Disusun Oleh:
Shanisa gadis cerdas nan gigih berumur 15 tahun yang berasal dari keluarga
yang harmonis memiliki seorang adik bernama Octa. Sejak SD ia sudah
tinggal dan sekolah bersama bibinya. Shanisa sangat ingin tinggal bersama
ayah dan bundanya namun tidak bisa karena keterbatasan ekonomi.
Ayahnya adalah seorang petani sayur dan ibunya sesekali menjadi asisten
rumah tangga agar bisa mendapatkan tambahan uang karena penghasilan
ayahnya yang tidak menentu.
6 bulan lagi Shanisa sudah lulus smp. Sebelum ujian nasional, Shanisa
meminta kepada ayah dan bundanya melanjutkan sma didekat rumah agar
bisa tinggal bersama orang tuanya. Ayah Shanisa memperbolehkan
permintaan anaknya tersebut namun dengan sedikit rasa keberatan.
“Kenapa kamu ingin sekolah disini nak? Bukankah teman-temanmu baik
dan sayang kepadamu di sana? Apakah ada masalah dengan mereka?”
Tanya Ayah Shanisa melalui telfon. “Aku baik-baik saja ayah. Alhamdulillah
hubungan saya dan teman-teman sangat baik, bahkan mereka sering
mentraktir diriku dikantin. Aku ingin bersekolah dan tinggal bersama ayah
dan bunda karena aku ingin kita berempat berkumpul lagi seperti waktu
aku kecil.” Jawab Shanisa. “Lalu bagaimana dengan bibimu? Apakah dia
sudah mengetahui keinginanmu?” Tanya ayah kembali. “Aku belum
berbicara kepada bibi, tapi pasti aku akan mengatakan kepadanya segera.”
Jawab Shanisa. “Baiklah jika itu yang kamu inginkan, ayah akan mencarikan
sekolah yang terbaik untukmu disini.” Jawab Ayah dengan sedikit berat hati.
“Baik terima kasih ayah.”.
Dua minggu kemudian ada kabar bahwa SMA Evhantius mengadakan lomba
fisika dan peringkat 5 teratas akan mendapatkan full beasiswa sekolah
selama 3 tahun. Mendengar kabar tersebut, Shanisa sangat senang karena
SMA Evhantius adalah sekolah favorit di kotanya dan kebetulan letaknya
tidak jauh dari rumahnya. Shanisa pun belajar dengan sungguh sungguh
agar bisa mendapatkan beasiswa tersebut.
Tahun ajaran baru pun tiba, Shanisa sangat senang karena kali ini ia bisa
bersekolah dan kumpul bersama keluarganya. Rasa rindu yang sangat
mendalam itu akhirnya bisa terbayarkan. Walaupun setiap hari harus
makan dengan nasi dan lauk seadanya namun, ia bersyukur karena
merasakan kenikmatan yang luar biasa karena bisa berkumpul dengan
keluarga.