Anda di halaman 1dari 3

Meraih Mimpi

Banyak jalan untuk menuju Roma, pepatah ini merupakan salah satu penyemangat
dalam setiap masalah yang saat ini aku rasakan. Kita semua hidup di dunia ini dengan
nasibnya masing-masing. Tidak ada yang bisa memprotes atau bahkan menolaknya, karena
persoalan hidup dihadirkan oleh tuhan untuk menguji pribadi kita masing-masing,
selanjutnya kembali kepada diri kita. Apakah kita siap untuk mengatasi ujian itu atau
menyerah begitu saja? Tapi bagi saya pribadi, kita semua sejak lahir adalah pemenang
sesungguhnya dan akan selalu jadi pemenang. Jika kalah hari ini, bangkit dan menangkan
hari esok. Motivasi itulah yang selalu tertanam dalam fikiranku. Tuhan mentakdirkanku
untuk menjadi anak sulung dari lima bersaudara yang tentunya peranan itu mempunyai
beban yang berat bagiku.

Di suatu sore yang indah, angin bersemilir, gunung terlihat tinggi menjulang, dan
awan yang bertumpuk-tumpuk seperti kapas. Ayah menghampiriku yang sedang termenung
sendiri lalu meletakkan dua cangkir kopi yang sengaja dibuatnya untuk kami berdua. Tanpa
basa basi ayah langsung duduk disebelahku lantas berkata “ Nanda, kamu pasti bisa!” Aku
tersentuh. Lalu aku bertanya pada ayah “ ayah dari rumah uya kuya yah?” Sekejap ayahku
langsung tertawa. Aku menanyakan seperti itu hanya sebagai candaan untuk hiburan dan
juga sebagai sindiran halus karena ayahku mengetahui apa yang sedang aku fikirkan pada
saat itu. Tampak seperti ayah sedang membaca fikiranku. Disaat aku bersedih, aku
tertangkap basah oleh ayahku. Aku merasa malu untuk itu. Tetapi itu lebih baik
dibandingkan aku memendamnya sendiri. Saat itu juga ayah langsung menasehatiku dan
memberikan banyak kata-kata motivasi yang dapat membangkitkan semangatku.

Kelurgaku sudah banyak mengalami masa-masa sulit. Ayahku hanyalah seorang PNS
yang aktif di dunia jurnalistik dan organisasi, sedangkan ibuku membuka warung kecil-
kecilan untuk membantu menopang keuangan keluarga. Kerja keras mereka seakan telah
menjadi menu utamanya. Besar niatku untuk mengubah nasib kelurgaku, sehingga aku
memutuskan untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi fakultas kedokteran. Dengan
harapan aku bisa menjadi dokter yang mumpuni dan sukses sehingga nantinya bisa
mengubah nasib ekonomi keluargaku dan menyekolahkan adik-adikku yang lain.

Seminggu sudah aku menunggu hasil pengumuman SNMBPTN. Rencana Tuhan


terlalu berkabut untuk dapat dilihat, terlalu abu-abu untuk bisa dimengerti oleh hambanya.
Sehingga aku hanya bisa selalu berdoa disetiap kali aku ingin mengakhiri sholatku. Hari
pengumuman itu akhirnya telah tiba. Tidak disangka -sangka aku akhirnya dinyatakan lulus.
Mataku berkaca-kaca, terharu setelah mengetahui hal itu. Kerja keras yang selama ini telah
kulakukan, doa yang terus menerus kupanjatkan akhirnya terkabulakan. Dari situlah aku
tersentuh lagi dan lagi. Didalam hatiku tiada henti-hentinya untuk mengucap rasa syukur
kehadirat tuhan yang telah membantuku. Aku teringat kata-kata ayah yang mengatakan “
Nanda ingat! Usaha tidak akan mengkhianati hasil.” Karena “quotes” tersebut, aku langsung
mencari ayah dan ibuku untuk memberi tahu kabar gembira ini. Tapi sayangnya ayahku
sedang berada dikantor sehingga aku hanya membincangkannya dengan ibuku.
“ Bun, alhamdulillah Nanda diterima dalam fakultas kedokteran di salah satu
universitas,bun.” Ucapku yang terlampau bahagia.

“ Nanda? Apakah tidak ada jalan lain untukmu mencapai kesuksesan, nak? Ibu
bukanlah ingin memutuskan impianmu untuk menjadi dokter. Hanya saja bukankah biaya
untuk fakultas kedokteran itu sangat mahal? ayah dan ibu takut jika kamu harus berhenti di
tengah semester karena kami tidak sanggup membiayaimu lebih lanjut, nak.” Jawab bunda
lembut tapi pasti.

Harapan yang mulanya setinggi langit ketujuh mencapai angkasa, menembus


berbagai planet dunia, kini tinggallah sebuah butiran debu. Rasa sedih akhirnya
menghampiriku kembali. Tapi aku bukanlah tipe orang yang mudah untuk menyerah. Aku
mencari jalan keluar lainnya. Suatu pagi, aku melihat sebuah poster pendaftaran
STPDN yang melekat di sebuah tiang listrik depan rumahku. Aku mencoba untuk
mendaftarkan diri dan meminta ayahku untuk mengantarkanku ketempat pendaftaran itu
yang lumayan jauh lokasinya.

