Anda di halaman 1dari 5

Dawar Dan Diwar

Betra Adi Afrianto

Sebuah desa, yang terletak di bukit barisan daerah yang asri belum
terjamah polusi udara, di kelilingi pepohonan yang besar dan rindang. Desa
tersebut bernama Gundi, di desa gundi ada anak kembar bernama Dawar dan
diwar. Dawar dan diwar hidup bersama orang tuanya yang sudah lansia mereka
hidup sederhana dengan mengelola kebun kopi milik bapaknya yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari, di dalam kebun kopi banyak
sekali tanaman cabe, terong, kacang panjang, dan daun bawang yang di tanam
oleh ibu. Setiap hari setelah pulang sekolah dawar dan dawir pergi ke kebun untuk
membantu ibunya untuk membersihkan tanaman mereka di kebun, setelah pulang
dari kebun dawar dan dawir membawa kacang untuk di jual kepada tetangga-
tetangga dan separo lagi di bawa ibu untuk di jual di pasar tidak jauh dari rumah
mereka, 50 meter jauhnya. Untuk menghasilkan uang, memenuhi kebutuhan
dawar dan dawir bersekolah sekaligur untuk kebutuhan di rumahnya, sedangkan
ayahnya bekerja sebagai tukang sol di pasar selasa untuk mencari sesuap nasi dan
membantu ibu yang berjualan kacang, meskipun uang yang di dapat bapak dawir
tidak seberapa dawar dan dawir sangat menghormati bapaknya.

Seorang bapak yang pantang menyerah dengan keadaan umur yang telah
menggerogoti tubuhnya, ia tidak sekuat dulu. Syukurlah ada anak yang bersifat
malaikat yang selalu membantunya yaitu dawar dan dawir. Dawar selalu
membantu bapaknya ketika memiliki banyak sekali sepatu yang ingin di sol,
dawar sangat lincah sekali ketika sol sepatu, sandal dan berbagai merek yang telah
ia kerjakan, bisa di maklumi ketika bapak dawar mengesol sepatu dengan lambat
sesuai dengan umur, setiap dawar sol sepatu dan sandal bapaknya selalu
menemani dawar sekaligus memberitahu bagaimana mengesol sepatu dengan teliti
dan hasil yang memuaskan, meskipun dawar sudah ahli bapaknya selalu
mengawasinya, sedangkan dawir adiknya dawar, ia mencuci sepatu yang telah di
sol oleh kakaknya yaitu dawar, setelah mencuci sepatu dawir menjemur sepatu di
pelataran rumahnya, dawir orangnya sangat baik, ia selalu membantu ibu dan
bapaknya. Setelah sepatu kering dawir menyemir sepatu sambil menyanyikan lagu
kesukaanya, suara dawir memang sangat bagus dawar dan bapaknya tidak heran
lagi dengan bakat yang dimiliki oleh dawir mereka sangat senang ketika dawir
bernyanyi ibu dengan bangganya selalu memuji suara dawir “bah suara emas di
pinggir bukit barisan” salah satu suara yang dimiliki anaknya yang membuat
semua orang terpanah ketika mendengar suaranya sambil di iringi burung
berkicau di depan rumah mereka menambah ke estetikan pagi hari ini.

Sepatu yang kemarin telah di sol di bawa ke pasar untuk di ambil oleh
pelanggan bapak dawar. Ibu dan bapak barengan pergi kepasar, ibu membawa
kacang, cabe dan daun bawang untuk di jualnya ketika sampai di pasar nanti,
sedangkan bapak membawa peralatan sol yang ia gunakan saat sol sepatu sewaktu
di pasar. Sebelum pergi kesekolah dawar dan dawir membantu membawakan
dagangan ibunya dan membawa sepatu-sepatu yang mereka kerjakan kemarin,
mereka berjalan menuju pasar tempat bapak dan ibunya berdagang, setelah samapi
di pasar dawar dawir membantu membersihkan lokasi ibu bapaknya. Meskipun
dawar dawir memakai baju sekolah untuk membantu ayahnya, mereka tidak malu
dengan hal tersebut justru mereka bangga dengan bapak dan ibunya. Setelah
seluruh barang barang telah tersusun rapi dawar dawir berpamitan untuk pergi
kesekolah yang tidak jauh dari pasar, mereka berjalan menuju Sma, dawar dawir
saling bercanda di perjalan yang membuat mereka sangat senang dan tidak
memikirkan berapa jauhnya tempat sekolah tetap mereka asik bernyanyi.

