Indonesia
Di Susun oleh:
Nama : Jacky Ryanto Fernandes
Kelas : X. 10
No. Abs : 17
Boleh juga tuh, nanti kita kumpul di rumahku saja kita selesaikan bersama
ajakku kepada mereka.
Siiip hari jumat habis kuliah kita selesaikan di rumah Win ! Lanjut Shierly.
Hari yang ditunggu-tunggu pun datang, sepulang kuliah kami naik mobilku
menuju kerumahku. Ini mobilmu Win, wah pasti kamu kaya ya bisa membeli mobil
seperti ini puji Ray kepadaku.
Ini mobil hadiah orangtua ku saat aku ultah ke 17 jawabku.
Kami pun sampai di rumahku dan mulai mengerjakan tugas tersebut. Dari
tugas inilah kami mulai semakin akrab. Setiap kali kami belajar pasti selalu bertiga.
Kami sering belajar bersama, bahkan nilai-nilai kami pun tidak jauh berbeda. Hingga
akhirnya aku membuat kejutan dengan membawa mereka ke suatu tempat yang
sangat indah dan nyaman untuk kami belajar bersama. Dengan pemandangan yang
indah dan suasana tenang. Kita mau belajar dimana Win, bukannya dirumah kamu
aja sudah enak Win ? Tanya Shierly.
Tenang aja, yang pasti tempatnya menyenangkan jawabku dengan mudah.
Dan akhirnya kami sampai di tempat tersebut. Wahh ini tempatnya Win,
nggak nyesel punya temen sepertimu sahut Ray dengan raut wajah yang sangat
senang.
Bener tuh, bagus banget tempat ini Win, pasti enak ya kalau bisa belajar
disini terus ! harap Shierly sambil terkagum melihat tempat tersebut.
Tenang aja tempat ini sudah aku beli dan ini milik kita bertiga, tempat ini
adalah tempat kita untuk berkumpul dan jika kita ketempat ini kita akan saling
mengingat ! jelasku kepada mereka. Yuk kita ke Pondok ! ajakku kepada mereka.
Sambil kami berjalan menuju ke Pondok, Bagaimana kalau tempat ini kita
beri nama Pondok Win ? usul Shierly pada kami.
Oke juga tuh kata Shierly,
gimana Win ? lanjut Ray yang setuju
dengan usul Shierly.
Terserah kalian aja deh, aku
juga sudah siapkan lemari kecil untuk
kita
menyimpan
kenang-kenangan
di
bersama.
Tepat
disebelah
Pondok ada pohon besar yang sangat sejuk. Kita ukir pohon ini dengan nama kita
bertiga yuk ! ajak Ray.
Ide bagus tuh. Jawab Aku dan Shierly. Kami pun mulai mengukir indah
pohon tersebut dengan nama kami bertiga.
Pohon ini akan menjadi kenangan kita bertiga dan merupakan tanda
persahabatan kita. Sahutku kepada mereka. Dari semua inilah aku memulai
persahabatanku dengan mereka.
Saat sedang asyik-asyiknya belajar aku bertanya kepada Shierly untuk
meyakinkan awal persahabatan kami, Shierly kamu kan perempuan apa nggak malu
bersahabat dengan kami berdua yang laki-laki ? .
Untuk apa aku malu, sahabat bukan berarti aku tidak boleh dengan laki-laki,
yang penting kalian mau bersahabat dengan aku. Jawab Shierly.
Benar T...uh..., huk... huk... uhuk... Ray berkata sembari batuk-batuk.
Ray kamu kenapa ??? sentak kami berdua prihatin sambil memberinya
minum.
nggak apa-apa kok, Cuma batuk kecil. Jawab Ray seperti ada sesuatu yang
ditutupinya.
Yakin kamu Ray ? tanyaku karena seperti ada yang ia sembunyikan.
Tenang aja aku nggak apa-apa kok, buktinya sekarang sehat. Jawabnya lagi
sambil bertahan. Tanpa banyak rasa curiga kami membiarkannya.
***
Saat itu hari Ulang Tahunnya Shierly yang ke 21, ia mengundang Aku dan Ray
ke pesta ulang tahunnya di rumahnya sendiri. Kami berdua berpakaian rapi dengan
membawa kado untuk Shierly dan merupakan tamu utama. Shierly ternyata tidak
jauh beda denganku ia cukup kaya. Setelah kami menyanyikan lagu Selamat Ulang
Tahun dan tiba saatnya untuk memotong kue, Shierly memotong kue pertama dan
menyuapkannya kepadaku. Pada saat itulah aku mulai menyukai Shierly, entah
mengapa aku melihat ada yang berbeda dari raut wajahnya kepadaku. Dan suapan
keduanya kepada Ray, serentak pula aku berpikir kembali bahwa kami adalah
sahabat dan sahabat tidak boleh saling menyukai.
keesokan harinya di kampus, Dosen rese tersebut memberi kami tugas lagi
dengan kelompok dipilih kami sendiri, seperti biasa kami pasti sekelompok. Bel
berdering, saatnya istirahat aku mengajak mereka untuk makan bersama di kantin.
