Tugas ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Linguistik Terapan Semester II yang
Diampu oleh Prof., Dr. Soepomo Poedjosoedarmo
disusun oleh :
Widya Dara Anindya
(14/370936/PSA/07732)
1. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang penting bagi proses tumbuh kembang seseorang.
Secara etimologi kata pendidikan berasal dari kata educatum yang berasal dari bahasa latin. e
berarti perkembangan dari dalam ke luar, dan duco berarti dari sedikit menjadi banyak.
Sehingga pendidikan berarti usaha mengembangkan diri atau mengembangkan potensi yang
ada di dalam diri secara sadar untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Pendidikan juga
berarti usaha seseorang untuk mendapatkan keilmuan.
Pendidikan memiliki dua macam, yaitu pendidikan formal dan pendidikan informal.
Pendidikan formal merupakan cara memeroleh keilmuan melalui sekolah- sekolah formal.
Terdapat tiga tingkatan sekolah formal yaitu sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama
(SMP) dan sekolah menengah atas (SMA). Sedangkan pendidikan informal yaitu cara
memeperoleh keilmuan di luar sekolah formal, seperti lembaga kursus atau pelatihan.
Definisi ini sejalan dengan yang tertulis pada Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 2013
pasal 1 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan, Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang tersruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dna pendidikan tinggi.
Sedangkan pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Di Indonesia, pendidikan formal ini
wajib ditempuh oleh setiap anak Indonesia. Lamanya waktu tempuh pendidikan formal ini
adalah sembilan tahun atau sering disebut dengan wajib belajar 9 tahun.
Pendidikan merupakan jalur yang harus ditempuh seseorang untuk mendapatkan
keilmuan tertentu. Untuk mendapatkan keilmuan tersebut tentunya perlu adanya aturan yang
ditetapkan
pendidikan formal sering disebut dengan kurikulum. Dalam teori kurikulum (Anita Lie, 2012
dalam website Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (2012), Keberhasilan suatu
kurikulum merupakan proses panjang, mulai dari kristalisasi berbagai gagasan dan konsep
ideal tentang pendidikan, perumusan desain kurikulum, persiapan pendidik dan tenaga
kependidikan, serta sarana dan prasarana, tata kelola pelaksanaan kurikulum temasuk
pembelajaran dan penilaian pembelajaran kurikulum. Sedangkan menurut Peraturan
Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 2013 pasal 1 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
No 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
Dari struktur kurikulum 2013 di atas dapat dilihat bahwasanya Bahasa Inggris yang pada
KTSP merupakan mata pelajaran muatan lokal, kini pada kurikulum 2013, bahasa Inggris di
hapuskan dari muatan lokal. Hal ini tentu saja menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat,
khususnya di kalangan guru, orang tua murid dan juga mahasiswa.
Berangkat dari latar belakang tersebut di atas, makalah ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana tanggapan masyarakat terutama guru SD, orang tua murid dan
mahasiswa jurusan pendidikan terkait dengan kurikulum yang berlaku di Indonesia,
khususnya mengenai mata pelajaran Bahasa Inggris. Makalah ini memiliki beberapa rumusan
masalah antara lain:
1. Bagaimana kurikulum yang telah berlaku di Indonesia selama ini, baik KTSP maupun
K13?
2. Apakah peraturan pemerintah mengenai penghapusan atau penggantian bahasa Inggris
dari Muatan Lokal menjadi ekstrakulikuler di SD telah benar?
3. Apa pentingnya diajarkan bahasa asing, khususnya bahasa Inggris di tingkat Sekolah
Dasar?
4. Materi ajar bahasa Inggris seperti apa dan metode apa yang perlu diterapkan pada
tingkat Sekolah Dasar?
Terkait dengan latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, penulis
melalukan interview untuk pengambilan datanya. Penulis mewawancara sembilan responden
yang terdiri dari tiga guru bahasa Iggris di Sekolah Dasar, tiga orangtua/ wali murid sekolah
dasar, dan tiga orang mahasiswa. Instrumen yang digunakan adalah empat pertanyaan terbuka
dimana kesembilan responden dapat mengungkapkan pendapat mereka tanpa ada batasan.