Mereka tiba di sekolah, “tringg” suara bel sekolah berbunyi dengan


kencangnya yang membuat dawar dawir mempercepat langkah kaki mereka.
Dawar dawir belajar di satu ruangan yang sama, meskipun dawar dawir anak
kembar tentunya mereka diberikan kecerdasan yang berbeda-beda. Dawar seorang
anak yang sangat pintar di dalam kelasnya ia selalu mendapatkan nilai tertinggi di
sekolahnya sedangkan adeknya dawir merupakan seorang anak yang biasa-biasa
saja, ia tidak iri dengan kepintaran kakaknya yaitu dawar, karena dawir sangat
sayang dengan kakanya itu. Dawar selalu membantu dawir ketika ada masalah
yang membuat dawir menghormati kakaknya. Seorang guru membawa selembar
kertas untuk menunjukkan kepada anak-anak bahwa ada perlombaan bernyanyi
yang mewakili sekolah, dawar ketika mendengar bahwa ada perlombaan
bernyanyi langsung melirik dawir dan sedikit mengangguk. Dawir heran dengan
gelagat kakaknya, setelah pemberitahuan itu dawar menyuruh dawir untuk
mengikuti kompetisi itu dengan seleksi di sekolah terlebih dahulu, pada pukul 2 di
aula sma.

Setelah perbincangan di dalam kelas tersebut membuat dawir berfikir


dengan adanya perlombaan tingkat nasional, yang di seleksi untuk mewakili
sekolahnya, akan merubah nasibnya di kemudian hari. Tiba-tiba dawar menepuk
bahu dawir lalu menannyakan “Kamu kenapa wir?” dawir terkejut, “nggak
kenapa-napa kak”, “Pasti kamu lagi memikirkan persoalan tadi yaa wir”, “Iyaa
kak”, “Hah, kamu nggak usah khawatir untuk membantu ibu hari ini wir, biar
kakak yang bantuin dan gantiin kamu, kamu ikut saja seleksi di sekolah kita”.
“Terima kasih kak, aku bakal berusaha semaksimal mungkin”. “ Nah gitu, kamu
harus semangat”. Setelah perbincangan di depan kelas barusan dawir bergegas
menuju aula yang di selenggarakan oleh pihak sekolah sedangkan dawar bergegas
pulang, sebelum pulang dawar mampir ke pasar untuk membantu bapak dan
ibunya untuk pulang ke rumahnya, “war dawir kemana? Bukanya sekolah sudah
pada pulang yaa?” bapak bertanya kepada dawar dengan wajah yang cemas,
“Barusan pak ada seleksi di sekolah, bahwasanya ada perlombaan yang akan di
laksanakan untuk mewakili sekolah di tingkat nasional, jadi dawir mengikuti
seleksi di sekolah, semoga saja dawir dapat mewakili sekolah dan mewakili
provinsi kita pak”, “ aminn, semoga anak bapak di terima’. Setelah perbincangan
di pasar mereka bergegas pulang kerumah, dawar membersihkan rumah mulai dari
menyapu, mencuci, membantu ibunya yang sudah kelelahan sewaktu di pasar.

Dawar gelisah, masih saja terbayang di benaknya kenapa dawir belum


pulang dari sekolah, tiba-tiba ibu datang menghampiri dawar yang termenung di
depan pintu menatap pepohonan yang rindang di terpa angin yang melayang-
layang. Dari kejauhan Nampak ada seoranga anak yang berjalan menuju rumah,
ternyata itu dawir seorang anak dengan gembiranya sambil bernyanyi-nyanyi kecil
di jalan, Setelah menunggu agak lama dawir pulang di sambut oleh dawar, ibu dan
bapak menanti kepulangan dawir dan menunggu jawaban hasil dari seleksi di
sekolah. Awalnya dawar agak sedikit ragu dengan hasilnya ternyata berbeda
dengan pandangannya dawir menceritakan dengan keluarganya bahwasanya ia di
terima di seleksi dan akan mengikuti pelatihan yang di selenggarakan di
Palembang, bapak ibu dawar senang mendengar itu. “besok berangkat ke
Palembang pak, segala transportasi di sediakan oleh pihak provinsi”, “
alhamdulilah nak”.

