Anda di halaman 1dari 4

Bangkit Dari Keterpurukan

Di sebuah kota besar, tepatnya di kota Bandung. Hiduplah satu keluarga dengan
hidup serba keterbatasan. Kepala keluarga itu adalah seorang petani ditempatnya tinggal,
petani itu bernama Asep. Warga sering memanggil petani itu Mang Asep. Mang Asep
mempunyai istri yang bernama Bu Ihat, seorang pedagang di pasar mawar. Keduanya
dikaruniai anak tunggal yang diberi nama Ina Karlina. Ina tumbuh menjadi remaja yang
periang.

“Assalammu’alaikum bu, pak, Ina lulus!” Teriak Ina dari halaman rumah. Orantua
nya menyambut kabar baik itu dengan senyuman. “Alhamdulillah Neng, selamat ya!” ujar
bapak Ina. “Alhamdulillah Nak, mamah bangga” ucap mamah Ina dengan senyum
sumringah. Ina sangat senang ia telah lulus dari SMP Cita Bangsa dengan nilai yang
memuaskan, sehingga dia mendapatkan penghargaan sebagai Siswa dengan nilai Ujian
Nasional tertinggi. Ia sangat bersyukur atas segala pencapaiannya tersebut. Ina berharap suatu
saat nanti ia bisa mendapatkan penghargaan seperti itu lagi.

Kelulusan telah tiba, artinya Ina harus mempersiapkan segala berkas dan persyaratan
untuk masuk SMA. Suatu malam, bapaknya bertanya “Nanti kamu mau melanjutkan sekolah
kemana nak?”. Ina menjawab “SMA Bina Bangsa pak, kebetulan teman-temanku banyak
yang melanjutkan ke sekolah itu juga pak”. “Oh, yang di daerah Dago itu? Bukannya itu
sekolah untuk orang kaya nak? Biayanya pasti sangat mahal” jawab bapak Ina. “Hmm, tapi
pak siapa tahu kan sekolah itu memberikan kesempatan untuk Ina menjadi siswanya dengan
menggunakan jalur tidak mampu seperti saat SMP dulu” balas Ina sambil meyakinkan bapak
nya. “Ya sudah kita coba aja dulu” jawab bapak dengan pasrah. Lalu, datang mamah tiba-tiba
memulai percakapan “Kamu sekolah di sekolah yang biasa-biasa saja nak, yang penting
kamu masih bisa belajar”. Ina tetap ingin sekolah di SMA Bina Bangsa, ia tidak mau sekolah
jika tidak sekolah disitu.

Tepat di hari pendaftaran SMA, Ina dan ibunya mendatangi pihak sekolah tersebut
dan bertanya “Permisi, apakah sekolah ini mengadakan pendaftaran jalur tidak mampu untuk
siswa atau pendaftar baru?”. Lalu pihak sekolah menegaskan dan menjelaskan bahwa tidak
ada penerimaan siswa melalui jalur tidak mampu. Hati Ina hancur, ingin menjerit dengan apa
yang baru ia dengar tadi. Ibu dan Ina segera pulang dan menyampaikan kabar itu. “Pak,
bagaimanapun caranya Ina harus masuk sekolah itu. Ina berjanji Ina akan rajin belajar jika
sekolah disitu.” Bujuk Ina kepada bapak. “Nggak bisa dipaksakan nak, melihat keadaan
ekonomi kita yang tidak memungkinkan, bapak hanya seorang buruh petani yang hanya
bergantung pada musim saja. Mamahmu hanya seorang pedagang yang penghasilannya tidak
menentu. Kamu tau sendiri kan, setiap hari nya dagangan ibu hanya laku beberapa saja.
Bapak harap kamu mengerti nak” jelas bapak kepada Ina dengan harapan Ina bisa memahami
kondisi keluarganya.

Ternyata, Ina tidak memahami maksud bapaknya, Ina marah sehingga ia melarikan
diri dari rumah. Ina lari ke bawah jembatan, sambil menyeseali keadaan. Dia menangis
tersedu-sedu. Tiba-tiba saja, remaja wanita berambut panjang dengan perawakannya yang
tinggi menghampiri Ina dan ia mengatakan “Nangis? Hahaha.. pasti karena tidak bisa masuk
SMA Bina Bangsa kan? Orang miskin kaya kamu gak mungkin bisa masuk dong
Hahahaha..”. Ina tidak menjawab , dia hanya menatap remaja itu yang ternyata teman sebaya
nya di SMP. Bapak dan ibu kebingungan dan keliling-keliling mencari Ina. Akhirnya, Bapak
dan Ibu menemukan Ina dan membujuknya untuk segera pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, dan setelah suasana mulai mencair. Bapak dan ibu
menghampiri Ina ke kamar, ibu bertanya “Neng, bagaimana jika kamu sekolah di SMA
Cipularang aja, kan deket tuh neng tinggal jalan kaki. Jadi bisa menghemat pengeluaran kita
neng, kamu gak perlu keluar ongkos untuk naik angkot”. “Neng, mau dimanapun kamu
sekolah kalau kamu memang betul-betul rajin dan cerdas tetap aja kamu bisa jadi bintang di
sekolah” bujuk bapak sambil menepuk bahu Ina. “Iya neng, rezeki kan udah ada yang ngatur
tergantung kita aja menjalani nya gimana, asalkan kita tidak lupa untuk selalu berusaha, kerja
keras dan berdoa sama Allah. Bapak dan dan mamah selalu mendoakan yang terbaik buat
kamu neng” ucap mamah sambil memeluk putri sematawayangnya itu. “Jadi, kamu mau kan
neng sekolah di SMA Cipularang?” tanya bapak. Ina tidak menjawab, ia hanya
menganggukan kepala saja.

Keesokan harinya bapak dan ibu mendaftarkan Ina untuk bersekolah di SMA
Cipularang. Akhirnya, ina di terima di sekolah tersebut. Bapak dan ibu mengucapkan selamat
kepada Ina karena sudah bisa diterima di SMA Cipularang, walaupun sebelumnya Ina enggan
masuk sekolah ini. Ina memulai lembaran baru dari keterpurukannya. Disamping itu ia
memiliki orang tua yang luar biasa hebat yang selalu memberikan semangat, dukungan serta
doa yang tulus bagi Ina.

Hari demi hari, tahun ke tahun sudah Ina lewati dengan berbagai rintangan dan
cobaan. Ia tetap rajin belajar dan pantang menyerah agar bisa menjadi seseorang yang
membanggakan kedua orang tua nya. Saat ini, Ina memiliki segudang prestasi baik akademik
maupun non-akademik. Hingga akhirnya, ia mewakili Indonesia di kompetisi Internasional
dalam rangka lomba karya ilmiah. Sejak saat itu, banyak perguruan tinggi yang mengirimkan
undangan kepada Ina untuk menjadi mahasiswanya dengan bebas biaya sampai lulus.
Akhirnya, Ina memilih ITB untuk menjadi pilihannya melanjutkan pendidikan nya. Ia
memilih jurusan teknik dirgantara karena ia ingin memajukan industri penerbangan di
Indonesia. Orang tua Ina sangat bangga terhadap Ina. Ina juga tidak lupa selalu bersyukur
kepada Allah, dan mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tuanya yang telah
mendidiknya hingga ia bisa menjadi seperti ini. Ina sangat bangga mempunyai kedua orang
tua yang sangat hebat. Ina menyadari, kegagalan merupakan awal dari suatu kesuksesan.
-TAMAT-

CERITA PENDEK

BAHASA INDONESIA

“BANGKIT DARI KETERPURUKAN”

Anda mungkin juga menyukai