Selanjutnya jawaban dari kesembilan responden tersebut dijadikan data di dalam makalah ini.
2. PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini, akan diuraikan mengenai jawaban dari rumusan masalah yang
ada dengan di dukung dari data yang telah didapatkan dari sembilan responden dan beberapa
pendapat ahli. Pembahasan ini dibagi menjadi empat sub pembahasan sesuai dengan
rumusan masalah, antara lain:
Kurikulum 2006 dan kurikulum 2013 masing- masing memiliki kelebihan dan
kekurangan, namun menurut saya K13 merupakan kurikulum yang berbeda dari kurikulumkurikulum sebelumnya. Kurikulum 2013 memiliki cara pengajaran yang berbeda dari
kurikulum- kurikulum yang sebelumnya, sehingga saya sangat setuju dengan diterapkannya
Kurikulum 2013. Dalam K13, siswa tidak terlalu dituntut untuk menghafalkan sesuai yang
terlalu teoretis. K13 memafaatkan kegiatan praktek langsung sehingga aspek afektif dan
psikomotorik murid lebih dikembangkan. Hal yang sama disampaikan oleh Ermawati Dewi
(orangtua siswa) dan Umi Laila Fadlilah (Mahasiswa PGSD UNY).
Sebetulnya saya lebih condong untuk ke K13 dibanding dengan ktsp untuk SD. Karena
memang untuk SD, anak itu lebih dikuatkan afektif dan psikomotoriknya dan itu
berkurang ketika mereka naik ke jenjang smp dan sma yang semakin meningkatkan
kognitifnya. Hal itu dalam K13 sudah mulai dirancang meskipun bisa dibilang porsi
ketiganya masih sama tapi sudah ada perhatian untuk meningkatkan ranah afektif dan
psikomotor. Berbeda dengan ktsp 2006, ranah kognitif jauh diunggulkan di sd sedang
afektif dan psikomotor meski dinilai tapi sangat belum maksimal. Sehingga kurikulum
yang semakin baik ini memang hendaknya diikuti dengan pola sosialisasi yang baik dan
mampu menjangkau seluruh guru sebagai tonggak utama pendidikan kita. (Umi Laila
Fadlilah)
Namun, sosialisasi dan pelatihan mengenai K13 ini memang kurang maksimal sehingga
menyulitkan para guru yang mengajar. Menurut saya, K13 ini harus dimatangkan terlebih
dahulu dan kemudian di sosialisasikan sebelum di realisasikan. Dari tiga responden yang
merupakan guru, mereka merasa kurang adanya sosialisasi sebelum diterapkannya K13.
Karena terkesan terburu- buru dalam penerapannya sehingga menimbulkan kebigungan di
kalangan guru. Sebagai resikonya, kini K13 di tunda penerapannya dan kembali pada KTSP.
Hal ini tentu saja semakin menambah kebingungan guru dan juga murid. Jadi hendaknya K13
dapat di matangkan, disempurnakan terlebih dahulu baru kemudian di sosialisasikan dan guru
diberi pelatihan sebelum diterapkan di sekolah- sekolah.
Bahasa merupakan hal vital dalam proses komunikasi. Menurut Hornby (2005:829),
bahasa merupakan sistem bunyi dan kata- kata yang digunakan oleh manusia untuk
berkomunikasi. Wardhaugh (1972:3) menambahkan bahwa manusia dapat bertukar informasi
dan pesan dengan adanya bahasa. Berdasarkan dua pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa
bahasa merupakan sarana komunikasi untuk menyampaikan pesan ke orang lain.
Indonesia menggunakan bahasa Indonesia sebagai lingua franca. Selain itu Indonesia
juga terdiri dari banyak suku dan bahasa, sehingga tidak heran bahwa orang Indonesia
merupakan seorang dwibahasawan. Dwibahasawan merupakan seseorang yang mampu atau
menguasai dua bahasa (Birner, t.t). Bahkan banyak masyaraat Indonesia yang merupakan
multibahasawan dimana mereka menguasai atau dapat berbicara lebih dari dua bahasa.