Keesokan paginya dawir berangkat menuju Palembang, bapak ibu dan


dawir mengantar keberangkatan dawir. Setelah sampai di Palembang dawir
langsung menginap di hotel yang telah di siapkan oleh pihak provinsi. Dawir
menyanyikan lagu daerahnya, sewaktu ia menyanyi hp dawir bergetar, ternyata
yang menelpon itu dawar yang ingin memberitahukan bahwa ayah mereka telah
meninggal dunia akibat serangan jantung, dawir tidak mengangkat telponnya ia
tetap focus bernyanyi, setelah ia selesai benyanyi betapa terkejutnya dia
mendapatkan kabar bahwa bapaknya di desa telah berpulang, ia menangis dan
tertunduk mendengar pesan dari dawar bahwa bapaknya telah meniggal dunia.
Setelah itu tiba saatnya pengumuman pemenang dari lomba, dawir sangat gelisah
antara memikirkan lomba dan bapaknya. Setelah mc berbica dan menyebut
pemenangnya siapa dawir terkejut dan gembira ketika mendengar namanya telah
di panggil. Dawir menuju podium dan berbicara di depan podium “piala ini saya
tujukan kepada ayah saya yang barusan meninggal dunia” semua orang terdiam
mendengar pidato dawir, semua orang tersipuh dan menangis dengan harunya.

Setelah perlombaan selesai dawir pulang kerumah membawa piala dan


memeluk bapaknya yang lemas di balut oleh kain kapan di sekujur tubuhnya,
semua orang menangis melihat bapak dawar meninggal dunia. Ibunya tak kuasa
melihat suaminya terbaring di depannya, tiba-tiba ibu tertidur di sebelah ayahnya
sambil memeluk suaminya dawar terkejut melihat ibunya yang tertunduk. “ibu,
ibu, ibu kenapa”, ibu tak menjawab pertanyaan dari dawar ternyata ibunya telah
mengikuti ayahnya sewaktu itu hancur- sehancurnya hati dawar dan dawir.
Seluruh orang yang datang tak kuasa melihat peristiwa itu, melihat kedua orang
anak yang hidup tanpa bapak dan ibu, karena ibu dan bapaknya telah berpulang ke
rahmatullah. Paman dawar dan dawir langsung memeluk keponakannya yang tak
berdaya di tinggal oleh bapak dan ibunya, hati dawar dan dawir hancur
sehancurnya padahal ia membawa piala yang di tunggu-tunggu ayahnya sewaktu
menunggu dawir yang berkompetisi. Seluruh orang yang handir mengantarkan
bapak dan ibu ke tempat tinggal terakhir yaitu kuburan, dawar tak kuasa melihat
semua itu, orang yang selalu menyayanginya selama ini telah pergi dan tidak akan
pernah kembali.

Satu tahun berlalu dawar lulus akmil, ia mendapat beasiswa dengan


kegigihanya selama ini, di kepalanya selalu terbayang wajah bapak dan ibunya
yang telah pergi, sedangkan dawir menjadi soerang artis terkenal dengan
kehebatanya bernyanyi ia membuat channel youtube yang mengispirasi seluruh
kalangan anak muda agar tetap semangat menjalani kehidupan di masa yang
mendatang. Dengan berbagi cara menjadi orang yang berguna dawir sangat
bersemangat, di setiap sholat ia tidak lupa mendoaakan ayah dan ibunya yang
telah lama meninggal. Kedua anak yang hidup di desa gundi membawa banyak
perubahan di desanya dengan melakukan banyak trobosan seperti membangun
jalan desa, supaya seluruh orang bisa merasakan bagaimana kehidupan
sebenarnya. Dawar dan dawir tidak lupa dengan orang-orang yang telah
menolongnya.

Dawir membuka sekolah umum dengan dana yang telah ia kumpulkan


bertahun-tahun guna untuk mencerdaskan anak-anak kecil yang belum mengenal
hurup, mulai dari Tk, Sd, Smp, dan sma ia memberikan fasilitas gratis. Dengan
demikian seluruh orang tua yang ada di sana merasa terbantu dan derajat seluruh
desa tersebut menjadi lebih maju di bandingkan daerah-daerah di sekelilingnya.
Dawar kembali ke desa setelah ia selesai mengenyam pendidikan ia membuat
jamuan untuk mendoakan bapak dan ibunya yang telah lama meninggal, seluruh
masyarakat berbondong-bondong hadir untuk mendoakan mendiang bapak dan
ibunya yang telah lama meninggal dunia.

Anda mungkin juga menyukai