Hey... dikelas ajah, makan yuk, aku yang traktir deh ! ajakku ke Shierly ajak Ray
sekalian ?.
Boleh juga tuh tahu aja aku lapar, Ray tadi ke WC tuh ! jawab Shierly
menerima ajakanku.
Yuk cari Ray dulu ! kataku.
Di WC kampus terdengar suara Ray yang sedang batuk berat, Ray kamu
kenapa, mau ke UKS nggak, apa kubawa ke rumah sakit ? tanyaku prihatin dengan
keadaan Ray.
aku mulai takut persahabatan kami akan terpecah. Di mobil Ray bertanya pada
Shierly, Shierly kita sudah bersahabat lama tetapi aku tidak pernah melihat kamu
berpacaran ? tanya Ray. Aku dan Shierly sehentak terkejut melihat Ray dapat
bertanya seperti itu.
Aku memiliki sahabat dan juga masih sibuk kuliah untuk apa aku repot
berpacaran, sedangkan kalian berdua juga seperti itu kan ? jawab Shierly.
Kami pun sampai di Pondok dan mulai mengerjakan tugas, aku pun mulai
meyakinkan mereka tentang persahabatan kami. Apakah kita akan selalu menjadi
sahabat sejati seperti ini ?, mungkin kalau aku sudah berkeluarga aku akan ingat
selalu masa ini dan juga tempat ini akan menjadi tempat bersejarahku..
Sudah pasti kita akan menjadi sahabat sejati selamanya. Jawab Shierly
sambil menyodorkan jari kelingkingnya.
Sahabat Sejati untuk Selamanya. Aku dan Ray mengikatkan kelingking kami
dengan Shierly.
***
Hari-hari
membagi
berlalu
waktu
kami
bersama.
Dan
selalu
pada
cemburu
dengan
sahabatku
sendiri,
berdua ke mall. Aku pun membiarkan mereka berdua. Kemudian esok harinya aku
bertanya kepada mereka. Kemarin kalian kemana kok nggak ngajak-ngajak ? Aku
mulai mencoba menanyakan.
Oh... kemarin Ray mau membeli gaun yang indah untuk hadiah ulang tahun
ibunya. Jawab Shierly. Ternyata aku salah sangka menilai sahabatku sendiri, aku
merasa malu terhadap diriku sendiri. Sejak saat itu aku tidak begitu curiga dengan
mereka, tetapi mereka berdua sepertinya lebih akrab daripada persahabatan kami.
Ray dan Shierly sering berbicara hanya berdua. Sampai akhirnya aku mengetahui
Ray ingin menembak Shierly. Shierly, aku kan sudah pernah bertanya padamu
tentang pacaran, aku mau kasih tahu kamu sesuatu yang penting ? Kata Ray kepada
Shierly.
Maksudmu apa Ray ? tanya Shierly yang bingung dengan perkataan Ray.
Aku yang tidak sengaja lewat dari luar, terlihat oleh Ray. Nanti aja aku
jelasin selesai kuliah. Ucap Ray cepat.
Aku mendengar perkataan Ray tersebut hendak menanyakan, tetapi, uhuk...
uhuk... huk... Ray batuk-batuk. Sekejap kami khawatir dengan Ray, tetapi seperti
biasa Ray selalu mengelak dengan keadaannya. Aku tidak jadi menanyakannya dan
mulai bertanya yang lain.
Eh Ray, kok kamu nggak pernah ngajak kami kerumahmu, aku kan mau tahu
juga dimana rumahmu, kitakan sahabat ! aku mencoba membujuk Ray agar kami
dapat kerumahnya.
Bener tuh kata Winfred, gimana Ray Shierly setuju.
engh... lain kali aja, hari ini.. engh... aku... ada acara dengan keluarga. Ray
mencari-cari alasan.
Diam-diam sepulang kuliah aku melihat Shierly dan Ray yang sedang
bercakap-cakap. Aku tidak dapat mendengarnya karena terlalu jauh. Aku melihat
mereka sangat akrab sekali, berbicara entah apa tetapi sepertinya Shierly
menyukainya. Setelah itu Ray pun pulang, aku mengikutinya dari belakang. Ternyata
kehidupan Ray berbeda dengan kami, ia hidup berkecukupan, aku bingung mengapa
Ray tidak mengatakan yang sejujurnya pada kami, sahabatnya.