Dengan adanya era globalisasi seperti sekarang ini, tentu saja kemampuan
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing, terutama bahasa Inggris sangat
diperlukan guna memperlancar proses komunikasi dengan orang- orang dibelahan dunia
lainnya. Rivers (1968:8-9 di kutip oleh Els dkk., 1984:161) menyebutkan beberapa alasan
pentingnya siswa- siswa mempelajari bahasa asing, yaitu:
-
membantu mereka untuk dapat berkomunikasi dengan pembicara dari bahasa yang
berbeda baik secara lisan maupun secara tulisan;
Selain itu, dari kesembilan responden, mereka mengaku bahwa sangat penting siswa- siswa
belajar bahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Bahkan sekarang telah banyak pendidikan
informal, seperti kursus bahasa di Indonesia. Bahkan ketika anak- anak telah mendapatkan
bahasa Inggris di pendidikan formal, beberapa orang tua masih mendaftarkan anaknya pada
pendidikan informal agar lebih menguasai bahasa Inggris. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa bahasa asing, terutama bahasa Inggris perlu dipelajari oleh siswa karena memberikan
manfaat yang banyak bagi kehidupan mereka kelak.
c. Penghapusan bahasa Inggris dari mata pelajaran muatan lokal di Sekolah Dasar
Pada Kurikulum 2006 atau KTSP, bahasa Inggris di Sekolah Dasar di jadikan mata
pelajaran muatan lokal, seperti halnya bahasa Jawa. Namun, kini pada Kurikulum 2013,
bahasa Inggris di hapuskan keberadaannya dari muatan lokal dan dijadikan ektrakulikuler
dimana anak tidak diwajibkan untuk mengikuti atau mengambil ekstrakulikuler bahasa
Inggris. Sedangkan pada tingkat SMP dan SMA anak diberikan mata pelajaran Bahasa
Inggris. Secara pribadi, saya tidak setuju dengan penggantian status bahasa Inggris dari
muatan lokal ke ekstrakulikuler tersebut karena secara otomatis hal tersebut akan
menyulitkan siswa dalam mempelajari bahasa Inggris di jenjang berikutnya dan akan
merugikan siswa di masa depannya.
Apabila siswa- siswa sekolah dasar tidak dibekali dasar- dasar bahasa Inggris, maka
mereka akan mengalami kesulitan ketika mempelajari bahasa Inggris di tingkat lanjutan.
Pendapat yang sama disampaikan oleh Dian Rahajeng, Siswa membutuhkan bahasa Inggris
untuk kehidupan mereka di masa mendatang. Selain itu, usia SD adalah usia terbaik untuk
mempelajari bahasa (selain bahasa ibu). Begitu pula Umi Laila Fadlilah, saya belum setuju
karena kita tidak memungkiri bahwa bahasa Inggris adalah bahasa global dan akan sangat
diperlukan oleh mereka ke depannya untuk bisa survive dalam bidangnya dan Eva Vita,
Tidak setuju karena dengan di hapus otomatis tidak ada pengenalan kosakata untuk bekal ke
SMP. Saiful seorang guru bahasa Inggris SD di Ponorogo juga menyatakan keberatannya,
Kurang setuju, akan lebih baik jika ada materi bahasa Inggrisdi SD meskipun tidak dari
kelas 1, mungkin materi bahasa Inggris bisa diterapkan di kelas 5 dan 6. Karena jika dihapus
total kasihan anak didik yang nantinya di smp akan diujikan materi bahasa Inggrisnya. Oleh
karena itu, sebaiknya bahasa Inggris tetap di ajarkan di Sekolah Dasar guna memudahkan
siswa mempelajari bahasa Inggris di tingkat selanjutnya dan memudahkan siswa menguasai
bahasa Inggris karena telah mempelajari bahasa Inggris sejak usia dini.
d. Materi ajar dan metode pengajaran bahasa Inggris di Sekolah Dasar
Dalam pengajaran bahasa Inggris, hendaknya perlu di perhatikan beberapa hal, seperti
pemilihan bahan ajar, pengurutan bahan ajar sesuai dengan alokasi waktu, metode
pengajaran, media yang digunakan selama proses belajar- mengajar, pemilihan buku dan tata
cara penilaian (Els, 1984). Pengajaran bahasa Inggris di setiap tingkatan tentunya memiliki
metode yang berbeda- beda. Seperti contohnya pengajaran bahasa Inggris di tingkat SD pasti
akan berbeda dengan pengajaran bahasa Inggris di tingkat SMP. Oleh karena itu pemilihan
bahan ajar dan metode pengajarannya perlu di perhitungkan dengan baik.
