Anda di halaman 1dari 6

SENGSARA

Narasi: suatu hari di desa Semar Mesem pulanglah seorang gadis dari kota ke kampung
halamannya. BERNAMA SARA!!! (backsound) suara pedesaan rampunge pas Sara lewat
(sara menyapa ibuk-ibuk)
Sara: “Mari bu...” (sambil berjalan melewati sekumpulan ibuk-ibuk pembeli sayur)
Ibuk-ibuk: “Nggih mbak, monggo” (tersenyum tak ikhlas)
(sara berlari menghampiri sang ibu,dan mereka berpelukan melepas rindu)
Jeng kelit: “Eh jeng! Lha kae ki rak anak e si sri to? Pirang taun kepungkur kok yo lagi bali!”
Jeng kang: “Hoo yo, wes 8 taun lungo bali-bali dadi perawan tuo.”
Jeng lastri: “jane neng kuto sue tenan ki gawean e opo to?gek-gek melba-mlebu hotel!”
(ibuk2 lain pun menyetujui omongan jeng lastri)
Jeng safi: “Jeng kelit, jeng kang, jeng lastri mbok yo sampean niku positip thinking, bocah
lagi bali kok wes dirasani.”
Jeng lastri: “Alah jeng safi, njenengan niku dibayar pinten kok le sok-sokan mbela anak e
jeng sri.”
Tukang sayur : “wes nek blonjo,yo blonjo, nek ngrumpi ra neng kene.”
(ibu sri dan sara mendengarkan rumpian ibu2 dari teras,dan mengajak sara bergegas
masuk ke dalam rumah)
Sara: “Akhirnya aku sampe rumah juga,kangen sama suasana rumah ini.” (sembari duduk
lega)
(ibu sri menyusul duduk)
Ibu sri: “Nduk,ibuk nganti ridho koe ngrantau ra gek rabi, gek hasilmu ki endi?”
(sara mengeluarkan segepok uang dari dalam tasnya)
Sara: “Niki buk,pesangon saking bos kula.”
Ibu sri: “Nah,mbok ngunu kan ibuk dadi seneng.”
Ibu sri: “Saiki ibuk tak takon, koe ki wes ndue calon durung? Pendak dino ibuk ki
ngrungokke omongan e tonggo,ibuk ki wes rishi rasane.”
Sara: “Nyuwun sewu bu, aku ki durung duwe calon,neng kono aku fokus kerjo goleng duit
nggo ibuk ro adek.”
Ibu sri: “yowes lah nduk,sakkarepmu wes ayo gek maem.”
Scene seta dan luna duduk bersama diruang tamu rumah seta
Luna: “Biii,kamu tau kan kita pacaran udah lama bangett dan daddy aku udah nanya terus
tentang kamu, masa kita gini-gini aja.”
Seta: “Iya sayangkuu,sabar ya, kamu kan tau sendiri kakak aku aja belum punya calon,
mana mungkin kita nikah duluan.”
Luna: “Iihh sayangggg,jujurly aku tuh udah gak tahan lagii,pengen cepat-cepat nikah terus
punya babyyy!”
(luna marah-marah dan seta menenangkanya tapi luna pergi meninggalkan seta begitu saja
kemudian ibu sri pun datang)
Ibu sri: “Ngopo to le, ono masalah opo kok yangmu ngangsi nesu-nesu ngono?”
Seta: “Oalah buk,ibukku po rareti nek luna ki gek pengen dirabini,mbok mbak sara kae gek
kon golek calon.”
Ibu sri: “Mbok yo sabar, ibuk ki yo bingung pie carane, wong yo mbakyu mu yo lagi wae
bali.”
(seta diam berpikir)
Seta: “Ohh, aku ndue ide buk! Kae lho dukun cerak kuburan mbok jajal diparani menawa
iso mbantu.” Sound petir menggelegar
Ibu sri: “Weh ora-ora,mbok sek tenan wae mosok ibuk kon moro dukun.”
Seta: “Halah buk,mbok dijajal sek sopo reti khasil.”
(seta pun berusaha meyakinkan ibunya,dan ibu mempertimbangkan saran tersebut.”
Scene ibu mendatangi dukun dan langsung duduk menyimpuh
Ibu sri: “Kula nuwun mbah, kula dhateng mriki ajeng nyuwun tulung kangge putri kula niki
fotonipun,sampun 8 taun ngrantau dereng gadah calon kula….”
Dukun: “Sstttt.” (menyerahkan kotak berisi,kalung semar mesem)
Dukun: “Limang juta” (sambil mengankat tangannya)
Ibu sri: “Nopo mboten kurang mbah?”
Dukun: “No nego, perbulan, minus no children.”
(setelah berpikir lama,ibu sri pun menyetujui.)
Ibu sri: “Nggih mbah,kula nderek mawon.”
Sound hahahihi mayang
(ibu sri meninggalkan mbah dukun sambil membawa kotak kalung semar mesem,diikuti
setan dibelakangnya)
Sesampainya dirumah Bu Sri memberikan kalung semar mesem tersebut kepada Sara
Ibu Sri: “Nduk mreneo!”
Sara: “Enten nopo buk?”
Ibu Sri: “Ibuk ono hadiah nggo koe, mau ibuk weruh kalung kok apik banget, gandheng koe
wes kerjo banting tulang, iki tak tumbaske. Dinggo yo nduk.”
Sara: “Iki kalung nopo buk, kok bentuke antic?”
Ibuk Sri: “Kok kalung opo piye to? Genah kalung apik ngene kok, wes kene tak pasangke.”
(Bu Sri memasangkan kalung itu ke sara, dan sara hanya diam menuruti kata ibunya)
Beberapa hari kemudian ada seorang laki-laki yang datang untuk melamar Sara.
Satria: “perkenalkan saya satria, biasa dipanggil BangSat-tria. Maksud kedatangan saya di
sini ingin melamar putri ibu, Sara. Saya jamin! Walaupun namanya Sara, kalau sama saya
nggak akan sengsara.”
Sara: (merasa bingung dan ragu)
Ibuk Sri: “Akhirnya apa yang kutunggu datang juga” (ucap dalam hati)
Ibuk Sri: “ Dengan senang hati, ibu menerima lamaran kamu.”
Satria: Neng sara gimana ni?”
Sara: “saya nurut ibuk aja, saya yakin pilihan ibuk pasti yang terbaik.”
Sementara itu si setan pun tertawa tebahak-bahak, di belakang sara.
Beberapa bulan kemudian, mereka pun melangsungkan acara pernkahan dengan hati yg
bahagia
Scene setelah menikah, sarah, ibuk sri, satria, luna, dan seta berjalan ke rumah ibu Sri
(di teras rumah ibu sri)
Ibu sri : “akhirnya, ibuk seneng banget kalian nikah”
Luna : “wahh byy, berarti habis ini giliran kita dongg! Aku udah gasabar banget niiihh.”
Seta : “iyaa dong sayaang, cuss pelaminan!”
(mereka pun pergi meninggalkan sarah dan satria)
Satria : “sayaang, kita kan udah sah nih sekarang, kita ke kamar yuk, pas banget malam
jumat.”
Sara : (diam, tersipu malu)
Anggota keluarga pun tertawa kecil mendengar obrolan mereka
Scene ibu-ibu rumpi
Jeng kelit : “kok aku curiga yo karo sara, moso reti-reti rabi, ojo-ojo di jampi-jampi.”
Jeng kang : “yoi jeng, jampi-jampi semar mesem paling”
Mereka pun tertawa bersama

