favorit Devan nek" kata Devan seraya tak
sabar ingin menyantap sarapannya."Iya nenek masak menu kesukaan kamu biar kamu tambah semangat
belajarnya" ucap nenek kembali tersenyum hangat pada cucunya.

Mereka pun menyantap sarapan dengan hening dan tentram hingga akhirnya Devan selesai dengan
sarapannya. "Nek Devan pergi ke sekolah dulu ya,sudah jam 07:20" ucap Devan seraya mencium
tangan neneknya. "Hati-hati Devan" ucap nenek dan memberi beberapa lembar uang 2.000-an kepada
cucunya. Devan pun berlalu, ia menyusuri jalanan yang tampak sudah mulai ramai dilalui anak-anak
sekolah lainnya. Mulai dari SD, SMP ,dan SMA.

" Devan..." teriak seorang yang memanggil Devan.Devan menoleh ke belakang dan melihat
temannya Dino yang berlari untuk menghampiri nya. "Pagi Dino tumben sendiri,di mana Eko sama
Yuli? biasanya barengan terus tuh kalian bertiga" kata Devan . " Oh... biasalah. Katanya berangkat lebih
awal ,soalnya mau piket" jawab Dino. " biasanya hanya Yuni yang mau rela capek-capek piket sekolah ,
Dino paling cuman mandor" kata Devan. " Hahah...bisa aja kamu Dev" tawa Dino.

Kembali mereka menelusuri jalan hingga tak terasa mereka sudah sampai di depan gerbang
sekolahnya. Ya, mereka Sekolah di SMA Negeri 1 Siantar Narumonda dan sama-sama duduk di kelas
11 serta di jurusan yang sama yaitu IPS 2. Mereka berjalan diatas koridor sambil berbincang-bincang,
bahkan ada juga yang saling bertegur sapa dengan mereka serta bapak dan ibu guru pun tak enggan tuk
mereka sapa.

Mereka pun sampai di depan kelasnya dan menuju bangku masing-masing. Devan dan Yuni
sebangku . Mereka duduk di bangku pertama barisan kedua.Sedangkan Eko dan Dino duduk tepat di
belakangnya."Selamat pagi Devan Maleo anak paling unyu dan lugu"teriak Eko dengan suara yang
dibuat melengking. " Pagi Eko.... gausah gitu juga kali ko.Bising nih" kata Devan. "Huuuuuu.....tau tuh
ribut banget si Eko" anak yang lain menimpali.

"Eh Van...kamu udah siap belum tugas MTK?" tanya Lia teman Sekelas Devan. " Udah Lia...
kenapa??" tanya Devan. " Aku mau minjem boleh ga?dikit lagi nih Van" kata Lia. "Oh tentu bo...."
ucapan Devan terpotong. "Eitsss....maaf ya kami para bestie nya dulu yang pertama, soalnya kite-kite
juga belum siap" ucap Dino seraya mengambil buku tugas milik Devan. Devan hanya geleng kepala
melihat tingkah para sobat nya itu.Lia merasa sedikit kesal tapi ia tahu Devan memiliki teman dekat
yang pastinya akan mengutamakan mereka terlebih dahulu. Bel sekolah pun berbunyi, menandakan
siswa untuk baris dilapangan.Para siswa pun mengambil barisannya masing-masing. Suasana tampak
riuh, ada yang masih menyelesaikan piket nya ,ada yang berlarian, ada yang baris tidak di barisan
kelasnya, dan serta ada juga yang terlambat.

Barisan dikomandoi oleh siswa yang memiliki jabatan sebagai ketua OSIS. Setelah beberapa menit
kemudian barisan sudah rapi dan apel pagi pun dapat dilaksanakan. Apel pagi dilaksanakan sesuai
dengan harinya. Seperti hari Senin( upacara), Selasa (English Day),Rabu (kebersihan ),Kamis (Batak
Day), Jumat( kebaktian) dan sabtu (olahraga) . Pada hari itu juga adalah hari Jumat,maka seluruh siswa
harus melaksanakan kebaktian.

