Anda di halaman 1dari 3

Usaha Yang Tidak Mengkhianati Hasil

Di suatu rumah, terdapat keluarga yang sangat sederhana, yang saling membantu satu
sama lain.Dua orang anak Aku dan Adi. Aku yang sekarang menduduki Sekolah Menengah
Atas dan Adi yang masih Sekolah Dasar. Mereka mempunyai beberapa kendala pada
kehidupannya, ayah yang mempunyai penyakit jantung dan memiliki usia yang tidak muda
lagi, sedangkan ibu bekerja sebagai pembantu rumah tangga untuk membiayai kehidupan.

Suatu pagi, Aku dan Adi bersiap siap pergi ke sekolah seperti biasa. Usai sholat
shubuh Aku selalu membantu ibu untuk membuat sarapan seadanya. Ketika semua keluarga
berkumpul untuk sarapan tiba-tiba ibu berkata

“Nak, jika kau sudah besar nanti semoga kelak kau menjadi anak yang berguna, ibu
selalu mendoakan kalian, semangat sekolah untuk masa depan, maafkan ibu yang tidak bisa
berbuat apa-apa kepada kalian selama ini.”

“Ah tidak apa-apa kok bu, Aku akan semangat belajar untuk masa depan, sehingga
bisa membanggakan ayah ibu dan adik suatu nanti.” Ujar aku.

“uhuk.. uhukk.. nakk maafkan bapak ya nak, tidak bisa membantu kalian semua, mau
bagaimana lagi keadaan bapak sudah begini.” Kata Ayah

“Ayah…. Aku akan membantu keluarga kita kok untuk kedepannya, ayah cukup
berisitirahat saja di rumah, Aku mengerti keadaan ayah.”

“Ah, aku bosan dengan kehidupan ini, tak seperti kehidupan keluarga temanku di
sekolah yang bisa bahagia, tiap liburan mereka selalu pergi ke kota.” Kata Adi

“Hey Adi kamu tak boleh begitu, kamu harus bersyukur dengan keadaan kita yang
seperti ini, ga enak tau kalo pembicaraanmu seperti itu didengar ayah sama ibu.”

“Udah, dihabiskan ya nak makanannya, kalian sebentar lagi akan berangkat,” Ujar
Ibu.

Waktu sesampai di sekolah, seperti biasa aku selalu memperhatikan saat guru
menjelaskan, mungkin Aku adalah salah satu anak rajin di kelas ini. Saat semua istirahat dan
pergi membeli kue ke kantin aku hanya bisa duduk dan meminum air putih, ada yang sedang
memakan bekal buatan ibunya.

Kringggg kringgg (bel pulang berbunyi)

Aku tak langsung pulang, aku masih bekerja menjual tempe produksi tetangga sebelah. Aku
pergi dan keliling manapun agar semua tempe ini habis terjual. Jika tempe ini ada sisa, maka
aku tak bole kembali menyetorkan uang hasil jualanku akibatnya aku tak bisa mendapatkan
upah.
Di saat berjalan untuk menjual tempe, tiba-tiba hujan sangat deras. Aku mencari
tempat untuk berteduh. Angin yang sangat kencang, sehungga air pun membasahi bajuku.
Aku sangat kedinginan dan hanya bisa berharap hujan akan berhenti. Ada seorang Bapak
memakai baju jas yang lewat sambil tangan kanannya memegang handphone, lalu berhenti
tepat di depanku.

“Nak, apakah kamu sendirian disini?” Ujar si Bapak

“Iya Pak, Saya menjual tempe ini untuk membantu keluarga.”

“Wah, hebat sekali kamu… Bapak akan membeli semua tempe ini, tapi ngomong-ngomong
saya ingin membikinkan kamu sebuah usaha sendiri di rumah, ya.. daripada berjalan kaki
keliling untuk menjual tempe, Bapak akan kasih modal untuk mendirikan toko sembako di
rumah kamu. Bagaimana? Apakah kamu mau?” Ujar si Bapak berjas tadi.

“Hemm… saya tidak tahu dan harus melakukan apalagi, Saya sangat berterima kasih kepada
Bapak atas semua yang diberi bantuan oleh Bapak.”

Hujan pun mulai reda, aku akan menyetorkan uang hasil jualanku dulu, setelah itu aku pergi
untuk pulang ke rumah.

Sesampai di rumah, aku memberi tahu kepada ibu tentang apa yang dikatakan Bapak
berjas tadi. Keesokannya aku tak perlu repot-repot jalan kaki untuk menjual tempe. Usai
sekolah aku menjaga toko sambil belajar atau membaca buku. Cita-citaku ingin menjadi TNI
Angkatan Udara untuk itu aku harus giat belajar. Tak lama lagi aku akan lulus sekolah, aku
harus fokus mempersiapkan diri untuk ke jenjang selanjutnya.

3 Bulan kemudian kelulusan sekolah….

Waktu pendaftaran pun di mulai, aku sudah mempersiapkan diri dari dulu, fisik udah,
mental harus siap pastinya, materi tes pun aku sudah mempelajari sejak menduduki bangku
Sekolah Menengah Atas. Sebelum berangkat mendaftar, aku meminta restu kepada Ayah dan
Ibu agar selalu diberikan keselamatan, kesehatan.

Keesokannya aku mulai melakukan tes. Awalnya aku berkenalan dengan


orang bernama Adit. Adit melakukan tes ini karena dipaksa oleh Bapaknya, ia setelah
lulus SMA tak tahu kemana arah selanjutnya, untuk itu ia mengikuti tes ini.

“Argh….. males banget ikut beginian, capek-capek mending main gitar saja di
rumah.” Ujar Adit.

“Kamu ga boleh gitu, tetep semangat ya Dit”

“Apaan si, udah sana” Kata Adit

Bulan berikutnya kami menunggu hasil yang lolos. Alhamdulillahhh Aku


lolos, dan temenku si Adit ini juga lolos. Aku bener-bener bersyukur sekali, aku
langsung menelpon ibu dan mengabari semua yang ada di rumah.
“Assalamualaikum.. Bu, Alhamdulillah aku lolos, terimakasih atas doanya
selama ini, bagaimana kabar ibu dan ayah disana? Adi juga gimana sekolahnya,
apakah lancer semua?”

“Waalaikumsalam, Alhamdulillah, terima kasih nak perjuanganmu sungguh


tak mengkhianati hasil selama ini, ibu bangga dengan kamu nak, kabar kesehatan
ayah juga baik-baik saja, tidak menurun, Adi juga udah mulai rajin belajar dan mau
membantu ibu menjaga toko.” Kata ibu dalam telpon.

Sungguh legah rasanya saat ini, dulu aku yang bekerja keras demi kehidupan
keluarga, sekarang sudah menjadi seperti ini. Aku harus banyak-banyak bersyukur
atas nikmat yang diberikan oleh Tuhan. Jangan lupa berdoa ketika mau melakukan
sesuatu, sertakan usaha dan restu orang tua. Sehingga kelak usahamu nanti akan
membuahkan hasil yang diinginkan oleh kalian.

Anda mungkin juga menyukai