Anda di halaman 1dari 3

Usaha Tak Akan Mengkhianati Hasil

Karya Ni Kadek Nuriani

Anisa adalah seorang siswi di SMA Nusa Bangsa. Ia salah satu temanku
walaupun kami berbeda kelas. Dia dijuluki kutu buku. Tentu saja demikian, karena dia
sangat pintar, tak pernah melewatkan waktu untuk belajar dan membaca. Aku pun
sering merasa kagum akan kepintarannya. Tapi sayangnya, Anisa berasal dari keluarga
kurang mampu. Terkadang aku bingung, mengapa dia sangat semangat belajar padahal
belum tentu ia dapat melanjutkan sekolahnya. Karena penasaran, pagi ini aku akan ke
ruang kelasnya di kelas IX A.

Aku berhasil menemuinya. "Hai Anisa, boleh aku duduk di sini? Aku mau
nanyain sesuatu sama kamu,” kataku. Lalu Anisa pun menjawab, " Iya boleh, silahkan
duduk. Mau tanya apa?" katanya dengan tampang penasaran. "Gini nih, maaf ya aku
bukannya bermaksud menyinggung perasaan kamu, aku cuma penasaran. Kenapa sih
kamu semangat belajar untuk menjadi juara? Padahal keluargamu kurang mampu belum
tentu kamu bisa terus sekolah, mengapa gak bantu orang tua saja di rumah?" tanyaku
tanpa basa basi. Kemudian Anisa menjawab dengan sangat tegas, " Gini ya, aku belajar
keras karena mempunyai tekad yang sangat tinggi, aku ingin mempunyai masa depan
yang lebih baik. Walaupun banyak orang yang bertanya-tanya apakah aku bisa
melanjutkan pendidikanku atau tidak? Aku tahu orang tuaku memang tidak mampu
membiayai sekolahku, karena itu aku semangat belajar agar aku mendapat beasiswa
sehingga bisa melanjutkan pendidikanku sampai ke Perguruan Tinggi. Aku sangat ingin
membahagiakan orang tuaku, aku ingin suatu hari nanti orang tuaku tidak dicaci maki
lagi karena mereka orang susah. Aku ingin menaikkan harkat dan martabat mereka. Jika
aku sukses nanti, aku juga ingin membuka lapangan pekerjaan agar bisa membantu
teman-teman yang hidupnya sepertiku.” Mendengar kata-kata tersebut akupun terharu.
Aku tercengang mendengar jawabannya yang panjang lebar. “ Wah, sangat mulia
hatimu Anisa. Kamu tidak hanya pintar tetapi kamu mempunyai mimpi yang tinggi dan
peduli dengan sesamamu. Aku sangat bodoh bertanya seperti ini, aku merasa malu. Aku
tidak bisa berfikir seluas pikiranmu. Kamu memang sekarang diuji oleh Tuhan, tapi aku
yakin kamu nanti akan menjadi orang sukses. Aku akan selalu mendoakan agar kamu
mendapat beasiswa yang kamu inginkan.”
Beberapa bulan kemudian, ada Lomba OSN (Olimpiade Sains Nasional) yang
meliputi pelajaran Matematika, IPA dan IPS diadakan oleh PUSPRESNAS (Pusat
Prestasi Nasional) tahun 2021. Jika menang akan mendapatkan beasiswa pendidikan
sampai Perguruan Tinggi. Anisa siswa yang sangat pandai di sekolah, khususnya dalam
bidang pelajaran Matematika, diapun ditunjuk oleh guru untuk mengikuti OSN tersebut
mewakili mata pelajaran Matematika. Dia sangat senang dan bahagia bisa ditunjuk
mengikuti lomba tersebut dan tidak akan melewatkan kesempatan emas ini. Akhirnya
kesempatan yang ditunggu-tunggu untuk dapat beasiswa datang juga. Lomba tersebut
akan diadakan 2 minggu yang akan datang di sekolah masing-masing secara daring
melalui gawai karena masa pandemi.