Beberapa aliran kepercayaan seperti Islam dan parmalim berhak mengambil tempatnya masing-
masing dan yang beragama Kristen beribadah di lapangan sekolah. Ibadah dipimpin oleh seorang
petugas. Pada saat itu juga ibadah dilakukan dengan tertib dan tentram. Murid-murid pun menyanyikan
lagu pujian dengan penuh sukacita, mendengarkan Firman, serta mengucapkan doa-doa iman
kepercayaan. Hingga pada akhirnya ibadah pun selesai.

Kemudian komando pun diambil alih oleh seorang guru. "Baik, semuanya. Siap grak...!!" perintah
guru tersebut. Siswa pun spontan langsung melaksanakannya . "Baiklah anak didik kami, hari ini ada
pengumuman penting. Berhubung kita akan melaksanakan ujian penilaian akhir semester ,Bapak harap
kalian semua harus lebih giat belajar . Jangan buang waktu untuk beragam hal yang tidak penting.
Pergunakan waktumu dengan bijak, terutama perbanyak dalam membaca " ucap guru tersebut.

Kamu masih memiliki waktu 1 bulan. Perbaiki apa yang perlu diperbaiki. Seperti nilai pelajaran,
nilai praktek ,terutama nilai sikap. "Serta juga jangan perbanyak absen" guru tersebut menimpali.
"Paham anak didik kami ?" tanya guru tersebut. "Paham pakk..." jawab seluruh siswa serentak. " Baik,
seluruh siswa bubar barisan, Jalann..." perintah guru . "Selamat pagi Pak" ucap siswa serentak seraya
bubar dan memasuki kelasnya masing-masing.

Suasana di kelas Devan tampak ricuh. Ada yang berlarian, ada yang mengobrol dengan suara yang
keras hingga tertawa terbahak-bahak, dan ada pula yang beradu mulut karena suatu hal . Namun
disamping itu semua terlihat beberapa anak yang tampak sibuk menyiapkan alat belajarnya masing-
masing dan membaca buku paket yang dimiliki.

"Van.. kamu udah belajar belum? nanti ada ulangan sejarah loh " tanya Yuni. "Oh udah dong Yun,
tadi malam aku belajar full " ucap Devan." ya deh kamu si paling rajin" ucap Yuni. "Selamat pagi anak-
anak". " Selamat pagi Bu" jawab murid kelas 11 IPS 2 serentak. Seketika itu juga sontak para murid
yang tadinya berpencar kembali ke tempat masing-masing . Guru tersebut pun geleng kepala melihat
tingkah laku para muridnya.

Sangat susah diatur dan diarahkan . Namun disamping itu, guru juga sedikit memaklumi karena
memang pada masa-masa itu lah masa pertumbuhan dari siswa tersebut atau yang biasa dikatakan masa
pubertas."Baik kita mulai pelajarannya, Ibu harap semua memperhatikan". "Baik Bu" jawab mereka
serentak.

Tak terasa proses belajar mengajar pun telah selesai. Para siswa siswi SMA Negeri 1 Siantar
Narumonda bergegas ingin segera pulang ke rumahnya masing-masing. Ada yang pulang membawa
kendaraanya masing-masing, ada yang menaiki angkutan umum, bahkan banyak juga para siswa yang
berjalan .
Tampak Devan dan kawan-kawannya beriringan menelusuri jalan. "Wah... Dev, Kamu keren
banget loh, nilai ulanganmu yang paling tinggi dari semua teman sekelas . Padahal yang juara kelas
bukan kamu, tapi si Devi. Eh, malah dia yang dibawah kamu"ucap Eko . "Ah... biasa saja. Mungkin
Devi kurang memahaminya saja" jawab Devan. "Huh... kamu tuh selalu merendah loh Dev, sekali-kali
mengakuinya kenapa sih!" tampak Yuni menimpali. "Eh sudah.. itu kan hak Devan mau merespon
bagaimana"ucap Dino.

