BABAK I
(Dirumah Bu Zaenab)
Berawal dari sebuah kisah sederhana tentang seorang gadis yang merasa bahwa
dirinya adalah satu-satunya orang yang paling berkuasa dan yang paling pantas disanjung
serta dipuji, sebut saja gadis itu Hanisya. Ia sering dipanggil Nisya, ia gadis manja yang
sombong lagi angkuh. Ia melakukan segala cara demi mewujudkan keinginannya. Pada suatu
hari, Kampus tempat ia kuliah akan mengadakan Study Camp. Siswa yang ikut diharuskan
membayar sejumlah uang.
Hanisya : Bu, aku pengen ikut Study Camp Kampus, aku minta uang dong buat
bayar semua biayanya.
Bu Zaenab : Ibu dapat uang darimana nak, jangankan untuk membayar biaya
Study Camp, untuk memenuhi kebutuhan keluarga pun ibu harus
banting tulang seperti ini (sambil mencuci pakaian).
Hanisya : Alaaaahhh... ibu bilang aja kalau ibu gak mau lihat anaknya bahagia,
iya kan?
Bu Zaenab : Ya Allah nak bukan begitu, ibu sangat ingin lihat anak-anak ibu
bahagia, tapi ibu....
Hanisya : Tapi apa? Udahlah bu, ibu tuh banyak alasan! (pergi masuk kamar).
Bu Zaenab pun menangis. Ia sedih melihat anaknya yang tidak mau mengerti akan
kondisinya, disisi lain ia sangat ingin membahagiakan anaknya, tapi lagi-lagi kondisi
ekonomi yang menjadi masalah terbesar yang harus dihadapinya.
Hasna : Bu, ibu kenapa? (sambil meletakkan tangan ke pundak ibunya).
Bu Zaenab : (kaget dan langsung menghapus air matanya) Eh hasna, engga nak...
ibu gak papa.
Hasna : Ibu gak usah nutupin kesedihan ibu, aku tau kok... Ibu sedih karena
Kak Nisya kan bu?
Bu Zaenab : (tersenyum) Enggak nak, ibu benar-benar gak papa
Hasna : Bu, Hasna rela kok berhenti sekolah dan kerja bantu ibu.
Bu Zaenab : Gak perlu sayang, kamu masih kecil, ibu gak rela kalau kamu harus
berhenti sekolah. Ibu akan berusaha cari pinjaman uang untuk
kakakmu (berjalan keluar rumah).
BABAK II
(Dikampus)
Hari yang cerah dan suasananya terlihat berbeda dibanding hari-hari sebelumnya, hari
ini seluruh Mahasiswa/i disibukkan dengan persiapan Study Camp.
Amsyar : Assalamualaikum
Aisyah : Waalaikumsalam
Amsyar : Aisyah, kamu lagi apa disini? Padahal semua orang sibuk
mempersiapkan Study Camp buat besok loh.
Aisyah : Engga lagi apa-apa kok kak, emm.... kayanya aku gak bakal ikut
acara itu deh kak (sedih).
Amsyar : Loh kenapa??
Aisyah : Aku susah dapat izin dari Abi kak, Abi takut kalo nanti disana gak ada
yang jagain aku.
Amsyar : Kan ada kakak, biar kakak aja yaa yang bicara sama Abi kamu.
Aisyah : Tapi kak....
Amsyar : Udah gak papa, Aisyah... kamu sudah kakak anggap kaya adik kakak
sendiri, dan Om Agan juga selama ini sudah baik sama kakak
(meyakinkan Aisyah)
Aisyah : Baiklah kak.... makasih ya kak sebelumnya atas semua kebaikan
kakak, semoga Alloh membalasnya.
Amsyar : Sama-sama. Amin InsyaAlloh (tersenyum)
Sesampainya dirumah Aisyah, Amsyar berusaha meyakinkan Pak Agan untuk memberikan
izin kepada Aisyah. Dan akhirnya Pak Agan mempercayai Aisyah untuk mengikuti kegiatan
Study Camp itu.
Pak Agan : Nak, Abi memang mengizinkanmu untuk ikut acara diKampus, tapi
bukan berarti kamu tidak menjaga kondisimu.
Aisyah : Iya Abi, Aisyah ngerti kalau Abi sangat khawatir sama putri Abi ini,
tapi Aisyah janji akan jaga kepercayaan Abi dengan baik. Doakan
Aisyah selalu ya bi (manja).
Pak Agan : Tentu sayang, tanpa kamu minta sekalipun doa Abi selalu
menyertaimu.