Selama beberapa hari orang tua Anisa melihat anaknya terus belajar hingga larut
malam tanpa kenal lelah, kadang ia juga memaksakan diri padahal sudah mengantuk.
Mereka merasa kasihan melihat anaknya belajar terlalu keras. Keesokan harinya,
mereka pergi ke kamar Anisa untuk menemuinya. "Anisa, sudahlah. Jangan kau
paksakan diri belajar terlalu keras seperti ini. Kita orang kurang mampu, kalaupun kamu
berprestasi apa gunanya jika kami tidak bisa membiayai sekolahmu. Sudahlah, jangan
ikut OSN itu, kamu hanya menyiksa diri sendiri saja. Bantu saja Ayahmu ini bekerja di
rumah! Saat ini mencari uang lebih penting daripada belajar. Mendengar kata-kata
ayahnya, mata Anisa pun berkaca-kaca. "Ayah, kenapa Ayah menjadi seperti ini.
Bukannya sebelumnya Ayah mendukungku? Kenapa sekarang Ayah menyuruhku untuk
tidak ikut OSN itu? Ayah, ini adalah kesempatan emas bagiku untuk bisa melanjutkan
pendidikanku sampai ke Perguruan Tinggi. Kenapa aku harus menyia-nyiakannya? Aku
begini justru karena ingin membantu Ayah. Lagipula aku belajar dengan senang hati,
aku tidak merasa terbebani sama sekali jadi Ayah tidak perlu khawatir,” ucap Anisa.
"Tapi nak,untuk apa berusaha terlalu keras jika kamu tahu pada akhirnya kehidupan kita
akan tetap susah. Kamu hanya belajar dan belajar saja tanpa ingat membantu orang
tuamu,” jawab Ayahnya dengan tegas. Ayahnya pun segera pergi. Anisa sangat merasa
sedih dan terpukul. Lalu ia melihat Ibunya yang memandangnya dengan iba. “Nak kata-
kata ayahmu memang ada benarnya, namun Ibu akan tetap mendukungmu, karena Ibu
ingin memberimu kesempatan untuk membuktikan usahamu,” kata Ibu sambil
membelai rambut Anisa. “Namun seandainya nanti kamu belum berhasil, jangan
pantang menyerah ya nak!” kata ibu memberi dukungan. “Bu maafkan aku, aku tak
sempat membantu Ibu dan Ayah. Tapi hanya kali ini saja Bu, izinkan aku belajar terus
agar aku bisa meraih beasiswa itu Bu,” ucap Anisa sambil memohon. Mereka lalu saling
memeluk.

Waktu berlalu tak terasa besok adalah hari pelaksanan Olimpiade. Keesokan
harinya, sebelum berangkat sekolah, Anisa berpamitan dengan orang tuanya, namun
ayahnya terlihat acuh, hanya Ibunya saja yang tampak tersenyum. Hal itu tak
menyurutkan tekad Anisa. Ia tetap semangat mengikuti OSN. Sesampainya di sekolah
dia mengerjakan soal ujiannya dengan penuh harap, tiap soal ia kerjakan dengan
sungguh-sungguh sambil berdoa. Kejuaraan akan diumumkan beberapa hari kemudian.
Aku menceritakan pada teman- teman tentang tekad dan harapan Anisa, sehinga teman-
temanpun ikut mendoakan dan mendukung Anisa. Begitu juga seluruh Guru merasa
yakin bahwa Anisa yang akan menjadi juara.

Akhirnya, pengumuman pun tiba. Sungguh kekuatan usaha dan doa akan
membuahkan hasil yang baik. Anisa mendapat juara 1 dari sekian peserta di seluruh
Indonesia. Ia menangis mendengar kabar gembira itu. "Wah, kamu memang pantas
mendapat semua ini, kamu memang anak yang hebat Anisa", kata Bu guru memberikan
selamat sambil memeluknya. Setelah itu, Anisa tak sabar ingin pulang dan
memberitahukan kabar baik ini kepada orang tuanya. Sesampainya di rumah dia
berteriak memanggil kedua orang tuanya. "Ibu aku berhasil Bu, aku menang, aku juara
1 lomba OSN nya dan aku mendapat beasiswa pendidikan sampai Perguruan Tinggi,”
ucap Anisa dengan penuh semangat. Setelah mendengar kabar tersebut orang tuanya
menangis bahagia dan merasa bangga pada anaknya. Ayahnya menjadi malu pernah
mengatakan untuk berhenti belajar. Ayah pun minta maaf kepadanya dan berjanji akan
selalu mendukung kerja keras yang dilakukan Anisa.
Aku sangat bangga kepada Anisa, impiannya bisa tercapai dari hasil kerja
kerasnya. Benar kata pepatah, tidak ada usaha yang mengkhianati hasil. Seperti yang
dilakukan Anisa, dia sabar dan melewati semuanya dengan ikhlas. Setiap orang tentu
ingin sukses dalam hidupnya dan pendidikan adalah hal yang sangat berperan untuk
mencapainya. Selalu ingat untuk mengawali usaha dengan jalan yang baik agar
mendapatkan hasil yang terbaik. Itulah motivasi hidup yang dapat ku raih dari kisah
hidup Anisa.

Anda mungkin juga menyukai