"Ehh... dengar-dengar nih ada yang naksir kamu loh Dev, kayaknya anak kelas sebelah, lorong
IPS 1" kata Eko. " Hah ...??? yang bener? haduh Devan kita ya ..... polos dan lugu ada juga yang suka
guyss, hahaha..." tambah Dino menimpali . "Apa sih kalian, emang kalau dia suka Kenapa??" tanya
Devan. "Cieeee..." sorak Eko dan Dino serempak . "Eh.... udah- udah ribut tau nggak!! Dev... kamu itu
harus bisa berpikir dewasa. Entar kamu ikut-ikutan baper terus jadi ada rasa lagi. Ingat kita masih
sekolah ,ya sekolah aja dulu. Apalagi kita mau naik ke kelas 12, harus lebih fokus" tutur Yuni.

"Ah...Yun santai aja lah. Aku ngerti. Lagian mana ada yang baper sih Yun" kata Devan. "Tapi
makasih ya buat sarannya" tambah Devan. "Yang penting kamu paham" jawab Yuni. "Eh aku udah mau
sampai nih, aku duluan ya guyss " kata Devan sembari melambaikan tangannya . "Oke Devan. Dahhhh"
jawab mereka serempak.

"Tok....tok... tok .. syaloom nek" ucap Devan sambil membuka pintu. "Syalom Van, cepat ganti
bajumu dan segeralah makan.Kakekmu sudah di ladang sejak pagi tadi" kata nenek. "Ah nenek, baru
juga pulang" ucap Devan.

Devan pun segera mengganti bajunya lalu bergegas untuk makan. Setelah selesai makan Devan
pun langsung mengambil pakaian usang yang digunakan untuk ke ladang . "Aku pergi dulu ya nek "
ucap Devan . "Tunggu, bawakan juga bekal untuk kakekmu" sambil menyerahkan rantangan nasi. "
Baik nek, dahh nek aku pergi" ucap Devan.

Devan pun pergi dengan menelusuri jalanan. Terlihat para orang-orang yang sibuk mengambil
aktivitasnya masing-masing. Ada yang menjemur pakaiannya , ada ibu-ibu sedang mengobrol ,ada yang
sedang berdagang, dan selebihnya juga ada yang sama dengan Devan yaitu hendak pergi ke ladang. Tak
terasa Devan pun akhirnya sampai di ladang . "Kek.....ini dimakan dulu makanannya selagi hangat"
teriak Devan. " Oh ya sebentar" ucap kakek.

Segera kakek mencuci kaki dan tangannya di sebuah mata air yang dekat di ladang mereka.
Setelah itu sang kakek pun langsung menuju pondok mungil tempat cucunya berada. "Wah... kenapa
banyak sekali ini makanannya" kata kakek. "Nenek tuhhh kek yang bikin,biar kakek tambah kuat
mungkin,hahaha..." kata Devan dengan sedikit tertawa. "Ya sudah biarkan kakek makan dulu"ucap
kakek.
Tak terasa kakek pun telah selesai makan. Mereka pun melanjutkan pekerjaan di ladang. Devan
dan kakeknya pun mulai bekerja. Kebetulan mereka akan menanam jagung, kakek membuat lubang di
tanah sedangkan Devan mengisinya dengan benih jagung lalu ditutup rapat begitulah seterusnya hingga
selesai. "Setiap lubang isi dua biji benih jagung ya Van" kata kakek. "Siapp kek" sahut Devan dengan
semangat. "Dan jangan lupa menutup nya juga harus rapat, supaya nanti tidak mudah untuk dikorek
ayam ataupun burung". " Tenang saja kek aku sudah ahlinya" jawab Devan.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 17:20. Kakek dan devan pun bergegas untuk segera
pulang. Mereka membereskan dahulu alat-alatnya dan membersihkannya. Mereka pun pulang dengan
menelusuri jalan yang sudah mulai diterangi dengan lampu jalanan. sekitar 15 menit,Devan dan
kakeknya tiba di rumah. Setibanya di rumah, Devan dan kakeknya langsung membersihkan tubuhnya
masing-masing . Mereka pun mandi dan setelah itu tubuh mereka tampak kembali segar. Selesai mandi
mereka langsung makan malam bersama.