Di tingkat Sekolah Dasar, pemilihan materi dan metode pengajarannya juga perlu di
pilih sedemikian hingga agar siswa tidak merasa terbebani dalam belajar bahasa Inggris.
Hendaknya materi yang di ajarkan di sekolah dasar merupakan materi- materi dasar dan
sederhana yang sangat dekat dengan kehidupan sehari- hari yang bersifat komunikatif. Siswa
SD hendaknya tidak di ajarkan gramar terlebih dahulu, sebaiknya mereka diajarkan kosakata
yang sangat dekat dengan mereka dan diperlukan untuk proses komunikasi. Hal yang sama
juga diutarakan oleh Isna (Guru SD di Boyolali), pengajaran bahasa Inggris untuk anakanak berdasarkan yang saya tahu lebih menekankan pada vocabulary-nya, vocabulary-nya
pun lebih simple- simple, yang berhubungan dengan lingkungan sekitar. Eva Vita (Orang
tua murid) juga menyatakan hal yang senada. Hendaknya di tingkat SD, materi yang di
ajarkan adalah kosakata seperti menunjuk benda- benda yang ada di sekitar sehingga lebih
aktual dan efektif dan siswa lebih mudah paham dan menghindari pengajaran struktur bahasa
yang terlalu kompleks.
Pemilihan metode pengajaran juga sangat diperlukan untuk pembelajaran bahasa
inggris di tingkat SD. Metode yang diterapkan pada siswa SD sebaiknya dibuat menarik dan
menyenangkan sehingga siswa SD tidak merasa berat ketika belajar bahasa Inggris yang
merupakan bahasa asing bagi mereka. Untuk membuatnya menjadi menyenangkan, guru
dapat mengajarkannya melalui permainan, nyanyian, gambar, maupun praktek secara
langsung dengan menunjuk benda yang sebenarnya. Seperti yang diungkapkan oleh Erma
Enggar (Guru SD di Madiun), anak- anak sebaiknya diajarkan bahasa Inggris dengan
menggunakan fun learning dimana anak- anak bisa bermain dan praktek langsung. Erma
mencontohkan, misalkan materi parts of body untuk siswa kelas 1 SD, siswa diminta
langsung mempraktekkan dengan menyentuh bagian- bagian tubuh mereka secara langsung.
Dian Rahajeng menambahkan, Untuk pengajaran bahasa Inggris di SD, menurut saya
metode yang sesuai adalah dengan bermain dan belajar. Dengan tidak menuntut anak untuk
memahami struktur bahasa yang terlalu kompleks. Pengenalan kosakata dapat dioptimalkan
dengan berbagai metode dan media seperti game/ flash cards/ realia. Karena sebagian besar
anak belajar dengan cara visual, maka contoh- contoh tersebut akan sangat membantu anak
mengenal/ memahami bahasa Inggris. Dapat disimpulkan bahwasannya pengajaran bahasa
Inggris di SD harus menggunakan metode belajar yang menyenangkan sesuai dengan
psikologi siswa SD yang masih dalam usia- usia bermain.
3. KESIMPULAN
4. DAFTAR PUSTAKA
MASITOH/Kurikulum_Tingkat_Satuan_Pendidikan_(KTSP)_SMPDra._Masitoh,_M.Pd..pdf.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 2013.
Sidiknas. (2012). Struktur Kurikulum 2013. Tersedia online. Di akses pada tanggal 6 Juli
2015. Dapat di akses di http://www.kemdiknas.go.id.
Wardhaugh, Ronald. (1972). An Introduction to Sociolinguistics. Oxford: Basil Blackwell.