Keesokan harinya aku sebenarnya ingin menanyakan banyak hal tentangnya
dan hubungannya dengan Shierly kemarin. Tetapi aku bingung ia tidak masuk kuliah
pada hari tersebut. Aku mengajak Shierly untuk menuju ke rumah Ray.
Ray kok nggak kasih kabar ya ke kita, kita kan sahabatnya, ditelepon nggak
nyambung ? aku mulai khawatir.
Kamu tahu darimana rumah Ray ? tanya Shierly.
Kemarin aku lihat kalian berduaan di belakang sekolah diam-diam, kemudian
mengikuti Ray dari belakang sampai ke rumahnya, ternyata kehidupan Ray berbeda
dengan kita. Jawabku panjang.
Selesai berkata kami pun sampai, Shierly hampir tidak percaya bahwa Ray
hidup berkecukupan. Permisi Bu, Ray nya ada ? tanyaku kepada Ibunya Ray.
ini siapa nya Ray ya ? tanya Ibu Ray kepada kami.
Kami ini sahabatnya Bu, Ray nya ada Bu ?, kenapa tidak kuliah tadi ? jawab
Shierly.
Maaf Ibu nggak kasih kabar ke sekolah, Ray ada di rumah sakit, dengan
Bapaknya. jawab Ibunya Ray.
Makasih ya Bu. kami langsung bergegas, khawatir terjadi sesuatu dengannya
hingga lupa menanyakan keadaan Ray.
Setibanya kami di rumah sakit, kami langsung mencari kamarnya Ray.
Akhirnya kami mendapatkan ruangan Ray dirawat dari resepsionis. Kami langsung
menuju ke kamarnya dengan rasa khawatir. Setelah kami sampai aku langsung
merangkul Ray. Ray yang terbaring hanya tersenyum indah melihat kami datang
menjenguknya. Ada apa denganmu Ray kok kamu tidak beri tahu kami, sahabatmu
sendiri ? tanyaku sambil meneteskan air mata.
Kemudian Ray menutup mata untuk selamanya dengan senyum yang terukir
diwajahnya. Kami berdua terkejut dan sangat sedih ketika mendengar dokter
mengatakan Ray meninggal dunia. Semua keraguanku dengan hubungan Ray dan
Shierly seakan hilang dalam kesedihanku. Nak Win ya, tadi Ray cerita banyak
tentang kalian, Ray terkena Kanker paru-paru sejak 5 tahun lalu, dokter bilang tidak
dapat disembuhkan lagi. sahut Bapaknya Ray kepadaku.
A... aku sahabatnya tetapi aku tidak tahu keadaannya, bahkan tidak
menolongnya, aku sahabat yang buruk. kuucapkan penyesalanku dengan tangis.
Sudahlah, jangan kamu sesali, biarkanlah ia pergi dan tenang disana, dia
tetap sahabat sejati kita. Shierly yang juga sedih mencoba menenangkanku.
Ray kemarin bilang sama Bapak kalau dia pergi ke Pondok, bapak lihat ia
membawa sepucuk surat, mungkin itu untuk kalian. jelas Bapaknya Ray memberi
petunjuk.
Selesai Ray dimakamkan walau beribu kesedihan masih terlihat di wajah kami,
kami bergegas ke Pondok Win. Ternyata memang benar ada sepucuk surat di dalam
laci.
Kami membaca surat tersebut dengan bercampur rasa haru dan rasa sedih.
Seharusnya Ray jujur dengan kami sebab kami adalah sahabatnya. Aku dan Shierly
pun merasa menyesal, karena tidak mengetahui keadaan sahabatnya sendiri,
terlebih aku sendiri yang telah salah sangka terhadapnya.
Setelah saat itu aku dengan Shierly pun lama-kelamaan menyimpan rasa cinta
yang begitu dalam, ternyata selama ini Shierly juga mencintai aku, apalagi semenjak
Ray membicarakan diriku kepadanya. Hingga akhirnya kami menjalani cinta kasih,
sampai akhirnya kami menikah dan menjadi sepasang suami istri. Aku sengaja
membuat acara pernikahanku di Pondok Win. Pohon ukiran kami bertiga telah
menjadi hadiah paling indah pernikahan kami dari Ray. Aku dan Shierly seperti
merasakan kedatangan Ray yang sangat bahagia menjadi tamu utama kami, walau
semua itu hanya khayalan saja tetapi aku dan Shierly akan selalu mengingatnya, Ray
Tentang Pengarang