Anda di halaman 1dari 4

“””Sadaqallahul Azim”””

Menutup Al-Qur’an dan mulai beres-beres

“Nah, anak-anak. Sebelum pulang Ustadz mau tanya nih. Kalian di rumah kalo disuruh Orang tua
bantuin, kalian bantu gak?” -Ustadz

“Kalo aku gak Ustadz!” –Gilang

“Loh, kok gak?” -Ustadz

“Soalnya biasanya kalo aku lagi asik-asikan main HP, malah disuruh-suruh. Kesel,”-Gilang

“Ish-ish” Geleng-geleng kepala “Gak boleh begitu, Gilang.

“Ingat ya, anak-anak. Kalo Ibu atau Ayah meminta bantuan, kita harus membantu mereka. Itu sudah
menjadi kewajiban kita,” –Ustadz

“Tapi-kan, Ustadz, Kalo ada Kakak, bisa suruh Kakak saja.” –Mariono

“Wehh, gak boleh begitu. Jika Ibu atau Ayah kalian memang menyuruh kalian, harus kalian yang
bergerak. Dulu Orang tua kalian juga pasti begitu dengan Ibu atau Ayah mereka.”-Ustadz

“Ah, beneran Ustadz?” Bunga

“Iya, Bener. Kalo gak percaya, tanya ajak sama Bapak kalian.”-Ustadz

(Menoleh ke Raye)

“Loh, Rey? Kenapa? Kok diam, biasanya kan kamu senyum terus,” –Ustadz

“Nggak apa-apa Ustadz...” –Raye(sedih)

“Udah Sudah, Kalian udah ada yang nungguin tuh. Kita akhirin pertemuan kali ini disini dulu,
Assalamualaikum.”

“””Waalaikumsalam Ustadz!”””

Berdiri pergi ke ujung lain panggung, Orang tua berdiri menunggu

“Mari!” –Teriak Meher

“Kakak!” –Mariono Berlari ke Meher

“Ayo, Pulang.” –Meher

TUTUP TIRAI

LATAR BERGANTI KE RUMAH, PANGGUNG TERBAGI DUA

NENEK SEDANG DUDUK DI KURSI

“”Assalamualaikum!!”” –Meher dan Mariono


“Waalaikumsalam.” –Nenek

Mariono berlari ke Nenek

“Nenek, Nenek! Dulu, Ayah suka bantuin Nenek gak?” –Mariono

“Ay? Kenapa Mari? Tiba-tiba nanya Nenek,”-Meher

“Tadi Ustadz bilang Ayah dan Ibu suka bantu Ayah dan Ibu mereka. Memangnya dulu Ayah begitu,
Nek?”-Mariono

“Oooh, gitu rupanya. Iya, dulu Ayahmu orang yang suka membantu Orang tua dan juga orang lain.”-
Nenek

“Wah, beneran Nek?” –Meher(Terkejut)

“Iya, kok kamu terkejut, Meh?”-Nenek

“Soalnya-kan, Ayah jarang di rumah. Gak pernah bantuin Ibu,” –Meher

“Dana ada banyak kerjaan, Meh. Makanya ayahmu pulang malam terus.”-Nenek

“Eeehm, aku kayak gak percaya, Nek,” –Meher

“Sini, biar Nenek ceritakan sedikit tentang Kisah Dana, Ayahmu,”

Meher duduk di depan Nenek bersama Mariono

“Pada Zaman Dahulu...” –Nenek

Sound Effect Flashback

Dana dulu memiliki kembar perempuan, Dania, dulu mereka hidup susah. Kakek hanya sekedar
buruh petani. Walau susah Kakek tidak pantang menyerah. Nenek hanya menjual kue untuk anak-
anak tercinta. Walaupun keluarga kami hidup susah, Dana dan Dania tidak malu. Mereka selalau
membantu Nenek untuk berjualan ... (-Nenek)

“Samlekom, Bu kami kesekolah!” Sambil membawa keranjang kue.

“Hati-hati Nak, Waalaikumsalam”

Saat di jalan “Ana, Ko lagi baca apa?”-Dana Muda

“Kamus, Dan”-Diana

“Gabut bener mace kamus”-Dana

“Biarinlah! Aku kan mau bisa banyak bahasa, besar nanti bisa keluar negeri~~. Bisa ketemu bule,
awokawok”-Diana

“Awokawok Widih Keren. Kalo aku pengen jadi Guru Matematika.”-Dana

“Unbelievable! Tidak bisa dipercaya!”-Diana


“Ish, Kayak gak percaya aja, doa-in aja coba” –Dana

“Semoga kita bisa mencapai cita-cita masing-masing dan membawa Ayah dan Ibu ke Tanah Suci.
Aamiin”- Dana

Ganti Scene ke sebelah

“Ayahmu dan Bibi-mu pernah berkata mereka ingin membawa Nenek dan Kakek ke Tanah Suci saat
masih kecil dulu, karena itu mereka terus bekerja keras”-Nenek

“Tanah suci itu... apa?”-Mario

“Itulah tempat Istimewa bagi umat islam diseluruh dunia. Disana ada Kakbah yang menjadi arah
kiblat salat kita. Adik-kan sudah pernah belajar,”-Meher

“Ooooowh, Begicu”-Mario

“Meh! Tolong bantuin Ibu bentar!”-Ibu Dini

“Iya Bu!... ish, padahal lagi seru-serunya”-Meher

“Lalu, dimana Bibi Diana sekarang?” –Mario

“(Menghela nafas sedih) Hmm, Bibi-mu...” –Nenek

Pindah Scene ke zaman dulu

Sampai ke sekolah, mereka langsung pergi menitipkan jualan mereka ke kantin

“Ih, lihat duo kotor itu.”-Julia

“Sepatu mereka lubang-lubang lagi!”-Julita

“Ayo kita samperin” -Agustin

(Mendekati Dana dan Diana)

(Agus mengambil buku Diana)

(Diana Merampas balik)

“Ish, apa-apaan sih?!”-Diana

“Itu kan untuk membayar hutang Ibumu,”-Agust

“Dengerin ya, kalian ini udah miskin jangan sok-sok an, gara gara kalian peringkat ku jadi turun.”-
Agust

“Dasar beban keluarga, nyusahin keluarga aja kalian.”-Julita

“Kalian itu ga akan bisa sukses, jangan harap.”-Julia

(Diana kena mental)

(Trio Julid meninggalkan 2D)

“Astagfirullah, kita sabar aja ya sama mereka, ga usah dipikirin”-Dana


“Dulu... Ayah dan Bibi kalian sering di bully di sekolah. Ayah kalian sangat sabar dalam menghadapi
bullyan. Tapi tidak dengan Bibi kalian. Dia selalu menangis ke Nenek dan merenung setiap malam.
Nenek berusaha menenangkannya. Namun pada suatu hari...” –Nenek

Anda mungkin juga menyukai