Anda di halaman 1dari 4

AYAH

(Kelompok 4 – XII IPA 6)


Nisa tumbuh dari keluarga yang sederhana. Nisa hanya hidup berdua
dengan ayahnya dalam keterbatasan ekonnomi. Namun hal ini tidak
mengurangi semangat ayahnya untuk mencari nafkah sebagai tukang sapu
jalanan. Namun kesederhanaannya itu tidak mengurangi Nisa untuk menuntut
ilmu. Hal ini terbukti dari prestasi yang diraih Nisa di bangku sekolah dasar
sampai jenjang menengah atas. Akan tetapi sikap dan perilaku Nisa
berbanding terbalik dengan prestasinya.

Nisa: “ayah, bagi uang dong. Aku mau berangkat sekolah nih”
Ayah: “ayah hanya punya uang segini nak, ambilah”
Nisa: “segini doang yah? Mana cukup, ini mah Cuma cukup untuk ongkos doang
kali yah”

*Bel sekolah
Wawa: “coba liat dong hasil ulangan lo kemaren”
Nisa: “Pake nanya!! Nih liat aja sendiri”
Wawa: “waahhh kereen … kok bisa sih”
Dea: “Iyaa ih keren.. kok bisa”
Nisa: ‘’lu tau gua.. murid terpintar sejagat raya”

Tiba-tiba Tono dan Riki datang dan mengambil kertas hasil ulangan Tina
yang ada di tangan Wawa.

Tono: “mana-mana, coba gue liat… Keren juga yah lo nis”


Nisa: “yaiyalah … gue”
Riki: “Yaelah nis nilai segitu juga bisa gue, nih nilai gue lebih tinggi daripada lu”
Nisa: “Iyaa ampun sepuh.. aku mah masih pemula”

*Bel istirahat
Wawa: “eh eh, liat deh kok bapak-bapak itu ngeliatin kearah kita sih”
Dea: “mana sih mana”
Riki: “Hiii awas wa dia mau nyulik kamu kali wa”
Tono: “Mau nyulik lu kali rik, kan lumayan dijadiin budak”
(TERTAWA)
Nisa: “eh lagi ngomongin apa sih”
Wawa: “ituloh, bapak-bapak yang berdiri di depan gerbang itu”
Nisa: “itukan ayah, ngapain sih dia kesini” (menggerutu dalam hati) “eeeh.. Teman-
teman, kalian jalan duluan aja deh, ntar gue nyusul”
Semua: “oke deh..”

Nisa pun menghampiri ayahnya yang berdiri di depan gerbang sekolah.


Nisa: “yah ngapain kesini?
Ayah: “ini nak uang jajan untukmu, ayah tau uang tadi pagi tidak cukup untukmu”
Nisa: “sini. Udah ayah cepet pulang sanah. Awas yah kalau ayah nanti kesini lagi..
malu tau kalau sampe temen temenku tau ayah yang penampilannya kaya
gini.”

Tanpa sepatah katapun, ayah Nisa melangkah kembali sambil memikil


peralatan untuk kembali pekerja. Tanpa Nisa sadari Wawa, Dea, Riki, dan
Tono melihat Nisa dan ayahnya dari kejauhan.

Riki: “Siapa tadi Nis?”


Nisa: “Oh itu biasa tukang sapu komplek rumah gw, papi gw sibuk gabisa anterin
uang ke sekolah karena mau ada meeting.”
Riki: “Keren juga bokap lu nis”

Bel pulang pun berbunyi…


Nisa, Dea, Wawa, Tono, dan Riki berjalan pulang dengan arah yang terpisah.
Tiba-tiba di tengah perjalanan Tono menemukan seorang bapak-bapak yang
tergeletak di tengah jalan, kemudian mereka menghampiri bapak-bapak itu.

Tono: “lihat deh itu kan bapak-bapak yang tadi ada di depan sekolah”
Riki: “pak, bangun pak..”
Wawa: “kalian gimana ini bapaknya engga bangun-bangun”
Dea: “Cepet-cepat kita bawa ke rumah sakit, Riki ayo telpon ambulan kita bawa
bapak ini ke rumah sakit.”
Riki: “Oke oke dee”
Kemudian ambulan pun datang dan menuju rumah sakit. Setelah tiba di
rumah sakit dokterpunn langsung menanganinya dan mereka bertiga
menunggu bapak itu sampai sadar.

Ayah: “Nisa … Nisa….” (mengigau)


Tono: “kok dia manggil-manggil nama Nisa terus sih”
Wawa: “apa yang dimaksud Nisa itu adalah Nisa teman kelas kita yah?”
Dea: “maksudmu jadi bapak ini ayahnya tina?”
Riki: “Jangan jangan bener lagi.. tau sendiri kan Nisa suka selalu bilang kalau orang
tuanya sibuk dan lain lain.. Apa jangan jangan dia malu kali ya”
Wawa: “Huss Rik gaboleh gitu”
Tono: “pak bangun pak …. Pak…. Paaakkk ….”

Tiba-tiba bapak tua itu pun sadar


Ayah: “kalian ini siapa?” (berbicara dengan nada yang terbata-bata)
Tono: “kami tadi menemukan bapak tergeletak di tengah jalan dekat sekolah kami”
Wawa: “iya, pak lalu kami membawa bapak kesini”
Dea: “bagaimana keadaan bapak sekarang?”
Ayah: “terimakasih karena telah membawa bapak kesini, Sekarang keadaan bapak
baik-baik saja. Matur suwun ngihh cah bagus. Bapak mau lanjut kerja dulu.”

*Sound Jiwa yang bersedih

Keesokan harinya, pada saat sedang menyapu di komplek. Ayah Nisa


berpapasan dengan Nisa. Pada saat itu Nisa sedang berjalan kaki pulang dari
sekolah. Namun tiba tiba, tanpa disadari di belakang Nisa ada mobil yang
melaju dengan kencang kearah Nisa.

*Suara Klakson dan Rem mobil

Nisa: “ayaaaaaaaaaahh...tolong.. tolong”

Datannglah ambulan untuk membawa ayah Nisa ke rumah sakit. Namun


takdir berkata lain, saat perjalanan menuju rumah sakit ayahnya
mengehmbuskan nafas terakhirnya dan meninggalkan Nisa untuk selama-
lamanya.
Nisa: “ayah maafkan aku, maafkan anakmu ini yah, Ya allah maafkan aku..
Ya Allah berikan aku kesempatan sekali lagu untuk bisa bicara dengan ayah..
aku mohon ayah jangan pergi.. jangan tinggalin Nisa sendiri. Yaallah maafkan aku,
aku janji aku tidak akan berlaku kasar lagi kepada ayahku” (dengan air mata yang
tidak henti-hentinya ia keluarkan).

Setelah kejadian tersebut Nisa berubah. Nisa menebus semua kesalahan yang
ia lakukan kepada ayahnya.

*Sound Andaikan kau datang kembali

Ayah tetaplah bersamaku, Tetaplah disampingku, Tetaplah menemaniku, Walau itu


hanya bayangmu.. Hingga kau tahu bahwa anakmu yang nakal ini, Akan
membuatmu bahagia,
YaAllah.. terimakasih kautelah ciptakan malaikat seindah dia, yaitu AYAHKU ..

Narator: Sadewo Bayuaji


Ayah: Muhammad Razzan Anindya Maulana Akbar
Nisa: Annisa Aulia
Wawa: Najwa Humairah
Dea: Dhia Nazhifa Asia Najla
Tono: Bekhti Kristian Hari
Riki: Muhammad Rizqy Sjafaya

Anda mungkin juga menyukai