Setelah selesai makan malam, Devan langsung bergegas menuju meja belajarnya yang juga
tampak tua. Tetapi Devan masih tetap menggunakannya sebagai meja belajarnya. Devan belajar dengan
penuh semangat. Hingga tak terasa 2 jam sudah berlalu . Devan belajar hingga kantuk pun melandanya.

Kukuruyuk.....suara ayam yang menandakan bahwa hari sudah pagi, ditambah dengan suara jam
weker yang berpadu menjadi satu,membuat Devan terbangun dengan sendirinya. Devan melirik
sekitarnya. Sepi. Tampak tiada tanda-tanda bahwa nenek dan kakeknya Sudah bangun. Devan pun
bangkit dari kasurnya lalu berjalan menuju kamar mandi untuk sekedar membasuh wajah dan
menggosok giginya. Tiba-tiba seketika itu juga sang nenek pun terbangun dan melihat Devan cucunya
sudah bangun terlebih dahulu. "Begini kan enak, jadi kakek dan nenek tidak perlu susah payah
membangunkanmu Dev" kata Nenek mengejutkan Devan.

"Ah nenek ini... biasalah nek, Devan mau mandiri untuk bangun lebih awal,haha...." tawa Devan.
"Ya sudah, nenek mau masak sarapan pagi dulu" kata nenek lalu segera berlalu. Begitu juga dengan
Devan. Ia sebentar membuat teh hangat, lalu segera pergi ke meja belajarnya dan membaca buku-
bukunya.

"Apa Devan sudah bangun??" tanya kakek. "Sudah.. dia mungkin sedang di meja belajarnya"
jawab nenek. Kakek pun segera menghampiri Devan. Setibanya di situ kakek menepuk pundak Devan
pelan, " Nahh..begini dong cucu kakek, kakek ngak harus repot berteriak untuk bangunin kamu tiap
pagi" kata kakek. "Iya kek.. Devan pasti bisa bangun lebih awal"jawab Devan.

Keduanya seketika hening terlarut dalam pikiran masing-masing. Hingga kakek pun memulai
pembicaraan. "Bukankah kalian sudah mulai ujian Devan??" tanya kakek. "Bulan depan kek"jawab
Devan. " Oh begitu.. tidak terasa kamu sudah mau naik kelas tiga saja ya Dev, padahal baru kemarin
rasanya kamu kakek gendong kesana kemari. Tapi mulai sekarang kamu sudah harus menentukan masa
depanmu" ucap kakek. "Ah..kek itu masih lama" sergah Devan.

"Kakek hanya berpesan, kejarlah mimpimu sampai setinggi bintang di langit,kalau jatuh harus naik
lagi"kata kakek. "Iya kek.. aku juga berusaha untuk membuat kakek bangga" jawab Devan.

"Dev walaupun kakek tidak punya apa-apa, tapi kalau untuk menyekolahkan kamu, kakek selalu
berusaha buat yang terbaik. Kamu tidak perlu pikirkan biaya, yang perlu kamu pikirkan adalah tujuan
dan harapanmu harus terwujud. Kakek pasti bantu sekuat tenaga" kata kakek. "Iya kek,aku juga
mengerti kondisi kita. Ekonomi yang pas-pasan, rumah yang tampak tua, ditambah lagi pekerjaan yang
kala tak memberi hasil" ucap Devan lirih.