Setahun kemudian, rumah tangga yang berjalan harmonis itupun mulai mengalami
permasalahan
Kdr, pas Ayun di dorong sound petir
(ibu sri sedang melipat pakaian di ruang tamu,sambil membayangkan hal-hal indah terjadi
pada anaknya,tetapi tiba-tiba terdengar suara setan yang menghantuinya)
Setan : “SRIII….SRII…wes pirang sasi Sriii…”
Sara : (datang berkunjung ke rumah sang ibu, dan tidak sengaja mendengar keluh kesah
sang ibu)
(ibu sri mendengar suara setan dan merasa ketakutan karena teringat janji nya)
Ibu Sri : “waduh, iki wes tanggal siji, tapi kok duit ku wes entek.”
Sara : “assalamualaikum bu”
Ibu sri : “waalaikumsalam nduk, kok ndingaren mrene”
Sara : “hehe, lagi bingung bu, bang sat saiki kok emosinan”
Ibu sri : “yaallah, aku kudu pie, anak ku dadi sengsara gara-gara aku” (ucapnya dalam hati)
Sara : “buk, ibuk kenapa kok meneng wae, nek ono masalah cerita.”
Ibu sri : “nduk, aku mbok njilih duit”
Sara : “pinten buk ?”
Ibu Sri : “5 juta wae ndhuk”
Sara : “5 JUTA BU ?? aku yo mboten gadah semonten, wong aku yowis ora kerja, duit akeh e
semunu ki nggo ngopo buk? Aku yo ora mungkin njaluk bang sat”
Ibu Sri : “ealah yowes nduk, ibuk tak lungo disik”
Sara : “ten pundi buk?”
(ibu sri pun tidak menanggapi pertanyaan sara, dan pergi ke dukun meninggalkan sara)