Dengan santun aku menelepon ayahku yang sedang bekerja “ Yah, bisa tidak pulang
nanti, ayah mengantarku ke tempat pendaftaran STPDN? Aku mau mencoba mendaftar
disana yah “

“Oh tentu saja. Ayah akan secepatnya pulang kerumah untuk mengantarkanmu,
nak!” jawab ayah dengan nada yang bersemangat.

menyegarakan

Aku bangga sekali pada ayahku. ayahku yang sesibuk itu dengan senangnya
meluangkan waktunya untuk menemaniku melakukan pendaftaran STPDN.

Hanya saja keburukan “come again” kata orang bule mah. Yah. Aku bahagia bisa
lulus dalam tes tulis, tapi takdir berkata lain disaat aku melakukan tes fisik. Ternyata tinggi
badanku kurang sehingga aku tidak dapat melanjutkannya ke tes berikutnya.

Dua kegalalan hidup itu tidak menjadikanku lengah untuk mencapai kesuksesan
lainnya. Aku mengisi waktuku dengan membantu ibuku berjualan di warung. Hitung-hitung
juga untuk menghilangkan rasa luka hati yang aku rasakan atas dua kegagalan tadi. Aku
mengapreasiasi bagaimana tegarnya ibuku untuk selalu bekerja dan bekerja siang malam.
Terkadang ia merasa lelah, aku khawatir ia jatuh sakit akibat kelelahan dan juga karena
usianya sudah bisa dibilang tidak muda lagi.

Seringkali aku berdoa “Tuhan, semoga bunda dan ayahku selalu dikarunia kesehatan
lahir bathin.” Pintaku lirih setiap menatap wajah lembut wanita itu.

Waktu terus berjalan. Suatu malam, disaat aku sedang serius membaca buku, bunda
sedang sibuk menyambung potongan perca untuk dijadikan bed cover, dan adik-adikku
sedang asiknya bermain, ayahku tiba-tiba menyampaikan suatu hal yang membuat susasana
tiba-tiba menjadi hening.
“ Bunda dan anak-anakku tersayang, ayah memutuskan untuk berhenti bekerja dan
berhenti mengikuti organisasi.” Ucap ayah.

“ lalu apa yang akan ayah lakukan? “ tanyaku

“ ayah akan membuka usaha.” Jawabnya

Aku sangat bahagisa mendengar pernyataan ayah tersebut. Sejak saat itu ayah
sering membaca profil biografi orang orang sukses seperti Bob Sadino, Bill Gates, Steve Jobs,
Richar B, Donald T, dan Elang Gumilang.
Iseng, hanya bermodal iseng. Aku membaca buku buku milik ayah tentang
pengusaha sukses. Ketertarikanku dalam mempelajari hal tentang berbisnis ternyata
menumbuhkan benih pohon bisnis dalam jiwaku.

Hidup memang tidaklah seburuk yang kita fikirkan. Terkadang kita mendapatkan
kesulitan dan terkadang kita mendapatkan kemudahan. Itulah yang dinamakan dengan roda
hidup. Aku tidak pernah menjadikan kesulitan-kesuliatan itu sebagai “kesialan” tetapi
sebagai tangga hidup untuk mencapai titik tertingginya. Dan itu benar terjadi padaku. Tuhan
maha pengasih lagi maha penyayang. kesedihan yang selama ini terjadi terobati dengan
diterimanya aku dalam jurusan bahasa inggris disalah satu universitas.

Tidak berhenti sampai disitu. Aku menyadari aku adalah anak sulung yang harus
bersikap mandiri, tidak tergantung pada orang tua dan mampu membiayai hidupku sendiri.
Itu adalah satu prinsip hidupku. Untuk mengirit biaya buku dan makanan, aku memiliki trik
trik khusus semasa kulia, yaitu mengisi hari-hariku dengan menekuni dunia usaha. Berawal
dari kedatangan Kak Ica, saudara sepupuku yang mengajakku untuk berkolaborasi membuka
usaha pakaian. akhirnya sudah tersebut telah meraih keuntungan yang cukup melegit.
Suatu hari ibuku datang menemui dan mengungkapkan kebahagaiannya.

“ alhamdulillah usahamu berjalan lancar ya, nak. Keuntungannya udah banyak tuh. Ibu
bangga sama kamu. Berjuang terus jangan pantang menyrah ya!” ungkap ibu.

Aku termotivasi lagi oleh ibuku untuk memperluas jaringan usahaku dengan
berkiprah dibidang lain. Aku mencoba untuk melakukan penjualan tiket usaha. Sampai saat
ini usaha itu sudah berkembang menjadi beberapa cabang dibeberapa kota.

Keyakinanku selama ini akhirnya terkuak juga. Aku yakin dan percaya tuhan itu adil.
Suka Duka Pasti Menghampiri, Pahit Manis Pasti Dirasakan. Hidup Tak Hanya Tentang
Mendapatkan Apa yang Kita Mau, Tapi Hidup Juga Tentang Menyelesaikan Apa yang Ada
Didepan. Kesabaran adalah jalan untuk kita menjalani cobaan. Motivasi dan dukungan
orang-orang terdekat kita adalah sebuah bantuan. Usaha dalah sebuah perjuangan. Dan
kegagalan adalah sebuah pengalaman. Aku mengucap syukur kehadiratmu tuhan YME atas
segala nikmatnya. Dan juga kepada orang tuaku tidak lupa ku ucapkan terima kasih atas
dukungan yang telah diberikan. Inilah aku yang sekarang, segala sesuatu telah dapat aku
penuhi, tetapi aku berusaha sekuat mungkin untuk tidak bersifat angkuh atas kesuksesan
ini.

Anda mungkin juga menyukai