"Kalau kamu sudah tamat SMA, kamu mau melanjut sebagai apa?"tanya kakek. "Aku ingin
menjadi pilot kek. Aku ingin mengitari bumi dan angkasa yang begitu luas dan menghantarkan orang-
orang ke tujuannya hingga selamat,ya bisa dikatakan aku menjadi pengabul harapan mereka untuk
selamat sampai tujuan" ucap Devan semangat."Wah.. andai saja Ibu dan Ayahmu masih ada,pasti
mereka akan sangat bangga padamu " ucap kakek. "Pasti dongg kek,haha..." tawa Devan. "Kakek punya
satu tantangan untuk kamu, kalau kamu mampu menjadi peringkat satu dan umum di sekolahmu,kakek
akan beli hadiah" ucap kakek.

Seketika mata Devan berbinar. Terbayang sudah sebuah laptop yang didambakan berada di
depannya. "Aku ingin laptop kek" jawab Devan. "Iya pasti kakek belikan asal kamu mampu menjadi
peringkat umum disekolahmu" kata kakek. "Baik kek,yasudah aku siap-siap berangkat sekolah ya kek"
kata Devan. "Iya.. kakek juga mau memberi ayam makan" dan keadaan ruangan itu pun tampak hening
kembali. Hanya keributan nenek yang sedang memasak di dapur yang terdengar.

Pukul 07.35 WIB Devan sudah siap untuk berangkat. Sebelum itu ia berpamitan pada kakek dan
neneknya. Lalu ia menelusuri jalan sembari bersiul kecil. "Hai Dev.." sapa Yuni . " Eh Yun, kalian
bertiga buat kaget saja" kata Devan. "Bagi tugas Bahasa Indonesia dongg Dev" rengek Dino. "Ya ampun
Dino, masih juga di jalan sudah minta tugas, ada-ada saja" ucap Eko. "Halah kamu juga nanti di kelas
pasti minta"ucap Dino kesal. "Sudah- sudah nanti saja, tapi ku ajari saja ya, nggak baik kalau kalian
terus nyontek" ucap Devan.

Mereka berempat pun melanjutkan perjalanannya hingga menghabiskan waktu sekitar 15 menit
dan sudah sampai dalam kelasnya. "Seperti janjinya tadi, Devan pun mengajari teman-temannya untuk
menyelesaikan tugasnya. Tepat pukul 08:00 WIB bel berbunyi dan pas Devan dan teman-temannya
sudah selesai mengerjakan tugasnya. Seperti biasa mereka baris untuk melakukan apel pagi yaitu senam.
Setelah semuanya rapi barulah senam dimulai. Dimulai dari gerakan pemanasan, inti,hingga
pendinginan.
Seluruh siswa melakukan senam dengan baik. Hingga pada akhir senam selesai, semua siswa
bertepuk tangan. Lalu seorang guru kembali mengambil komando dan memberikan pengarahan.
"Baiklah anak didik kami. Seluruhnya, istirahat ditempat,grakk!!" ucap Guru tersebut memberi aba-aba.
Seketika itu juga, spontan para siswa langsung melakukannya. "Baiklah anak didik kami, hari ini ada
pengumuman mengenai uang SPP. Jadi seluruh siswa harus melunasi uang SPP nya baru dapat
diperkenankan mengikuti ujian kenaikan kelas. Paham??" tanya guru tersebut. "Paham Pak..." jawab
para siswa serentak. "Baiklah. Seluruhnya siapp grakk!!, bubar barisan jalan!" perintah guru tersebut.
Semua siswa pun bubar.

Proses pembelajaran pun berjalan seperti biasa. Devan yang tambah semangat dalam belajar dan
selalu mampu menjawab pertanyaan yang membuat banyak guru yang menyanjungnya. Begitulah
hingga proses pembelajaran berakhir dan para siswa segera pulang seperti biasanya. Terlihat Devan dan
teman-temannya yang berjalan bersamaan sambil diselingi canda dan tawa, yaa tampak sangat asik.
"Dahh guyss ..Devan paling tampan duluan ya" ucap Devan sambil melambaikan tangannya. "Dah Dev..
jawab temannya serentak.