Scene dukun
(sesampainya di tempat mbah dukun, suasana berubah menjadi menegangkan)
Dukun : “kowe wes ngingkari janji, saiki gari anakmu sek nompo akibate”
Ibu sri : “ampun mbah kulo pun mboten gadah arta, putri kula ampun di ganggu mbah”
Dukun : “raurusan, semar mesem iku bakal metu efek e nek yen koe ratau bayar”
Ibu Sri : “ampun mbah..ampunnnn…..”
(sampai lampu redup ibu terus meminta ampun)
Beberapa bulan kemudian….(narrator)
Scene satria memulangkan sara kerumahnya (satria,sara,seta,luna,bu sri)
Seta,ibu sri,luna sedang membicarakan rencana holiday keluarga
Luna : “yang,kita jalan-jalan yukkk mending ke swiss apa paris yaa.”
Seta : “swisss aja dehh.”
Luna : “aaaahh tapi swiss tu dingin bangett,nanti aku kedinginannn.”
Seta : “gapapa kan ada aku,yang siap meluk kamu 24jam.”
Luna ; “ahhhh sayanggg, ututututuuuu gemes banget cuami capa sih iniiii.”
Mereka berdua tertawa bahagia, hingga seta akhirnya sadar kalua ibu nya dari tadi diam
saja dan terlihat gelisah.
Seta : “bukk, ibukki kenopo to? Kok ket mau meneng wae.”
(Ibuk sri hanya terkejut tetapi tetap diam saja)
Grobyakk,,terdengar suara koper yang dibanting dan membuat mereka kaget
Satria : “ini anakmu,saya kembalikan.sudah gila,tidak bias punya anak,,DASAR BEBANNN!”
Ibu sri bergegas menolong sara yang terseret di lantai.
Ibu sri : “kurang ajar kamu! Bisa-bisanya anak saya kamu perlakukan seperti ini,kamu
sendiri sudah janji kalau anak saya hidupnya pasti tidak akan sengara..PERGI KAMU DARI
SINI!” (berbicara dengan nada tinggi sambil menangis)
Satria langsung pergi begitu saja, meninggalkan istrinya yang stress.
Luna : “iihh itu kenapa mba Sara, kita pergi aja yuk bebb, aku takutt,”
(seta bingung, tetapi luna langsung menariknya pergi akhirnya mereka berdua pergi)
Ibu sri merangkul sara duduk, tetapi sera tetap diam saja.
Sara : berteriakk histeriss (setan tiba-tiba muncul)
Ending scene 2 lampu sorot sara dan ibu sri,ibu sri memeluk sara.
Pas ibukke sama ayun nangis
Sound bunda
Suasana mulai tenang
Narrator – demikian pertujukkan drama dari kami sijimban 58 yang kami beri judul
“sengsara”,ditulis oleh tim script writer kami, dan disutradarai oleh khayahatti
maulidina,serta Olivia Intan,dengan actor actress kami sebagai berikut pemeran utama
(sara) diperankan oleh Ikhda Qomarul.suami (satria) diperankan oleh naufal cakradara,ibu
sri diperankan oleh tanitdia gadis, seta diperankan oleh Rangga diaz, luna diperankan oleh
Aurellia Vanni,dukun diperankan oleh Sahda dan para pemeran pendukung.

Anda mungkin juga menyukai