Aisyah : Makasih ya bi atas ketulusan hati Abi. Walau tanpa kehadiran Umi,
tapi Abi sudah menjadi orang tua yang luar biasa buat Aisyah.
Pak Agan : Sama-sama nak, Abi bersyukur karena Alloh telah memberikan
amanah yang luar biasa melalui kamu (terharu).
BABAK III
(Dirumah Bu Zaenab)
Seiring berjalannya waktu, mentaripun kini mulai menyambut cerahnya pagi yang tak
luput dari merdunya nyanyian burung-burung yang senantiasa memberikan semangat kepada
Bu Zaenab untuk melawan semua tantangan kehidupan. Ketika Bu Zaenab tengah
membereskan rumah, tiba-tiba ia dikagetkan oleh suara ketukan pintu yang sangat keras.
Rentenir : Tok tok tok! (Suara ketukan pintu).
Bu Zaenab : Iya, tunggu sebentar (segera membukakan pintu).
Rentenir : Mana uang cicilan minggu ini?
Bu Zaenab : Maaf tuan, tapi saya belum punya uangnya.
Rentenir : Loh enak aja! Kalau sekiranya ibu gak punya uang buat bayar, kenapa
ibu berani pinjem?
Bu Zaenab : Maaf tuan (sedih).
Rentenir : So’so an banget pinjem uang! Ini bukan uang yang sedikit bu!
Bu Zaenab : Iya, maaf... saya janji akan membayar secepatnya (sedih sekaligus
takut).
Rentenir : Ingat, saya pegang janji ibu! Kalau dalam waktu tiga hari ibu masih
gak bisa bayar juga maka rumah ini akan disita!
Bu Zaenab merasa kebingungan, sepanjang malam ia tidak bisa tidur sampai pada
akhirnya dia jatuh sakit. Sedangkan Hanisya, malah bersenang-senang menikmati uang hasil
kerja keras ibunya.
Hanisya : Bagus banget nih villanya, coba aja rumah gue kaya gini, pasti hidup
gue bakalan bahagia banget (menatap seluruh bagian villa). Ehh...
bentar deh itu Amsyar sama si cupu Aisyah lagi pada ngapain disana,
awas ya cupu udah buat gue kesel!
Amsyar : Aisyah, kakak tinggal sebentar ya kamu jangan kemana-mana!
Aisyah : Iya kak
Hanisya dan Aisyah ditemani Amsyar untuk pulang lebih awal dari kegiatan Study Camp itu.
Hanisya : Amsyar, Aisyah, gimana? Kita udah cari ibu kemana-mana, tapi tetap
gak ada juga! Gimana ini??
Amsyar : Udah kamu tenang Nisya. Coba kita cari ke rumah kamu Aisyah,
siapa tau Bu Zaenab ada disana.
Aisyah : Kak, aku nemu surat dikamarku, isinya... bahwa Abi sedang
mengantar Bu Zaenab ke Rumah Sakit, katanya Bi Zaenab koma kak.
Hanisya : Apa??? Ibu....... (berlari menuju ke Rumah Sakit)
BABAK IV
(Di rumah sakit)
Satu bulan berlalu, akhirnya berkat doa yang tulus dari seorang Hanisya, Bu Zaenab
sadar dari komanya.
Bu Zaenab : Nisya... Hasna...
Hasna : Iya bu... ini aku dan Kak Nisya.
Bu Zaenab : Kenapa kalian menangis?? (menyembunyikan rasa sakitnya).
Hanisya : Bagaimana mungkin aku bisa menahan air mataku bu... sedangkan
aku menanggung dosa yang terlalu banyak sama ibu! Maafkan Nisya
bu. (menangis).
Bu Zaenab : Ibu sudah memaafkanmu nak, ibu yang seharusnya minta maaf
karena belum bisa membahagiakan kamu (meneteskan air mata).
Hanisya : Engga bu... ibu gak perlu minta maaf, karena selama ini aku yang
salah sama ibu! Aku anak durhaka bu! (menangis tersedu-sedu)
Bu Zaenab : Nak, bagi ibu kamu mutiara yang sangat berharga... Berubahlah nak
dan jaga adikmu untuk ibu! Maaf ibu harus pergi sayang, ibu sangat
menyayangi kalian.
Suasana berubah menjadi haru biru. Hanisya dan Hasna pun tak kuasa menahan
kesedihannya, Hanisya merasakan penyesalan yang teramat dalam. Akhirnya, mulai saat itu
Hanisya pun tumbuh menjadi seseorang yang sangat berbeda dari sebelumnya. Hanisya lebih
menghabiskan masa hidupnya dijalan Allah Swt.