Devan segera masuk ke dalam rumahnya. Seperti biasa Devan mengganti pakaiannya, makan, dan
bergegas untuk membantu kakeknya di ladang dan kembali dari ladang pada sore hari.

Malam pun tiba. Devan serta kakek dan neneknya pun makan malam bersama. Sesudah selesai
makan malam,Devan mengajak kakek dan neneknya untuk berbicara sebentar. "Nek, kek,aku harus
membayar uang SPP bulan ini agar bisa ikut ujian"kata Devan. "Berapa uang SPP mu??" tanya nenek.
"Dua ratus tujuh puluh ribu nek,karena semester ini akan habis"jawab Devan. Tampak kakek dan nenek
Devan terdiam. Devan pun sadar akan hal itu, ia tahu bahwa kakek dan neneknya belum memiliki uang
sebanyak itu untuk saat ini, sebab hasil daripada kebun pun belum ada yang bisa dipanen. "Ya sudah,
nanti kakek coba bicara pada Pak Tono ayahnya Yuni, barangkali bisa dipinjam" ucap kakek.

"Maaf ya kek Devan selalu merepotkan kalian" kata Devan sendu . "Ah ini tanggung jawab nenek
dan kakek,tugas kamu adalah harus belajar lebih giat. Tidak ingat apa janji kakek?" ucap kakek sedikit
menghibur. "Ya ingatlah kek, Devan buktikan bahwa Devan bisa menjadi juara satu umum kek
disekolah". "Ya sudah kalau begitu,pergilah belajar lalu tidur". "Baik kek" jawab Devan.

Kembali pagi menyapa Devan, yang sudah bisa bangun lebih awal dan selalu melakukan aktivitas
paginya dan hari ini Devan kembali hendak berangkat sekolah. "Nek, kek, Devan berangkat ya" ucap
Devan. "Tunggu ini uang SPP mu, awas hilang Dev". "Iya kek, terimakasih ya kek"ucap Devan. lalu
Devan pergi. Seperti biasanya ia berangkat bersama ketiga temannya. Sampai di sekolah Devan
menyetor uang SPP nya dan proses pembelajaran pun berjalan seperti biasa. Devan yang selalu teringat
akan hadiah sang kakek menjadi pemacu nya untuk menjadi lebih semangat belajar. Hari demi hari pun
berganti,hingga tak terasa sudah hampir satu bulan. Tinggal beberapa hari lagi, Devan dan seluruh
siswa-siswi SMA Negeri 1 Siantar Narumonda akan melaksanakan ujian akhir semester. Tampak
Devan yang sudah mulai sibuk dengan buku-bukunya dan mempelajarinya satu-persatu hingga
mengerti.

Seperti biasa Devan berangkat ke sekolah bersama ketiga temannya. Hari ini mereka akan
pembagian roster ujian serta Kartu Ujian. "Nek, kek, Devan berangkat" kata Devan. "Hati-hati.." ucap
kakek dan nenek Devan. Sesampainya di sekolah Devan dan teman-temannya mencari ruangan ujian
mereka masing-masing. Devan dan Eko satu ruangan, sedangkan Dino dan Yuni di ruang yang lain.
"Ya kita pisah ruangannya" ucap Yuni. "Nggak papa lah Yun, hanya 6 hari kok, lagiankan ada aku yang
menemani kamu"ucap Dino. "Apa sih"ucap Yuni kesal. "Roster ujian sudah, Kartu Ujian juga sudah
dibagi. Kira-kira ada pengumuman lagi enggak ya?" tanya Eko. "Kayaknya enggak deh, kita tinggal
tunggu waktu pulang saja"ucap Devan sembari dengan raut wajah yang tidak tenang.

"Devan......!!! kakekmu kecelakaan Dev!" terlihat salah satu orangtua yang menghampiri Devan.
"Apaaa...???!!!" ucap Devan sambil berlari keluar sekuat tenaga. "Devan naik..!!" ucap seorang satpam
sekolah. Devan segera naik, satpam tersebut mengarahkan motornya ke arah rumah sakit, namun
ternyata kakeknya sudah kembali ke rumah. Devan menjadi tidak karuan Pak satpam kembali membawa
Devan ke rumahnya dan benar saja di dalam rumah Devan sudah banyak orang berkumpul dan terdengar
suara nenek Devan yang pecah dalam tangisnya.

Devan pun langsung berlari ke dalam tak kuat menahan pilu. Kakek yang disayanginya pengganti
dari orang tuanya pergi meninggalkannya juga secepat ini. Devan tak kuat menahan tangisnya. Devan
memeluk mayat sang kakek sangat erat seperti tak ingin dilepas. " kenapa kek.....!! kenapa harus secepat
ini. Tidak ada lagi candaan kakek, tidak ada lagi penyemangatku, tidak ada lagi aku yang mengantar
bekal untuk kakek, tangis Devan semakin pecah hingga ia tidak menyadari suaranya hampir habis
karena menangis dengan kencang.

Seluruh orang yang menyaksikan juga turut berduka termasuk teman-teman Devan sungguh
peristiwa yang memilukan untuk Devan. Setelah kakek Devan dikebumikan Devan masih terlihat
sangat drop. Hingga ujian pun tiba,rasanya belajar pun sudah tak niat. Hingga sang nenek datang
menghampiri Devan. "Devan mungkin ini sudah takdir, kamu harus kuat sebagaimana nenek
menerimanya dengan berat. Tapi kamu harus tetap semangat demi membuat kakekmu serta orangtuamu
bangga di alam sana. Belajar lah supaya cita-citamu menjadi pilot tercapai" ucap nenek Seraya
mengecup kening Devan. Devan pun kembali teringat akan harapan kakeknya yang menginginkannya
menjadi juara satu umum, ia tak mau membuat kakeknya kecewa. Dengan niat yang dipaksakan Devan
pun belajar dan mulai membaca bukunya.

Ujian pun berlangsung, hari demi hari sudah dilewati Devan hingga hari yang dinanti pun tiba
yaitu pengumuman hasil penilaian akhir semester. Dan pengumuman untuk kelas Devan dibacakan. "
Juara 3 kepada Yuni, juara 2 kepada Novi dan juara 1 sekaligus umum jatuh kepada Devan Maleo"
ucap guru tersebut. Seluruh siswa senang menerima termasuk Devan. " Selamat Dev...." ucap teman-
teman Devan. "Terimakasih "jawab Devan.

Sesampainya Devan di rumah ia langsung memberitahu pada neneknya. Nenek nya bangga dan
mengecup kening Devan serta menyerahkan hadiah pemberian kakeknya sebelum pergi kepada yang
kuasa. "Ini dari kakek mu" ucap nenek. "Kakekmu bilang, mau kamu dapat juara atau tidak dia tetap
ingin mengabulkan keinginanmu". Devan pun tersenyum haru. Dipegangnya laptop itu dan dia kini
mengerti bahwa tidak harus ada hadiah untuk menjadi sang juara,namun tekad dan keinginan yang
kuatlah yang membuatnya mampu meraihnya.

Teman-teman Devan pun tiba di rumah Devan dan mengajak Devan untuk pergi merayakan hari
kemenangannya. Mereka pun bermain di tengah taman dan menikmati waktu dengan keasikan yang
sangat tampak jelas terlihat. "Aku bangga padamu Dev..."ucap Yuni. " Aku juga bangga pada mu Yun,
dan untuk kita semua" jawab Devan.

Segala yang diinginkan akan terwujud jika memiliki tekad dan niat yang tinggi. Tidak peduli apa
halangannya. Selagi bisa diatasi, lanjutkan saja. Sebab usaha tak akan menghianati hasil.

~selesai~

Anda mungkin juga menyukai